(DS 2)
I.
TUJUAN :
Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat diharapkan :
1. Mengetahui perilaku dinamis dari tangki berpengaduk yang disusun
secara seri
2. Menentukan waktu mati pada tangki bersusun seri akibat perubahan
jarak
3. Menggambarkan kurva respon konsentrasi tangki bersusun.
II.
III.
DASAR TEORI
Waktu mati atau dead time adalah waktu mulai dari terjadi perubahan input
hingga input terukur oleh system. Dead time terjadi dikarenakan tempat pengukuran
terletak jauh dari tempat perubahan input, umumnya oleh pipa aliran yang panjang
sehingga saat terjadi perubahan di pangkal pipa, perubahan baru terukur setelah
waktu tertentu. Hal ini menyebabkan perubahan tidak langsung dapat dideteksi
sehingga pertauran yang seharusnya dilakukan menjadi lambat sehingga
proses
pengukur
an
controlle
r
M
Katup
Kontrol
Sistem
(proses)
menjadi tidak terkendali. Katup control sebaiknya terletak didekat proses atau system
sedangkan alat ukur atau controller dengan menggunakan tranmisi listrik dapat
diletakan ditempat yang lebih jauh.
Tiga buah tangki berpengaduk yang disusun secara seri mempunyi respon
berbentuk kurva eksponensial untuk tanki pertama : tempat terjadi perubahan input ,
dan kurva sigmoidal ( bentuk huruf S) untuk dua tangki berikutnya. Perbedaan bentuk
kurva diakibatkan oleh transfer lag ; kelembapan akibat perpindahan , yang pada
akhirnya akan mencapai konstan pada titik yang sama.
A adalah konsentrasi dalam tangki pertama setelah terjadinya oerubahan input
konsenrasi yang diukur menggunakan alat konduktor, sedangkan E adalah konsentrasi
awal (konduktivitas awal) dan t adalah waktu konstan aau time constant, yang
besarnya 2/3 dari total perubahan mencapai konstan (63,2%) .
t /T
t /T
A = E (1 - e
) dapat disederhanakan menjadi dA/dT = (E/T) e
A = 0,6321 E
Dikarenakan kelambatan ini, maka suatu perubhan terhadap input akan
kembali stabil etelah waktu konstan, dengan menghitung waktu konstan maka dapat
diperkirakan waktu yang dibutuhjjan oleh suatu perubahan untuk mencapastabil suatu
keadaan konstan atau stabil sehingga pengaturan dapat sebelum perubahan tersebut
disarankan oleh suatu proses atau system.
Pemilihan susunan rangkaian reactor dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan,
tergantung keperluan dan maksud dari operasinya. Masing-masing rangkaian
memiliki kelebihan dan kekurangan, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna.
Semua yang ada didunia ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum,
rangkaian reactor yang disusun secara seri itu lebih baik dibanding secara parallel.
Setidaknya ada 2 sisi yang dapat menjelaskan kenapa rangkaian reactor secara seri itu
lebih baik. Pertama, ditinjau dari konversi reaksi yang dihasilkan dan yang kedua
ditinjau dari sisi ekonomisnya.
Pertama, ditinjau dari konversi reaksinya. Feed yang masuk ke reactor
pertama dalam suatu rangkaian reactor susunan seri akan bereaksi membentuk produk
yang mana pada saat pertama ini masih banyak reaktan yang belum bereaksi
membentuk produk di reactor pertama, sehingga reactor selanjutnya berfungsi untuk
mereaksikan kembali reaktan yang belum bereaksi dan seterusnya sampai
mendapatkan konversi yang optimum. Secara sederhana, reaksi yang berlangsung itu
dapat dikatakan berkali-kali sampai konversinya optimum. Konversi yang optimum
merupakan maksud dari suatu proses produksi. Sementara itu jika dengan reactor
susunan parallel, dengan jumlah feed yang sama, maka reaksi yang terjadi itu hanya
sekali sehingga dimungkinkan masih banyak reaktan yang belum bereaksi. Walaupun
pada outletnya nanti akan dijumlahkan dari masing-masing reactor, namun tetap saja
konversinya lebih kecil, sebagai akibat dari reaksi yang hanya terjadi satu kali.
Kedua, tinjauan ekonomisnya. Dalam pengadaan alat yg lain, misal jika seri
hanya memerlukan satu wadah untuk bahan baku (baik dari beton ataupun stainless
steel), dan konveyor yang digunakan juga cukup satu. Namun jika paralel mungkin
memerlukan wadah lebih dari satu ataupun konveyor yang lebih dari satu untuk
memasukkan feed ke masing-masing reactor. Konsekuensi yang lain dari suatu
reactor rangkain parallel adalah karena masih ada reaktan yang banyak belum
bereaksi maka dibutuhkan lah suatu recycle yang berakibat pada bertambahnya alat
untuk menampungnya, sehingga lebih mahal untuk mendapatkan konversi yang lebih
besar.
IV.
LANGKAH KERJA
1. Mengkalibrasi konduktormeter yang akan digunakan sesuai prosedur
kaibrasi.
mengalirkan
aquadest
dari
tangki
8. Melanjutkan
pengamatan
setiap
menit
hingga
didapat
harga
V. DATA PENGAMATAN
(s/cm)
Tangki 1
4,4
4
3,59
3,25
2,87
2,57
2,29
2,02
1,87
1,76
1,6
1,08
0,68
0,51
0,48
0,48
0,46
0,45
0,45
0,44
0,34
0,23
0,17
0,15
0,13
0,12
0,11
0,11
0,1
0,1
0,09
0,09
0,09
0,09
Tangki 4
4,4
4,39
4,39
4,37
4,36
4,36
4,34
4,33
4,32
4,31
4,29
4,27
4,25
4,08
3,59
3,23
2,76
2,31
2,26
2,03
1,92
1,58
1,3
1,08
0,82
0,62
0,46
0,28
0,27
0,24
0,2
0,19
0,16
0,14
53
55
57
59
61
63
65
67
69
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,12
0,1
0,09
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
Konduktivitas
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Tangki 1
Tangki 4
10
20
30
40
50
Waktu (menit)
60
70
80
VI.
PERHITUNGAN
1. Pembuatan larutan KCl 0,1 M dalam 300 ml
gr KCl
=
M x BM x V
=
0,1 M x 74,55 gr/mol x 0,3 L
=
0,7455 gr
2. Pembuatan larutan KCl 0,025 M dalam 3000 ml
gr KCl
=
M x BM x V
=
0,025 M x 74,55 gr/mol x 3 L
=
5,59 gr
3. Menghitung Debit aquadest dari tangki penampung
V = 100 ml
t = 24 s
V
100 ml
Q=
=
= 4,167 ml/s
t
24 s
4. Penentuan Dead Time ( waktu mati )
Dead Time = interval terbesar harga konduktivitas tangki 1 dan tangki 4
dari grafik diperoleh Dead Time pada menit ke- 11
X Dead Time = 11 menit x 60 s/menit
= 660 detik
5. Penentuan Volume Dead Time
Volume Dead Time =
=
=
=
tangki berpengaduk yang disusun secara seri berbeda dengan tangki yang dipasang
tunggal.
Tangki ini termasuk sistem tangki kontinyu untuk reaksi-reaksi sederhana.
Berbeda dengan sistem operasi batch dimana selama reaksi berlangsung tidaka ada
aliran yang masuk ataupun meninggalkan sistem secara berkesinambungan, maka
didalam tangki air ( kontinyu ) baik umpan maupun produk akan mengalir secara
terus-menerus. Sistem seperti ini akan memungkinkan kita bekerja pada suatu
keadaan dimana operasi berjalan secara keseluruhan daripada sistem berada dalam
kondisi stasioner.
Jarak yang berbeda dan tangki yang disususn secara seri tersebut adalahpada
perubahan konsentrasi lamanya waktu reaktan mengalir atau homogenisasi reaktan
dari tangki ke tangki. Selain itu proses homogenisasi dipengaruhi oleh proses
pengadukan dan aliran masuk kedalam setiap tangki.
Pada tangki 4 dengan jarak yang jauh, memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai suatu titik dimana konduktivitas sama dengan ketiga tangki lainnya
homogen. Pada tangki ke 4 pengadukan dilakukan oleh pengadukan secara manual
berbeda dengan ketiga tangki yang dilakukan secara otomatis. Ini dapat
mempengaruhi perubahan konsentrasi keempat tangki dari jarak dan pengadukannya.
Pada data yang telah diperoleh harga konduktivitas akhir yaitu 0,08 s/cm.
pada proses ini juga diperoleh laju alir proses 4,167 ml/s dan volume dead time
sebesar 2,7502 Liter.
VIII.
KESIMPULAN
Dari data dan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
DAFTAR PUSTAKA