Endometritis Erlinda
Endometritis Erlinda
Pembimbing:
Dr. Kartika P,Sp.OG. M.Kes
Disusun oleh :
Erlinda Nerini Madarina Silon
01.209.5898
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014
1
LEMBAR PENGESAHAN
Hari
Tanggal
Semarang,
Maret 2014,
..................................................
Dr. Kartika P, Sp.OG. M.Kes
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kandungan dan kebidanan yang
berjudul Endometritis.
Adapun penyusunan laporan kasus ini untuk memenuhi tugas yang diberikan pada
kepaniteraan klinik di RSUD Kota Semarang, dan juga untuk membantu penyusun, untuk
memahami lebih lanjut mengenai Endometritis.
Penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Kartika P, Sp.OG. M.Kes selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan sabar hingga akhirnya laporan kasus
ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga saya sampaikan kepada orangtua dan teman- teman
yang telah memberikan dukungan selama kami menjalan kepaniteraan klinik di RSU Kota
Semarang.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini yang
menyebabkan referat ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun kami harapkan dari berbagai pihak. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.
Semarang,
Maret 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim. Permukaanya terdiri
atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar sekresi mukosa rahim yang berbentuk
invaginasi ke dalam stroma selular. Kelenjar dan stroma mengalami perubhan yang siklik.
Bergantian antara pengelupasan dan pertumbuhan baru sekitar 28 hari. Ada 2 lapis, yaitu
lapisan fungsional yang letaknya superfisial yang akan terkelupas setiap bulan dan lapisan
basal yang tiadak ikut mengelupas.
Endometritis adalah peradangan lapisan endometrium rahim. Selain untuk
endometrium,
peradangan
mungkin
melibatkan
myometrium
dan,
kadang-kadang
parametrium.
Endometritis dapat dibagi menjadi endometritis terkait kehamilan dan endometritis yang tidak
terkait dengan kehamilan. Ketika kondisi tidak terkait dengan kehamilan, dianggap sebagai
panggul inflammatory penyakit (PID). Endometritis ini sering dikaitkan dengan peradangan
tabung saluran indung telur (salpingitis), indung telur (oophoritis) dan panggul peritoneum
(karena peritonitis panggul). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
2010 dalam pedoman pengobatan penyakit menular seksual mendefinisikan PID sebagai
kombinasi dari endometritis, salpingitis, abses tubo ovarium, dan peritonitis panggul.
Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus
kronis. Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium.
Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma
endometrium.
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama Mahasiswa
I.
II.
Identitas Pasien:
Nama
Usia
: Ny. K
: 67 tahun
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pekerjaan
Status Perkawinan
Pendidikan
Tanggal masuk
Bangsal
: Perempuan
: Pekunden Tembalang, Semarang
: Islam
: Jawa
: tidak bekerja
: Kawin
: tidak sekolah
: 11 Maret 2014
: Gynekologi
III.
Palpasi
13. Genitalia
: NT (-)
: tampak normal, tanda radang (-), oedem (-) keluar darah dan
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Golongan darah
:B
Hemoglobin
: 11.3 g/dL
Hematokrit
: 35.60 %
Jumlah leukosit
: 11,0 uL
Jumlah trombosit
: 281 x 103 uL
Masa pendarahan/BT : 2 00
Masa pembekuan/CT : 8 00
Kimia klinik
GDS
: 110 mg/dL
Imunologi
HbsAg
: Negatif
2. Pemeriksaan Ultrasonografi
Didapatkan gambaran uterus membesar akibat peradangan.
Resume :
Telah diperiksa seorang wanita P7A4U67tahun, keluhan keluar darah dan lendir putih
dari jalan lahir sejak 2 bulan yang lalu. Jumlah darah tersebut sekitar 2-3 sendok
teh setiap harinya. Warna darah seperti darah menstruasi. Pasien mengatakan
sudah 5 tahun dipasang pesarium dan tidak pernah kontrol serta terdapat alat
kontrasepsi spiral yang sudah 30 tahun tidak dilepas. Pada pemeriksaan fisik tidak
didapatkan massa ,nyeri tekan (-). Pada VT didapatkan adanya darah dan lendir.
Pemeriksaan laboratorium jumlah dari leukosit 11.0 /ul. Pada USG didapatkan
uterus membesar akibat peradangan.
V.
Diagnosa Kerja
P7A4U67tahun
Endometritis
Leukhorea
VI.
Perencanaan
o Rawat inap
o Persiapan operasi : O2 3 lt/mnt, EKG , konsul Interna, persiapan, program
operasi , 18 Maret 2014.
o Edukasi kepada keluarga dan pasien tentang penyakitnya dan rencana operasi
yang akan dilakukan serta kemungkinan-kemungkinan yang terjadi selama
operasi.
o Pemeriksaan patologi anatomi
VII.
Pasca Operasi
Telah dilakukan laparotomi pada tanggal 18 maret 2014 pukul 10.00 WIB.
Diagnosis pre operatif : Endometritis,leukhorea,IUD in situ 30 tahun
Diagnosis post operatif : endometritis, translokasi IUD
Macam operasi
Laporan Operasi :
-
Insisi linea media sebesar 3cm diatas simpisis menuju umbilikus kurang lebih 10
cm
Diperdalam LDL setara tajam dan tumpul sehingga abdomen terbuka, evaluasi
uterus
Operasi selesai
Uterus :
-
Ukuran: 12x3x 3 cm
Rapuh
9
Infus RL 20 tpm
Inj. Cefotaxim 2x1 g
Inj. Asam traneksamat 3x500mg
Inj. Ketorolac 3x1amp
Inj. Kalnex 2x1 amp
Mobilisasi
Boleh makan minum
VIII. Prognosis
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
11 maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
: keluar flek
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Endometritis leukorea iud in situ 30 th
Terapi
12 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
: keluar flek
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Endometritis leukorea iud in situ 30 th
Terapi
13 Maret 2014
10
Tanda Vital
Keluhan
: keluar flek
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Endometritis leukorea iud in situ 30 th
Terapi
14 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
: keluar flek
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Endometritis leukorea iud in situ 30 th
Terapi
: inf. RL
15 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Endometritis leukorea iud in situ 30 th
16 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
: keluar flek
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Endometritis leukorea iud in situ 30 th
Terapi
17 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
: keluar flek
St. internus
: dbn
11
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Endometritis leukorea iud in situ 30 th
Terapi
18 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
: keluar flek
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Endometritis leukorea iud in situ 30 th
Terapi
19 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Post histrektomi total H+1
Terapi
20 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Post histrektomi total H+2
21 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Post histrektomi total H+3
Terapi
22 Maret 2014
Tanda Vital
Keluhan
St. internus
: dbn
St. lokalis
Ass/
: P7A4U64tahun
Post histrektomi total H+4
Terapi
Keluhan
St. internus
: dbn
St. lokalis
: luka masih basah, masih ada bagian yang belum rapat, pus(+),ganti
balut
(+)
Hasil PA
Makroskopis :
-
Diterima jaringan uterus servik ukuran 2x2x3cm tanpa adnek, corpus ukuran
2x4x5 cm, waktu dibelah ditemukan massa putih batas tegas diameter 1 cm, dari
cervik diambil 1 cup A, dari masa putih diambil 1 cup B, dari dinding corpus 1 cup
C.
Mikroskopik :
A. Bekuan darah dan jaringan nikrosis dengan sarang tumor epithelial cukup
solid, , sel tumor atipi polimorf, sitoplasma cukup, inti gelap, kromatin inti inti
kasar, dengan banyak sel raksasa.
B. Mioma dengan nailinisasi
C. Miometrium tanpa tumor dengan infiltrat radang kronis merata
Kesimpulan :
Uterus :
13
o Mioma uteri
o Adenocarcinoma deferensiasi buruk.
DD. Chorio Carcinoma
DD. bagaimana permeriksaan HCG penderita
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ENDOMETRITIS
A. Pengertian
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994). Endometritis adalah infeksi pada
endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I. B. G., 1998).
Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi
pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan
B. Etiologi
Endometritis merupakan suatu infeksi yang bersifat polimikrobial karena pada
umumnya disebabkan oleh berbagai bakteri yang merupakan flora normal dari
14
genitalia interna wanita atau bakteri yang berasal dari luar. Berbagai bakteri dapat
merupakan penyebab dari timbulnya endometritis, antara lain:
Clamydia trachomatis
Clamydia trachomatis merupakan bakteri yang masih termasuk golongan Clamydia.
Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang juga merupakan bakteri interselular
obligat yang patogen.
C. Epidemiologi
Endometritis merupakan suatu infeksi yang umumnya menyerang pada wanita usia
reproduktif yang mengalami masalah pada saat partus. Pada umumnya, infeksi ini
terjadi pada wanita setelah melahirkan pervaginam (1-3%) atau setelah menjalani
operasi caesar (13-90%) terutama setelah menjalankan operasi caesar untuk tujuan
abortus atau durasi operasi yang terlalu lama. Endometritis yang tidak berhubungan
dengan postpartum , umumnya lebih mengacu pada Pelvic Inflamatory Disease (PID).
D. Faktor resiko
16
E. Gambaran Klinik
a. Riwayat
Diagnosis biasanya didasarkan pada temuan klinis, sebagai berikut:
- Demam
- Sakit perut bagian bawah
- Lochia berbau busuk
- Pendarahan abnormal vagina
- Dyspareunia (mungkin ada pada pasien dengan penyakit inflammatory panggul
PID)
- Dysuria (mungkin ada pada pasien dengan PID)
- Malaise
b. Dalam kasus setelah bersalin, pasien merasa demam, menggigil, sakit perut bagian
bawah, dan lochia berbau busuk. Pasien dengan PID hadir dengan Sakit perut
bagian bawah, dyspareunia, dysuria, demam, dan tanda-tanda sistemik lain.
Namun, PID disebabkan oleh Chlamydia cenderung menjadi lamban, dengan
gejala konstitusional tidak signifikan.
c. Temuan-temuan pemeriksaan fisik meliputi:
- Demam, biasanya terjadi dalam waktu 36 jam,
- Sakit perut bagian bawah
- Uterine tenderness
- Adnexal tenderness jika terkait salpingitis
- Lochia berbau busuk
- Takikardi
d. Uterine tenderness adalah ciri khas dari penyakit.
e. Suhu oral 38 c atau lebih tinggi dalam 10 hari pertama setelah bersalin atau 38,7
C dalam 24 jam pertama setelah bersalin diperlukan untuk memastikan diagnosis
endometritis setelah bersalin. Untuk PID, kriteria diagnostik minimum tenderness
bagian bawah perut, tenderness leher rahim, atau tenderness adnexal. Dalam
kasus-kasus yang parah, pasien mungkin muncul septik.
F. Klasifikasi
1. Endometritis terkait kehamilan
2. Endometritis yang tidak terkait dengan kehamilan
Kondisi endometritis yang tidak terkait dengan kehamilan disebut sebagai
pelvic inflammatory disease (PID). Endometritis ini sering dikaitkan dengan
peradangan saluran indung telur (salpingitis), indung telur (oophoritis) dan
17
peritonitis pelvis. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2010
pedoman pengobatan penyakit menular seksual mendefinisikan PID sebagai
kombinasi dari endometritis, salpingitis, abses tuba ovarium, dan karena
peritonitis pelvis (panggul).
Jenis-jenis Endometritis
1.
Endometritis Akut
Terutama
terjadi
pada
postpartum
atau
postabortum.
Pada
Demam
d. Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.
e.
2.
a.
Tuberkulosis;
f.
20
pada dinding uterus, maka, nyeri yang dirasakan oleh pasien adalah pada bagian
perut bawah.
Rasa nyeri yang dirasakan dihasilkan dari adanya stimulus pada saraf nosiseptor
aferen primer. saraf ini akan bekerja apabila terjadi trauma atau inflamasi, iritasi
kimiawi dengan melepas zat peptida bradikinin dan eikosanoid sebagai
prostaglandin. Apabila terdapat infalamasi pada suatu jaringan tertentu, dalam hal
ini, pada dinding endometrium, maka akan menyebabkan dikeluarkannya
mediator inflamasi yang menyebabkan ambang aktivasi nyeri pada saraf
nosiseptor aferen primer menurun, hal ini disebut dengan sensitisasi. Sensitisasi
ini penting untuk merasakan adanya nyeri pada jaringan yang dalam. Adanya
sensitisasi ini menyebabkan terbawanya axon nyeri dari saraf nosiseptor aferen
primer menuju ke spinal cord melalui serabut dorsalis dan berakhir pada
substansia grisea di
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Endometritis merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri pada
dinding endometrium pada uterus, maka, pemeriksaan yang dilakukan pada umumnya
merupakan pemeriksaan untuk menentukan bakteri yang menjadi penyebab infeksi
pada pasien:
22
MCH = 27-31 pg
MCHC
32-36 g/dl
Pada pemeriksaan darah biasanya ditemukan adanya peningkatan leukosit yang
biasanya ditemukan 15.000 30.000 sel/l. Pada umumnya, pemeriksaan ini juga
bukan merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk infeksi endometritis.
Kultur
Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa bakteri yang menginfeksi dinding
endometrius. Pada umumnya, kultur yang diambil dari spesimen transvaginal uterin
akan sulit untuk diinterpretasi karena sudah terdapat kontaminan pada bahan
pemeriksaan.
Pemeriksaan kultur pada umumnya diambil dari kultur darah, namun hanya sekitar 1020% yang dapat diinterpretasi.
Pewarnaan Gram
Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa spesies bakteri yang ada, sehingga
pemeriksa dapat memberikan antibiotik yang cocok bagi pasien.
Pemeriksaan Imaging
Pemeriksaan ini hanya dilakukan apabila pada pemberian antibiotik, tidak ada
perbaikan setelah 48-72 jam. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan USG
untuk melihat adanya kelainan abdominal lain, atau adanya intrauterin hematoma.
Penggunaan CT-scan dapat dipikirkan untuk memikirkan adanya massa pada ligamen,
trombosis vena ovarika, phelgmon.
Pemeriksaan Histologi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa berbagai sel-sel infeksi yang muncul pada
dinding endometrium akibat adanya suatu proses inflamasi.
I. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat dari berbagai aspek dari pasien, seperti:
Anamnesis
Pada umumnya pasien merupakan seorang wanita yang memiliki keluhan nyeri perut
bagian bawah, disertai demam. Gejala ini memiliki banyak kemungkinan diagnosis
penyakit, namun, apabila setelah dilakukan anamnesis lebih lanjut bahwa pasien
memiliki riwayat penyakit dahulu pernah menjalani operasi caesar yang prosesnya
memakan waktu lama, partus pervaginam dengan komplikasi, atau setelah
pemasangan alat kontrasepsei invasif, maka kemungkinan besar pasien tersebut
sedang menderita infeksi pada bagian uterus.
Apabila demam yang terjadi datang setelah < 12 jam pasien mengalami partus,
maka, kemungkinan besar pasien mengalami endometritis akut, pada umumnya,
gejala klinis yang terjadi tampak jelas. Apabila pasien mengaku pernah melahirkan
23
secara caesar atau dengan faktor resiko tersebut diatas, namun telah lewat beberapa
hari, kemungkinan adanya endometritis masih harus dipikirkan, sebab, bisa saja,
endometritis yang terjadi merupakan suatu endometritis kronis.
Pasien juga akan mengeluh adanya perdarahan vagina yang dapat berupa suatu lokia
atau perdarahan akibat gejala endometritis.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik umumnya akan ditemukan tanda-tanda infeksi pada
umumnya. Pada status generalis, akan ditemukan adanya peningkatan suhu tubuh 38390C. Pada pemeriksaan lokalis, maka akan ditemukan nyeri tekan pada abdominal
bagian bawah baik dengan pemeriksaan abdomen, maupun pemeriksaan bimanual
akan dijumpai nyeri parametrium.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjuang pada umumnya tidak memberikan hasil yang berarti. Pada
pemeriksaan darah lengkap akan didapatkan gejala-gejala infeksi bakteri pada
umumnya. Pemeriksaan histologi mungkin dapat membantu penegakan diagnosis
dengan ditemukannya neutrodil pada kelenjar endometrial pada endometritis akut,
atau ditemukan sel plasma dan limfosit pada stroma endometrial pada endometritis
kronik. Pemerikasaan kultur bakteri dan pewarnaan gram hanya sedikit membantu
untuk memastikan etiologi dari penyakit dan menentukan jenis antibiotik yang cocok
untuk pasien.
J. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding yang dapat dipikirkan pada pasien yang memiliki keluhan penyakit
ini adalah:
Apendisitis
Apendisitis merupakan suatu peradangan pada apendiks yang juga terjadi akibat invasi
bakteri. Diagnosis apendisitis dipikirkan karena pada pasien memiliki gejala utama
nyeri perut bawah dan adanya demam febris. Apendiks yang secara anatomis terletak
pada regio iliaca dextra menyebabkan apabila terjadi infeksi akan didapatkan nyeri
pada perut bawah juga, dan pada appendisitis juga terdapat demam febris apabila
belum terjadi perforasi. Diagnosis ini dapat disingkirkan apabila pasien tersebut
memiliki riwayat postpartum baru-baru ini secara caesar atau pervaginam dengan
komplikasi dan dengan pemeriksaan fisik apnedisitis.
imaging bahwa kondisi struktur pelvis yang lain baik dan hanya endometrium pasien
saja yang mengalami infeksi.
:: ampisilin 2g IV setiap 6 jam kerja di dinding sel bakteri, cara kerja bakterisida
Ditambah gentamisin 5mg/kgBB IV tiap 24 jam efektif utk gram - aerob,
aminoglikosid, dosis tergantung creatinin clearance.
Ditambah metronidazol 500mg IV tiap 8 jam anaerob dan protozoa, meng-inhibit
protein sintesis.
Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, cek ulang diagnosa.
L. Komplikasi
Komplikasi pada kasus ini adalah adanya pelvic Inflammation Disease
(PID). PID merupakan infeksi yang menyerang beberapa bagian dari genitalia interna
wanita. Infeksi pada dinding endometrium dapat dengan mudah menyerang bagianbagian yang dekat dengan uterus, seperti tuba falopii, dll, lewat aliran darah atau
-
M. Prognosis
Selama tidak ada komplikasi ke organ lain, prognosis dengan pengobatan
antibiotic bonam. besar kasus endometritis hilang dengan antibiotik. Endometritis
tidak diobati dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius dan komplikasi dengan
organ panggul, reproduksi, dan kesehatan umum. Hampir 90% wanita diobati dengan
perbaikan catatan rejimen disetujui dalam 48-72 jam. Keterlambatan memulai terapi
antibiotik dapat mengakibatkan toksisitas sistemik. Endometritis berhubungan
dengan kematian ibu meningkat karena syok septik.
https://www.scribd.com/document/233474597/Endometritis-Erlinda
MELISSA ROSARI JULI 11 2014
AKSES HARI JUMAT JAM 17.03
26