Anda di halaman 1dari 22

REFRESHING

PNEUMONIA

PEMBIMBING:
dr. Deden Tommy O, Sp.A

Disusun Oleh:
Rizgahn M Jawas
2012730091

KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016

PNEUMONIA

1. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru-paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial.
2. ETIOLOGI
Usia
Lahir-20 hari

Penyebab yang Sering


Bakteri

Penyebab yang Jarang


Bakteri

E. colli

Bakteri Anaerob

Streptococcus group B

Streptococcus group D

Listeria

Haemophilus influenza

Streptococcus

monocytogenes

pneumoniae
-

Ureaplasma
urealyticum

Virus
3 minggu-3 bulan

Herpes simplex virus


Bakteri

Bakteri
-

Chlamydia
trachomatis

Bordetella pertussis

Haemophillus

Streptococcus
pneumonia

Virus
-

Cytomegalovirus

Respiratory syncytial

influenza type B
-

Moxarella catarrhalis

Staphylococcus aureus

Ureaplasma

virus

urealyticum

Influenza virus

Virus

Para influenza virus 1,

Cytomegalovirus

2, 3
4 bulan-5 tahun

Adenovirus
Bakteri
-

Streptococcus
pneumonia
1

Bakteri
-

Haemophillus
influenza type B

Chlamydia pneumonia

Moxarella catarrhalis

Mycoplasma

Neisseria meningitidis

Staphylococcus aureus

pneumonia
Virus
-

Virus
Respiratory syncytial

Varicella zoster virus

virus

5 tahun-remaja

Influenza virus

Para influenza virus

Rhinovirus

Adenovirus
Bakteri
-

Chlamydia pneumonia

Mycoplasma
pneumonia

Streptococcus
pneumonia

Bakteri
-

Haemophillus
influenza

Legionella species

Staphylococcus aureus

Virus
-

Adenovirus

Epstein barr virus

Influenza virus

Parainfluenza virus

Rhinovirus

Respiratory synctial
virus

Varicella zoster virus

3. EPIDEMIOLOGI
Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak usia <5 tahun di seluruh
dunia, terutama dinegara berkembang.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, kelompok umur penduduk, period
prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian
mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada kelompok umur
berikutnya. Period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per mil.
Balita pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. Lima provinsi yang mempunyai
insiden pneumonia balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5%), Aceh
2

(35,6%), Bangka belitung (34,8%), sulawesi barat (34,8%), dan kalimantan tengah
(32,7%). Insiden tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12-23
bulan (21,7%). Sedangkan pada insiden pneumonia per 1000 balita banyak dialami
oleh anak berusia 12-35 bulan.
Berdasarkan data SIRS tahun 2013 morbiditas dan mortalitas pada pasien anak
balita yang dirawat inap di rumah sakit terbesar di provinsi jawa tengah saebesar
1.942 jiwa, Sulawesi selatan sebesar 1.206 jiwa, Jawa barat sebesar 1.045 jiwa.
Terendah di provinsi Kepulauan Bangka belitung sebesar 7 jiwa, Sulawesi tengah
sebesar 16 jiwa, Papua sebesar 25 jiwa. Sedangkan morbiditas dan mortalitas pada
pasien rawat jalan terbesar di provinsi Jawa barat sebesar 1.132 jiwa, Jawa tengah
sebesar 1.075 jiwa. Terendah di provinsi Sulawesi utara sebesar 5 jiwa, Sulawesi barat
sebesar 9 jiwa.
4. PATOGENESIS
Saluran napas bawah tetap steril karena mekanisme pertahanan fisiologis,
yakni adanya pergerakan mukosilier, sekresi immunoglobulin A, dan mekanisme
batuk. Mekanisme pertahanan imunologis paru yang membatasi invasi organisme
patogen termasuk makrofag yang terletak di alveoli dan bronkiolus, IgA, dan
imunoglobulin lainnya.
Pneumonia virus biasanya akibat dari penyebaran infeksi sepanjang saluran napas,
diikuti jejas langsung epitel saluran napas, pembengkakan menyebabkan obstruksi
jalan napas, sekresi abnormal, dan debris seluler. Kecilnya saluran napas pada balita
membuat suasana yang cukup baik untuk terjadi infeksi berat. Atelektasis, edema
interstisial, dan ketidak-seimbangan ventilasi-perfusi menyebabkan hipoksemia
biasanya diikuti oleh obstruksi.
5. PATOLOGI
1. Pneumonia Lobaris
Terkena seluruh lobus atau sebagian besar dari lobus biasanya disebabkan oleh
suatu organisme yang virulen. Secara morfologi, terdapat 4 stadium perjalanan
penyakit. Antara lain.
a. Stadium kongesti
Terjadi proliferasi cepat terhadap kuman, bisa menimbulkan peningkatan
vaskularisasi dan eksudasi serius. Sehingga lobus yang terkena akan berat,
merah dan penuh dengan cairan. Rongga alveolar mengandung cairan edema
3

yang berprotein, neutrofil yang menyebar dan banyak bakteri. Susunan


alveolar masih tampak.
b. Stadium Hepatisasi Merah
Rongga udara dipenuhi dengan eksudat fibrinosupuratif yang berakibat
konsolidasi kongestif yang menyerupai hepar pada paru. Rongga alveolar
dipenuhi dengan neutrofil , sel darah merah yang ekstravasasi dan presipitat
fibrin. Benang-benang fibrin dapat mengalir dari satu alveolus melalui poripori Kohn ke alveoli yang berdekatan, sehingga mengaburkan arsitektur paru
yang di bawahnya pleuritis fibrinosa atau fibrinosupuratif yang menyertai,
hampir selalu didapatkan.
c. Stadium Kepatisasi Kelabu
Melibatkan disintegrasi progresif dari leukosit dan eritrosit bersamaan dengan
penumpukan terus-menerus dari fibrin di antara alveoli. Sekarang fibrin
terlihat menggumpal dan amorf, dan secara klasik berkontraksi meninggalkan
daerah jernih yang berdekatan dengan dinding alveoli, yang memperlihatkan
arsitektur asli yang terpelihara. Pada semua agen penyebab, reaksi pleura pada
stadium ini adalah yang paling hebat.
d. Stadium Resolusi
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah
sampai pulih mencapai keadaan normal. Reaksi pleura dapat membaik juga
atau mengalami organisasi, meninggalkan penebalan fibrosis atau perlekatan
yang menetap.
2. Bronkopneumonia
(Pneumonia Lobularis)
Terutama mengancam mereka yang lemah---bayi, orang tua, dan mereka yang
menderita penyakit kronis yang melemahkan keadaan umum atau mengalami
imunosupresi.
Ditandai dengan fokus konsolidasi radang yang menyebar menyeluruh pada
satu atau beberapa lobus. Seringkali bilateral dan di basal sebab ada
kecenderungan sekret untuk turun karena gravitasi ke lobus bawah.
Secara histologis, reaksi terdiri dari eksudat supuratif yang memenuhi bronki,
bronkioli dan rongga alveolar yang berdekatan. Terutama pada bayi dan kadang4

kadang pada dewasa, bronkopneumonia yang disebabkan oleh E.coli dapat tetap
interstisial di antara septa alveoli dan menghasilkan reaksi peradangan yang
terbatas pada dinding alveoli dengan sediktit eksudat dalam rongga udara.
3. Pneumonia Virus dan Mikoplasma (Pneumonia Primer Atipik)
Pada infeksi paru yang disebabkan oleh virus meupun mikoplasma, reaksi
peradangan kebanyakan terbatas pada interstisium septa alveoli dan parenkim
paru. Oleh karena mereka tidak memiliki sifat khas eksudasi intra alveoli dan
konsolidasi yang tampak bersama invasi bakteri, mereka kadang-kadang disebut
dengan pneumonia atipik primer.
6. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar pneumonia pada anak menunjukkan gambaran klinis yang ringan
sampai sedang sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil anak
mengalami pneumonia berat yang mengancam kehidupan dan mungkin terdapat
komplikasi, sehingga memerlukan perawatan dirumah sakit.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada beratringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:

Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare;
kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner

Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis

Gambaran klinis pneumonia pada anak malnutrisi berat kurang spesifik dan dapat
tumpang tindih dengan sepsis.
Penumonia bakterial harus dipertimbangkan pada anak usia <3 tahun yang mengalami
panas badan >38,5 C disertai retraksi dinding dada dan frekuensi napas 50x/menit.
Pneumonia yang disebabkan Pneumococcus spp biasanya diawali dengan demam dan
napas cepat. Gejala lain yang umum ditemukan adalah kesukaran bernapas, retraksi
dinding dada dan anak tampak tidak sehat (unwell appearance). Pneumonia yang
disebabkan Staphylococcus spp mempunyai gejala yang sama dengan pneumonia
yang disebabkan Pneumococcus sering ditemukan pada bayi, tetapi dapat ditemukan
pada anak yang lebih besar sebagai komplikasi dari influenza. Pneumonia yang
5

disebabkan Mycoplasma spp harus dicurigai pada anak usia sekolah yang
menunjukkan gejala demam, nyeri sendi, sakit kepala, batuk.
Menurut WHO derajat berat pneumonia pada anak usia 2 bulan- 5 tahun
seperti tabel dibawah ini.
Klasifikasi derajat berat pneumonia pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
Gambaran klinis
Batuk atau kesulitan bernapas dengan:

Berat penyakit
Pneumonia sangat berat

Saturasi O2 <90% atau sianosis sentral


Distres saluran respiratori berat (tarikan
dinding dada bagian bawah berat, grunting)
Tanda pneumonia disertai tanda bahaya
(tidak dapat minum, penurunan kesadaran,
kejang)
Tarikan dinding dada bagian bawah
Napas cepat:

Pneumonia berat
Pneumonia

50x/mnt pada anak usia 2-11 bulan


40x/mnt pada anak usia 1-5 tahun
Tidak ada tanda pneumonia atau pneumonia

Bukan Pneumonia; batuk atau flu

sangat berat
7. DIAGNOSIS
Anamnesis
TANYAKAN
1. Berapa umur anak?
Umur anak menentukan pilihan bagan yang akan digunakan sesuai dengan dua
kelompok umur Balita. Tanyakan umur anaknya, jika:

Umur anak 2 bulan - <5 tahun gunakan: Bagan Penilaian, Penentuan Tanda
Bahaya & Klasifikasi Umur 2 bulan - <5 tahun

Umur anak <2 bulan gunakan: Bagan Penilaian, Penentuan Tanda Bahaya
& Klasifikasi Umur <2 Bulan

2. Apakah anak menderita batuk dan atau sukar bernapas? Berapa Lama?
Sukar bernapas adalah pola pernapasan yang tidak biasa. Para ibu
menggambarkannya dengan berbagai cara. Mereka mungkin mengatakan bahwa
anaknya bernapas cepat atau berbunyi atau terputus-putus. Jika ibu
6

menjawab TIDAK, periksa apakah anak itu batuk atau sukar bernapas. Jika anak
tidak batuk atau sukar bernapas, tidak perlu memeriksa anak lebih lanjut untuk
tanda-tanda yang berhubungan dengan batuk atau sukar bernapas. Jika
jawabannya YA, ajukan pertanyaan berikut ini: TANYA: Sudah berapa lama?
Anak dengan batuk atau sukar bernapas selama lebih dari 3 minggu berarti
menderita batuk kronik. Kemungkinan ini adalah tanda TB, Asma, Batuk Rejan
atau penyakit lain.
4. Apakah anak 2 bulan - < 2 bulan kurang bisa minum atau menetek?
TANYA: Apakah anak BISA minum atau menetek?
(jika anak berusia 2 bulan-< 5 tahun) Anak menunjukkan tanda tidak bisa
minum atau menetek jika anak terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa
mengisap atau menelan apabila diberi minum atau diteteki. Jika pemeriksa
bertanya kepada ibu, apakah anaknya bisa minum, pastikan bahwa ibu mengerti
pertanyaan itu. Apakah anak dapat menerima cairan dalam mulutnya dan
menelannya. Jika pemeriksa ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi
anak tersebut minum air matang atau menetekinya. Perhatikan apakah anak bisa
menelan atau menetek. Anak yang menetek, sulit mengisap jika hidungnya
tersumbat. Apabila anak dapat menetek setelah hidungnya dibersihkan, berarti
anak tidak mempunyai tanda tidak bisa minum atau menetek
TANYA: Apakah anak KURANG BISA minum atau menetek?
(jika anak berusia <2 bulan) Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan di atas.
Bedanya, pada anak yang lebih tua adalah tidak bisa minum sama sekali,
sedangkan pada usia di bawah 2 bulan, kemampuan minumnya paling banyak
hanya setengah dari kebiasaannya menyusu/minum susu buatan. Ibu dapat
memperkirakan jumlah ASI yang dihisap anaknya berdasarkan lamanya menyusu.
Anak yang tidak bisa minum mungkin menderita pneumonia berat,
bronkiolitis, sepsis/ septikemia, infeksi otak (meningitis atau malaria cerebral) dan
abses tenggorok.
5. Apakah anak demam? Berapa lama?
Jika ibu mengatakan anak demam maka riwayat demam sudah cukup untuk
menilai sebagai anak demam walaupun saat ini anak tidak demam
6. Apakah anak kejang?
Tanyakan kepada ibu apakah anaknya kejang selama sakit ini. Gunakan kata-kata
yang dimengerti oleh ibu. Mungkin ibu menggungkapkan istilah kejang sebagai
7

step atau kaku dan lain sebagainya. Pada saat kejang, lengan dan kaki anak
menjadi kaku karena otot-ototnya berkontraksi. Tanda dan gejala klinis kejang
pada bayi muda sangat bervariasi bahkan kadang sulit dibedakan dengan gerakan
normal. Meskipun demikian, jika menjumpai gejala/ gerakan yang tidak biasa,
terjadi secara berulang-ulang dan periodik, harus memikirkan kemungkinan bayi
kejang. Kejang dapat berupa gerakan tidak terkendali berulang-ulang pada mulut
seperti menguap, mengunyah atau mengisap. Anak menderita pneumonia yang
mengalami kejang-kejang, kesadaran menurun ataupun sukar dibangunkan dapat
diakibatkan oleh kekurangan oksigen, sepsis, cerebral malaria (pada daerah
endemis malaria falciparum) dan meningitis.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Bentuk kepala: Normal (normosefal), abnormal (makrosefali/ mikrosefali)
Rambut: jika berwarna merah jagung, kering dan mudah dicabut= tanda malnutrisi
Ubun-ubun: pada umur 6 bulan sebagian kecil (3%) bayi normal tertutup ubunubunnya. Pada umur 9 bulan 15% dan pada umur 1 tahun 40 %. Pada umur 19 bulan,
90% bayi normal sudah tertutup ubun-ubunnya.
Wajah: nilai asimetrik wajah, pembengkakan (akibat infeksi, edema, dll), wajah
dismorfik (misalnya pada sindrom down, dll)
Mata: mata cekung= tanda dehidrasi, konjungtiva (nilai anemis/hiperemis/sekret)
sklera (ikterus), pupil (nilai ukuran, isokor, reflek cahaya) visus, dll.
Hidung: nilai adanya sekret, deformitas, pernapasan cuping hidung.
Telinga: nilai tanda infeksi, nilai adanya sekret, ketajaman pendengaran, dll
Mulut: nilai adanya trismus (diukur berapa cm mulut yang dapat dibuka, diukur dari
ujung gigi seri atas dan bawah), warna bibir (anemis/sianosis), mukosa pipi (oral
thrush, stomatitis), perdarahan gusi, dll.
Bentuk dada dan gerakan pernapasan.Gerakan pernapsan simetris. Pada klien dengan
pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta
adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Saat dilakukan pengkajian batuk
pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan
adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi purulen.
Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)?

Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior. Pada palpasi klien dengan pneumonia , gerakan
dada pada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri.
Getaran suara (vokal fremitus) biasanya normal. Apakah teraba demam/terlalu dingin?
Periksa untuk mengetahui apakah anak demam (suhu badannya lebih dari 37,5 C) atau
hipotermia (suhu di bawah normal/ kurang dari 35,5 C).
Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi sonor
pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia
didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi suatu sarang (konfluens).
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok usia tertentu

Neonatus: sering dijumpa takipnea, grunting, pernapasan cuping hidung,


retraksi dinding dada, sianosis dan malas menetek

Bayi yang lebih besar: jarang ditemukan grunting. Gejala lain yang sering
terlihat adalah batuk, panas dan iritabel

Anak prasekolah, selain gejala diatas dapat ditemukan batuk produktif/


nonproduktif dan dispnea

Anak sekolah dan remaja, gejala lainnya yang dapat dijumpai yaitu nyeri dada,
nyeri kepala, dehidrasi dan letargi

Takipnea berdasarkan WHO:


Usia <2 bulan 60x/menit
Usia 2- < 12 bulan 50x/menit
Usia 1-5 tahun 40x/menit
9

Takipnea terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam


mendiagnosa penumonia
Auskultasi
Pada Auskultasi ditemukan fine crackles (ronki basah halus) yang khas pada anak
besar, mungkin tidak ditemukan pada bayi
Iritasi pleura akan menyebabkan nyeri dada; bila berat gerakan dada tertinggal waktu
inspirasi, anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki fleksi
Rasa nyeri dapat menjalar ke leher, bahu dan perut
Adakah tanda gizi buruk?
Memeriksa tanda kekurangan gizi berat dilakukan secara klinis dengan melihat
kondisi anak. Metode lain dapat digunakan untuk menetapkan anak yang kurang
gizi, ukur berat dan tinggi badan, atau ukur lingkar lengan.
Ikutilah petunjuk program gizi yang ada. Tanda klinis gizi buruk dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Anak dengan gizi buruk mempunyai risiko yang besar untuk menderita
pneumonia dan bisa tanpa disertai tanda-tanda khas pneumonia.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Infeksi paru (Pneumonia) dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan beberapa
10

protozoa. Gambaran pneumonia akan terjadi peningkatan densitas dalam bagian paru
yang terkena. Paru yang memberi gambaran lusen, akan tampak lebih opak karena
adanya proses peradangan yang menggantikan udara. Gambaran opak yang diberikan
pun berbeda-beda, tergantung bentuk infeksi dan distribusinya.Salah satu gambaran khas
pneumonia adanya air bronkogram, yakni terperangkapnya udara dalan bronkus karena
tiadanya pertukaran udara pada alveolus.Namun, gambaran ini tidak muncul disemua
pneumonia.

Gambaran Radiologis
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia
lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
1. Air Space Pneumonia/Pneumonia Lobaris
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
Perselubungan paru Lobus kanan atas.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas
11

Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil.
Tidak tampak deviasi trachea / septum / fissure / seperti pada atelektasis.

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.


Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena.
Pada masa resolusi sering tampk Air Bronchogram Sign.
Air space pneumonia lobaris/ pneumonia lobaris sering dikenal juga dengan
pneumonia pneumococcus karena seiring waktu infeksi dapat menyebar dan melibatkan
seluruh lobus, sering juga menempati satu lobus penuh/konsolidasi pada seluruh lobus
dimulai dalam ruang distal dan menyebar melalui pori-pori.

12

Sinuse dan diafragma normal, cor tidak membesar


Pulmo:
Hilus kanan tertutup bayangan jantung, hilus kiri kabur
Corak bronkovaskuler normal
Tampak perselubungan opak inhomogen berbatas tegas di lapang atas
paru kanan dengan air bronchogram

Kesan:
Tidak tampak kardiomegali
Pneumonia lobaris

Gambar. Pneumonia lobaris foto AP tampak perselubungan pada lobus kanan paru.

13

Gambar. Pneumonia lobaris foto PA dan lateral (kanan) tampak perselubungan pada
lobus kanan paru.
2. Bronkhopneumonia

Gambar. Pneumonia (kanan), broncopneumonia (kiri)


Kesan: tampak adanya perselubungan diparu kanan, corakan bronkovaskuler yang
meningkat.
Bronkopneumonia

digunakan

untuk

menggambarkan

pneumonia

yang

mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. Bronkopneumonia adalah proses
14

multi fokal yang dimulai pada bronkiolus terminalis dan respiratorius dan cenderung
menyebar secara segmental. dapat juga disebut pneumonia lobularis dan menghasilkan
konsolidasi yang tidak homogen. Pada foto thoraks tampak infiltrat peribronkhial yang
semiopak dan tidak homogen didaerah hillus yang menyebabkan batas jantung
menghilang, penyebab paling sering oleh S.aureus dan organisme gram negatif.
2.

Pemeriksaan Laboratorium
Jumlah leukosit >15.000/l dengan dominasi neutrofil sering didapatkan pada
pneumonia bakteri, tetapi dapat pula karena pneumonia nonbakteri
Diagnosis pasti pneumonia bakterial yaitu dengan isolasi mikroorganisme dari
paru, cairan pleura, atau darah. Pengambilan spesimen dari paru sangat invasif dan
tidak rutin diindikasikan dan dilakukan
Kultur darah hanya (+) pada 10-30% kasus
Pemeriksaan C-reactive protein perlu dipertimbangkan pada pneumonia dengan
komplikasi dan dapat bermanfaat untuk melihat respons antibiotik
Meskipun penyebab pneumonia sulit ditentukan, tetapi ada beberapa gejala dan
tanda yang dapat dikenali secara klinis, yaitu:
Staphylococcus aureus:
Progresivitas penyakit sangat cepat dengan gejala respiratori sangat berat:
grunting, sianosis, takipnea, dan gambaran radiologis necrotizing pneumonia,
pneumonia dengan komplikasi (efusi pleura, empiema, pneumotoraks),
perburukan klinis dan radiologis yang sangat cepat, atau pada keadaan pasca
infeksi campak (saat ini atau 4 minggu sebelumnya), pada kulit penderita dapat
dijumpai bisul atau abses.
Streptococcus grup A:
Penyebab tersering faringitis, tonsilitis dengan limfadenitis, kolik, demam,
malaise,, sakit kepala, dan gejala pada abdomen
Sering merupakan komplikasi infeksi kulit pada anak dengan varisela, penyakit
memburuk dalam 24 jam, sering diikuti dengan syok septik, empiema dan
pneumatokel yang terjadi dalam beberapa hari sampai 1 minggu sesudah
pengobatan

3. Pulse oxymetri
Penggunaan saturasi oksigen merupakan pemeriksaan noninvasif yang dapat
memperkirakan oksigenasi arteri, semua anak yang dirawat inap karena
15

pneumonia harusnya diperiksa Pulse oxymetri. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan


untuk negara berkembang dengan keterbatasan sarana untuk mendeteksi
hipoksemia.
4. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan biakan darah harus dilakukan pada semua anak yang dicurigai
menderita pneumonia bakteri, pneumonia berat, penumonia dengan komplikasi.
Hasil (+) hanya didapatkan pada 10-30% kasus.
9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia berat:
1. Rawat dirumah sakit
2. Pemberian oksigen bila saturasi Oksigen <90%
3. Tatalaksana patensi jalan napas
4. Pemberian antibiotik
5. Terapi demam
Perawatan dirumah sakit
1. Terapi oksigen
Bayi dan anak yang mengalami hipoksia mungkin tidak tampak sianosis. Agitasi
mungkin mejadi indikasi hipoksia, oksigen diberikan pada penderita dengan
saturasi oksigen <90% pada udara kamar untuk mempertahankan saturasi oksigen
90%, dan pada penderita distres napas.
2. Analgetik dan antipiretik
Anak yang terkena infeksi saluran respiratori bagian bawah akut umumnya
mengalami pireksia dan dapat merasakan nyeri seperti nyeri kepala, nyeri dada,
nyeri sendi, nyeri perut dan nyeri telinga. Dosis antipiretik bisa diberikan
paracetamol 10-15 mg/kgBB/x pemberian.
3. Terapi cairan
Anak tidak mampu mempertahankan asupan cairan akibat sesak atau kelelahan
memerlukan terapi cairan. Pipa nasogatrik dapat memengaruhi pernapasan dan
karena itu harus dihindari pada anak yang sakit berat, terutama bayi dengan
lubang hidung yang kecil. Penderita yang muntah-muntah atau sakit berat
memerlukan cairan i.v. bila diperlukan cairan i.v. diberikan 80% dari kebutuhan
basal dan perlu dipantau elektrolit serum. Anak dengan sesak nafas memerlukan
cairan i.v dan Oksigen (1-2 liter/menit). Jenis cairan yang digunakan adalah
16

campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol
infus. Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu. Koreksi
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
4. Pemberian antibiotik
Antibiotik empiris diberikan berdasarkan usia penderita dan derajat penyakit,
antibiotik yang sesuai harus diberikan segera sesudah penderita masuk rumah
sakit. Untuk pneumonia atau bukan pneumonia berat dapat diberikan
kotrimoksazol (8mg/kgBB/ dosis trimetoprim dalam 2 dosis p.o) atau amoksisilin
3 dosis/ hari) selama 3-5 hari. Efikasi kedua obat sama, kecuali didaerah yang
mengalami resistensi pada salah satu obat. Antibiotik parenteral harus diberikan
pada anak dengan pneumonia berat.
Pilihan pemberian antibiotik inisial pada penumonia anak; Ampisilin 50
mg/kgBB/dosis i.v atau i.m setiap 6 jam yang harus dipantau delam 24 jam selama
48-72 jam pertama. Bila keadaan klinis berat, pengobatan inisial berupa
kombinasi ampisilin-gentamisin. Bayi usia <2bulan atau pneumonia sangat berat,
ampisilin dosis di atas ditambah gentamisin 7,5 mg/kgBB i.v atau i.m sekali
sehari. Pada keadaan dicurigai meningitis (malas menetek, letargis, kejang,
menangis, lemah, fontanel menonjol) dan septikemia, maka obat pilihan pertama
adalah sefotaksim atau seftriakson i.v. sesudah 48 jam pengobatan pneumonia
sangat berat tidak tampak perbaikan, antibiotik diubah menjadi sefalosporin
generasi ketiga, seperti seftriakson dan sefotaksim.
Pneumonia pada anak malnutrisi berat
Ampisilin dan gentamisin merupakan antibiotik inisial. Terapi suportif seperti
mempertahankan suhu, pencegahan hipoglikemia, dan pemberian nutrisi yang
tepat sangat penting untuk memperoleh hasil terapi yang baik.
5. Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :

Oksigen 1-2 L/menit.

IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.

Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.

17

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.


Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

a. Untuk kasus pneumonia community base

Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

b. Untuk kasus pneumonia hospital base:

Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

Apabila:
1.

Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif


a.
b.

2.

Airway suction
Airway Management

Pola Nafas tidak efektif


a.

Airway Management

b.

Terapi Oksigen

c.

Vital sign monitoring

3. Gangguan pertukaran gas


a. Airway management
b. Respiratory monitoring
4. Hipertermia
a. Fever treatment
b. Temperature regulation
10. PEMANTAUAN
Sesudah pemberian antibiotik inisial, pantau dalam 24 jam selama 48-72 jam
pertama. Apabila kondisi klinis membaik; tidak didapatkan tanda sepsis, empiema,
necrotizing pneumonia, dan abses paru; tanda vital stabil selama min.48 jam; biakan
darah tidak menunjukkan pertumbuhan kuman; dan dapat makan atau minum maka:
Antibiotik i.v dapat diganti dengan antibiotik oral. Umumnya pemilihan ke
antibiotik oral dilakukan sesudah 2-4 hari pemberian antibiotik i.v selanjutnya, terapi
dilanjutkan di rumah dengan amoksisilin (15mg/kgBB/kali 3x/hari). Pemberian
antibiotik pada pneumonia berat dilanjutkan sampai 5-7 hari.
18

Apabila: Demam atau manifestasi klinis lainnya menetap sesudah 48 jam


pemberian antibiotik, atau keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat
keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya, kejang letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka
terapi harus dievaluasi kembali dan dipertimbangkan foto rontgent toraks ulang.
Tambahkan kloramfenikol 25mg/kgBB i.v atau i.m 1x/hari. Apabila terjadi kegagalan
pada penderita yang diberi kotrimoksazol, diganti dengan amoksisilin. Jika obat
pertama yang diberikan adalah amoksisislin, maka bila terjadi kegagalan terapi, dapat
ditambahkan gentamisin atau dapat diganti dengan amoksisilin-asam klavulanat (8090 mg/kgBB/hr amoksisilin dalam dosis terbagi dengan maksimal 6,4 mg/kgBB/hr
asam klavulanat) untuk meningkatkan aktivitas terhadap Haemophilus influenzae
penghasil -laktamase dan S.pneumoniae yang resisten. Apabila diduga pneumonia
stafilokokal, ganti antibiotik dengan gentamisin (7,5 mg/kgBB i.m 1x/hr) dan
klosasiklin (50 mg/kgBB i.m atau i.v setiap 6 jam). Bila keadaan anak membaik,
lanjutkan klosasiklin (atau dikloksasilin) secara oral 4x/hr sampai mencapai 3
minggu, atau klindamisin secara oral selama 2 minggu. Pilihan antibiotik selanjutnya
berdasarkan hasil pemeriksaan pola kepekaan antibiotik.
11. INDIKASI PENDERITA DIPULANGKAN
Perbaikan secara klinis, nafsu makan membaik, bebas demam 12-24 jam, stabil
saturasi oksigen >92% dalam udara ruangan selama 12-24 jam (tanpa oksigen),
orangtua sudah mengerti untuk melanjutkan pemberian antibiotik oral.
12. PENCEGAHAN
Vaksinasi dengan vaksin pertusis (DTP), campak, pneumokokus, dan H.influenzae.
vaksin influenza pada untuk bayi >6 bulan disarankan untuk diberikan vaksin
infulenza dan pertusis.
13. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empyema torasis, pericarditis
purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.
Empyema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia
bakteri.
Komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin
kinase meningkat dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak
berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka
19

dianjurkan melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi


dan pemerkisaan enzim.
14. PROGNOSIS
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat maka mortalitas dan
morbiditas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi
energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Raharjoe. N.N dkk, 2010, Buku ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Keodkteran. Buku Kedokteran EGC. Jakarta :
1997. Hal 633.
3. Konsensus Pneumonia. Bagian Pulmonologi FKUI /RSUP Persahabatan. Jakarta :
2000.
4. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Unpad. Bandung : 2014.

5. Rasad S., 2005,

Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta


20

6. Seetich Theodore C, Prober Charles G. Nelson Textbook of Pediatrics Pneumonia.

Edisi ke-17. Saunders. 2004.

Anda mungkin juga menyukai