Menurut Zuhaini metode dirill atau latihan adalah suatu metode dalam pengajaran dalam melatih
anak terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan. Untuk usia anak yang masih balita yang
berumur 2-5 tahun metode ini dapat diterapkan. Misalnya melatih berbahasa, melatih
ketrampilan gerak dengan cara menggambar dan lain-lain.
Metodologi Pendidikan Ibadah pada Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya ilmu jiwa agama kategori umur anak-anak adalah usia
sekolah dasar yang pada umumnya usia 6-12 tahun. Ketika anak usia seperti ini jiwanya telah
membawa rasa bekal agama dan kepribadiannya, tetapi masih dalam lingkungan dasar.
Dengan demikian, pengajaran agama sangat penting untuk ditanamkan dalam diri anak. Adapun
beberapa metode yang dapat diterapkan dalam mendidik anak sesuai dengan perkembangan yang
dapat diterapkan dalam mendidik anak sesuai dengan perkembangan anak tersebut, yaitu:
A. Metode keteladanan.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang cukup efektif dalam mempersiapkan dan
membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pendidik merupakan contoh
ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru. Karenanya
keteladanan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya anak didik.
B. Metode Pembiasaan.
Yang dimaksud pembiasan adalah membiasakan cara-cara bertindak, dibaitkan dengan metode
pembelajaran pada anak-anak, maka pembiasaan anak kepada hal-hal yang baik dalam belajar
sopan santun dalam keluarga maupun dalam kehidupan sehari-hari.
C. Metode Nasehat.
Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik kedalam jiwa dengan cara
memberikan nasehat yang dapat mengetuk hati atau relung jiwa sang anak. Bahkan dengan
metode ini pendidik dapat mengarahkan peserta didik kepada kebaikan dan kemaslahatan, serta
kemajuan masyarakat dan umat.
D. Metode Kisah.
Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pengajaran dengan
menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal yang baik, yang
sebenarnya terjadi ataupun tekanan saja.
E. Metode Hukuman.
Muhammad Quthb mengatakan bahwa bila teladan dan nasehat di metode lain tidak mampu
menguba sikap anak, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang disebut hukum
(sifatnya mendidik)
Metodologi Pendidikan Ibadah pada Anak Usia Remaja (SMP-SMA)
Remaja adalah anak yang berada pada usia bukan anak-anak, tetapi juga belum dewasa. Periode
remaja itu belum ada kata sepakat mengenai kapan dimulai dan berakhirnya. Ada yang
berpendapat bahwa usia remaja itu antara 13-21, ada juga yang mengatakan antara 13-19 tahun.
Remaja yang telah tamat atau telah putus sekolah hakikatnya membutuhkan dan berhak atas
lapangan kerja yang wajar, sesuai dengan UUD 1945 pasal 27 ayat 2. Telah diketahui bersama
bahwa anak adalah asset terbesar bagi orang tua, anak adalah amanah Allah yang perlu didik.
Oleh karena itu, agama harus ditanamkan pada diri mereka.
Dalam mengajarkan agama pada remaja diperlukan berbagai metode. Adapun metode yang
digunakan untuk mengajarkan agama pada remaja telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW
antara lain:
A. Metode keteladanan.
Ketelaudanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dalam aspek moral
spiritual anak adalam remaja mengingat pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak.
Metode ini dapat diterapkan pada usia remaja misalnya contohkan shalat, mengaji dan ibdahibada atau perbuatan baik lainnya.
B. Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah cara mengajar dengan menggunakan peragaan atau memperlihatkan
bagaimana berjalannya suatu proses tertentu kepada yang diajar. Metode ini dapat digunakan
untuk mengajarkan agama pada remaja, misalnya mendemonstrasikan langsung seperti; praktek
shalat, wudhu, atau praktek penyelenggaraan shalat jenazah.
C. Metode Pemberian Tugas Tidak Terstruktur (3T).
Yaitu tugas yang dikerjakan siswa di rumah atau lingkungannya yang dimonitor Oen guru.
Misalnya puasa senin-kamis atau ikut kerja bakti di lingkungan RT.
D. Metode Nasehat.
Termasuk metode pengajaran agama pada remaja yang cukup berhasil dalam membentuk aqidah
anak (remaja) dan mempersiapkannya baik secara moral, maupun emosional adalah pendidikan
anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat. Karena nasehat memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak (remaja) akan hakikat sesuatu,
mendorong untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.
Menurut Abudinata bahwa nasehat ini cocok untuk remaja karena dengan kalimat-kalimat yang
baik dapat menentukan hati untuk mengarahkannya kepada ide yang dikehendaki. Selanjutnya
beliau mengatakan bahwa metode nasehat itu sasarannya adalah untuk menimbulkan kesadaran
pada orang yang dinasehati agar mau insaf melaksanakan ajaran yang digariskan atau
diperintahkan kepadanya.
Daftar Pustaka
Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Anak dalam Islam Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani, 2007.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997 Darajat,
Zakiah Ilmu Jiwa Belajar Jakarta: Bulan Bintang, 1987.
* Artikel presentasi materi Sistem Pendidikan Islam di STIT INSIDA Jakarta
BAB II
PEMBAHASAN
Di bawah ini, beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengajarkan
wudhu.
a.
Metode ceramah
Metode ini adalah metode paling tua, paling mudah dan paling sering digunakan
Metode ini dapat digunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat teoritis tentang wudhu
dan hikmah-hikmahnya.
Untuk menggunakan metode ceramah dengan baik guru harus menghindari beberapa
kelemahan metode ini. Menurut buku Strategi Pembelajaran Aktif, kelemahan metode ceramah
antara lain:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
Membosankan
Siswa tidak ikut aktif dalam pembelajaran
Informasi berlangsung satu arah
Umpan balik relatif rendah
Ada kesan menggurui dan melelahkan
Kurang melekat pada ingatan siswa
Kurang terkendali, baik waktu maupun materi
Monoton
Tidak mengembangkan kreatifitas siswa
Siswa hanya menjadi objek didik
Tidak merangsang siswa untuk membaca.
Beberapa kelemahan di atas hendaklah dihindari. Hal itu bisa dilakukan dengan cara
menyertakan penjelasan visual dalam ceramah, menyelinginya dengan pertanyaan sederhana dan
sebagainya.
b.
1)
2)
3)
c.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
Untuk merangsang siswa berfikir.
Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.
Metode picture and picture
4)
d.
Metode demonstrasi
Metode ini digunakan untuk menunjukkan gerakan-gerakan bersuci dari najis dan
berwudhu. Untuk mengajarkan wudhu dengan metode ini, Guru dapat melakukan tehnik Silent
Demontration (demontrasi diam) dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1)
Membasuh muka (3
kali)
Membasuh kedua tangan beserta/sampai sikut. Dilakukan tiga kali berturutturut dan diawali dari tangan kanan.
Mengusap kepala dengan air (1 kali/3 kali) - Mengusap kedua telinga
Membasuh/mengusap kedua kaki (3 kali, dimulai dari yang kanan). - Berdoa
2)
Mintalah siswa untuk memperhatikan cara Guru memperagakannya.
Lakukan dengan memberi penjelasan atau komentar sesedikit mungkin.
Ingat! Tugas guru di sini memberikan gambaran visual tentang cara wudhu.
3) Bentuklah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil.
4)
Minta beberapa di antara mereka menjelaskan apa yang Guru
lakukan. Satu persatu dari gerakan wudhu tadi. Jika siswa masih mengalami
5)
6)
demontrasikan (wudhu).
Akhiri dengan memberi tantangan kepada siswa untuk melakukan tata cara
wudhu dengan tartb (lengkap, berurutan dan dilakukan dalam satu waktu).
Sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki beberapa kelebihan di antaranya:
1)
2)
ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru
dituntut untuk bekerja lebih profesional.
e.
Metode praktek
Dengan metode ini, guru bisa mengajak siswa ke tempat wudhu atau,
sambil rekreasi ke telaga dan di sana siswa diberi contoh dan dibimbing
melakukan cara-cara melakukan gerakan wudhu. Guru harus memperhatikan
dengan detail cara siswa mengambil air dan membasuhkannya ke anggota
badan yang dibasuh. Perhatikanlah apakah bagian-bagian itu telah terbasuh
dengan benar. Perhatikan pula cara mereka mengusapkan air ke kepala.
Kebanyakan anak-anak usia itu, melakukannya dengan membasahi rambut.
Jelaskan
kepada
mereka
perbedaan
membasahi
rambut
dengan
dan
dari
ember.
Mereka
sangat
hati-hati
dalam
masalah
ini karena dalam fiqh ada konsep air musta'mal, yaitu air yang telah
terpakai,
air
yang
dzatnya suci tapi tidak dapat mensucikan diri dari hadats. Guru-guru kita
juga
sangat
detail dalam cara membasuh wajah, sampai tidaknya santri membasuh sikut
yang
biasanya terlewat ketika membasuh tangan, atau sampai tidaknya membasuh
mata
kaki,
dan sebagainya.
f.
Metode hapalan
Metode hapalan digunakan untuk mengajarkan doa wudhu. Dengan
metode ini, siswa dibimbing untuk mengikuti bacaan/niat dan doa setelah
wudhu sampai bisa. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyampaikan
bacaan sedikit-sedikit. Guru membaca satu kalimat pendek dari doa tersebut
lalu meminta murid mengikuti bacaan. Lakukan berulang-ulang
sampai
murid lancar. Siswa dapat diajak membaca doa tersebut (dan dibimbing)
secara
bersama-sama
di
awal
atau
di
akhir
pembelajaran.
Untuk
Metode kisah
Guru menceritakan kisah-kisah yang menarik tentang hikmah bersuci
dan wudhu dengan tujuan agar siswa tertarik untuk berwudhu dan
membiasakan suci dari najis dan hadats.
Sebelum
menggunakan
kisah
sebagai
metode
mengajar,
dengan
sumur untuk mengambil air. Betapa heran dia, air yang ditimbanya berubah
menjadi emas. Cepat-cepat ia kembali ke gurunya dan menceritakan
kejadian itu . Syaikh berkata, "kamu sudah memiliki ilmu kesaktian dan
keajaiban itu saat kamu mengembalikan emas itu ke dalam sumur
2. Mandi
Mandi adalah meratakan air ke seluruh tubuh dengan tujuan untuk
menghilangkan hadats besar. Untuk menyampaikan materi sebab-sebab harus
mandi besar, seperti haid, nifas, masuk islam dan meninggal, guru bisa
menggunakan metode ceramah atau tanya jawab. Sebab-sebab yang
mengharuskan mandi besar yang lain, seperti keluar air mani dan senggama
bisa juga guru menyampaikan bila dirasa perlu. Ingat, yang guru ajar adalah
anak usia 11-13 tahun, barangkali belum cukup dewasa untuk membahas hal
itu. Jadi tidak perlu khawatir, karena materi tersebut akhirnya akan diajarkan
a.
1)
2)
3)
4)
5)
Menyampaikan informasi
Menerangkan masalah
Menjelaskan sesuatu
Memberi motivasi
Mengajukan pendapat pribadi.
Dalam pembelajaran mandi wajib metode ceramah dapat digunakan untuk;
1)
2)
3)
4)
5)
Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi
ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru. Tujuan yang akan dicapai
dari metode tanya jawab.
1) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
2) Untuk merangsang siswa berfikir. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah
yang belum dipahami.
c. Metode jigsaw
Untuk menyampaikan materi mandi wajib kepada siswa kelas
VI MI, Guru bisa menggunakan teknik jigsaw dalam pembelajarannya.
Teknik ini dapat mengaktifkan siswa serta melatih siswa percaya diri dalam
melakukan sesuatu serta melatih sikap tanggung jawab. Teknik ini dapat
Guru laksanakan, misalnya dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1)
Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok
beranggotakan 4 orang.
2) Tiap orang dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda, misalnya:
Siswa pertama diberi materi: hal-hal yang haram dilakukan oleh orang
yang berhadats besar, seperti shalat, thawaf, memegang dan membaca alQur`an, dan duduk atau berhenti di mesjid.
Siswa kedua membaca materi: cara-cara (rukun) mandi wajib, yaitu (1) niat,
dan (2) mengalirkan air ke seluruh tubuh.
Siswa ketiga menelaah materi: Mandi Sunnah, yaitu: (1) pada hari jum'at; (2)
hari raya 'idul fithri dan adha, (3) setelah memandikan mayat; (4) memulai
ihram untuk haji ataupun umrah, (5) sembuh dari kegilaan; dan (6) saat
masuk Islam.
Siswa keempat mempelajari materi: sunnah-sunnah mandi, yaitu: (1)
membasuh
kedua telapak tangan tiga kali, (2) membasuh kemaluan, (3) berwudhu,
(4) menyiramkan air ke kepala tiga kali, dan (5) menyiramkan air ke seluruh
tubuh mulai dari sebelah kanan, dan (6) berturut-turut.
3) Tiap orang dalam kelompok diberi tugas yang berbeda
4)
Anggota tim yang berbeda, yang telah mempelajari bagian/sub-bab
yang sama bertemu dalam kelompok baru
mandi
wajib
mendiskusikannya.
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli anggota kelompok tersebut
kembali ke kelompoknya semula dan bergantian mengajarkan materi yang
dikuasainya kepada teman sekelompok. Sementara anggota tim yang lain
6)
(klasikal).
7) Guru memberikan evaluasi dan panduan
8) Penutup.
d. Metode Student Team-Achievement Divisions (STAD)
Hampir mirip dengan teknik jigsaw, dalam mengajarkan materi mandi
wajib Guru dapat juga menggunakan teknik STAD dengan langkah-langkah
berikut ini:
1)
2)
3)
Kelompokkan
siswa
menjadi
beberapa
kelompok
dengan
anggota
kepada
seluruh
Langkah II:
Langkah III:
Membentuk kelompok I
Membentuk
kelompok
dasarkan kemam-
selanjutnya
puan akademik
1.
Mikal
1. Mikal
1. Mikal
2.
Lukman
2. Lukman
2. Lukman
3.
Rahmi
3. Rahmi
3. Rahmi
4.
Naufa
4. Naufa
4. Naufa
5.
Imad
5. Imad
5. Imad
6.
Dimas
6. Dimas
6. Dimas
7.
Muslim
7. Muslim
7. Muslim
8.
Ilham
8. Ilham
8. Ilham
9.
Zidni
9. Zidni
9. Zidni
10. Fadla
10. Fadla
10. Fadla
11. Nguru
11. Nguru
11. Nguru
12. Dinda
12. Dinda
12. Dinda
13. Fahmi
13. Fahmi
13. Fahmi
14. Syifa
14. Syifa
14. Syifa
15. Ghina
15. Ghina
15. Ghina
16. Lina
16. Lina
16. Lina
17. Rizki
17. Rizkia
17. Rizki
18. Milla
18. Milla
18. Milia
19. Tessa
19. Tessa
19. Tessa
20. Ma'ruf
20. Ma'ruf
20. Ma'ruf
12
11
13
19
14
20
3. Khitan
Arti Khitan menurut bahasa adalah memotong.Sedangkan menurut istilah khitan pada
laki-laki adalah memotong kulit yang menutupi ujung kemaluan laki-laki yang disebut dengan
Qulfah, agar tidak terhimpun kotoran di dalamnya, dan juga agar dapat menuntaskan air kencing,
serta tidak mengurangi nikmatnya jima suami isteri. Ada beberapa kebiasaan alamiah yang
dianjurkan
Nabi
Muhammad
kepada umatnya, di antaranya: (1) khitan, (2) merapikan rambut, (3) memelihara janggut, (4)
memotong kuku, (5) menghilangkan bulu-bulu yang mengganggu, (6) membiarkan uban atau
mengubah warnanya, (7) memakai wangi-wangian dan (8) menggosok gigi.
Untuk mencapai tujuan pencapaian kompetensi dari materi yang diajarkan, seorang guru
harus menggunakan metode yang baik dalam penyampaiannya. Metode yang baik, selain
berguna agar materi gampang diserap siswa, juga dapat mengaktifkan siswa mencari
pengetahuan secara mandiri dan bekerja sama. Di antara metode untuk menyampaian materi
khitan, Guru dapat menggunakan beberapa metode di bawah ini:
a.
1)
Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Untuk teks yang
berbeda guru bisa menggunakan kisi-kisi, bagan, atau skema yang dapat
diisi oleh siswa.Untuk teks di atas Guru bisa menggunakan pertanyaan-
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
3)
4)
3)
4)
pasangan.
Pembicara (siswa pertama) menyampaikan ringkasan selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
a)
ide-ide
pokok
yang
kurang
lengkap; dan
b)
Membantu
mengingat/menghapal
ide-ide
pokok
dengan
1)
2)
3)
kelompok-kelompok
siswa
beranggotakan
(dua)
pendengar
dan
yang
tadinya
sebagai
pendengar
bertugas
menyampaikan materi.
6)
Tugaskan siswa agar bergiliran/diacak menyampaikan materi yang
dipelajari ke pasangan yang lain. Lakukan hal ini, sampai semua siswa
mendapatkan gilirannya.
7)
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa.
8) Guru membuat kesimpulan dan menutup kegiatan.
d. Metode Reading Aloud (Membaca Keras)
Di
antara
teknik
mengajar
yang
dapat
dilakukan
untuk
Pilih suatu teks yang cukup menarik tentang khitan untuk dibaca dengan
2)
3)
4)
Berilah
waktu
kepada
siswa
untuk
berdiskusi
jika
mereka
3.
a)
b)
Khitan
Papan tulis
Buku tulis
atas
keberhasilan
pembelajaran
yang
Guru
lakukan
dapat
1)
Guru buat satu outline kosong atau sebagian kecil telah diisi, misalnya
sebagai berikut:
Rukun Wudhu
Menyeka kepala
2) Bagikan outline itu kepada siswa.
3) Suruhlah siswa mengisi baris-baris kosong sesuai dengan batas waktu
yang disediakan.
4) Kumpulkan jawaban siswa untuk dinilai.
2. Mandi
Pada dasarnya evaluasi pembelajaran mandi wajib dapat dilakukan
melalui tes lisan, tertulis maupun praktek. Dalam tes tulis, siswa dapat diberi
soal berupa jawaban uraian ataupun objektif.
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi
pembelajaran adalah satu teknik yang disebut dengan istilah muddiest point
(masalah yang paling kabur). Teknik ini dapat digunakan untuk melihat
kemampuan siswa dalam kecakapan mendengar, menyimak, konsentrasi,
menganalisa, dan menyimpulkan. Sekaligus dengan teknik ini seorang
guru
dapat
mengevaluasi
dirinya
dalam
menampaikan
materi.
berikutnya.
3. Khitan
Evaluasi terhadap kemampuan siswa dalam menjelaskan ketentuan
dan hikmah khitan pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan tes
lisan maupun tulisan. Teknik-teknik yang telah dijelaskan di depan pun
sebenarnya dapat juga digunakan untuk melakukan evaluasi atas keberhasilan
pengajaran.
Untuk mengetahui keberhasilan Guru dalam mengajarkan materi
serta kemampuan siswa menangkap pengertian materi, selain teknikteknik yang telah disebutkan sebelumnya, Guru dapat menggunakan
teknik Minutes Paper (Catatan Singkat). Teknik ini menggunakan satu
lembar kertas yang menyajikan tanggapan siswa atas materi yang diajarkan
dengan cepat dan sederhana. Guru menyisakan waktu beberapa menit
sebelum sesi pelajaran habis dan melakukan prosedur di bawah ini:
a. Sebelum mengakhiri kegiatan belajar mengajar, fokuskan objek evaluasi
pada pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
b. Selanjutnya, dalam 4 atau 5 menit mintalah siswa menjawab pertanyaan:
Apa yang paling penting Guru pelajari dari kegiatan belajar tadi?
c. Kemudian, dalam 4 atau 5 menit kedua, mintalah siswa menjawab
pertanyaan: Apa pertanyaan penting Guru yang belum terjawab dalam
kegiatan belajar tadi?
d. Kumpulkan jawaban siswa untuk dievaluasi.
e. Ucapkan terima kasih dan tutup pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan dan pendekatan pembelajaran fiqih adalah bagaimana mengajarkan dan
menanamkan sikap suci kepada siswa madrasah ibtidaiyah, melalui wudhu, mandi dan khitan
kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT. Sedangkan Sumber belajar dan media belajar adalah kedua komponen yang
sangat penting dalam proses belajar mengajar dalam menunjang pembelajaran, dengan
penyampaian komunikasi yang apik dan dapat dipahami serta diterima oleh peserta didik.
B.
SARAN
Guru harus menguasai materi terlebih dahulu sebelum menyampaikan pelajaran dan dapat
menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran
yang tepat. Karena sumber belajar dan media yang tepat adalah unsur penunjang dalam proses
komunikasi, maka jenis bentuk dan fungsinya sangat ditentukan oleh jenis, bentuk, dan tujuan
komunikasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dan Tri Prasetya, Joko, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
Pustaka
Setia,
1997.
Direktorat Pendidikan Madrasah, Model Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP)
Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam
Departemen
Agama
RI,
2007.
Habsyi, Muhammad Bagir al-, Fiqh Praktis Menurut al-Qur`an, As-Sunnah dan
Pendapat
Para
Ulama, Bandung: Mizan, 2005.
Lie, Anita, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang
Kelas, Jakarta: Gramedia, 2008.
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Jakarta: At-Thahiriyah, 2006.
Tafsir, Ahmad, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam,
Bandung,
Maestro,
2008.