Anda di halaman 1dari 15

KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI MEA

Makalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia


DOSEN PENGAJAR
Edi Tamtomo, SE, ME

Disusun oleh :
Prasetya Widiastuti
43214120451
Akuntansi / Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mercu Buana
Jakarta
2015
DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI ...........................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1


A.
B.
C.
D.

Latar Belakang.............................................................................................1
Tujuan .........................................................................................................3
Rumusan Masalah........................................................................................3
Sistematika Penulisan..................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................4


A. Masyarakat Ekonomi ASEAN.....................................................................4
B. Karakteristik Dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN.............................5
C. Pentingnya Masyarakat Ekonomi Asean.....................................................7

BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................8


A. Pemahaman Masyarakat mengenai MEA....................................................8
B. Peran Pemerintah Menghadapi MEA..........................................................9
C. Tantangan dan Strategi Menghadapi MEA................................................10
BAB IV PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan ...............................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kita sudah memasuki bulan Desember 2015, tinggal beberapa hari
lagi, bangsa Indonesia akan memasuki era ekonomi baru, yakni era
perdagangan bebas ASEAN atau lazim dikenal Masyarakat Ekonomi ASEAN

Perekonomian Indonesia2 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


Prasetya Widiastuti

(MEA). Tujuan dari MEA sangatlah ideal dan indah, yakni meningkatkan
stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN sekaligus membentuk kawasan
ekonomi antarnegara Asia Tenggara yang lebih kuat di masa depan.
Namun, semua persiapan menghadapi era perdagangan bebas tersebut sudah
lama dilakukan pemerintah di negara masing-masing, tak terkecuali Indonesia.
Sejauh mana persiapan yang dilakukan selama ini telah berjalan efektif?
Apabila persiapan sudah sempurna, tentu Indonesia tidak perlu khawatir
menghadapi persaingan antarnegara mulai 1 Januari 2016.
Kita bertanya, benarkah masyarakat, pengusaha dan semua komponen terkait
di negeri ini sudah siap memasuki era perdagangan bebas ASEAN? Karena
apapun kondisinya pada akhir 2015, semua harus siap, mengingat seluruh
negara ASEAN akan berlaku peraturan aliran bebas lintas investasi, jasa,
barang, tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-masing negara.
Bayangkan saja, saat MEA diberlakukan, tidak ada lagi bagi Indonesia
menyatakan tidak siap. Suka atau tidak suka, bangsa Indonesia harus masuk
arena petarungan. Sementara negara-negara lain akan berusaha dan bergerak
cepat guna memanfaatkan peluang pasar yang telah disepakati bersama.
Persoalannya, kita sebagai anak bangsa sedikit prihatin dan tetap was-was
menghadapi era perdagangan bebas ini. Apalagi, Indonesia memiliki banyak
kendala ketimbang negara-negara ASEAN lainnya, terutama dari aspek daya
saing. Dalam beberapa tahun belakangan ini, negeri ini bahkan tidak lepas dari
berbagai kegaduhan. Dampaknya, banyak instansi yang tidak fokus dalam
menjalankan tugas, terutama sejumlah kementerian yang bertanggung jawab
dalam hal peningkatan kualitas dalam rangka memanfaatkan peluang besar
MEA.
Selama

ini,

pemerintah

seolah

mengklaim

sangat

serius

dalam

menyosialisasikan manfaat MEA maupun dampaknya bagi masyarakat dan


negara jika diberlakukan. Untuk itu, pemerintah telah menerbitkan Instruksi

Perekonomian Indonesia3 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


3
Prasetya Widiastuti

Presiden (Inpres) No 11/2001 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru


MEA.
Dalam cetak biru itu ditetapkan 12 sektor prioritas yang menjadi unggulan
bagi Indonesia dalam menghadapi MEA. Poin-poin dalam cetak biru itu
menjadi pedoman bagi semua pihak terkait untuk meningkatkan kualitas dan
daya saing produk atau jasa tersebut.
Adapun sektor yang menjadi prioritas dimaksud, yakni tujuh sektor barang
berupa industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri berbasis karet,
industri berbasis kayu, dan tekstil. Di samping itu, ada lima sektor bidang jasa,
yaitu transportasi udara, kesehatan, pariwisata, logistik, dan teknologi
informasi. Semua sektor tersebut pada era MEA akan terimplementasi dalam
bentuk pembebasan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja.
Kendati ada 12 sektor unggulan yang dipersiap- kan itu, kita merasa belum
ada satu pun yang meyakinkan bagi Indonesia. Jauh sebelum MEA dilakukan,
misalnya, Indonesia sudah diserbu sejumlah produk-produk dari negaranegara lainnya, terutama dari Tiongkok, yang membanjiri semua pasar di
Indonesia. Dengan era perdagangan bebas, bukan tidak mungkin pasar kita
semakin dibanjiri produk-produk luar negeri. Sebab itu, sosialisasi Inpres
tersebut perlu terus digencarkan pemerintah. Jadi, masyarakat benar-benar
siap dengan langkah-langkah yang tepat.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak penulis paparkan, yakni :
1. Konsep perdagangan bebas ataupun MEA;
2. Peran pemerintah dalam menghadapi MEA;
3. Tantangan menghadapi MEA;
4. Strategi dalam menghadapi MEA.
C. Rumusan Masalah
Adapun, pokok-pokok masalah yanga telah penulis rumuskan,
diantaranya :
1. Sejauh mana pemahaman masyarakat mengenai MEA;
2. Bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi MEA;
3. Bagaimana tantangan dan strategi menghadapi MEA.

Perekonomian Indonesia4 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


4
Prasetya Widiastuti

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang penulis buat sangat sederhana,
yakni :
Bab I adalah Pendahuluan
Bab II adalah Kajian Teori
Bab III adalah Pembahasan
Bab IV adalah Penutup
Serta ditutup dengan DAFTAR PUSTAKA

BAB II
KAJIAN TEORI
Era globalisasi merupakan kondisi dimana hampir tidak ada batas antar negara
terkait adanya arus barang/jasa, informasi, kebudayaan, teknologi dan sebagainya.
Jika dilihat dari sisi perdagangan internasional, arus barang/jasa antar negara
menjadi semakin lancar, karena hambatan perdagangan mulai dikurangi bahkan
dihilangkan. Dengan demikian daya saing suatu negara sangat penting untuk bisa
bertahan dalam era globalisasi.
A. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem
perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan
negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).

Perekonomian Indonesia5 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


5
Prasetya Widiastuti

Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN
memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil,
makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil,
dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN
Vision

2020).

Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN
menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi
tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security
Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak
terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja
secara kuat dalam membangun Komunitas ASEAN pada tahun 2020.
Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan
pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk
memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas
dan jadwal untuk pelaksanaan.
Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin
menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan
Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020
dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang
Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015. Secara
khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas
Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi
daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja
terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
B. Karakteristik Dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari
integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada
konvergensi

kepentingan

negara-negara

anggota

ASEAN

untuk

Perekonomian Indonesia6 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


6
Prasetya Widiastuti

memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada


dan baru dengan batas waktu yang jelas. Dalam mendirikan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsipprinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi
yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem
untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis
aturan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai
pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan
kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat
pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional
di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja
terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN
sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).
Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi
kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara
Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam melalui Initiative for ASEAN
Integration dan inisiatif regional lainnya. Bentuk Kerjasamanya adalah :
1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;
2. Pengakuan kualifikasi profesional;
3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;
4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;
5. Meningkatkan infrastruktur;
6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;
7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan
sumber daerah;
8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).

Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk


Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
Perekonomian Indonesia7 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA
7
Prasetya Widiastuti

1.
2.
3.
4.

Pasar dan basis produksi tunggal;


Kawasan ekonomi yang kompetitif
Wilayah pembangunan ekonomi yang merata;
Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.

Karakteristik ini saling berkaitan kuat dengan memasukkan unsur-unsur yang


dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan
konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat
dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang
relevan.
C. Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN
Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak terlepas dari dampak positif
dan manfaat dari diberlakukannya perdagangan bebas diwilayah regional Asia
Tenggara tersebut. Mungkin saat ini dampak positifnya belum begitu terasa
karena MEA baru saja diberlakukan yaitu pada tahun 2015, namun
diharapkan manfaat besarnya akan terasa pada tahun-tahun selanjutnya.
Dibawah ini adalah beberapa dampak positif atau manfaat dari Masyarakat
Ekonomi ASEAN itu sendiri.
1. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan mendorong arus investasi dari luar
masuk ke dalam negeri yang akan menciptakan multiplier effect dalam
berbagai sektor khususnya dalam bidang pembangunan ekonomi.
2. Kondisi pasar yang satu (pasar tunggal) membuat kemudahan dalam hal
pembentukan joint venture (kerjasama) antara perusahaan-perusahaan
diwilayah ASEAN sehingga akses terhadap bahan produksi semakin
mudah.
3. Pasar Asia Tenggara merupakan pasar besar yang begitu potensial dan juga
menjanjikan dengan luas wilayah sekitar 4,5 juta kilometer persegi dan
jumlah penduduk yang mencapai 600 juta jiwa.
4. MEA memberikan peluang kepada negara-negara anggota ASEAN dalam
hal meningkatkan kecepatan perpindahan sumber daya manusia dan modal
yang merupakan dua faktor produksi yang sangat penting.

Perekonomian Indonesia8 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


8
Prasetya Widiastuti

5. Khusus untuk bidang teknologi, diberlakukannya Masyarakat Ekonomi


ASEAN ini menciptakan adanya transfer teknologi dari negara-negara
maju ke negara-negara berkembang yang ada diwilayah Asia Tenggara.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pemahaman Masyarakat mengenai MEA
Seiring semakin dekatnya pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
pada akhir Desember 2015, kesadaran dan pemahaman mayoritas masyarakat
Indonesia masih rendah terhadap pakta perdagangan tersebut. Padahal, MEA
akan menjadikan kawasan ASEAN sebagai sebuah pasar bebas yang sangat
kompetitif dan terintegrasi dalam sebuah pasar tunggal dalam perekonomian
dunia.
Menurut anggota tim survei ASEAN LI PI, Zamroni Salim, ketidakpahaman
masyarakat pada MEA bukanlah halyang baik karena mengakibatkan
persiapan yang tertunda pula. Jika masyarakat paham, masyarakat bisa
mempersiapkan diri dengan baik, sekaligus bisa memperkuat daya saing dan
menciptakan ketahanan ekonomi. Dengan diberlakukannya MEA, produk dan
negara-negara ASEAN, baik barang maupun jasa. akan bebas untuk masuk ke
Indonesia tanpa dikenakan bea masuk. Begitu juga dengan tenaga kerja dari
negara ASEAN yangbebas untuk mencari pekerjaan di Indonesia dan
sebaliknya.
Hasil survei yang dilakukan Tim Survei ASEAN LIPI terhadap 2.500
responden dari 16 kota di Indonesia yang menunjukkan bahwa tingkat
pemahaman masyarakat terhadap MEA masih berada di kategori rendah.

Perekonomian Indonesia9 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


9
Prasetya Widiastuti

Melalui hasil survei terungkap, hanya 25,90% responden dari masyarakat


umum yang memiliki pemahaman mengenai MEA dan hanya 27,80% dari
kalangan pengusaha dan pedagang. Tidak hanya itu, hasil survei
mengungkapkan sebanyak 80.8% pelaku usaha tidak tahu adanya
penghapusan tarif ekspor dalam MEA. Selain itu. 80.8% pengusaha juga
tidak mengetahui tentang penghapusan tarif impor.
Minimnya pemahaman sebagian besar masyarakat Indonesia terhadap makna
MEA juga diakui sebelumnya oleh mantan Duta Besar Indonesia untuk AS
Dino Patti Djalal. Desember tahun ini MEA akan diberiakukan. Tapi masyarakat Indonesia yang mengetahui kerjasama ekonomi ini masih sangat
minim. Tak lebihdari 15% dari masyarakat Indonesia yang mengetahui
tentang apa itu MEA. Itu pun hanya masyarakat yang berada di level atas.
Apalagi, untuk masyarakat yang ada di sektor bawah seperti buruh dan pelaku
usaha kecil menengah, masih sangat sedikit yang mengetahuinya. Jangankan
untuk kesiapan menghadapi MEA, mengetahui apa itu MEA saja mereka
belum tentu paham.

B. Peran Pemerintah Menghadapi MEA


Sejumlah masalah lain yang ditemukan oleh survei Tim Survei ASEAN LIPI
adalah masalah sinkronisasi kebijakan dan koordinasi antarpemerintah dan
instansi, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta kebijakan lain yang lebih
memihak terutama kepada usaha kecil dan menengah (UKM). Diakui bahwa
pemerintah telah melakukan terobosan, salah satunya dengan membentuk Pusat MEA (AEC Center). Lembaga ini bertugas mengedukasi dan memberikan
konsultasi kepada pelaku usaha dan industri. Sayangnya, terobosan itu baru
dilakukan pada 28 September lalu.
Dalam peluncuran kertas kebijakan survei ASEAN oleh LIPI itu, Direktur
Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Ina H
Krisnamurthi menyampaikan pentingnya meningkatkan daya saing Indonesia

10 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


Perekonomian Indonesia
10
Prasetya Widiastuti

dalam menghadapi MEA. Caranya, perlu diatasi sejumlah tantangan yang


dihadapi setidaknya dalam konteks empat persoalan. Keempat persoalan itu
ialah sumber daya manusia, harmonisasi kebijakan, mata rantai produksi,
serta memberikan pemahaman utuh publik.
Kemudian, Deputi VII Kementerian Koordinator Perekonomian Rizal Affandi Lukman mengingatkan agar Indonesia tidak sekadar menjadi pasar
terbesar, tempat negara lain mendapat manfaat dan keuntungan. Sekarang, setidaknya 99,1 persen produk yang diperdagangkan di ASEAN sudah bebas
bea masuk, contoh Samsung, mereka memilih mendirikan pabrik di Vietnam.
Namun, dengan pasar bebas di ASEAN, mereka bisa memasarkan termasuk
ke Indonesia.
Agar Indonesia tak kehilangan peluang dan bisa menarik investasi,
pemerintah dan semua pihak lainnya harus bisa menyediakan iklim yang
bagus, seperti ketersediaan infrastruktur pendukung dan proses perizinan
yang mudah.
Perekonomian dunia sekarang ini sudah beralih ke kawasan Asia Tenggara.
Pengusaha kita jangan dininabobokan dengan pasar lokal saja. Ekspansi perdagangan Indonesia ke pasar ASEAN seharusnya bisa menjadi peluang besar.
C. Tantangan dan Strategi Menghadapi MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku per 31 Desember
2015 akan mengintegrasikan lebih dari 600 juta orang dengan pendapatan
nasional bruto sebesar US$ 2,4 triliun.Tak pelak lagi, konsekuensi dari
adanya MEA ini adalah bebasnya aliran produk, modal, jasa, dan tenaga kerja
di antara negara anggota ASEAN. Hilangnya batas-batas antarnegara anggota
MEA akan membuat pelaku ekonomi memperoleh faktor-faktor produksi
sekaligus bisa semakin luas memasarkan hasil produksi. Ada keyakinan
bahwa pertumbuhan ekonomi akan bergerak lebih cepat, meskipun dengan
konsekuensi ketimpangan ekonomi antar-anggota MEA akan semakin
melebar. Sebab, negara kuat akan mengambil porsi peran ekonomi lebih
banyak dibanding negara yang lemah. Maka, perlu diwaspadai siapa yang

11 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


Perekonomian Indonesia
11
Prasetya Widiastuti

akan mengambil peran ekonomi Indonesia dan bagaimana strategi untuk


memperbesar peran ekonomi kita.
Semua negara anggota MEA, kecuali Singapura dan Brunei, memiliki
karakter yang hampir sama dengan Indonesia. Industri yang bersifat padat
karya serta industri pertanian dan yang terkait dengan pertanian adalah tipikal
penopang ekonomi negara anggota MEA, kecuali dua negara tersebut. Karena
kemiripan ini, tiap negara tidak punya keunggulan absolut. Semua negara
hanya bergantung pada keunggulan komparatif yang bersifat dinamis.
Singapura memiliki karakter yang berbeda dengan negara-negara anggota
MEA lain. Telah lama Singapura menganut perekonomian yang lebih terbuka.
Barang dan jasa dengan leluasa keluar-masuk Singapura. Dalam Index of
Economic Freedom 2015, Singapura berada di peringkat kedua seluruh dunia.
Dengan fakta ini, dapat dikatakan bahwa MEA hanyalah riak kecil bagi
negara mungil itu. Lain halnya dengan Brunei, Brunei lebih mengandalkan
keunggulan absolut berupa kekayaan alam. Negara kecil yang kaya itu
banyak diuntungkan atas statusnya sebagai konsumen karena produk-produk
ASEAN dapat diperoleh dengan lebih murah.
Selain Singapura dan Brunei, terdapat beberapa negara yang memberikan
dampak besar bagi perekonomian Indonesia. Negara-negara yang memiliki
wilayah geografis paling dekat dan punya kemiripan komoditas hasil industri,
itulah yang perlu diwaspadai. Paling tidak ada tiga negara yang memiliki
kriteria itu, yaitu Malaysia, Thailand, dan Filipina. Produk-produk dari tiga
negara tersebut bersifat substitusi dengan produk dari negara kita. Selain itu,
Indonesia bersama tiga negara tersebut termasuk empat negara dengan
perekonomian terbesar di seluruh ASEAN. Dengan karakter-karakter itu, tiga
negara ini merupa- kan pesaing terdekat dalam perebutan peran ekonomi.
Dari segi indeks daya saing, Indonesia berada di peringkat ke-37 hanya
unggul atas Filipina, yang menduduki peringkat ke-52, dan kalah oleh
Malaysia dan Thailand, yang masing-masing ada di peringkat ke-18 dan ke32. Bagaimanakah langkah-langkah yang perlu diambil pemerintah untuk
12 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA
Perekonomian Indonesia
12
Prasetya Widiastuti

memperbesar porsi peran ekonomi jika melihat posisi negara-negara pesaing


terdekat ini?
1. Efisiensi birokrasi dan kepastian hukum. Beberapa langkah yang perlu
dilakukan di antaranya penyederhanaan perizinan usaha dan pemotongan
biaya-biaya birokrasi yang menyebabkan produk kita tidak efisien.
Pelayanan investasi satu atap yang dicoba dikembangkan oleh pemerintah
memang sudah mulai menunjukkan perbaikan, dari waktu tunggu yang
berminggu-minggu menjadi dalam hitungan hari. Tapi, jika dibandingkan
dengan Singapura, rasanya kita masih jauh tertinggal. Pelayanan investasi
di negara itu dapat dilakukan dalam hitungan beberapa jam saja.
2. Perliridungan dan kepastian hukum tentang investasi di Indonesia.
Demonstrasi

tenaga

kerja merupakan

salah satu

momok yang

menyebabkan perusahaan menanggung biaya tinggi. Etika pekerja, seperti


disiplin, ketaatan terhadap peraturan, dan etos kerja baik, merupakan
beberapa hal yang memerlukan waktu untuk diperbaiki. Semua ini adalah
pekerjaan rumah yang telah lama perlu diselesaikan.
3. Pemberian insentif kepada para investor yang bersedia menanamkan
modal di Indonesia. Langkah yang ditempuh Vietnam patut dicontoh.
Vietnam memberikan tanah 3.000-5.000 meter persegi gratis kepada para
investor yang bersedia menanamkan modal di negeri itu.
4. Perbaikan infrastruktur pendukung investasi. Salah satu infrastruktur
terpenting adalah transportasi. Sehebat apa pun perusahaan melakukan
efisiensi produksi, produk tetap tidak akan sampai ke tangan konsumen
dengan harga kompetitif jika infrastruktur transportasi tidak efisien. Perlu
diingat, biaya transportasi dapat mencapai 10 persen dari harga pokok
produksi, tergantung pada jenis produk.

BAB IV

13 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


Perekonomian Indonesia
13
Prasetya Widiastuti

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk
memanfaatkan keunggula skala ekonomi dalam negeri sebagai basis
memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak
tantangan dan resiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan.
Oleh karena itu pemerintah dan para pelaku usaha diharapkan dapat
mengantisipasi resiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang
tepat antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastruktur
baik secara fisik dan sosial (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi dan
dimatangkan, serta perlu adanya peningkatan kemampuan daya saing tenaga
kerja dan perusahaan di Indonesia. Jangan sampak Indonesia hanya menjadi
penonton di negara sendiri pada saat MEA mendatag.

B. SARAN
Dalam kesiapan menghadai MEA ini, pemerintah perlu untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat umum maupun usaha mengenai MEA agar mereka
siap menghadapi pasar bebas ASEAN. Beberapa rekomendasi yang diberikan
adalah dengan melakukan sosialisasi terpadu MEA melalui ASEAN Economic
Community (AEC) Center, pengaktifan kembali Sekretariat Nasional ASEAN
di Kementerian Luar Negeri, dan integrasi pengetahuan mengenai ASEAN
dalam kurikulum pendidikan sejak sekolah dasar. Pemerintah juga perlu
meningkatkan daya saing dengan pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja serta
meningkatkan kualitas produk dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA

14 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


Perekonomian Indonesia
14
Prasetya Widiastuti

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/08/Pengertian-karakteristikmasyarakat-ekonomi-asean.html
http://sukasosial.blogspot.com/2015/08/masyarakat-ekonomi-asean.html
Persiapan Hadapi MEA. Neraca. 2 Desember 2015
Masyarakat Belum Paham MEA. Neraca. 4 Desember 2015
Perebutan Kue Ekonomi di MEA. Koran Tempo. 2 Desember 2015

15 Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA


Perekonomian Indonesia
15
Prasetya Widiastuti

Anda mungkin juga menyukai