Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penguat operasional (Operational Amplifier) atau yang biasa disebut
Op-Amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan (coupling)
arus searah yang memiliki faktor penguat yang sangat besar dengan dua masukan
dan satu keluaran. Penguat diferensial merupakan suatu penguat yang bekerja
dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua masukannya.
Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan
yang paling banyak digunakan adalah rangkaian seri. Penguat operasional dalam
bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik yang mendekati karakteristik
penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat
didalamnya.
Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba guna.
Contoh penggunaan penguat operasional yang digunakan untuk operasi
matematika sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan
listrik hingga dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti komparator dan
osilator dengan distorsi rendah serta pengembangan alat komunikasi. Selain itu,
aplikasi pemakaian Op-Amp juga meliputi pengatur tegangan DC, tapis aktif,
penyearah presisi, pengubah analog digital dan pengubah digital ke analog,
pengolah isyarat seperti cuplik tahan, penguat pengunci, kendali otomatik,
computer analog, elektronika nuklir, dan lain-lain.
Penguat operasional adalah penguat instan yang bisa langsung dipakai untuk
banyak aplikasi penguat. Sebuah Op-Amp biasanya berupa Integrated circuit (IC).
Pengemasan Op-Amp dam IC bermacam-macam ada yang berisi satu
Op-Amp dan ada yang dua Op-Amp (4558, LF 356) dan lain sebagainya. Penguat
operasional tersusun atas beberapa rangkaian penguat yang tersusun atas transistor
atau FET. Biasanya membuat rangkaian dari Op-Amp lebih mudah dari pada
membuat rangkaian dari transistor karena tidak memerlukan perhitungan bias.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukanlah praktikum Operational
Amplifier untuk mengetahui bagaimana sistem kerja dari Op-Amp dan pengatur
sinyal pada rangkaian kontrol.

1.2. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan pada praktikum Operational Amplifier ini adalah untuk mengetahui
prinsip kerja dari rangkaian Operational Amplifier.
Kegunaannya adalah untuk mengatur sinyal pada rangkaian kontrol.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Operational Amplifier (Op-Amp)
Operational Amplifier yang lebih dikenal dengan nama Op-Amp sebagai
kependekan dan namanya, merupakan komponen elektronik yang kegunaannya
sangat banyak. Ukuran Op-Amp sangat kecil yaitu sebesar kuku jari kita,
memudahkan dalam perancangan-perancangan piranti elektronik yang pada saat
ini cenderung memimmalkan ukuran. Isi dan sebuah Op-Amp tediri dan puluhan
transistor, resistor dan kapasitor yang dikemas dalam suatu rangkaian terpadu,
sehingga Op-Amp dapat disebut juga rangkaian terpadu Integrated circuit (IC).
Dimana fungsinya adalah mewakili suatu rangkian tertentu sehingga membentuk
suatu rangkaian yang kompak (Patya, 2014).
Pada umumnya keunggulan IC ini tidak mudah terganggu oleh pengaruh
suhu ataupun kesalahan kecil karena bahan dan IC tersebut. Penguatan (gain)
yang besar mempunyai input yang besar pula sehingga output-nya benimpedansi
rendah. Di dalam prakteknya, Op-Amp tidak dapat digunakan tanpa adanya
komponen lain seperti resistor, kapasitor, dioda atau komponen lain. Untuk dapat
memahami penggunaaan Op-Amp ini diperlukan adanya suatu kemampuan
menganalisa rangkaian listrik. Semakin banyak kemampuan kita menganalisa
rangkaian listrik, semakin luas kita dapat menetapkan penggunaan Op-Amp.
Op-Amp adalah suatu penguat gandengan langsung yang memperkuat sinyal arus
searah (DC) atau tegangan yang berubah-ubah terhadap satuan waktu. Penguatan
yang tinggi dilengkapi dengan umpan balik untuk mengendalikan karakteristiknya
secara menyeluruh (Patya, 2014).

Gambar 27. Simbol Operational Amplifier.


(Sumber: Patya, 2014).

A adalah penguat tegangan tanpa beban, dimana harga ini adalah tegangan
yang kita dapatkan bila tidak ada beban yang dihubungkan pada keluaran.
Tegangan masuk (V1 dan V2) dan tegangan keluaran (Vo) dihitung terhadap jalur
tanah. Sumber tegangan (Vcc) yang diperlukan oleh Op-Amp ada dua macam,
yaitu sumber tegangan positif (+ Vcc) dan sumber tegangan negatif (- Vcc). Hal
ini ditujukan agar Op-Amp dapat memperkuat tegangan yang positif maupun
negatif, begitu juga pada bagian output-nya di mana tegangan dapat berharga
positif maupun negatif. Semua jenis Op-Amp mempunyai tiga buah bagian, yaitu
penguat diferensial berimpedansi input tinggi, tingkat penguat sinyal dan output
berimpedansi rendah. Tampak pada penguat diferensial berimpedansi input tinggi
memiliki tingkat stabilitas yang cukup tinggi (low drift), dan jangkauan band
(band width) yang cukup lebar. Tampak pada penguat diferensial berimpedansi
input tinggi memiliki tingkat stabilitas yang cukup tinggi (low drift), dan
jangkauan band (band width) yang cukup lebar (Patya, 2014).
Apablia sebuah penguat diferensial yang mempunyai dua buah input yaitu
input inverting (-) dan input non inverting (+), maka penguat ini akan berfungsi
membandingkan dua sinyal yang dimasukkan ke dalam inputinput nya. Sinyal
yang keluar dari tingkat ini besarnya akan sebanding dengan perbedaan atau
diferensial antara kedua sinyal yang masuk tadi. Tetapi bila kedua sinyal itu nol,
maka output-nya nol juga. Polaritas kedua sinyal apabila sama maka output-nya
akan sebanding dengan selisih dari kedua sinyal tersebut. Sebaliknya jika kedua
sinyal itu berlawanan polaritasnya maka output-nya pun akan sebanding dengan
jumlahnya. Bila salah satu input-nya nol (tidak ada sinyal) maka output akan
sebanding dengan sinyal yang dimasukkan pada salah satu input-nya. Tingkat
penguat berfungsi memperkuat sinyal yang keluar dan penguat diferensial sebesar
mungkin (kira-kira 100.000 kali). Sedangkan output berimpedansi rendah
berfungsi mengisolasi tingkat penguat ini agar tidak dipengaruhi adanya beban
dan menghasilkan daya pendorong (Patya, 2014).
Operational Amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi
yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan
non-inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik
dapat ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan

pada Operational Amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya Operational Amplifier


(Op-Amp) merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1
output. Op-Amp ini digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang
bermacam-macam atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan
seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. Penguat operasional
(Op-Amp) merupakan komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai
amplifier multiguna dalam bentuk IC (Mandagi, 2014).
Prinsip

kerja

sebuah

Operational

Amplifier

(Op-Amp)

adalah

membandingkan nilai kedua input (input inverting dan input non-inverting),


apabila kedua input bernilai sama maka output Op-Amp tidak ada (nol) dan
apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya maka output Op-Amp akan
memberikan tegangan output. Operational Amplifier (Op-Amp) dibuat dari
penguat diferensial dengan 2 input (Mandagi, 2014).
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Impedansi input (Zi) besar =


Impedansi output (Z0) kecil= 0
Penguatan tegangan (Av) tinggi =
Band width respon frekuensi lebar =
V0 = 0 apabila V1 = V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1.
Karakteristik Operational Amplifier (Op-Amp) tidak tergantung
temperatur/suhu.
Penguat operasional (Op-Amp) adalah suatu blok penguat yang mempunyai

dua masukan dan atau keluaran. Op-Amp biasa terdapat di pasaran berupa
rangkaian terpadu integrated circuit (IC).

Gambar 28. Rangkaian dasar penguat operasional.


(Sumber: Mandagi, 2014).

Gambar 28. menunjukkan sebuah blok Op-Amp yang mempunyai berbagai


tipe dalam bentuk IC. Dalam bentuk paket praktis IC seperti tipe 741 hanya
berharga beberapa ribu rupiah. Seperti terlihat pada gambar 16.1, Op-Amp
memiliki masukan tak membalik v+ (non-inverting), masukan membalik v(inverting) dan keluaran Vo. Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan
membalik (v-), maka pada daerah frekuensi tengah isyarat keluaran akan
berlawanan fase (berlawanan tanda dengan isyarat masukan). Sebaliknya jika
isyarat masukan dihubungkan dengan masukan tak membalik (v+), maka isyarat
keluaran akan sefase. Sebuah Op-Amp biasanya memerlukan catu daya 15 V.
Dalam menggambarkan rangkaian hubungan catu daya ini biasanya dihilangkan.
Data keadaan ideal Op-Amp dan kinerja IC 74. Idealnya, jika kedua masukan
besarnya sama, maka keluarannya akan berharga nol dan tidak tergantung adanya
perubahan sumber daya (Mandagi, 2014).
2.2. Karakteristik Operational Amplifier
Secara teoritis Op-Amp adalah penguat yang mempunyai sifat-sifat atau
karakteristik seperti penguat ideal. Tentunya apabila kita menyebutkan sebuah
penguat ideal, maka komponen mi harus mempunyai karakteristik yang dijelaskan
sebagai berikut (Mandagi, 2014).
a. Faktor penguat Av (open loop gain) tak terhingga artinya jika ada perubahan
sedikit saja pada bagian input-nya maka akan menghasilkan perubahan yang
sangat besar pada output-nya.
b. Bila input-nya sama dengan nol maka output-nya juga nol Impedansi input
tak terhingga artinya input-nya tidak akan menarik daya dan tingkat
sebelumnya, sehingga yang diperlukan hanya perubahan tegangan saja.
c. Impedansi pada bagian output-nya sangat rendah atau nol, artinya tegangan
output-nya akan tetap walaupun impedansi beban hampir nol.
d. Lebar band width tidak terhingga artinya penguat dan DC sama frekuensi
tak terhingga tetap sama.
e. Rise time sama dengan nol, artinya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
harga puncak pada sinyal output akan sama dengan pada sinyal input.
f. Tidak peka terhadap perubahan tegangan sumber atau perubahan suhu (tidak
ada drift).
2.3. Aplikasi Penggunaan Operational Amplifier

Karena sifat-sifatnya yang agak mendekati penguat ideal ditambah


bentuknya yang kompak berupa sebuah paket IC, maka Op-Amp banyak dipakai
dalam berbagai rangkaian. Jenis aplikasi dan Op-Amp di antaranya adalah
penguat AC, penjumlah dan pencampur audio, penguat diferensial dan
instrumentasi, filter aktif, komparator, integrator, diferensiator, pengubah bentuk
gelombang dan pembangkit gelombang (osilator). Namun aplikasi ini dibagi
menjadi penguat linier dan penguat non linier (Ilham, 2012).
Menurut Ilham (2012), ada rangkaian penguat jenis ini merupakan
rangkaian penguat yang memelihara bentuk sinyal masukan berupa sinusoida dan
sinyal keluarannyapun berbentuk sinusoida juga.
1. Penguat AC Mode Non Inverting
Penguat AC adalah sebuah rangkaian yang berfungsi untuk memperkuat
sinyal bolakbalik misalnya sinyal audio. Penguat ini merupakan penguat
tegangan yang mendekati ideal karena impedansi masuknya tinggi, impedansi
keluarnya rendah, dan penguat tegangannya mantap. Untuk memperoleh suatu
penguat lingkaran tertutup maka tinggal mengatur harga-harga dan R1 dan R2,
tampak pada gambar 29. Agar penguat hanya bekerja pada daerah frekwensi
tertentu maka rangkaian umpan baliknya bisa berupa rangkaian resistor dan
kapasitor.
Op-Amp dapat dipasang sebagai penguat tak membalik seperti gambar 29 a,
terlihat bahwa masukan diberikan pada v+ . Op-Amp tersebut berfungsi sebagai
keluaran dan selanjutnya kita dapat menuliskan untuk penjumlah (S) dan penguat
ujung tunggal (A) seperti pada gambar b. Rangkaian non inverting ini hampir
sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada
tegangan inputnya dari masukan non inverting.

Gambar 29. Rangkaian penguat operasional tak membalik.


(Sumber: Ilham, 2012).
Rangkaian non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting
hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan non
inverting. Hasil tegangan output noninverting ini akan lebih dari satu dan selalu
positif. Rangkaian nya adalah seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 30. Rangkaian penguat operasional tak membalik.


(Sumber: Ilham, 2012).
2.

Inverting
Inverting amplifier ini, input dengan outputnya berlawanan polaritas. Jadi

ada tanda mines pada rumus penguatannya. Penguatan inverting amplifier adalah
bisa lebih kecil nilai besaran dari 1, misalnya -0.2 , -0.5 , -0.7 , dan selalu negatif.
Rumus nya :

Gambar 31. Inverting.


(Sumber: Ilham, 2012).
Pada penguat membalik sumber isyarat dihubungkan dengan masukan
membalik sedangkan masukan positif ditanamkan seperti terlihat pada gambar 31
terlihat bahwa sebagian dari keluaran diumpankan kembali ke masukan melalui
Rf. Penguat ini termasuk penguat pembalik negatif. Rangkaian pada gambar 31
adalah salah satu rangkaian Op-Amp yang paling luas digunakan. Rangkaian mi
merupakan sebuah penguat yang gain untaian tertutupnya dan Vin, ke Vout

ditentukan oleh harga R1 dan R2. Tegangan positif Vin diterapkan melalui
tahanan masuk R1 ke masukan negatif Op-Amp. Umpan balik negatif dibuat oleh
tahanan umpan balik R2. Tegangan antara masukan positif dan negatif pada
dasarnya sama dengan nol, karenanya terminal masukan negatifjuga sama dengan
nol. Potensial ground yang berada pada masukan negatif juga akan berharga nol.
Untuk alasan ini maka masukan negatif dan Op-Amp dikatakan ada pada ground
semu.
3.

Penguat Diferensial
Penguat diferensial bisa mengukur maupun memperkuat isyaratisyarat

kecil yang terbenam dalam isyarat yang jauh lebih besar. Empat buah tahanan
presisi dan sebuah Op-Amp membentuk sebuah penguat diferensial. Terminal
masukannya ada dua yaitu V1 dan V2, dimana V1 sebagai masukan negatif dan
V2 sebagai masukan positif. Tegangan keluaran dan penguat diferensator Vout
sebanding dengan perbedaan tegangan yang diterapkan ke masukan negatif dan
masukan positifnya, sehingga gain diferensial akan tergantung dan perbandingan
tahanan-tahanannya. Rangkaian ini berfungsi sebagai tapis aktif lolos tinggi
dimana sinyal keluaran differentiator mengalami penguatan dan hanya meloloskan
frekuensi diatas frekuensi batas.
Pada rangkaian ini , Op-Amp dipasang pada keadaan loop terbuka sehingga
penguatannya menjadi tak berhingga , ika ada perbedaan tegangan antara input
inverting dan input non-inverting maka akan dikuatkan menjadi tak berhingga.
Namun, besarnya sinyal keluaran dari Op-Amp dibatasi oleh tegangan supplynya ,
+Vcc dan Vcc. Jika tegangan dikaki inverting lebih besar dari tegangan pada
kaki non-inverting, maka beda tegangan tersebut akan dikuatkan menjadi + dan
karena outpit dibatasi oleh +Vcc maka keluarannya akan menjadi +Vcc .
jika tegangan pada kaki non-inverting lebih besar daripada tegangan dikaki
inverting, maka sinyal keluarannya menjadi Vcc.
2.4. Integrator
Op-Amp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian dengan
respons frekuensi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu contohnya
adalah rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar 33. Rangkaian

dasar sebuah integrator adalah rangkaian Op-Amp inverting, hanya saja rangkaian
umpanbaliknya (feedback) bukan resistor melainkan menggunakan kapasitor yang
dirangkaikan (Priana, 2010).

Gambar 33. Integrator.


Menurut Priana (2010), prinsipnya sama dengan menganalisa rangkaian
Op-Amp inverting. Dengan menggunakan 2 aturan Op-Amp (golden rule) maka
pada titik inverting akan didapat hubungan matematis :
Iin = (vin v-)/R = vin/R , dimana v- = 0 (aturan1)
Iout = -C d(vout v-)/dt = -C dvout/dt; v- = 0
Iin = Iout ; (aturan 2)
Maka jika disubtisusi, akan diperoleh persamaan :
Iin = iout = vin/R = -C dvout/dt, atau dengan kata lain

Dari sinilah nama rangkaian ini diambil, karena secara matematis tegangan
keluaran rangkaian ini merupakan fungsi integral dari tegangan input. Sesuai
dengan nama penemunya, rangkaian yang demikian dinamakan juga rangkaian
Miller Integral. Aplikasi yang paling populer menggunakan rangkaian integrator
adalah rangkaian pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang berupa sinyal
kotak. Pada prakteknya, rangkaian feedback integrator mesti diparalel dengan
sebuah resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R atau satu besaran tertentu
yang diinginkan. Ketika inputnya berupa sinyal dc (frekuensi = 0), kapasitor akan
berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor feedback seketika itu juga outputnya
akan saturasi sebab rangkaian umpanbalik Op-Amp menjadi open loop
(penguatan open loop Op-Amp ideal tidak berhingga atau sangat besar). Nilai
resistor feedback sebesar 10R akan selalu menjamin output offset voltage (offset

tegangan

keluaran)

sebesar

10x

sampai

pada

suatu

frekuensi

cut off tertentu (Priana, 2010).


2.5. Diagram Op-Amp
Op-Amp di dalamnya terdiri dari beberapa bagian, yang pertama adalah
penguat diferensial, lalu ada tahap penguatan (gain), selanjutnya ada rangkaian
penggeser level (level shifter) dan kemudian penguat akhir yang biasanya dibuat
dengan penguat push-pull kelas B. Gambar 35 berikut menunjukkan diagram dari
Op-Amp yang terdiri dari beberapa bagian tersebut.

Gambar 34. Diagram blok Op-Amp.


(Sumber: Priana, 2010).

Gambar 35. Diagram schematic simbol Op-Amp.


(Sumber: Priana, 2010).
Simbol Op-Amp adalah seperti pada gambar 34, dengan 2 input,
non-inverting (+) dan input inverting (-). Umumnya Op-Amp bekerja dengan dual
supply (+Vcc dan Vee) namun banyak juga Op-Amp dibuat dengan single supply
(Vccground). Simbol rangkaian di dalam Op-Amp pada gambar 35, adalah
parameter umum dari sebuah Op-Amp. Rin adalah resitansi input yang nilai
idealnya infinit (tak terhingga). Rout adalah resistansi output dan besar resistansi

idealnya 0 (nol). Sedangkan AOL adalah nilai penguatan open loop dan nilai
idealnya tak terhingga (Priana, 2010).

III
Waktu dan Tempat

METODOLOGI PRAKTIKUM

Praktikum rangkaian Operational Amplifier (Op-Amp) dilaksanakan pada


hari Jumat, 27 Oktober 2016 pukul 14.00 sampai 16.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Teknik Instrumentasi, Program Studi Teknik Pertanian, Departemen
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah solder, soket, penghisap

timah, guntig dan alat tulis.


Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah papan PCB, IC LM 741,
resistor karbon, timah, dan kabel.
3

Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum ini adalah:

1
2

Menyediakan alat, bahan, dan komponen yang akan digunakan.


Menggambar rangkaian inverting, non inverting dan rangkaian penguat

diferensial pada papan PCB.


Memasang komponen pada papan PCB sesuai dengan simulasi yang telah

4
5

dibuat.
Menyolder komponen pada papan PCB.
Menghubungkan tiap kaki komponen sesuai dengan arah yang telah

ditentukan menggunakan solder.


Menguji rangkaian yang telah dibuat.

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil

a.

Pengujian rangkaian Inverting

Gambar 36. Tegangan keluaran rangkaian inverting


b.

Pengujian rangkaian non-inverting

Gambar 37. Tegangan keluaran non inverting.

c.

Pengujian rangkaian diferensial

Gambar 38. Pengujian rangkaian diferensial.

LAMPIRAN

a.

Pengujian rangkaian inverting


V 0=

R f
Vi
Ri

V 0=

9 ohm
6 volt
9 ohm

V 0=6 volt
b.

Pengujian rangkaian non-inverting

V out =

V 0=

( RRi +1) Vin


f

+1 6 volt
( 99 ohm
ohm )

V 0=12 volt
c.

Pengujian rangkaian diferensial


V out =

( RRi ( V 2V 1))

V out =

( 99 ( 123 ))

V out =9 volt

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada saat pengujian
apabila diberikan input tegangan 6 volt maka keluaran yang dihasilakn yang
terbaca di multimeter juga hamper mendekati 6 volt. Hal ini terbukti bahwa
rangkaian yang dibuat telah mendekati sempurna atau telah benar dalam
perangkaian

komponennya.

Adapun

beberapa

losses

yang

ditimbulkan

kemungkinan berasal dari hasil penyolderan atau ketidaktelitian alat yang dibuat
secara manual. Pada rangkaian inverting diberikan input sebesar 6 volt sehingga
output yang dihasilkan sebesar 6.31 volt. Pada rangkaian non-inverting diberikan
input 6 sehingga output yang dihasilkan sebesar 6,47 volt. Pada rangkaian
diferensial diberikan input 3 volt sehingga output yang dihasilkan 3,62 volt.
Rangkaian penguat pada umumnya memiliki prinsip yaitu nilai output yang
dihasilkan dari suatu rangkaian baik inverting, non-inverting, dan diferensial
selalu memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai input yang
diberikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mandagi (2014), yang menyatakan
bahwa jika ada sedikit perbedaan pada bagian input atau ketidaktelitian dalam
merangkai maka akan menimbulkan perbedaan atau perubahan yang dighasilkan
pada output-nya. Jika input-nya nol maka output-nya juga nol.
Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil pengujian rangkaian inverting
menghasilkan output negatif, sedangkan nilai input yang diberikan adalah positif.
Hal ini sesuai dengan pendapat Patya (2014), yang menyatakan bahwa rangkaian
inverting selalu menghasilakan output negatif. Apablia sebuah penguat diferensial
yang mempunyai dua buah input yaitu input inverting (-) dan input non inverting
(+), maka penguat ini akan berfungsi membandingkan dua sinyal yang
dimasukkan ke dalam inputinput nya. Sinyal yang keluar dari tingkat ini
besarnya akan sebanding dengan perbedaan atau diferensial antara kedua sinyal
yang masuk tadi. Tetapi bila kedua sinyal itu nol, maka output-nya nol juga.
Polaritas kedua sinyal apabila sama maka output-nya akan sebanding dengan
selisih dari kedua sinyal tersebut. Sebaliknya jika kedua sinyal itu berlawanan
polaritasnya maka output-nya pun akan sebanding dengan jumlahnya.

V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
1

bahwa:
Nilai output yang dihasilkan pada rangkaian baik inverting, non-inverting,
dan diferensial selalu memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan

nilai input yang diberikan.


Nilai output yang dihasilkan selalu memiliki perbedaan yang tidak terlalu

besar dari nilai inputnya


Tinggi rendahnya nilai penguatnya juga di pengaruhi oleh komponen yang
digunakan pada rangkaian dan juga teknik penyambungan rangkaian.

5.2. Saran
Setelah selesai melakukan praktikum rangkaian Operational Amplifier
diharapkan kita telah dapat membedakan antara rangkaian inverting, non
inverting, dan rangkaian diferensial serta mengetahui cara membuat rangkaian
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ilham, Muhammad. 2012. Operational Amplifier. Fakultas teknik, Universitas


Gajah Mada: Yogyakarta.
Mandagi, Anisa Fitri. 2014. BagianBagian dari Op-Amp. Departemen
Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Pendidikan Indonesia: Serang.
Patya, Dhea Intan. 2014. Operational Amplifier. Departemen Pendidikan Fisika,
Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Pendidikan Indonesia: Serang.

Priana, I Gede Nova. 2010. Operational Amplifier. Jurusan Teknik Elektro,


Fakultas Teknik, Universitas Udayana: Bali.

Anda mungkin juga menyukai