Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDENTITAS NASIONAL

Disusun Oleh :
M. Yazid Nasution (2411151149)
Fajar Oktoriadi (2411151151)
Bagus Firmansyah (2411151152)
Fingky Wulansari Fauzy (2411151154)
Juliardi Kurnia (2411151155)

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Jenderal Achamd Yani
Bandung - Cimahi
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Jenderal Achmad Yani.
Dalam penyusunan makalah ini, kami penulis menghimpun informasi dan
ilmu dari berbagai sumber yang kami gunakan untuk bahan penyusunan makalah
ini, yang berjudul Identitas Nasional.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami selaku tim penulis
maupun bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam segi
materi maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan
sarang yang membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan penulisan makalah
di masa yang akan datang.

Cimahi, 30 September 2016

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB IPENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1

Latar Belakang............................................................................. 1

1.2

Pokok Permasalahan......................................................................1

1.3

Tujuan Penulisan...........................................................................1

BAB II DASAR TEORI............................................................................... 2


2.1

Pengertian Identitas Nasional..........................................................2

2.2

Identitas Nasional Indonesia............................................................3

2.3

Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional.......................................3

2.4

Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa.......................................5

2.5

Proses Berbangsa dan Bernegara......................................................8

BAB IIIPEMBAHASAN........................................................................... 12
3.1

Alasan Pancasila Menjadi Kepribadian Identitas Bangsa....................12

3.2

Pentingnya Identitas Nasional Bagi Sebuah Negara............................13

3.3

Pengaruh Negative dari Sikap Chauvanisme Terhadap Identitas Nasional


....................................................................................................
.......................14
BAB IVKESIMPULAN............................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
yang lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia
ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri
serta karakter dari bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas
nasional sebagaimana di jelaskan di atas maka Identitas Nasional suatu bangsa

tidak dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut
dengan kepribadian suatu bangsa.
Identitas adalah tanda pengenal. Begitulah pemahaman yang paling sederhana
tentang identitas, yang diketahui oleh hampir semua orang. Pegertian Identitas
Nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila
dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi
dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas Nasional dijadikan
ciri dari suatu bangsa dan negara tersebut, sehingga identitas Nasional
mencerminkan kepribadian suatu bangsa.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai
persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak
atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu
wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional.
Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan
tujuan dapat membantu mengatasi masalah tentang identitas nasional dan dapat di
terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.2 Pokok Permasalahan.
1. Mengapa Pancasila dijadikan sebagai kepribadian dan identitas nasional?
2 Seberapa pentingkah identitas nasional untuk sebuah negara?
3 Mengapa sikap chauvinisme pengaruhnya negatif terhadap identitas nasional?
1.3 Tujuan Penulisan
1
2
3

Untuk mengetahui alasan Pancasila dijadikan sebagai kepribadian dan


identitas nasional.
Untuk mengetahui seberapa penting identitas nasional untuk sebuah negara.
Untuk mengetahui pengaruh negatif dari sikap chauvanisme terhadap
identitas nasional.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Identitas Nasional


Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan.
Secara etimologis, identitas nasional berasal dari kata identitas dan nasional.
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris yaitu identity yang memiliki pengertian
harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau

sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain. Sedangkan kata nasional


merujuk pada konsep kebangsaan. Jadi, pegertian Identitas Nasional adalah
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai
Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang
berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara yang merupakan
norma peraturan yang harus dijnjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa
kecuali rule of law, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara,
demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di
Indonesia atau juga Istilah Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain.
Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah
ada padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah
Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena
pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist
Revolution, era globalisasi dewasa ini, ideologi kapitalisme yang akan menguasai
dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem
internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di
dunia, dan secara tidak langsung juga nasib sosial, politik dan kebudayaan.
Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan suatu ideologi,
yaitu dari ideologi partikular ke arah ideologi universal dan dalam kondisi seperti
ini kapitalismelah yang akan menguasainya. Dalam kondisi seperti ini, negara
nasional akan dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh
negara-negara dengan prinsip kapitalisme. Konsekuensinya, negara-negara
kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun demikian, dalam
menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung kepada kemampuan
bangsa itu sendiri.
Menurut Toyenbee, ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius
dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challence dan
response. Jika challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa
tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di
Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jika challance kecil
sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi
bangsa yang kreatif.
Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi
globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang
merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas

budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam


era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.
2.2 Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu
Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang
menunjukkan jati diri Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
1 Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2 Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3 Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4 Lambang Negara yaitu Pancasila
5 Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6 Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7 Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8 Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9 Konsepsi Wawasan Nusantara
10
Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.
2.3 Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional
Berikut ini unsur-unsur yang mendukung terbentuknya identitas nasional
suatu bangsa, yaitu :
1 Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada
sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di
Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis sehingga
mereka dapat dikenali dari daerah mana asalnya. Etnis Tionghoa hanya
berjumlah 2,8% dari populasi Indonesia, tetapi tidak kurang dari 300 dialek
bahasa. Populasi penduduk Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 210 juta.
Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya beretnis Jawa. Sisanya terdiri dari
etnis-etnis yang mendiami kepulauan diluar Jawa seperti suku Makasar-Bugis
(3,68%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%) dan suku-suku lainnya.
Mereka mendiami daerah-daerah tertentu, menyebar ke seluruh kepulauan
Indonesia. Mayoritas dari mereka bermukim di perkotaan.
2 Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat agamis. Agama-agama yang
berkembang di nusantara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan
Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai
agama resmi negara. Tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid,
istilah agama resmi negara dihapuskan.

Dari agama-agama di atas, agama Islam merupakan agama yang dianut oleh
mayoritas bangsa Indonesia. Dalam Islam terdapat banyak golongan dan
kelompok pemahaman misalnya kelompok Islam santri untuk menunjukan
keislaman yang kuat dan Islam Abangan atau Islam Nominal bagi masyarakat
Islam di daerah Jawa. Sedangkan kalangan di kelompok santri sendiri perbedaan
pemahaman dan pengamalan Islam dikenal dengan kelompok modernis dan
tradisionalis. Kelompok pertama lebih berorientasi pada pencaharian tafsir baru
ijtihad atas wahyu Allah. Sedangkan kelompok tradisionalis lebih menyandarkan
pengalaman agamanya pada pendapat-pendapat ulama.
Karena Indonesia merupakan negara yang multi agama, maka Indonesia dapat
dikatakan sebagai negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Banyak
kasus disintegrasi bangsa yang terjadi akhir-akhir ini melibatkan agama sebagai
faktor penyebabnya. Misalnya, kasus Ambon yang sering kali diisukan sebagai
pertikaian anatara dua kelompok agama meskipun isu ini belum tentu benar.
Akan tetapi isu agama adalah salah satu isu yang mudah menciptakan konflik.
Salah satu jalan yang dapat mengurangi resiko konflik atar agama, perlunya
diciptakan tradisi saling menghormati antara agama-agama yang ada.
Menghormati berarti mengakui secara positif dalam agama dan kepercayaan
orang lain juga mampu belajar satu sama lain. Sikap saling menghormati dan
menghargai perbedaan memungkinkan penganut agama-agama yang berbeda
bersama-sama berjuang demi pembanguna yang sesuai dengan martabat yang
diterima manusia dari Tuhan.
3 Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi. Intinya adalah kebudayaan merupakam patokan nilainilai etika dan moral, baik yang tergolong sebagai ideal atau yang seharusnya
(world view) maupun yang operasional dan aktual di dalam kehidupan seharihari (ethos).
Seperti banyaknya suku bangsa yang dimiliki nusantara, demikian pula
dengan kebudayaan. Terdapat ratusan kebudayaan bangsa Indonesia yang
membentuk identitas nasionalnya sebagai bangsa yang dilahirkan dengan
kemajemukan identitasnya.
4 Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa
dipahami sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi
ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Di

Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku


bangsa atau etnis.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan sebutan bahasa melayu yang
merupakan bahasa penghubung (linguafranca) berbagai etnis yang mendiami
kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi diantara suku-suku di
nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa transaksi perdagangan
internasional dikawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai
suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Pada tahun 1928 bahasa Melayu mengalami perkembangan yang luar biasa.
Pada tahun tersebut, melalui peristiwa Sumpah Pemuda Indonesia, para tokoh
pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan merupakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya
menjadi 3 bagian sebagai berikut :
a Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar
Negara, dan Ideologi Negara
b Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya,
Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya.
c Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, serta kepercayaan.
2.4 Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa
Setiap bangsa memiliki identitasnya. Dengan memahami identitas bangsa
diharapkan akan memahami jati diri bangsa sehingga menum-buhkan kebanggaan
sebagai bangsa. Dalam pembahasan ini tentu tidak bisa mengabaikan pembahasan
tentang keadaan masa lalu dan masa sekarang, antara idealitas dan realitas dan
antara das Sollen dan das Seinnya.
Karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein atau kharax, dalam
bahasa Prancis caractere dalam bahasa Inggris character. Dalam arti luas
karakter berarti sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang
membedakan seseorang dengan orang lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan
Kewarganegaraan, 2011: 67). Sehingga karakter bangsa dapat diartikan tabiat atau
watak khas bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa
lain.
Menurut Max Weber (dikutip Darmaputra, 1988: 3) cara yang terbaik untuk
memahami suatu masyarakat adalah dengan memahami tingkah laku anggotanya.

Dan cara memahami tingkah laku anggota adalah dengan memahami kebudayaan
mereka yaitu sistem makna mereka. Manusia adalah makhluk yang selalu mencari
makna terus menerus atas semua tindakannya. Makna selalu menjadi orientasi
tindakan manusia baik disadari atau tidak. Manusia juga mencari dan berusaha
menjelaskan logika dari tingkah laku sosial masyarakat tertentu melalui
kebudayaan mereka sendiri.
Dalam masyarakat berkembang atau masyarakat Dunia Ketiga, pada
umumnya menghadsapi tiga masalah pokok yaitu nation-building, stabilitas
politik dan pembangunan ekonomi. Nation-building adalah masalah yang
berhubungan dengan warsian masa lalu, bagaimana masyarakat yang beragam
berusaha membangun kesatuan bersama. Stabilitas politik merupakan masalah
yang terkait dengan realitas saat ini yaitu ancaman disintegrasi. Sedangkan
masalah pembangaunan ekonomi adalah masalah yang terkait dengan masa depan
yaitu (dalam konteks Indonesia) masyarakat adil dan makmur (Darmaputra, 1988:
5).
Identitas dan modernitas juga seringkali mengalami tarik menarik. Atas
nama identitas seringkali menutup diri dari perubahan, ada kekhawatiran identitas
yang sudah dibangun oleh para pendahulu tercerabut dan hilang. Sehingga
identitas bukan sesuatu yang hanya diperta-hankan namun juga selalu berproses
mengalami perkembangan. Pembentukan identitas Indonesia juga mengalami hal
demikian. Indonesia yang memiliki beribu etnis harus menyatukan diri
membentuk satu identitas yaitu Indonesia, suatu proses yang sangat berat kalau
tidak ada kelapangdadaan bangsa ini untuk bersatu. Bukan hanya etnik yang
beragam, Indonesia juga terdiri atas kerajaan-kerajaan yang sudah establish
memiliki wilayah dan rajanya masing-masing dan bersedia dipersatukan dengan
sistem peme-rintahan baru yang modern yaitu demokrasi presidensial. Dalam
konteks ini Soekarno pernah mengatakan:
Saja berkata dengan penuh hormat kepada kita punja radja-radja dahulu, saja
berkata dengan beribu-ribu hormat kepada Sultan Agung Hanjokrosusumo,
bahwa Mataram, meskipun merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan
hormat kepada Prabu Siliwangi di Padjajaran, saja berkata, bahwa keradjaannja
bukan nationale staat, Dengan perasaan hormat kepada Prabu Sultan Agung
Tirtajasa, saja berkata, bahwa keradjaannja di Banten, meskipun merdeka,
bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanoeddin di
Sulawesi, jang telah membentuk keradjaan Bugis, saja berkata, bahwa tanah
Bugis jang merdeka itu bukan nationale staat. (Dewan Pertimbangan Agung di
kutip Darmaputra, 1988: 5).

Negara bangsa adalah negara yang lahir dari kumpulan bangsa- bangsa.
Negara Indonesia sulit terwujud apabila para raja bersikukuh dengan otoritas
dirinya dan ingin mendirikan negaranya sendiri. Keadaan demikian tentu
mengindikasikan ada hal yang sangat kuat yang mampu menyatukan beragam
otoritas tersebut. Keadaan geografis semata tentu tidak cukup mampu
menyatukannya karena secara geografis sulit membedakan kondisi wilayah
geografis Indonesia dengan Malaysia, Pilipina, Singapura dan Papua Nugini.
Akan tetapi perasaan yang sama karena mengalami nasib yang sama kiranya
menjadi faktor yang sangat kuat. Selain daripada itu apabila menggunakan
pendekatan Weber sebagaimana tersebut di atas, maka kesatuan sistem makna
juga menjadi salah satu faktor pemersatu. Sistem makna cenderung bersifat
langgeng dan tetap meskipun pola perilaku dapat berbeda atau berubah. Sistem
makna yang membangun identitas Indonesia adalah nilai-nilai sebagaimana
termaktub dalam Pancasila. Nilai-nilai Pancasila mengandung nilai-nilai yang
merupakan sistem makna yang mampu menyatukan keragaman bangsa Indonesia.
Nilai-nilai tersebut hidup dalam sendi kehidupan di seluruh wilayah Indonesia.
Tidak ada literatur yang menunjukkan bahwa ada wilayah di Indonesia yang
menganut paham ateis. Seluruh masyarakat memahami adanya Realitas Tertinggi
yang diwujudkan dalam ritual-ritual peribadatan. Ada penyembahan bahkan
pengorbanan yang ditujukan kepada Zat yang Supranatural yaitu Tuhan.
Masyarakat tidak menolak ketikaKetuhanan dijadikan sebagai dasar fundamental
negara ini.
Dari penjelasan ini dapatlah dikatakan bahwa identitas bangsa Indonesia
adalah Pancasila itu sendiri, sehingga dapat pula dikatakan bahwa Pancasila
adalah karakter bangsa. Nilai-nilai tersebut bersifat esoterik (substansial), ketika
terjadi proses komunikasi, relasi dan interaksi dengan bangsa-bangsa lain realitas
eksoterik juga mengalami perkembangan. Pemahaman dan keyakinan agama
berkembang sehingga terdapat paham baru di luar keyakinan yang sebelumnya
dianut. Pemahaman kemanusiaan juga berkem-bang karena berkembangnya
wacana tentang hak asasi manusia. Kecintaan pada tanah air kerajaannya
dileburkan dalam kecintaan pada Indonesia. Pemerintahan yang monarkhi berubah
menjadi demokrasi. Konsep keadilan juga melintasi tembok etnik.
Para pendiri bangsa melalui sidang BPUPKI berusaha menggali nilai-nilai
yang ada dan hidup dalam masyarakat, nilai-nilai yang existing maupun nilai-nilai
yang menjadi harapan seluruh bangsa. Melalui pembahasan yang didasari niat
tulus merumuskan pondasi berdirinya negara ini maka muncullah Pancasila.
Dengan demikian karena Pancasila digali dari pandangan hidup bangsa, maka
Pancasila dapat dikatakan sebagai karakter sesungguhnya bangsa Indonesia.

Pancasila dirumuskan melalui musyawarah bersama anggota BPUPKI yang


diwakili oleh berbagai wilayah dan penganut agama, bukan dipaksakan oleh suatu
kekuatan/rezim tertentu. Dengan demikian Pancasila betul-betul merupa-kan nilai
dasar sekaligus ideal untuk bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang merupakan
identitas sekaligus karakter bangsa (Kaelan, 2007: 52).
Lima nilai dasar yaitu ketuhanan, kema-nusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan adalah realitas yang hidup di Indonesia. Apabila kita tinggal di luar
negeri amatlah jarang kita mendengar suara lonceng gereja, adzan magrib atau
suara panggilan dari tempat ibadah agama. Suara itu di Indonesia sudah amat
biasa. Ada kesan nuansa religiusitas yang kental yang dalam kehidupan bangsa
kita, sebagai contoh masyarakat Bali setiap saat orang melakukan upacara sebagai
bentuk persembahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, suasana sakralitas religius
amatlah terasa karena
Gotong royong sebagai bentuk perwujudan dari kemanusiaan dan persatuan
juga tampak kental di Indonesia yang tidak ditemukan di negara lain. Kerjabakti
bersama dan ronda, misalnya, adalah salah satu contoh nyata karakter yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain, bangsa yang komunal tanpa
kehilangan hak individualnya.
2.5 Proses Berbangsa dan Bernegara
Keberadaan bangsa Indonesia tidak lahir begitu saja, namun lewat proses
panjang dengan berbagai hambatan dan rintangan. Kepribadian, jati diri serta
identitas nasioanl Indonesia dapat dilacak dari sejarah terbentuknya bangsa
Indonesia dari zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya serta kerajaan- kerajaan lain
sebelum kolonia-lisme dan imperialisme masuk ke Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila sudah ada pada zaman itu, tidak hanya pada era kolonial atau pasca
kolonial. Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut
Mohammad Yamin diistilahkan sebagai fase nasionalisme lama (Kaelan, 2007:
52).
Pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para tokoh
pejuang kemer-dekaan dimulai dari tahun 1908 berdirinya organisasi
pergerakan Budi Utomo, kemudian dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tahun
1928. Perjuangan terus bergulir hingga mencapai titik kulminasinya pada tanggal
17 Agustus 1945 sebagai tonggak berdirinya negara Republik Indonesia (Kaelan,
2007: 53). Indonesia adalah negara yang terdiri atas banyak pulau, suku, agama,
budaya maupun bahasa, sehingga diperlukan satu pengikat untuk menyatukan
keragaman tersebut. Nasionalisme menjadi syarat mutlak bagi pembentukan
identitas bangsa

Peristiwa proses berbangsa

Salah satu perkataan Soekarno yang sangat terkenal adalah jas merah yang
maknanya jangan sampai melupakan sejarah. Sejarah akan membuat seseorang
hati-hati dan bijaksana. Orang berati-hati untuk tidak melakukan kesalahan yang
dilakukan pada masa lalu. Orang menjadi bijaksana karena mampu membuat
perencanaan ke depan dengan seksama. Dengan belajar sejarah kita juga
mengerti posisi kita saat ini bahwa ada perjalanan panjang sebelum keberadaan
kita sekarang dan mengerti sebenarnya siapa kita sebenarnya, siapa nenek
moyang kita, bagaimana karakter mereka, apa yang mereka cita-citakan selama
ini. Sejarah adalah ibarat spion kendaraan yang digunakan untuk mengerti
keadaan di belakang kita, namun demikian kita tidak boleh terpaku dalam
melihat ke belakang. Masa lalu yang tragis bisa jadi mengurangi semangat kita
untuk maju. Peristiwa tragis yang pernah dialami oleh bangsa ini adalah
penjajahan yang terjadi berabad-abad, sehingga menciptakan watak bangsa yang
minder wardeh (kehilangan kepercayaan diri). Peristiwa tersebut hendaknya
menjadi pemicu untuk mengejar ketertinggalan dan berusaha lebih maju dari
negara yang dulu pernah menjajah kita. Proses berbangsa dapat dilihat dari
rangkaian peristiwa berikut:
a

Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti ini berbahasa Melayu Kuno dan berhuruf
Pallawa, bertuliskan marvuat vanua Sriwijaya siddhayatra subhiksa, yang
artinya kurang lebih adalah membentuk negara Sriwijaya yang jaya, adil,
makmur, sejah-tera dan sentosa. Prasasti ini berada di bukit Siguntang
dekat dengan Palem-bang yang bertarikh syaka 605 atau 683 Masehi.
Kerajaan Sriwijaya yang dipimpin oleh wangsa Syailendra ini merupakan
kerajaan maritim yang memiliki kekuatan laut yang handal dan disegani
pada zamannya. Bukan hanya kekuatan maritimnya yang terkenal,
Sriwijaya juga sudah mengembangkan pendidikan agama dengan
didirikannya Universitas Agama Budha yang terkenal di kawasan Asia
(Bakry, 2009: 88)

Kerajaan Majapahit (1293-1525).Kalau Sriwijaya sistem pemerintahnnya


dikenal dengan sistem ke-datu-an, maka Majapahit dikenal dengan sistem
keprabuan. Kerajaan ini berpusat di Jawa Timur di bawah pimpinan dinasti
Rajasa, dan raja yang paling terkenal adalah Brawijaya. Majapahit
mencapai keemasan pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan
Mahapatih Gadjah Mada yang tekenal dengan sumpah Palapa. Sumpah
tersebut dia ucapkan dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri di paseban
Keprabuan Majapahit pada tahun 1331 yang berbunyi: Saya baru akan
berhenti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh Nusantara takluk di

10

bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru,


Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik sudah dikalahkan
(Bakry, 2009: 89).

Berdirinya organisasi massa bernama Budi Utomo oleh Sutomo pada


tanggal 20 Mei 1908 yang menjadi pelopor berdirinya organisasiorganisasi pergerakan nasional yang lain di belakang hari. Di belakang
Sutomo ada dr. Wahidin Sudirohusodo yang selalu membangkitkan
motivasi dan kesadaran berbangsa terutama kepada para mahasiswa
STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Budi Utomo adalah
gerakan sosio kultural yang merupakan awal pergerakan nasional yang
merintis kebangkitan nasional menuju cita-cita Indonesia merdeka (Bakry,
2009: 89)

Sumpah Pemuda yang diikrarkan oleh para pemuda pelopor persatuan


bangsa Indonesia dalam Kongres Pemuda di Jakarta pada 28 Oktober
1928. Ikrar tersebut berbunyi:
Pertama : Kami putra dan puteri Indonesia mengaku berbang-sa yang
satu, Bangsa Indonesia
Kedua : Kami putra dan puteri Indonesia mengaku bertanah air yang
satu, Tumpah Darah Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan puteri Indo-nesia menjunjung bahasa
persatuan, Bahasa Indonesia.

Peristiwa proses bernegara

Proses bernegara merupakan kehendak untuk melepaskan diri dari


penjajahan, mengandung upaya memiliki kemerdekaan untuk mengatur
negaranya sendiri secara berdaulat tidak dibawah cengkeraman dan kendali
bangsa lain. Dua peristiwa penting dalam proses bernegara adalah sidang-sidang
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
dan sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
a

Pemerintah Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa


Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Janji itu disampaikan oleh
Perdana menteri Jepang Jenderal Kunaiki Koisu (Pengganti Perdana
Menteri Tojo) dalam Sidang Teikuku Gikoi (Parlemen Jepang). Realisasi
dari janji itu maka dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 29 April 1945 dan dilantik pada
28 Mei 1945 yang diketuai oleh Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat.
Peristiwa inilah yang menjadi tonggak pertama proses Indonesia menjadi

11

negara. Pada sidang ini mulai dirumus-kan syarat-syarat yang diperlukan


untuk mendirikan negara yang merdeka (Bakry, 2009: 91).
b

Pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) setelah


sebelumnya membubarkan BPUPKI pada 9 Agustus 1945. Ketua PPKI
adalah Ir. Soekarno dan wakil ketua adalah Drs. Moh. Hatta. Badan yang
mula-mula buatan Jepang untuk memersiapkan kemerdekaan Indonesia,
setelah Jepang takluk pada Sekutu dan setelah diproklamirkan
Kemerdekaan Indonesia, maka badan ini mempunyai sifat Badan
Nasional yang mewakili seluruh bangsa Indonesia. Dengan penyerahan
Jepang pada sekutu maka janji Jepang tidak terpenuhi, sehingga bangsa
Indonesia dapat memproklamirkan diri menjadi negara yang merdeka.

Proklamasi
kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dan penetapan
Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Peristiwa ini merupakan
momentum yang paling penting dan bersejarah karena merupakan titik
balik dari negara yang terjajah menjadi negara yang merdeka.

12

BAB III
PEMBAHASAN

Alasan Pancasila Menjadi Kepribadian Identitas Bangsa

Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional karena Bangsa


Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di
dunia .Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern,
diletakanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup
berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat
dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu
prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan negara
berakar pada pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri.
Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan
Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan
keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
Bagi Bangsa Indonesia, jati diri bangsa dalam bentuk kepribadian nasional ini
telah disepakati sejak Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Kesepakatan itu, telah muncul lewat pernyataan pendiri negara (founding fathers
and mothers) dengan wujud pancasila, yang di dalamnya mengandung lima nilainilai dasar sebagai gambaran berpola Bangsa Indonesia, yang erat dengan jiwa,
moral, dan kepribadian bangsa Pancasila adalah kepribadian bangsa yang digali
dari nilai-nilai yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan budaya
Bangsa Indonesia. Sebagai indentitas dan kepribadian Bangsa Indonesia,
Pancasila adalah sumber motivasi, inspirasi, pedoman berperilaku sekaligus
standar pembenarannya. Dengan demikian segala ide, pola aktifitas, perilaku,
serta hasil perilaku Bangsa Indonesia harus bercermin pada Pancasila. Pancasila
memiliki pengertia sebagai moral, jiwa, dan kepribadian Bangsa Indonesia. Hal
ini diwujudkan dalam sikap mental dan tingakah laku serta amal perbuatan yang
mempunyai ciri khas, sehingga menjadi identitas bangsa. Ciri-ciri khas inilah
yang dimaksud kepribadian. Kepribadian Bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Jadi dasar filsafat suatu bangsa dan negara berakar pada pandangan hidup
yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Hal ini menurut Titus
dikemukakan bahwa salah satu fungsi filsafat adalah kedudukannya sebagai suatu
pandangan hidup masyarakat.

13

Dapat pula dikatakan bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan
negara Indonesia pada hakekatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan
keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi
filsafat Pancasila ini bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu
rezim atau penguasa melainkan suatu fase historis yang cukup panjang. Pancasila
sebelum dirumuskan secara formal yudiris dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
dasar filsafat Negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia,
dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi
Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri. Dalam pengertian seperti ini menurut Notonegoro, bangsa Indonesia
adalah sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat
dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai
dasar Negara Republik Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara
formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia
9, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara formal yudiris sebagai
dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara
objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
mendirikan negara. Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut
Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang
dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908,
kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik
kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas
nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada
tanggal 17 Agustus 1945, yang kemudian diproklamasikan sebagai suatu
kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia
yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur
identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah
terbentuknya bangsa Indonesia.
2

Pentingnya Identitas Nasional Bagi Sebuah Negara

Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga
menunjukkan suatu keunikan yang membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional
berasal dari kata nation yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan
komunitas tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi
bersama. Jadi, identitas nasional adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

14

Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, sangatlah penting bagi suatu


negara untuk memiliki identitas nasional. Mengapa demikian? Karena identitas
nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat khas dan menjadi pandangan
hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Pada era globalisasi ini
eksistensi bangsa-bangsa di dunia sedang dihadapkan oleh tantangan yang sangat
kuat dari kekuatan internasional baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan
politik. Apabila bangsa tersebut tidak mempunyai atau tidak mampu
mempertahankan identitas nasional yang menjadi kepribadiannya, maka bangsa
tersebut akan mudah goyah dan terombang-ambing oleh tantangan zaman. Bangsa
yang tidak mampu mempertahankan identitas nasional akan menjadi kacau,
bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Kondisi suatu bangsa yang sedemikianrupa sudah tentu merupakan hal yang
mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk
menghancurkan bangsa yang lemah tersebut. Oleh karena itu, identitas nasional
sangat mutlak diperlukan supaya suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensi
diri dan mencapai hal-hal yang menjadi cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Kita tahu bahwa identitas nasional atau jati diri nasional itu adalah jati diri
yang dimiliki warga negara dan suku bangsa dari suatu negara. Identitas nasional
atau jati diri nasional itu ada dalam interaksi, maka dapatlah kita katakan bahwa
jati diri itu diperlukan dalam interaksi. Karena didalam setiap interaksi para
pelaku interaksi mengambil suatu posisi dan berdasarkan posisi tersebut para
pelaku menjalankan peranan-peranannya sesuai dengan corak interaksi yang
berlangsung. Maka dalam berinteraksi orang berpedoman pada kebudayaannya.
Jika kebudayaan kita katakan bagian dari identitas nasional, maka kebudayaan itu
juga dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk berbuat dan bertingkah laku.
Identitas Nasional Indonesia meliputi segenap yang dimiliki bangsa Indonesia
yang membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber
kekayaan alam Indonesia, demografi atau kependudukan Indonesia, ideologi dan
agama, politik negara, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Identitas nasional
merupakan konsep suatu bangsa mengenai dirinya sendiri. Indonesia merupakan
negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terdiri dari berbagai
macam suku dari Sabang sampai Merauke dan pastinya memiliki keanekaragaman
identitas nasional. Basis dari identitas nasional diantaranya socially (yaitu
identitas yang mengarah kepada peran sosial dalam masyarakat berdasarkan
proses sosialisasi dari individu yang berbeda), culturally (yaitu identitas yang
mengarah kepada atribut kebudayaan), politically (identitas yang mengarah
kepada sumber politik dari peran sosial dalam masyarakat, contohnya sebagai
pemilih dalam pemilu, atapun sebagai warga negara).

15

Pengaruh Negative dari Sikap Chauvanisme Terhadap Identitas


Nasional

Chauvinisme adalah rasa cinta tanah air yang berlebihan dengan


mengagungkan bangsa sendiri, dan merendahkan bangsa lain. Karena sikap
chauvinisme terlalu mengagung-agungkan bangsa sendiri sehingga berdampak
negatif bagi bangsa sendiri dan memicu permasalahan dengan bangsa lain.
Pengertian paham chaunisme adalah paham yang di anut seseorang atau
golongan dengan membanggakan bangsanya sendiri atau ras-nya sendiri sehingga
mereka beranggapan bahwa ras lain tidak lebih baik dari ras-nya, sehingga bagi
penganut paham ini akan lebih suka memusuhi ras lain. Dapat juga diartikan bila
chauvinisme adalah rasa cinta yang berlebihan terhadap ras atau kerajaannya.
Paham Chauvinisme bertentangan dengan Sila Ketiga Pancasila yaitu
"Persatuan Indonesia", sehingga paham ini tidak dibenarkan bertumbuh di negara
Indonesia, karena penganut paham Chauvinisme akan berakibat terjadinya
perpecahan yang berakibat pemberontakan atau perbuatan makar. Sila Ketiga
Pancasila merupakan perwujudan persatuan yang sama rata di seluruh Indonesia,
semua daerah memiliki kesempatan yang sama untuk bersatu padu dan
membangun pembangunan.
Sebagai bangsa yang memiliki aneka ragam suku bangsa dan budaya, negara
Indonesia memerlukan perekat budaya bangsa. Salah satu perekat yang lahir dari
hati nurani adalah nasionalisme. Nasionalisme khas negara kita adalah nasional
Pancasila yang mempunyai prinsip berbeda dengan bangsa lain. Nasionalisme
Pancasila akan tetap menyala apabila generasi muda mampu membina persatuan
dan kesatuan bangsa serta berpegang teguh pada keikhlasan para perintis dan
penegak kemerdekaan. Nasionalisme Pancasila adalah nasionalisme yang tidak
mengarah pada chauvinisme.

16

BAB IV
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa identitas nasional merupakan
manifestasi nilai budaya bangsa dengan ciri khas. Identitas nasional Indonesia
juga merupakan manifestasi nilai budaya berbagai suku dalam kesatuan
Indonesia menjadi ciri khas yang tercermin dalam pandangan hidup bangsa,
Pancasila juga sebagai kesepakatan bangsa. Identitas nasional bersifat terbuka,
sesuai dengan budaya yang menjadi akaryang selalu terbuka, untuk diberi tafsir
baru. Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.

17

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma


https://exaudian.wordpress.com/2014/03/28/identitas-nasional/
http://sriactivity.blogspot.com/2014/07/makalah-pancasila-sebagai-identitas.html
http://www.scribd.com/doc/131338831/Pentingnya-Identitas-Nasional#scribd
http://bitalyfiz.blogspot.com/2011/12/identitas-nasional.html
https://exaudian.wordpress.com/2014/03/28/identitas-nasional/
http://antarberita.blogspot.com/2013/10.paham-chauvisme-adalah.html/
Buku-Modul-Kuliah-Kewarganegaraan

18

Anda mungkin juga menyukai