Anda di halaman 1dari 17

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

WILAYAH KESESUAIAN REL KERETA API CEPAT


JAKARTA-BANDUNG

Geomer:
Kecamatan Tamun Selatan, Kecamatan Setu, dan Kecamatan Bantar Gebang
Jawa Barat

Disusun Oleh:
Satrio Fatturahman (1306444245)

DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakamg

Pada era yang semakin maju transportasi menjadi peran yang penting dalam
perkembangan suatu wilayah. Perkembangan wilayah tersebut selaras dengan kebutuhan
yang meningkat secara temporal. Kebutuhan tersebut memicu perpindahan dan pergerakan,
oleh karena itu transportasi menjadi peran penting dalam perkembangan ini. Transportasi
memicu terjadi pergerakan dan terjadi karena adanya permintaan dari daerah asal menuju
daerah tujuan. Perpindahan dapat berupa manusia, barang, atau informasi. Ketika
perpindahan terjadi maka kebutuhan akan terpenuhi sehingga memicu sebuah
perkembangan. Jakarta sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan Indonesia
membutuhkan peran transportasi dalam menunjang daerah-daerah disekitarnya, salah
satunya dengan Ibukota Jawa Barat. Jakarta dan Bandung merupakan dua Ibukota Provinsi
yang memiliki hubungan penting dalam perpindahan barang, informasi, dan manusia.
Transportasi cepat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan perpindahan dan pergerakan
barang, informasi, dan manusia. Salah satu transportasi yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan tersebut adalah Kereta Api Cepat Jakarta Bandung. Perancangan Kereta Api cepat
dibutuhkan pembangunan rel atau jalur kereta api supaya kereta dapat memenuhi
kebutuhan. Dalam pembangunan rel dibutuhkan pertimbangan aspek fisik lingkungan agar
pembangunan rel kereta api sesuai harapan. Untuk menentukan pertimbangan fisik dilakukan
analisis spasial berdasarkan variable fisik ditentukan yang mempengaruhi rel kereta api.

1.2.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembuatan kereta api cepat Jakarta Bandung :


Dimana Wilayah yang sesuai untuk pembuatan rel kereta api cepat
Jakarta Bandung berdasarkan aliran sungai pada setiap Kelurahan pada
Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Setu, dan Kecamatan Bantar
Gebang ?

1.3.

Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui wilayah yang sesuai untuk
pembangunan jalur kereta api cepat yang tepat berdasarkan aliran sungai
Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Setu, dan Kecamatan Bantar
Gebang secara spasial

1.4.

Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah :


1. Geomer penelitian adalah Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Setu,
dan Kecamatan Bantar Gebang, bekasi
2. Kelurahan-Kelurahan pada Kecamatan Tambun Selatan merupakan unit
analisis penelitian
3. Aliran Sungai yang dimaksud adalah aliran sungai yang mengalir pada
Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Setu, dan Kecamatan Bantar

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jalur Kereta Api
Morlok (1978) mendefinisikan transportasi sebagai sebagai suatu tindakan, proses,
atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Secara lebih spesifik
transportasi didefinisikan sebagai kegiatan pemindahan informasi,barang, dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan. Sehingga jalur transportasi memiliki peran dalam menunjang
kereta api untuk memindahkan objek. Sesuai pasal 36 UU No.23 Tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian jalur kereta api meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur
kereta api dan ruang pengawasan jalur kereta api. Pembangunan jalur kereta api harus sesuai
dengan rencana trase jalur kereta api yang sudah ditetapkan. Pengalokasian ruang jalur
kereta api diperlukan untuk kepentingan perencanaan dan pengoperasian. Untuk
kepentingan perencanaan, suatu jalur kereta api harus memiliki pengaturan ruang yang
terdiri dari ruang manfaat, ruang milik, dan pengawasan. Jumlah jalur yang dimaksud adalah
jumlah pada lintas bebas. Sesuai dengan jalur yang dimaksudkan diatas, pengelompokkannya
adalah sebagai berikut:
1) Jalur tunggal (single track): jumlah jalur pada lintas bebas hanya satu dan digunakan untuk
melayani arus kereta api dari dua arah.
2) Jalur ganda (doeble track): jumlah jalur pada lintas bebas dua buah; massing-masing jalur
hanya digunakan untuk melayani arus kereta api dari satu arah saja.
Berdasarkan pembuatan kereta api, minimalisir penggunana dana sangat penting
dalam pembuatan jembatan. Jembatan rel kereta api dapat membuat rel dapat melewati
wilayah yang memiliki medan atau bentukan yang tidak sesuai. Dalam pembuatan rel kereta
api terhadap aliran sungai pembuatan jembatan yang ideal adalah melewati sebuah sungai.
Dalam kalimat diatas dapat diasumsikan bahwa jembatan akan lebih meminimalisir dana jika
sungai yang dilewati hanya satu sungai jika lebih dari satu sungai akan membutuhkan dana
lebih besar.

2.1. Aliran Sungai


Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi
disamping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya aliran air di dalamnya,
sungai menggerus tanah dasarnya secara terus-menerus sepanjang masa eksistensinya dan
terbentuklah lembah-lembah. Pada definisi lain, yang lain alur sungai adalah suatu alur yang
panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan. Bagian yang
senantiasa tersentuh aliran air ini disebut aliran air. Dan perpaduan antara alur sungai dan
aliran air di dalamnya disebut sungai. Sedangkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 63 Tahun 1993, sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan
pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan. Sungai sebagai drainase alam mempunyai jaringan
sungai dengan penampangnya, mempunyai areal tangkapan hujan atau disebut Daerah Aliran
Sungai (DAS). Bentuk jaringan sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi, kondisi muka
bumi DAS, dan waktu (sedimentasi, erosi/gerusan, pelapukan permukaan DAS, pergerakan
berupa tektonik, vulkanik, longsor lokal dll).

2.3. Buffer
Analisis buffer digunakan untuk mengidentifikasi daerah sekitar fitur geografis.Proses
ini menghasilkan daerah cakupan (range) di sekitar fitur geografis yang kemudiandapat
digunakan untuk mengidentifikasi atau memilih fitur berdasarkan letak obyek yang berada di
dalam atau di di luar batas buffer.Hasil analisis buffer ini adalah bentukan poligon di sekitar
objek. Zonasi nilai tanah(ZNT), bangunan terdampak banjir, area sempadan sungai, pemetaan
area perluasan jalan,zona pembebasan jalur listrik tegangan tinggi dan lain-lain adalah contoh
pekerjaan yang biasa menggunakan buffering.Buffer merupakan salah satu fasilitas pada
perangkat lunak GIS yang memungkinkankita membuat suatu batasan area tertentu dari
obyek yang kita inginkan, misal kita inginmembuat batasan area 200 meter dari suatu penggal
jalan, sungai atau kita ingin membuat batasan dengan radius tertentu dari pusat kota. Buffer
Juga merupakan proses analisis yang digunakan untuk membuat featuretambahan di
sekeliling feature asli dengan menentukan jarak tertentu. Buffer dapatdigunakan untuk
feature titik, garis maupun polygon.

BAB 3
METODOLOGI

3.1. Pengumpulan Data


Data Sekunder Data yang digunakan dalam menentukan wilayah kesesuain sungai
adalah data aliran sungai yang didapat dari Kemetrian Kehutanan tahun 2011 yang berada di
Provinsi Jawa Barat yang kemudian menggunakan software ArcGIS 10.3 untuk mendapatkan
aliran sungai Kecamatan Tambun Selatan yang kemduian data diolah untuk diproses secara
spasial.

3.2. Pengolahan Data


Pengolahan Data yang dilakukan untuk menetukan wilayah kesesuaian rel kereta api
cepat terhadap aliran sungai adalah metode Buffer dengan mencari wilayah yang sesuai untuk
membangun rel kereta api. Setelah data aliran sungai siap pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan software ArcGIS 10.3. Sebelum buffer dilakukan data aliran sungai yang
mecakup satu Provinsi Jawa Barat dipotong terlebih dahulu sesuai Kecamatan Tambun
Selatan menggunakan tool Clip pada ArcGIS. Sungai hasil pemotongan sesuai Kecamatan
yang akan dilakukan untuk tahap selanjutnya. Penentuan Wilayah kesesuaian sungai
menyesuaikan PERENCANAAN JARINGAN DAN SIMPUL KERETA API dan PERATURAN
PERKERETA APIAN TAHUN 2007 buffer sungai 100 m dan 50 m untuk dibangun rel kereta api
tanpa jembatan. Buffer aliran sungai dilakukan menggunakan tool Multiple Ring Buffer untuk
mendapatkan keterjangkauan sungai.

3.3. Analisis Data


Analisis data yang dilakukan dengan adalah analisis spasial atau keruangan
berdasarkan kelurahan untuk menentukan wilayah dapat dijadikan jalur kereta api cepat.
Sebelum melakukan analisis wilayah kesesuaian rel kereta api secara mendalam dibutuhkan
beberapa faktor lainnya yang data-data spasial yang dihasilakn akan diolah dengan metode
scorring atau pembobotan. Sehingga proses tersebut akan mendapatkan jalur kereta api yang
sesuai pada kelurahan-kelurahan yang terdapat pada Kecamatan Tambun Selatan.

BAB 4
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1. Kondisi Umum
4.1.1. Profil Geografis, Administrasi dan Kondisi Fisik Wilayah
A.

Letak Geografis
Kabupaten Bekasi mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh jalur
regional yang menjadi perlintasan antara ibu kota propinsi dan ibu kota. Secara
geografis Kabupaten Bekasi terletak antara 60 10 53 60 30 6 Lintang Selatan dan
1060 48 28 1070 27 29 Bujur Timur. Posisi tersebut menempatkan Kabupaten
Bekasi berada di sebelah barat wilayah Propinsi Jawa Barat yang memanjang dari
utara ke selatan.

B.

Wilayah Administratif
Wilayah Kabupaten Bekasi mempunyai luas 127.388 Ha, meliputi 23 Kecamatan. Secara
administratif Kabupaten Bekasi mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara

: Laut Jawa

Selatan

: Kabupaten Bogor

Barat

: DKI Jakarta dan Kota Bekasi

Timur

: Kabupaten Karawang

Secara administratif Kabupaten Bekasi dikepalai oleh seorang Bupati. Jumlah


kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi sebanyak 23 kecamatan yang terdiri dari 182
desa dan 5 kelurahan. Jumlah desa/kelurahan di setiap kecamatan berkisar antara 6
sampai 13. Kecamatan dengan jumlah desa yang paling sedikit yaitu kecamatan
Cikarang Pusat, Bojongmangu dan Muaragembong, sedangkan kecamatan yang
memiliki jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Pebayuran. Kecamatan terluas
adalah Muaragembong (14.009 Ha) atau 11,00 % dari luas kabupaten.

C.

Kondisi Fisik Wilayah


Klimatologi
Suhu udara yang terjadi di Kabupaten Bekasi berkisar antara 28 0-320C. Curah
hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari

Kondisi Air Tanah


Sekitar 15,5 % wilayah Kabupaten Bekasi memiliki air tanah yang terintrusi air
laut terutama di Kecamatan Muaragembong dan Tarumajaya, 20,1 % memiliki air
tanah dalam dan 64,4 % memiliki air tanah dangkal.
Kondisi air tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi sebagian besar merupakan air
tanah dangkal yang berada pada kedalaman 5 25 meter dari permukaan tanah,
sedangkan air tanah dalam pada umumnya didapat pada kedalaman antara 90 200
meter.

Kondisi air tanah di 5 kecamatan yaitu Cikarang Pusat, Cikarang Utara, Cikarang
Selatan, Cikarang Barat, dan Cikarang Timur memiliki debit sumur umumnya 5 lt/dtk.
Kedalaman akuifer dangkal dapat mencapai lebih dari 25 m. Kedalamannya bervariasi
antara 5-8 m di daerah pegunungan dan 2-4 m di daerah dataran di bawah permukaan
tanah setempat. Lapisan akuifer dalam berada pada kedalaman 40 140 m di bawah
muka tanah setempat. Untuk Kecamatan Setu, Serang Baru, Cikarang Selatan, Karang
Bahagia, dan Pebayuran mempunyai potensi air tanah sedang. Kecamatan Cibarusah
dan Bojongmangu umumnya potensi air tanahnya kecil, setempat dan langka.

Kondisi Air Permukaan


Kabupaten Bekasi merupakan SWS Citarum sepanjang 2.068 km2. Sungai yang
berada di Kabupaten Bekasi adalah Kali Cikarang, Kali Ciherang, Kali Blencong, Kali
Jambe, Kali Sadang, Kali Cikedokan, Kali Ulu, Kali Cilemahabang, Kali Cibeet, Kali
Cipamingkis, Kali Siluman, kali Srengseng, kali Sepak, Kali Jaeran, dan Kali Bekasi.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 68 Tahun 1997


tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air, sungai-sungai di Kabupaten Bekasi yang

dimanfaatkan untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan pertanian adalah
Sungai Citarum, Sungai Cibeet, Sungai Bekasi, dan Sungai Cikarang.

Kondisi kualitas sungai berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air sungai yang
dilaksanakan oleh BPLH Kabupaten Bekasi tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1. Sungai Jambe, kondisi air dibawah baku mutu dan untuk beberapa parameter
melebihi ambang batas yaitu Do, Zn, COD, BOD
2. Sungai Menir, kondisi di bawah baku mutu dan parameter yang melebihi ambang
batas adalah Zn
3. Sungai Jaeran, kondisi di bawah baku mutu dan parameter yang melebihi ambang
batas Zn
4. Sungai Cikedokan, kondisi di bawah baku mutu dan parameter yang melebihi
ambang batas adalah Nitrit dan MBAS (konsentrasi deterjen)
5. Sungai Sadang, kondisi di bawah baku mutu dan parameter yang melebihi ambang
batas adalah MBAS (konsentrasi deterjen)
6. Kali Ulu, kondisi di bawah baku mutu dan parameter yeng melebihi ambang batas
Nitrit
7. Sungai Cilemahabang, kondisi di bawah baku mutu dan parameter yang melebihi
ambang batas Zn
8. Sungai CBL, kondisi di bawah baku mutu
9. Sungai Cikarang, kondisi di bawah baku mutu dan parameter yang melebihi
ambang batas MBAS (konsentrasi deterjen)
Tabel 2.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Bekasi
No
1
2
3
4

DAS

Luas

CBL
Ciherang
Citarum
Bekasi

Debit (m3/dtk)
842,5 m3/dtk
216 m3/dtk
2342,5 m3/dtk
410 m3/dtk

Sumber : Kegiatan Survei dan Pendataan DAS di Kabupaten Bekasi, Bappeda, 2011

Luas wilayah Kabupaten Bekasi adalah 127.388 Ha, luas masing-masing kecamatan dan
jumlah desa di Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada table 2.2

Tabel 2.2
Luas Wilayah dan Jumlah Desa

Setu
Serang Baru
Cikarang Pusat
Cikarang Selatan
Cibarusah
Bojongmangu
Cikarang Timur
Kedungwaringin
Cikarang Utara
Karangbahagia
Cibitung
Cikarang Barat
Tambun Selatan
Tambun Utara
Babelan
Tarumajaya
Tambelang
Sukawangi
Sukatani
Sukakarya
Pebayuran
Cabangbungin
Muaragembong

Jumlah Desa /
Keluarahan
11
8
6
7
7
6
8
7
11
8
7
11
10
8
9
8
7
7
7
7
13
8
6

Kabupaten Bekasi /
Bekasi Regency

187

Kecamatan / District

Luas Wilayah / Area


Ha
% terhadap total
6.216
4,88
6.38
5,01
4.76
3,74
5.174
4,06
5.039
3,96
6.006
4,71
5.131
4,03
3.153
2,48
4.33
3,40
4.61
3,62
4.53
3,56
5.369
4,21
4.31
3,38
3.442
2,70
6.36
4,99
5.463
4,29
3.791
2,98
6.719
5,27
3.752
2,95
4.24
3,33
9.634
7,56
4.97
3,90
14.009
11,00

127.388

100,00

Sumber : Bekasi Dalam Angka, Tahun 2011

4.2. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi pada tahun 20110 menurut data BPS
Kabupaten Bekasi Tahun 2011 sebanyak 2.630.401 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak
ada di Kecamatan Tambun Selatan sebanyak 417.008 jiwa dan jumlah penduduk yang
paling rendah ada di kecamatan Tambelang sebanyak 35.376 jiwa.
Kecamatan yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Tambun Selatan dengan angka kepadatan 9.675 jiwa/km2, sedangkan yang paling
rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Muaragembong dengan angka
kepadatan 253 jiwa/km2.

Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Bekasi, terlihat


bahwa penduduk paling banyak terkonsentrasi di wilayah perkotaan dan sepanjang
koridor timur barat yaitu Cikarang Selatan, Cikarang Utara, Cibitung, Tambun Selatan.
Selain itu juga kecamatan yang berdekatan dengan Kota Bekasi dan DKI Jakarta seperti
Kecamatan Tambun Utara, Tarumajaya, Babelan.

Penduduk menurut umur menunjukkan bahwa penduduk usia produktif (15 64 tahun) mencapai 1.790.897 orang atau 68,08 %. Sedangkan penduduk yang belum
produktif (<10 tahun) 542.689 orang atau 20,63 % dan yang tidak produktif lagi (65
tahun ke atas) 68.811 orang atau 2,62 % . Sehingga beban ketergantungan sebesar
46,88.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi

4.3. Wilayah Penelitian


4.3.1 Kecamatan Bantar Gebang
Kecamatan Bantargebang merupakan bagian dari Kota Bekasi yang terletak di wilayah
barat Kota Bekasi yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor yang

dalam perkembangannya telah menunjukkan kemajuan di berbagai bidang sesuai dengan


peran dan fungsinya.
Luas wilayah Kecamatan Bantargebang setelah dipecah dengan Kecamatan
Bantargebang adalah 1.843.890 Ha yang terdiri dari 4 (empat) kelurahan yaitu :
1.
2.
3.
4.

Kelurahan Bantargebang
Kelurahan Cikiwul
Kelurahan Ciketingudik
Kelurahan Sumurbatu

: luas 406,244 Ha
: luas 525,351 Ha
: luas 568,955 Ha
: luas 343,340 Ha

Berdasarkan pembentukannya batas Kecamatan Bantargebang adalah :

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor


Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor
Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Rawalumbu
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Setu dan Kabupaten Bekasi

4.2

Kecamatan Setu

Secara administratif, Kecamatan Setu yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Bekasi
dengan luas wilayah 5.432,69 Ha terbagi menjadi 11 desa/kelurahan, yang terdiri dari:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Burangkeng
Cibening
Cijengkol
Cikarageman
Cileduk
Kertarahayu
Lubangbuaya
Muktijaya
Ragemanunggal
Taman Rahayu
Taman Sari

Ditinjau dari topografinya, Kecamatan Setu termasuk dataran rendah dengan ketinggian
rata-rata 20 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan pemanfaatan ruang pada tahun 2006,
sebanyak 45% luas wilayah Kecamatan Setu merupakan permukiman yang didominasi
permukiman perdesaan. Kecamatan setu masih didominasi oleh kawasan pertanian, dengan
30% pertanian lahan basah dan 21% pertanian lahan kering. Di sisi lain, luas kawasan
peruntukkan industri hanya terbatas 4% pada Kecamatan Setu.

Berdasarkan data tahun 2008, Kecamatan Setu memiliki 79.375 jiwa penduduk,
dengan penduduk laki-laki (40.221 jiwa) yang lebih banyak daripada perempuan (39.154
jiwa). Persebaran penduduk di Kecamatan Setu tidak merata, penduduk terkonsentrasi pada
wilayah permukiman yang tumbuh berkembang di sekitar pusa-pusat kegiatan ekonomi. Hal
tersebut ditunjukkan oleh kepadatan penduduk pada Desa Lubangbuaya (37 jiwa/Ha),
Burangkeng (21 jiwa/Ha), dan Tamanrahayu (20 jiwa/Ha), dimana daerah-daerah tersebut
memiliki sumber penghasilan utama dari sektor perdagangan besar/eceran, rumah makan
dan jasa. Adapun daerah yang digerakkan oleh sektor pertanian memiliki kepadatan
penduduk yang rendah.
4.3. Kecamatan Tambun Selatan
Kecamatan Tambun Selatan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi memiliki batas
administrasi sebagai berikut :
Batas Utara : Kecamatan Tambun Utara
Batas Selatan : Kecamatan Setu
Batas Timur : Kecamatan Cibitung
Batas Barat : Kecamatan Bekasi Timur dan Kecataman Rawalumbu
Luas Wilayah tiap desa yang terletak di Kecamatan Tambun Selatan memiliki luas yang
berbeda-beda dengan desa terluas di Tambun Selatan dimiliki Desa Sumberjaya dengan luas 613 m2
sedangkan luas wilayah terkecil terdapat di desa Setiadarma dengan luas 161,2 m2. Kecamatan
Tambun Selatan memiliki luas 3.506 m2 terdapat 9 Desa dan 1 Kelurahan (Jatimulya). Kecamatan
Tambun Selatan sebagian besar luas daerahnya adalah perkotaan atau urban dan sudah sedikit sekali
lahan yang dijadikan sebagai lahan pertanian (BPS, 2015).

(sumber : Badan Pusat Statistik 2015)

Administrasi Wilayah Penelitian

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kesesuaian Wilayah Rel Kereta Api terhadap Aliran Sungai

Dari hasil buffer diatas dapat dilihat bahwa sungai mengalir dari selatan menuju utara
hal ini dapat dilihat dari sungai banyak becabang di selatan yang menunjukan bahwa hulu
berada di bagian selatan. Dari hasil analisis wilayah kesesuaian kereta api dapat diamati
bahwa hampir seluruh kelurahan memiliki wilayah yang sesuai untuk pembuatan rel kereta
api tetapi untuk kelurahan Lambanganjaya dan Lambangansari pada Kecamatan Tambun
Selatan memiliki banyak aliran sungai. Teramati bahwa bagian selatan wilayah penelitian
memiliki wilayah yang lebih tinggi daripada wilayah lainnya terlihat dari banyaknya hulu
sungai di bagian selatna. Setiap unit analisis memiliki wilayah sesuai dan tidak sesuai
berdasarkan buffer sungai.
Berdasarkan kesesuaian kerapatan sungai dan buffer sungai dapat diamati pada peta
bahwa kelurahan yang sesuai untuk dibuat jalur kereta api cepat Jakarta-Bandung yaitu

kelurahan Cimuning, Kelurahan Cijengkol, Kelurahan Bantar Gebang, Kelurahan Cikiwul,


Kelurahan Tridasakti, dan Kelurahan Setiamekar. Serta Kelurahan yang Cukup sesuai untuk
pembuatan rel kereta api yaitu kelurahan Mekarsari, Kelurahan Mangunjaya, Kelurahan
Lubangbuaya, Kelurahan Padurenan, Kelurahan Mustikasari, Kelurahan Tamarahayu,
Kelurahan Tamansari, dan Kelurahan Ciketingudik. Sedangkan Kelurahan sisanya tidak sesuai
untuk pembuatan jalur rel kereta api. Berdasarkan analisis spasial terdapat 6 Kecamatan yang
sesuai untuk pembuatan jalur kereta api cepat. Jika dilihat dari peta wilayah kesesuaian jalur
kereta api terbagi menjadi dua bagian yaitu utara dan selatan dalam pembuatan jalur kereta
api.

BAB 6
KESIMPULAN
Pada perencanaam pembuatan rel kereta api cepat Jakarta Bandung di Kecamatan
Setu, Kecamatan Bantar Gebang, dan Kecamatan Tambun Selatan hanya terdapat 14
Kelurahan yang sesuai untuk dilalui jalur kereta api berdasarkan sungai. Ha ini disebabakan
karena kelurahan lainnya terdapt beberapa hulu sungai sehingga terdapat banyak
percabangan sungai. Dari Ketiga Kecamatan yang memiliki wilayah sesuai terbanyak adalah
Kecamatan Bantar Gebang sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Setu. Sehingga
dalam penarikan jalur rel kereta api pada wilayah penelitian dapat ditarik jalur dari Kelurahan
Lubangbuaya hingga Kelurahan Bantar gerbang atau dari Kelurahan Tridasakti hingga
Kelurahan Setiamekar sehingga terdapat 2 jalur alternatif kereta api pada wilayah penelitian.
Analisis berdasarkan variable lainnya sangat menentukan wilayah mana yang lebih spesifik
untuk pembuatan rel kereta api cepat Jakarta-Bandung

Daftar Pustaka

Steva, Oriza. 2014. ANALISIS BUFFER ARCGIS. Padang : Academia.edu


Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Bekasi Dalam Angka. Kabupaten Bekasi : Sensus 2010
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Tambun Selatan Dalam Angka. Kabupaten Bekasi :
Sensus 2010
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Setu Dalam Angka. Kabupaten Bekasi : Sensus 2010
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Bantar Gebang Dalam Angka. Kabupaten Bekasi :
Sensus 20150
Priatna, Humang. 2012. THE PLANNING OF THE NETWORK AND NODE OF MAMMINASATA
COMMUTER TRAIN (URBAN TRANSPORT MOVEMENT GEOSPATIAL APPROACHES).
Makkasar : Universitas Hasanuddin
Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 60 tahun 2012. 2012.
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api Hardjono. 2011. IDENTIFIKASI MEDAN UNTUK
KETERLINTASAN REL KERETA API ANTARA GUNDIH-KARANGSONO KABUPATEN
GROBONGAN. Grobongan : Forum Geografi

Anda mungkin juga menyukai