Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

LOGARITMA DAN SISTEM PERSAMAAN


LINEAR

Disusun Oleh:
YAYAN HAMDANI
X IIS 2

SMA NEGER 1
CIKANCUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah,


karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas BENTUK AKAR DAN
LOGARITMA, dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Telaah Matematika
SMA.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Cikancung. November 2016

Penyusun

A. MENGUBAH BENTUK PNGKAT KE BENTUK AKAR

Pengakaran (penarikan akar) suatu bilangan merupakan inversi dari


pemangkatan suatu bilangan. Akar dilambangkan dengan notasi

Akar ke-n atau akar pangkat n dari suatu bilangan a dituliskan sebagai

n a , dengan a adalah bilangan pokok/basis dan n adalah indeks/eksponen


akar. Bentuk akar dan pangkat memiliki kaitan erat. Bentuk akar dapat diubah
menjadi bentuk pangkat dan sebaliknya. Sebelum mempelajari bentuk akar,
kamu harus memahami konsep bilangan rasional dan irrasional terlebih
dahulu.
Bilangan rasional berbeda dengan bilangan irrasional. Bilangan

rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk

a
b , dengan a

dan b bilangan bulat dan b 0. Bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat,
bilangan pecahan murni, dan bilangan pecahan desimal. Sedangkan, bilangan
irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan.
Bilangan irrasional merupakan bilangan yang mengandung pecahan desimal
tak berhingga dan tak berpola. Contoh bilangan irrasional, misalnya
1,414213562373..., e = 2,718...,

2 =

= 3,141592653 dan sebagainya.

Bilangan irrasional yang menggunakan tanda akar (

) dinamakan bentuk akar. Tetapi ingat, tidak semua bilangan


yang berada dalam tanda akar merupakan bilangan irrasional.
Contoh:

25 dan 64

bukan bentuk akar, karena nilai 25

adalah 5 dan nilai 64 adalah 8, keduanya bukan bilangan


irrasional. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut :
1.
2.

20

adalah bentuk akar

27 adalah bukan bentuk akar, karena 3 27=3

Adapun hubungan antara bentuk pangkat dan bentuk


akar adalah seperti pada penjelasan di bawah ini :
Perlu diketahui bahwa bilangan berpangkat memiliki
hubungan dengan bentuk akar. Perhatikan sifat di bawah
ini :

Jika a adalah bilangan real dan a

p
dan ,
n
Perhatikan bahwa
Dan

perhatikan

1
2

m
n

0 dengan a > 0,

adalah
bilangan
pecahan
n
1
1+1
1

p x p=p ,

bahwa

0,

=p

sehingga

dapat

disimpulkan bahwa :
1
2

Perhatikan Untuk kasus di bawah ini :


1

p3 x p 3 x p3
bahwa

1+1+1
3

3 p x 3 p x 3 p= p ,

= p

dan perhatikan juga

sehingga berdasarkan definisi dapat

disimpulkan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa :
p

m
n

n p m

B. OPERASI ALJABAR PADA BENTUK AKAR


a. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar
Operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk akar dapat
dilakukan apabila bentuk akarnya senama. Bentuk akar senama adalah
bentuk akar yang mempunyai eksponen dan basis sama. Untuk setiap p, q
dan r adalah bilangan real dan r 0 , maka berlaku sifat- sifat berikut :

p n r + q n r=( p+q ) n r

p r q r= ( pq ) r

Perhatikan contoh berikut !

1.

3 5+ 4 5= ( 3+4 ) 5

7 5

2.

2 44 4= (34 ) 4
3 4

3.

5+ 3 = (tidak dapat disederhanakan karena akarnya tidak

4.

senama)
3 x2 x=( 32 ) 3 x=3 x
3

b. Operasi Perkalian dan Pembagian Bentuk Akar


p

Pada pangkat pecahan telah dinyatakan bahwa

a q = a p .

Adapun sifat dari perkalian dan pembagian bentuk akar dapat dicermati
pada beberapa contoh sebagai berikut :
3

3
3

1.

8= 2 =2 =21=2

2.

4 5 5 7=( 4 5 ) 5 7=20 35

6
6
12
35
)=8 612
35
1
1
( 6 7 )=8
5
5
7
2 6 4 6=( 2 4 )
(

3.

4.

3 3 4 3
=
3
4 5 4

5.

2 3 2 4 3
=
4
3 5 3 5

4
5

Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan sebagai


berikut:
n n
1. a =a ,
2.

dimana a bilangan real dan a> 0.

a n c b n d=ab n cd ,

dimana a , b , c ,dan d bilangan real ,


c >0 dan d >0

3.

a c a n c
=
,
n
b d b d

dimana a , b , c ,dan d bilangan real , c >0 dan


d >0, d 0

c. Menarik Akar Kuadrat


Jika a dan b merupakan bilangan-bilangan rasional positif, maka
bentuk

( a+b )+2 ab

sebagai

( a+ b )

dan

dan

( a+b )2 ab

dapat dituliskan

( a b ) . Pengerjaan seperti itu dinamakan

menarik akar kuadrat. Untuk lebih memahami pengerjaan dalam menarik


akar kuadrat, simaklah perkalian-perkalian berikut ini :
2
2
2
a) ( a+ b ) =( a ) +2 ( a ) ( b ) + ( b )
a+2 ab+b
( a+b )+ 2 ab

Jika kedua ruas ditarik akar kuadrat, maka diperoleh :

( a+b )+2 ab=( a+ b )


b)

( a b ) =( a ) 2 ( a )( b ) + ( b )

a2 ab+ b
( a+b )2 ab
Untuk lebih jelas, perhatikan contoh berikut :
Contoh :
Nyatakan bilangan-bilangan berikut ini dalam bentuk

a+ b atau

a b .
a.

5+2 6

b.

8+2 60

Jawab :

5+2 6= ( 3+2 ) +2 3 2

a.

3+ 2

8+2 60= 8+2 60

b.

(5+ 3 ) +2 5 3
5+ 3
C. MERASIONALKAN BENTUK AKAR
1. Menyederhanakan Bentuk Akar
Beberapa bentuk akar dapat disajikan dalam bentuk yang lebih
sederhana. Penyederhanaan itu dapat dilakukan dengan cara menyatakan
bilangan di bawah tanda akar sebagai perkalian dua bilangan. Satu di
antara kedua bilangan itu harus dapat dinyakan dalam bentuk kuadrat
murni.
Untuk setiap a dan b bilangan bulat positif, maka berlaku :

( a b )= a b
Dengan a atau b harus dapat dinyatakan dalam bentuk kuadrat murni.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh dibawah ini!
Contoh
Sederhanakan bentuk-bentuk akar di bawah ini.
a)

108

b)

c)

4 a3 b

1
8

Jawab :
a)

108= ( 36 3 ) = 36 3=6 3

( 161 2)= 161 2= 14 2

b)

c)

4 a 3 b= ( 4 a2 ab )=

1
=
8

4 a 2 ab=2 a ab

Dari contoh di atas, tampak bahwa suatu akar dapat dituliskan


sebagai perkalian Sebuah bilangan rasional dengan sebuag bentuk akar.
Dengan perkataanm lain, bentuk akar semula dapat di, kita mengalikan
dengan nyatakan dalam bentuk akar lain yang lebih sederhana.
2. Merasionalkan Penyebut Sebuah Pecahan
a
a. Pecahan berbentuk b
Mengubah

pecahan

12
3

12 3
=4 3
3 3

menjadi

dinamakan merasionalkan penyebut pecahan. Perhatikan bahwa dalam

merasionalkan penyebut pecahan itu

12
3

nilai pecahan

3 =1.
3

ekuivalen dengan

dengan demikian,

12 3

3 3

atau

4 3

.Bentuk yang terakhir ini lebih mudah dihitung jika akan disajikan
dalam pecahan decimal.
Dari uraian tersebut, kita dapat mengambil Sebuah kesimpulan
sebagai berikut,

Pecahan

a
b

(a bilangan rasional dan b merupakan bentuk

akar), bagian penyebutnya dapat dirasionalkan dengan cara

b
Contoh
mengalikan pecahan itu dengan b , sehingga pecahan itu
Rasionalkan penyebut pecahan-pecahan berikut ini.
6
menjadi :
a)
3

12
18

b)

Jawab :
6
3

a)

6 3

3 3

6 3
3

= 2 3
b) Bagian penyebut pecahan

terlebih dahulu menjadi

12
18

kita sederhanakan

12
12
12
=
=
18 9 2 3 2

Kemudian bentuk yang terakhir itu kita rasionalkan :


12
12 2
=

18 3 2 2

12 2
6

2 2
b. Merasionalkan Bentuk

a
b c

Cara merasionalkan bentuk

a
b c

adalah dengan mengalikan

pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bentuk sekawan dari


penyebut

. Bentuk sekawan dari

adalah

b+ c

. Berikut

penjelasanya masing-masing. Untuk merasionalkan bentuk

a
b+ c ,

sedangkan bentuk sekawan dari

b+ c

b+ c
adalah

yakni:
9

Untuk merasionalkan bentuk

a
b c , yakni:

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang cara merasionalkan bentuk


a
b c

, silahkan simak contoh di bawah ini!

Contoh
Rasionalkan penyebut pecahan berikut ini :

a)

2
2+1

b) 32
Jawab :

a)

2
2
21
=

2+1 2+1 21

10

2 ( 21 )
21

2 ( 21 )

3 = 3 3+2
32 32 3+2

b)

3 ( 3+2 )
34

( 3+2 3 )

c. Merasionalkan Bentuk

Cara

a
b c

merasionalkan

bentuk

a
b c

adalah

dengan

mengalikan pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bentuk


sekawan dari penyebut
adalah

b c . Bentuk sekawan dari b+ c

b c , sedangkan bentuk sekawan dari b c adalah

b+ c .

Berikut

merasionalkan bentuk

penjelasanya
a
b+ c

masing-masing.

Untuk

, yakni:

11

Untuk merasionalkan bentuk

a
b c

, yakni:

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang cara merasionalkan bentuk


a
b c

, silahkan simak contoh di bawah ini!

Contoh
Rasionalkan penyebut pecahan berikut ini!
a)

3
3+ 2

b)

5
53

Jawab :

a)

3
3+ 2

=
=
=

3
3 2

3+ 2 32

3 ( 3 2 )
32
3 ( 3 2 )

12

b)

5
5 3

5 5+ 3
5 3 5+ 3

=
=
=

5 ( 5+ 3 )
5+3
1
( 5+ 15 )
2

D. DEFINISI LOGARITMA
Logaritma adalah invers dari perpangkatan, yaitu mencari pangkat
dari suatu bilangan pokok sehingga hasilnya sesuai dengan yang telah
diketahui.
Adapun definisi logaritma adalah sebagai berikut :
Misalkan a adalah bilangan positif (a > 0) dan g adalah bilangan
positif yang tidak sama dengan 1 (0 < g < 1).

gx = a jika dan hanya jika

log a=x

Keterangan :

g disebut bilangan pokok atau basis logaritma, dengan ketentuan


0 < g < 1 atau g > 1 (g > 0 dan g 1 ).
Jika g = 10, bilangan pokok ini biasanya tidak dituliskan. Jadi, 10
log 2 , ditulis log 2 .
Jika g = e (e = 2,7128.) maka e log a ditulis sebagai ln a

(dibaca : logaritma natural dari a), yaitu dengan bilangan pokok e.

a disebut numerus, yaitu bilangan yang dicari logaritmanya, dengan


ketentuan a > 0.
x disebut hasil logaritma, nilainya dapat positif, nol, atau negative.

Bentuk gx = a dan x =

log a

merupakan dua pernyataan yang

ekuivalen (setara), gx = a disebut ekponensial dan x =

log a

disebut

bentuk logaritma dalam hubungan itu.


E. MENGUBAH BENTUK PANGKAT KE BENTUK LOGARITMA
Kita telah memahami definisi perpangkatan yaitu perkalian berulang.
Bentuk umum bilangan berpangkat adalah pn = a.
Maksudnya pn = p x p x .....x p sebanyak n kali hasilnya = a. p disebut
bilangan pokok, n disebut pangkat dan a disebut hasil perpangkatan. Jika

13

bilangan pokok dan pangkatnya sudah diketahui, maka hasil perpangkatannya


dengan segera dapat ditentukan.
Contoh: 24 = ....
53 = ...
Dalam kasus tersebut, bilangan pokok dan pangkatnya sudah diketahui
sehingga kita dapat menentukan hasil perpangkatannya sebagai berikut:
24 = 16

2.2.2.2 sebanyak 4 kali hasilnya = 16

53 = 125 5.5.5 sebanyak 3 kali hasilnya = 125


Sekarang, bagaimana kita dapat menentukan pangkatnya jika bilangan
pokok dan hasil perpangkatannya diketahui?
Contoh: 2

= 16

5 x = 125
Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan notasi
logaritma (disingkat log), seperti berikut:
x

= 16 ditulis 2log 16 = x, dan diperoleh 2log 16 = 4 karena 24 = 16

5 x = 125 ditulis 5log 125 = x, dan diperoleh 5log 125 = 3 karena 53 =


125.
Dari

contoh

tersebut

memperlihatkan

hubungan

antara

perpangkatan dan logaritma, yang dapat dituliskan sebagai berikut :

gx = a

log a=x

F. SIFAT-SIFAT LOGARIOTMA DAN PEMBUKTIAN

Definisi logaritma merupakan inverse dari perpangkatan, oleh karena


itu terdapat 3 sifat dasar logaritma, yaitu :
Misalkan a dan n bilangan real, a > 0 dan a 1, maka:
log a = 1
a log 1
0
Kali2.ini kita akan=membahas
tentang pembuktian sifat-sifat Logaritma.
Pembuktian sifat-sifat logaritma tidak bisa dilakukan secara acak artinya ada
sifat yang tidak bisa dibuktikan sebelum suatu sifat yang lain terbukti.
1.

14

Berikut sifat-sifat logaritma dan pembuktiannya :

15

16

Untuk lebih mengetahui dari sifat-sifat logaritma, perhatikan contoh-contoh


berikut!
Contoh:
1. Sederhanakanlah !
a) 2log 4 + 2log 8
b) 7log 217 - 7log 31
2. Jika 2log 3 = a, nyatakan 8log 3 dalam a.
3. Hitunglah 2log 5 x 5log 64
4. Sederhanakan :
2
a) 2
log 5

b)

77

log 25

Jawab :
1. a) 2log 4 + 2log 8 = 2log(4x8)
= 2log 32 = 5
217
b) 7log 217 - 7log 31 = 7log
31

( )

log3
log 3 = log 8

2.

3.

log 3
log3 2

1
3
6

log 5 x 5log 64 = 2log 64 = 2log 2

log 3
log 2

= 3

log 3 =

1
a
3

=6

17

2
4. a) 2

b) 7

log5

=5

7log 25

= 25

G. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LOGARITMA


1. Persamaan Logaritma
Persamaan logaritma adalah persamaan yang variabelnya sebagai
numerus atau sebagai bilangan pokok dari suatu logaritma. Perhatikan
contoh berikut ini :
log x +

log(2 x+ 1)

= 1 merupakan persamaan logaritma

yang numerusnya memuat variabel x.


5 log 4 m
+ 5 log m 2 = 0 merupakan persamaan logaritma

yang numerusnya memuat variabel y.


Ada beberapa bentuk persamaan logaritma ini, diantaranya :
a) a log f ( x) = a log m
Jika

log f ( x)

log m ,

f (x)

> 0, maka

f (x)

= m.
Contoh soal :
Tentukan penyelesaian 2 log(x2) = 4
Jawab :
2

log( x2)

=4

log( x2)

= 2 log 2

= 24

= 18
Jadi, penyelesaian 2 log( x2) = 4 adalah x = 18
b)

log f ( x) = a log g(x)

Jika a log f ( x)

dan

= a log g(x) , a > 0, a 1,

x
f (x) =
) > 0 maka

Tentukan penyelesaian

> 0,

x
g ).

Contoh soal :
7

f ( x)

log(10 x +2)

16 x8

log

Jawab :
18

log(10 x +2)

10x + 2
10x 16x
6x
x

=7

16 x8

log

= 16x 8
= 8 2
= 10
10
= 6

Sekarang selidiki apakah f ( x) > 0, dan


f

( 106 )=10( 106 )+2

100
+2
6

100 12 112
+ =
6
6
6

( 106 )=16 ( 106 )8

160 128 42

=
16
16 16

Karena untuk x =

maka x =

10
6

log (10 x +2)

c)

f(x)

x
)>0

10
6

f (x)

> 0, dan

x
g

) > 0,

merupakan penyelesaian. Jadi, penyelesaian 7

=7

16 x8

adalah x =
log

10
6

log g ( x ) = f(x) log h ( x )

19

Jika

f(x)

log g( x)

log h( x ) ,

f(x)

x
> 0, h ) > 0, dan f ( x) 1, maka

f (x)

> 0,

x
g

x
x
)
=
g
h ).

Contoh soal :
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan dibawah
ini :
x-3

log(x +1) = x-3 log(4 x+ 10)

Jawab :
x-3

log ( x+1 ) =

x-3

log ( 4 x +10 )

x+1

= 4x + 10

x 4x

= 10 1

-3x
x

=9
= -3

Sekarang selidiki apakah f ( x) > 0, f (x) 1,

)>0

x
dan h ) > 0
f(-3) = -3 3 = -6 < 0
g(x) = -3 + 1 = -2 < 0
Oleh karena untuk x = -3

f ( x)

< 0 maka x = -3 bukan

penyelesaian. Jadi, himpunan penyelesaian dari


= x-3 log( 4 x+ 10) adalah
d)

x-3

log (x +1)

log f ( x) = b log f ( x)
20

Penyelesaiannya adalah : f(x) = 1


2. Pertidaksamaan Logaritma
Pada pembahasan sebelumnya, kalian telah mengetahui sifat sifat
fungsi logaritma, yaitu sebagai berikut :
untuk a > 1, fungsi f (x) =

log x

merupakan fungsi

naik. Artinya, untuk setiap setiap x1, x2

x1< x2 jika dan hanya jika f(x1) < f(x2).


Untuk 0 < a < 1, fungsi f (x) =

log x

merupakan

fungsi turun. Artinya, untuk setiap setiap x1, x2

berlaku

berlaku x1< x2 jika dan hanya jika f(x1) > f(x2).


Sifat sifat ini berguna untuk menyelesaikan pertidaksamaan
logaritma.
Contoh soal :
Tentukan himpunan penyelesaian 3 log ( x +5) > 0
Jawab :
3

log(x +5) > 0

log(x +5) > 3 log 1

x + 5 > 1 ............................. karena a > 1, maka fungsi naik


x > -4
perhatikan pula bahwa numerusnya harus lebih dari nol, berarti
x + 5 > 0. Di dapat x > -5
Jadi himpunan penyelesaian 3 log(x +5) > 0 adalah HP = { x x > -5
atau x > -4 , x

R }.
21

22

DEFINISI
LINIER

ATAU

PENGERTIAN

SISTEM

PERSAMAAN

SISTEM PERSAMAAN LINEAR


Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu pengetahuan.
Di bidang ilmu ukur, diperlukan untuk mencari titik potong dua garis dalam satu
bidang. Di bidang ekonomi atau model regresi statistik sering ditemukan sistem
persamaan dengan banyaknya persamaan sama dengan banyaknya variabel dalam
hal memperoleh jawaban tunggal bagi variabel. Apabila variabel lebih banyak dari
persamaan, seperti dalam perancangan linear, umumnya diperoleh jawaban yang
tak hingga banyaknya. Namun dalam teknik listrik sering ditemukan variabel
lebih sedikit dari persamaan. Karena beberapa dari persamaan mempunyai sifat
ketergantungan maka jawaban masih mungkin untuk diperoleh.
Pengertian Sistem Persamaan Linear
Secara umum sebuah persamaan linear dalam n variable x1, x2, , xn dapat
dinyatakan dalam bentuk : a1x1 + a 2x 2 + + a n x n = b, dengan a 1, a 2,
, a n dan b adalah konstanta real

SISTEM PERSAMAAN LINIER


Persamaan berikut merupakan persamaan linear :
a. x + 3y = 7
b. y = 5x + 3z + 1
Persamaan berikut bukan persamaan linear :
c. x2 + 3y = 5
d. y sin x = 0
Himpunan
berhingga
dari
persamaan
linearpersamaan
linear
dalam n variable x1, x2, , xn dinamakan sistem persamaan linear atau
sistem linear. Bentuk umum sistem persamaan linear (disingkat SPL) yang
terdiri dari m persamaan dan n variable x1, x2, , xn dapat ditulis sebagai :
a11 x1 + a12 x2 + + a1n xn = b1
a21 x1 + a22 x2 + + a2n xn = b2
am1x1 + am2 x2 + + amn xn = bm,
dengan aij dan bi (1 i m, 1 j n) adalah konstanta-konstanta real.
Suatu sistem persamaan linear dengan m persaman dan n variable x1, x2,
, xn dengan Am x n = (aij ), Xn x 1 = ( ) x j , dan Bm x 1 = ( ) bi . Jika
matriks B pada SPL di atas diganti dengan matriks nol O, maka sistem persamaan
linear tersebut dikatakan homogen, jika tidak disebut SPL non homogen.
Contoh :
a. SPL non homogen berikut
x1 x2 + x3 = 2
2x1 x2 x3 = 4
b. SPL homogen berikut
x1 + x2 = 0
x1 x2 = 0
A. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear
Sebuah penyelesaian persamaan linear a1x1 + a2 x2 + + anxn = b adalah
sebuah urutan darin bilangan s1, s2, , sn sehingga persamaan tersebut dipenuhi
23

jika kita mensubstitusikan x1 = s1,x2 = s2, , xn = sn. Himpunan semua


penyelesaian tersebut dinamakan himpunan penyelesaiannya.
Penyelesaian SPL adalah sebuah tupel n terurut bilangan-bilangan x1, x2, , xn
yang memenuhi semua persamaan dalam SPL.
Contoh :
Pasangan terurut (1,2) adalah penyelesaian dari sistem
x1 + 2x 2 = 5
2x1 + 3x 2 = 8
karena : 1(1) + 2(2) = 5 dan 2(1) + 3(2) = 8.
Tetapi, pasangan terurut (3,1) bukan penyelesaian dari SPL tersebut karena tidak
memenuhi persamaan kedua, yakni 2(3) + 3(1) 8.
Tripel terurut (2,0,0) adalah penyelesaian dari SPL
x1 x2 + x3 = 2
2x1 x2 x3 = 4
karena 1(2) 1(0) + 1(0) = 2
2(2) + 1(0) 1(0) = 4
Periksalah bahwa tripel terurut (2,1,1), (2,2,2), (2,3,3), . juga merupakan
penyelesaian SPL tersebut. Jadi SPL tersebut mempunyai banyak penyelesaian.
Jika adalah sebarang bilangan real, maka terlihat bahwa tripel terurut (2, ,)
adalah penyelesaian SPL tersebut. Tidak semua sistem persamaan linear
mempunyai penyelesaian, hal ini dapat ditunjukkan pada sistem
x1 + x2 = 2
x1 x2 = 1
x1 = 4
Pada persamaan ketiga x1= 4, sehingga jika disubstitusikan ke persamaan pertama
dan kedua, maka x2 harus memenuhi :
4 + x2 = 2
4 x2 = 1
Karena tidak ada bilangan real yang memenuhi kedua persamaan ini, maka SPL
ini tidak mempunyai penyelesaian. Sebuah SPL yang tidak mempunyai
penyelesaian disebut tak konsisten (inconsistent). Sebuah SPL yang mempunyai
paling sedikit satu penyelesaian disebut konsisten (consistent).
Dari contoh di atas, banyaknya penyelesaian suatu SPL dibedakan 3 yaitu :
1. SPL mempunyai satu penyelesaian (penyelesaian tunggal)
2. SPL mempunyai banyak penyelesaian (tak terhingga penyelesaian)
3. SPL tidak mempunyai penyelesaian
SPL homogen AX = 0 selalu mempunyai penyelesaian (konsisten) yaitu X = 0,
yang dinamakan dengan penyelesaian trivial. Jika ada penyelesaian lain, (yang
tidak nol) maka penyelesaian tersebut dinamakan penyelesaian tak trivial.
Contoh :
2x1 + x 2 3 x 3 = 0
x1+2x2=0
x2+x3=0
SPL homogen di atas mempunyai penyelesaian tak trivial yaitu :
x1=2x3
x2=x3

24

Jika x3=t, dengan t bilangan real, maka x1 = 2t, x2 = t sehingga himpunan


penyelesaiannya adalah {(t,2t,-t)} = {t(1,2,-1)}. Ini menunjukkan SPL di atas
mempunyai tak terhingga banyak penyelesaian, sebanyak bilangan real t.
B. Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel
Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang mengandung dua variabel
dimana pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu. Bentuk umum
persamaan linear dua variabel adalah:
ax + by = c
dimana = x dan y adalah variabel
C. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua variabel
yang mempunyai hubungan diantara keduanya dan mempunyai satu penyelesaian.
Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel adalah
ax + by = c
px + qy = d
dimana: x dan y disebut variable
a, b, p dan q disebut koefisien
c dan r disebut konstanta
D. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
1.
Cara Grafik
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.
Gambarlah grafik garis lurus pada bidang koordinat.
2.
Tentukan titik potong kedua garis tersebut. Koordinat titik potong tersebut
merupakan pasangan penyelesaian dari system persamaan yang dimaksud.
1.
Metode Eliminasi
Pada metode eliminasi, untuk menentukan himpunan penyelesaian dari sistem
persamaan linear dua variabel, caranya adalah dengan menghilangkan
(mengeliminasi) salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Jika
variabelnya x dan y, untuk menentukan variabel x kita harus mengeliminasi
variabel y terlebih dahulu, atau sebaliknya. Perhatikan bahwa jika koefisien dari
salah satu variabel sama maka kita dapat mengeliminasi atau menghilangkan salah
satu variabel tersebut, untuk selanjutnya menentukan variabel yang lain.
Contoh:
Dengan metode eliminasi, tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan 2x
+ 3y = 6 dan x y = 3
Penyelesaian:
2x + 3y = 6 dan x y = 3
Langkah I (eliminasi variabel y)
Untuk mengeliminasi variabel y, koefisien y harus sama, sehingga persamaan 2x
+
3y
=
6
dikalikan
1
dan
persamaan
x y = 3 dikalikan 3.
2x + 3y = 6 1 2x + 3y = 6
x y = 3 3 3x 3y = 9
5x = 15
x = 15/5
x=3
Langkah II (eliminasi variabel x)

25

Seperti langkah I, untuk mengeliminasi variabel x, koefisien x harus sama,


sehingga
persamaan
2x
+
3y
=
6
dikalikan
1
dan
x y = 3 dikalikan 2.
2x + 3y = 6 1 2x + 3y = 6
x y = 3 2 2x 2y = 6
5y = 0
y = 0/5
y=0
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {(3,0)}.
1.
Metode Substitusi
Metode Substitusi Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
dengan metode substitusi, terlebih dahulu kita n yatakan variabel yang satu ke
dalam variabel yang lain dari suatu persamaan, kemudian menyubstitusikan
(menggantikan)
variabel
itu
dalam
persamaan
yang
lainnya.
Contoh:
Dengan metode substitusi, tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan 2x
+3y = 6 dan x y = 3 !
Penyelesaian:
Persamaan x y = 3 ekuivalen dengan x = y + 3. Dengan menyubstitusi
persamaan x = y + 3 ke persamaan 2x + 3y = 6 diperoleh sebagai berikut:
2x + 3y = 6
<=> 2 (y + 3) + 3y = 6
<=> 2y + 6 + 3y = 6
<=>
5y + 6 = 6
<=>
5y + 6 6 = 6 6<=>
5y = 0
<=>
y=0
Selanjutnya untuk memperoleh nilai x, substitusikan nilai y ke persamaan x = y +
3, sehingga diperoleh:
x=y+3
<=> x = 0 + 3
<=> x = 3
Jadi, himpunan penyelesaiaanya adalah {(3,0)}
1.
Metode Gabungan
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode
gabungan, kita menggabungkan metode eliminasi dan substitusi.
Contoh:
Dengan metode gabungan tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan
2x

5y
=
2
dan
x
+
5y
=
6
!
Penyelesaian:
Langkah
pertama
yaitu
dengan
metode
eliminasi,
diperoleh.
2x 5y = 2 1 2x 5y = 2
x + 5y = 6 2 2x +10y = 12
15y = -10
y = (-10)/(-15)
y = 2/3
Kemudian, disubstitusikan nilai y ke persamaan x + 5y = 6 sehingga diperoleh.
x + 5y = 6
<=> x + 5 (2/3) = 6
26

<=> x + 10/15 = 6
<=>
x = 6 10/15
<=>
x = 22/3
Jadi, himpunan penyelesaiaanya adalah {(2 2/3,2/3)}
1.
Cara Determinan
Determinan adalah suatu bilangan yang berkaitan dengan matriks bujur sangkar
(persegi). Untuk menyelesaikan dengan cara determinan dari bentuk persamaan :
ax + by = c
px + qy = r
diubah dalam susunan bilangan sebagai berikut dan diberi notasi : D, Dx, Dy.
Dengan :
D = = aq bp
Dx = = cq br
Dy = = ar cp
Kemudian x dan y dapat ditentukan dengan :
x = dan y =
Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan :
dengan cara determinan !
Jawab:
D = = 2.1 3.3 = 2 9 = -7
Dx = = 1.1 3.5 = 1 15 = -14
Dy = = 2.5 1.3 = 10 3 = 7
x= = =2
y = = = -1
Jadi HP = {(2, -1)}
E. Pengertian Persamaan Linear Tiga Variabel
Persamaan linear tiga variabel adalah persamaan yang mengandung tiga variabel
dimana pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu. Bentuk umum
persamaan linear tiga variabel adalah:
ax + by + cz = p
dimana = x, y dan z adalah variabel
F. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Sistem persamaan linear tiga variabel adalah tiga persamaan linear tiga variabel
yang mempunyai hubungan diantara ketiganya dan mempunyai satu penyelesaian.
Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel adalah:
ax + by + cz = u
px + qy + rz = t
dimana: x, y dan z disebut variable
a, b,c, p, q, dan r disebut koefisien
u dan t disebut konstanta
G. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Ada beberapa cara menyelesaikan sistem persamaan linear tiga variabel, antara
lain :
1.
Metode eliminasi
Metode ini bekerja dengan care mengeliminasi (menghilangkan) variabel-variabel
di dalam sistem persamaan hingga hanya satu variabel yang tertinggal.
Pertama-tama, lihat persamaan-persamaan yang ada dan coba cari dua persamaan
27

yang mempunya koefisien yang sama (baik positif maupun negative) untuk
variabel yang sama. Misalnya, lihat persamaan (1) dan (3). Koefisien
untuk y adalah 1 dan -1 untuk masing-masing persamaan. Kita dapat mejumlah
kedua persamaan ini untuk menghilangkan y dan kita mendapatkan persamaan
(4).
x
+
y

z
=
1
(1)
4x

y
+
3z
=
1
(3)
+
3x
+
2z
=
2
(4)
Perhatikan bahwa persamaan (4) terdiri atas variabel x dan z. Sekarang kita perlu
persamaan lain yang terdiri atas variabel yang sama dengan persamaan (4). Untuk
mendapatkan persamaan ini, kita akan menghilangkan y dari persamaan (1) dan
(2). Dalam persamaan (1) dan (2), koefisien untuk yadalah 1 dan 3 masingmasing. Untuk menghilangkan y, kita kalikan persamaan (1) dengan 3 lalu
mengurangkan persamaan (2) dari persamaan (1).
x
+ Y z = 1
(1)
3 3x
+ 3y 3z = 3
(1)
8x + 3y 6z = 1
(2)
8x + 3y 6z = 1
(2)

5x
+ 3z = 2
(5)
Dengan persamaan (4) dan (5), mari kita coba untuk menghilangkan z.
3x + 2z = 2
(4)
3
9x
+ 6z
= 6
(4)
5x + 3z = 2
(5)
2
10x
+ 6z
= 4
(5)

x
= 2
(6)
Dari persamaan (6) kita dapatkan x = 2. Sekarang kita bisa subtitusikan
(masukkan) nilai dari x ke persamaan (4) untuk mendapatkan nilai z.
3(2) + 2z
=
2
(4)
6 + 2z
=
2
2z
=
8
z
=
82
z
=
4
Akhirnya, kita substitusikan (masukkan) nilai dari z ke persamaan (1) untuk
mendapatkanya.
2+y4
=
1
(1)
y
=
12+4
y
=
3
Jadi solusi sistem persamaan linier di atas adalah x = 2, y = 3, z = 4
1.
Metode Subsitusi
Contoh :
Dengan metode subsitusi tentukan himpunan penyelesaian persamaan berikut !
2x + y z = 3 .(1)
x + y + z = 1 .(2)
x 2y 3z = 4 .(3)
Jawab :
Dari persamaan (2) x + y + z = 1 x = 1 y z .(4)
28

(4 dan 1)

2x + y z

=3

2(1 y z) + y z = 3
2 2y 2z + y z = 3
-y 3z = 1
y = -3z 1 .(5)
(3 dan 4)

x 2y 3z

=4

1 y z 2y 3z = 4
-3y 4z = 3 .(6)
(5 dan 6)

-3y 4z

=3

-3 (-3z 1) 4z = 3
9z + 3 4z = 3
5z = 0
z = 0 .(7)
untuk z = 0 disubsitusikan ke persamaan (5)
y = -3z 1
y = -3(0) 1
y = -1
untuk z = 0, y = -1, disubsitusikan ke persamaan (2)
x+y+z=1
x1+0=1
x=2
Jadi himpunan penyelesaiannya {(2, -1, 0)}
1.

Cara Gabungan (Eliminasi dan Substitusi)

Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan :
dengan cara gabungan antara eliminasi dan substitusi
Jawab:
Dari (1) dan (2) eliminir z
x+yz=1
2x + y +z = 11 _
3x + 2y = 12 .. (4)
Dari (2) dan (3) eliminir z

29

2x + y +z = 11
x + 2y +z = 12 _
x y = -1 .. (5)
Dari (4) dan (5) eliminir y
5x = 10
x=2
x = 2 substitusi ke (5)
x y = -1
2 y = -1
-y = -1 2
y=3
x = 2, y = 3 substitusi ke (1)
x+yz=1
2 + 3 z = 1
-z = 1 5
z=4
Jadi HP = {(2, 3, 4)}

30

Anda mungkin juga menyukai