2. Prinsip metoda MT
Metoda MT memanfaatkan medan elektromagnetik (EM) alam dengan spektrum frekuensi
E = i H
(1)
H = E + i E
(2)
ZI
Ex
=
Hy
i 0
(8)
= i 0 E x
(3)
E x
= i 0 H y
z
(4)
Z j = ZI, j
2 Ex
z 2
E x = A exp( k z ) + B exp(+ k z )
(5)
Hy
k
=
i 0
( A exp( k z )
B exp(+ k z ) )
(6)
2
500
0
T meter
(7)
1 R j exp(2 k j h j )
1 + R j exp(2 k j h j )
dengan R j =
Z I , j Z j +1
Z I , j + Z j +1
(9)
a =
1
Z
0
Im Z
; = tan 1
Re Z
(10)
Ex
,
= Kn r
Hy
n
a
=
f
a
Kf
5f
Ex
Hy
(11)
U = W d F (m)
+ 2 C m
(12)
m k +1 = AT W A + 2 CT
AT W
(d F(m k ) + A m k )
(13)
6. Kesimpulan
Metoda MT dan CSAMT merupakan metoda
yang cukup efektif dalam mendelineasi daerah
prospek geotermal. Hal ini didasari oleh eratnya
hubungan parameter fisika yang dapat dipetakan
oleh kedua metoda tersebut dengan fenomena
geo-termal. Efektifitas metoda MT dan CSAMT
mensyaratkan disain survey, metoda koreksi data
serta metoda pemodelan yang juga harus
dilaksanakan secara cermat.
Ketersediaan
peralatan akuisisi data MT, CSAMT serta TEM
di Indonesia serta didukung oleh tenaga ahli lokal
membuka peluang aplikasi metoda tersebut
secara ekstensif dalam rangka mengembangkan
potensi energi geotermal di Indonesia. Penelitian
mengenai aplikasi koreksi efek sumber pada data
lapangan CSAMT, pemodelan inversi data
CSAMT sedang dilakukan di Laboratorium
Geofisika Terapan Departemen Geofisika dan
Meteorologi ITB.
Daftar Pustaka
Grandis, H., 1997, Practical algorithm for onedimensional magnetotelluric forward modelling,
Jurnal Geofisika, 20, 16 - 25.
Grandis, H., 2000, Koreksi efek sumber pada data
controlled
source
audio-magnetotellurics
(CSAMT), Jurnal Teknologi Mineral, VII/1, 43 50.
Kauffman, A.A.,
magnetotelluric
Amsterdam.
(a)
TEM - MT COMPILATION DATA
test-1 (model - A & B)
1.0E+4
1.0E+3
1.0E+2
1.0E+1
TEM
MT
model - A
model - B
1.0E+0
1.0E-5
1.0E-4
1.0E-3
1.0E-2
1.0E-1
1.0E+0
1.0E+1
1.0E+2
1.0E+3
PERIOD (sec.)
(b)
TEM - MT COMPILATION DATA
test-1 (model - C & D)
1.0E+4
1.0E+3
1.0E+2
1.0E+1
TEM
MT
model - C
model - D
1.0E+0
1.0E-5
1.0E-4
1.0E-3
1.0E-2
1.0E-1
1.0E+0
1.0E+1
1.0E+2
1.0E+3
PERIOD (sec.)
Gambar 1.
Perbandingan antara data TEM hasil konversi dan data MT untuk 4 model sintetik (a dan b). Data TEM telah
dikonversi menggunakan metode pergeseran waktu (time shift) sehingga diperoleh kurva sounding resistivitas
semu sebagai fungsi periode.
(a)
1.0E+4
1.0E+3
1.0E+2
1.0E+1
1.0E-1
1.0E+0
1.0E+1
1.0E+2
1.0E+3
1.0E+4
1.0E+5
FREQUENCY (Hz)
1.0E+4
(b)
1.0E+3
1.0E+2
1.0E+1
1.0E+0
1.0E-1
1.0E+0
1.0E+1
1.0E+2
1.0E+3
1.0E+4
1.0E+5
FREQUENCY (Hz)
Gambar 2.
Kurva tahanan-jenis semu far field (- - - -), near field ( ) dan CSAMT terkoreksi () serta kurva
sounding teoritis MT () :
(a) model 1 / tipe H (1 = 1000, 2 = 10, 3 = 100 Ohm.m, h1 = 200 m, h2 = 500 m).
(b) model 2 / tipe K (1 = 10, 2 = 1000, 3 = 100 Ohm.m, h1 = 200 m, h2 = 500 m).
SW
19
g _1
g_
cm
17
cm
g_
cm
6
g _1
cm
10
g _1
1
cm
g _1
2
cm
g
c m _13
g_
c m 14
g_
15
cm
g_
cm
g_
g _0
cm
cm
07
05
06
g_
g_
cm
cm
03
02
04
g_
g_
cm
cm
g_
cm
g_
cm
g _0
cm
09
hot spring
hot spring
ELEVATION (x 100 m)
15
10
0
0
10
15
20
DISTANCE (x 100 m)
25
30
35
40
Resisitivity
(Ohm.m)
Gambar 3.
Model resistivitas 2-D daerah Cimanggu (Bandung selatan) hasil inversi menggunakan pendekatan
smoothness-contrain.
SW
NE
Gambar 4.
Model resistivitas 2-D daerah prospek geotermal X hasil inversi menggunakan pendekatan smoothnessconstraint.