PERILAKU KEKERASAN
Masalah Utama : Perilaku Kekerasan (PK)
I. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yan dihadapi oleh
sesorang, yang ditunjukkan dengan perilaku actual melakukan kekerasan baik pada
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal,
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz,
2000). Suatu keadaan dimana seorang individu mengalami perilaku yang dapat
melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Tuwsend, 1998).
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat memebahayakan klien
sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 2004)
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : Marah adalah
pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai
terhambat.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat
harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif
marah.
II. Rentang Respon Marah
Respons Adaptif
Respons Maladptif
Asertif
Frustasi
Agresif
Pasif
Perilaku kekerasan
Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyakiti atau menyalahkan
orang lain. Dengan perilaku ini dapat melegakan perasaan individu. Frustasi
merupakan respons yang terjadi akibat akibat gagal mencapai tujuan. Perilaku pasif
merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan
marah yang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindar dari suatu tuntutan nyata.
Agresif merupakan suatu perilaku yang menyertai marah, merupakan dorongan
1 Keperawatan Jiwa 1 |perilaku kekerasan
mental untuk bertindak dan masih terkontrol. Sedangkan amuk (violent) adalah rasa
marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai dengan kehilangan control, yang
dapat merusak diri atau lingkungan.
III.
pada system limbic dan lobus temporal, sindrom otak organic, tumor tak,
trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy di temukan sangat berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori psikologik
a. Teori psikoanalisa
Agresifitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang sesorang (life span hystory). Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat
kasih sayangdan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai
kompensasi
adanya
ketidakpercayaan
pada
lingkungannya.
Tidak
merupakan
hasil
belajar
individu
terhadap
timbul
agresif
atau
amuk.
Masa
kanak-kanak
yang
tidak
b. Faktor presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan
dengan:
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkeelahian missal
dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat, alkoholisme
yang tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi masa frustasi.
Core problem
Perilaku Kekerasan
Causa
VI.Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri
rendah
VII.
Evaluasi
Pada perilaku kekerasan evaluasi harus berdasarkan observasi perubahan
perilaku dan respons subyektif. Pada evaluasi diharapkan klien dapat
mengidentifikasi penyebab, tanda-tanda perilaku kekerasan, respons, dan
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan, dukungan keluarga dan
penggunaan obat dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama
Gayuh.
Asuhan
Keperawatan
Dengan
Perilaku
Kekerasan.
Diakses
dari
file://localhost/D:/tugas%20kul/jiwa/kekerasan/asuhan-keperawatan-dengan
perilaku.html pada 20 mei 2011
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Anonym. 2008. Askep Perilaku Kekerasan. Diakses dari file://localhost/D:/tugas
%20kul/jiwa/kekerasan/askep-perilaku-kekerasan.html pada 20 mei 2011
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC
WF Maramis, 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Riyadi, sujono.,dkk. 2009. Asuhan Keperawatan jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu