Anda di halaman 1dari 7

Technopreneurship

Oleh:
Dr. Ono Suparno, Dr. Aji Hermawan, Dr. M. Faiz Syuaib
Recognition and Mentoring Program-Institut Pertanian Bogor (RAMP-IPB)
(c) 2008 RAMP-IPB
Artikel ini menjelaskan secara singkat tentang definisi technopreneurship, hal-hal
yang dilakukan oleh technopreneur, perbedaan antara technopreneurship dan
entrepreneurship biasa, karakteristik umum entrepreneur sukses, dan peranan
technopreneurship dalam menciptakan dampak pada masyarakat. Selain itu, dalam
tulisan singkat ini disampaikan juga contoh-contoh aplikasi teknologi dan pengalaman
empiris technopreneur sukses.
Apa Entrepreneurship?
Entrepreneurship adalah proses mengorganisasi dan mengelola risiko untuk sebuah
bisnis baru. Seorang entrepreneur melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.

Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang pasar.

b.

Menemukan solusi-solusi untuk mengisi peluang pasar tersebut.

c. Memperoleh sumberdaya yang diperlukan (uang, orang, dan peralatan) untuk


menjalankan bisnis.
d. Mengelola sumberdaya dari tahap awal (start-up) ke fase bertahan (survival) dan
fase pengembangan (ekspansi).
e.

Mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan bisnisnya.

Perlu dicatat bahwa teknologi merupakan bagian dari solusi yang diperlukan untuk
memenuhi peluang. Jadi teknologi hanya salah satu dari lima aspek entrepreneurship
yang diperlukan. Tugas-tugas lain yang harus dilakukan oleh seorang entrepreneur
juga sangat penting. Bahkan, seringkali seorang ilmuan atau pakar teknologi tidak
memahami aspek-aspek lain tersebut. Jadi teknologi bukan lah segalanya dalam
technopreneurship.
Apa Technopreneurship?
Untuk mendefinisikan technopreneurship (technology entrepreneurship), hal yang
harus perhatikan adalah penelitian dan komersialisasi. Penelitian merupakan
penemuan dan penambahan pada ilmu pengetahuan. Komersialisasi dapat
didefinisikan sebagai pemindahan hasil penelitian atau teknologi dari laboratorium ke
pasar dengan cara yang menguntungkan. Ada sejumlah jalan untuk
mengkomersialisasi teknologi, yakni: lisensi, berpartner, atau menjualnya kepada
pihak lain yang akan mengkomersialisasikannya.

Teknologi merupakan cara atau metode untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi
biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Dasardasar penciptaan tekologi adalah: kebutuhan pasar, solusi atas permasalahan, aplikasi
berbagai bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi, serta
modernisasi.

Di dunia ini banyak technopreneur yang berhasil melakukan komersialisasi teknologi


sehingga menjadi produk yang diterima secara luas di pasar. Contoh pengalaman
empiris technopreneur sukses antara lain adalah Henry Ford yang menciptakan mobil
Ford dan Soichiro Honda yang menciptakan mobil dan sepeda motor merk Honda.
Mereka secara individu melakukan penelitian karena hobi dan keinginannya sendiri.
Tidak semua hasil penelitiannya langsung sukses secara komersial. Bahkan menurut
Soichiro Honda, 99% perjalanan kariernya adalah kegagalan, 1% membawanya
menjadi sukses.
Di Indonesia, masyarakat sangat mengenal teh botol Sosro yang diciptakan oleh
Soetjipto Sosrodjojo mencipatakan teh botol Sosro.
Produk ini merupakan contoh
sukses inovasi yang luar biasa, karena memberikan nilai tambah, diterima oleh
masyarakat luas, dan menciptakan pasar baru yang belum ada pesaingnya.
Technopreneurship vs Entrepreneurship Biasa
Terdapat perbedaan antara entrepreneurship biasa dan technopreneurship
(technology entrepreneurship). Technology entrepreneurship harus sukses pada dua
tugas utama, yakni: menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan target
pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan mendapatkan keuntungan
(profit). Entrepreneurship biasa umumnya hanya berhubungan dengan bagian yang
kedua, yakni menjual dengan mendapatkan profit.
Bisnis Lifestyle vs Bisnis Pertumbuhan Tinggi
Secara umum, ada dua jenis bisnis yang dapat membentuk technology entrepreneur
(technopreneur), yakni: bisnis lifestyle dan bisnis pertumbuhan tinggi (high growth
businesses). Bisnis lifestyle adalah suatu usaha yang umumnya tidak tumbuh
dengan cepat. Bisnis seperti ini biasanya tidak menarik bagi investor profesional
seperti angel investor atau pemodal ventura (venture capitalist). Bisnis tersebut tidak
mempunyai potensi yang cukup untuk menghasilkan kekayaan yang signifikan.
Mengapa seseorang memulai bisnis lifestyle? Seseorang mungkin ingin menjadi bos
sendiri, mengatur jadwal sendiri, dan ingin memiliki kendali yang lebih besar.
Jenis bisnis yang lain adalah bisnis pertumbuhan tinggi. Bisnis pertumbuhan tinggi
memiliki potensi untuk menghasilkan kekayaan yang besar dengan cepat. Jenis bisnis
ini umumnya berisiko tinggi namun juga memberikan imbalan yang tinggi, sehingga
menarik bagi pemodal ventura (venture capitalists). Contoh-contoh perusahaan
denan bisnis petumbuhan tinggi adalah: Dell, Genzyme, EMC, Amgen, dan BiogenIdec.
Sifat-sifat Entrepreneur Sukses
Walaupun para entrepreneur memiliki karakteristik-karakteristik yang berbeda, tetapi
secara umum entrepreneur sukses memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
2

a. Gaya manajemen partisipatif; mereka berkeinginan untuk berbagi kekuasaan


dengan tim dan karyawannya.
b. Keinginan yang tinggi untuk berprestasi dengan keinginan yang moderat untuk
kekuasaan.
c.

Tahan banting dan tidak mudah kecewa.

d.

Sanggup hidup dengan ketidakpastian, khususnya ketidakpastian finansial.

e. Tidak defensif; mau mendengar kritik yang membangun dengan pikiran terbuka
(open mind).
f.
Fleksibel; memiliki kemampuan untuk berubah ketika sadar bahwa dia sedang
berjalan menuju ke arah yang salah.
Pertimbangan Personal
Menjadi seorang entrepreneur pada satu sisi dapat memberikan imbalan atau
manfaat personal yang besar, namun pada sisi lain juga memerlukan pengorbanan
personal yang besar. Menjadi entrepreneur dapat memberikan perasaan sukses yang
luar biasa, rasa bangga dalam membentuk entitas baru yang bermakna,
meyelesaikan masalah yang penting, dan mengerjakan sesuatu yang orang lain
belum kerjakan. Anda dapat menjadi bos di perusahaan sendiri, mengerjakan yang
menurut anda menarik, dan mungkin menjadi kaya. Namun, pada saat yang sama,
ada pengorbanan besar yang diperlukan untuk menjadi seorang entrepreneur sukses,
yakni:
a.

Ketidakpastian dan stres.

b.

Bekerja sangat lama, sedikit waktu libur.

c.

Berpotensi berbahaya untuk kehidupan pribadi, keluarga, atau karir.

d.

Pengorbanan finansial dan gaya hidup.

Pengorbanan-pengorbanan yang disebutkan di atas tidak dimaksudkan untuk


menghalangi anda dari menjadi seorang entrepreneur. Hal-hal tersebut hanya untuk
memberikan gambaran nyata tentang kehidupan entrepreneur, sehingga anda
mendapatkan keputusan berkenaan dengan karir anda. Jika anda berfikir ingin
menjadi entrepreneur, lanjutkan, tetapi awas gaya hidup tersebut dapat menjadi
adiktif!
Invensi, Inovasi, dan Technopreneur
Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah
penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan. Inovasi adalah
proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua
jenis, yakni: (1) invensi dan inovasi produk, dan (2) invensi dan inovasi proses.
Berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-temuan baru dalam
bidang teknologi (invensi) yang kemudian dikembangkan sedemikan rupa sehingga
memberikan keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat penggunanya. Fenomena
3

perkembangan bisnis dalam bidang teknologi diawali dari ide-ide kreatif di beberapa
pusat penelitian (kebanyakan di Perguruan Tinggi) yang mampu dikembangkan,
sehingga memiliki nilai jual di pasar. Penggagas ide dan pencipta produk dalam
bidang teknologi tersebut sering disebut dengan nama technopreneur (teknopreneur),
karena mereka mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki
melalui kreasi/ide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui
penjualan produk yang dihasilkan di pasar. Dengan demikian, technopreneurship
merupakan gabungan dari teknologi (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi)
dengan kewirausahaan (bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui
proses bisnis).
Saat ini, perkembangan bisnis dalam bidang teknologi sebagian besar dihasilkan dari
sinergi antara pemilik ide kreatif (technopreneur), yang umumnya berafiliasi dengan
berbagai pusat riset (seperti Perguruan Tinggi), dengan penyedia modal yang akan
digunakan dalam berbisnis. Hubungan antara tiga unsur tersebut yang kemudian
mendorong berkembangnya bisnis teknologi yang ada di beberapa negara, misalnya
di Sillicon Valley di Amerika Serikat, Bangalore di India, dan beberapa negara lainnya.
Di Indonesia, sinergi ketiga pihak tersebut belum terbangun dengan baik.
Pengembangan berbagai pusat inovasi dan inkubator bisnis dalam bidang teknologi
di beberapa perguruan tinggi dan lembaga riset merupakan upaya yang positif untuk
membangun technopreneurhsip di Indonesia.

Peranan Technopreneurship bagi Masyarakat

Invensi dan inovasi yang dihasilkan, serta technopreneurship tidak hanya bermanfaat
dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih. Technopreneurship juga
dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki
kemampuan ekonomi lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan
demikian, technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).
Technopreneurship dapat memberikan memiliki manfaat atau dampak, baik secara
ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah:
a.

meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

b.

meningkatkan pendapatan.

c.

menciptakan lapangan kerja baru.

d.

menggerakkan sektor-sektor ekonomi yang lain.

Manfaat dari segi sosial diantaranya adalah mampu membentuk budaya baru yang
lebih produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian
masalah-masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah:

a. memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia secara lebih
produktif.
b.

meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumberdaya energi.

Ada beberapa bidang invensi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk
memberikan manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari: air, energi,
kesehatan, petanian, dan keanekaragaman hayati (water, energy, health, agriculture,
dan biodiversity, yang biasa disingkat WEHAB). Di bidang-bidang di atas masyarakat
ekonomi lemah di Indonesia banyak menghadapi permasalahan. Pengembangan
technopreneurship dapat diarahkan sebagai upaya untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Misalnya:
a. Water (Air)
Banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses yang sangat terbatas pada air
bersih, juga petani yang memiliki keterbatasan akses air untuk irigasi. Tantangan
technoprenuership masih sangat terbuka lebar untuk memberikan solusi teknologi
pengadaan air bersih dan efisiensi irigasi. Contohnya produk teknologi yang dapat
ditawarkan antara lain sistem desalinasi air laut yang murah dan irigasi tetes (drip
irrigation).
b. Energy (Energi)
Dunia saat ini dihadapkan pada kekurangan energi yang kronis. Lapisan masyarakat
terbawah di Indonesia saat ini sudah merasakan kesulitan yang luar biasa untuk
mendapatkan sumber energi baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif.
Tantangan yang besar saat ini untuk menghasilkan teknologi energi alternatif yang
terbarukan, ramah lingkungan, yang terjangkau, efisien, dan berkelanjutan. Contoh
produk teknologi alternatif misalnya energi listrik tenaga air (microhydro), tenaga
angin, pengering tenaga surya, dan lain-lain.

c. Health (Kesehatan)
Akses pada fasilitas kesehatan yang memadai serta dan biaya kesehatan yang mahal
masih menjadi masalah utama masyarakat miskin Indonesia. Oleh karena itu sangat
diperlukan alternatif metode pengobatan dan peningkatan kesehatan yang aman dan
terjangkau; teknologi pengobatan/pencegahan terhadap penyakit spesifik lokal, serta
obat-obatan alternatif yang terjangkau terutama untuk penyakit yang lazim dijumpai
di masyarakat tidak mampu. Contoh produk teknologi alternatif adalah
pengembangan produk-produk berbahan baku lokal menjadi produk herbal terstandar
atau fitofarmaka.
d. Agriculture (Pertanian)
Masih sangat banyak masalah di sektor pertanian Indonesia yang umumnya dihuni
oleh kelompok petani miskin. Beragam teknologi dalam bidang pertanian, perikanan,
dan peternakan rakyat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai
tambah pertanian kita.
e. Biodiversity (Keanekaragaman Hayati)
5

Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia,
namun pemanfaatannya saat ini belum banyak memberikan manfaat sosial yang
besar. Beragam sentuhan teknologi diperlukan misalnya penggunaan
keanekaragaman hayati untuk biomedicine dan produk makanan; teknologi
pengolahan yang memanfaatkan dan memberi nilai tambah keanekaragaman hayati
Indonesia dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
Bagaimana agar invensi dan inovasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat?
Beberapa kriteria berikut ini dapat digunakan untuk mengembangkan invensi dan
inovasi agar bermanfaat bagi masyarakat, yaitu inovasi dan invensi itu harus:
a.

Memberikan performansi solusi lebih baik dan lebih efisien.

b.

Menjawab permasalahan dan memenuhi karakteristik kebutuhan masyarakat.

c.

Merupakan ide orisinal.

d.

Dapat diterapkan ke pasar dan memenuhi kriteria kelayakan ekonomi.

e.

Memiliki skala pasar dan skala manfaat yang memadai.

f.

Dapat dipasarkan sebagai produk atau jasa.

g.

Meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan lapangan kerja bagi masyarakat.

Pada saat ini di Indonesia secara umum, dukungan terhadap invensi dan inovasi
domestik masih terbatas, belum integratif dan tidak berorientasi pasar, sehingga
banyak invensi dan inovasi yang layu sebelum berkembang. Ada kesenjangan yang
besar antara penawaran dan permintaan solusi teknologi bernilai tambah. Selain itu,
dana penelitian dan pengembangan nasional masih terbatas dan kemampuan
technopreneurship domestik masih rendah.
Namun demikian, semua itu tidak akan berubah kalau kita tidak memulai melakukan
perubahan. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat untuk perubahan itu.
Referensi
Bell, C.G. 1991. High-Tech Ventures: The Guide for Entrepreneurial Success. 1st
Edition. Perseus Publishing.
Ditjen HaKI Departemen Kehakiman dan HAM RI. 2004. Daftar Permohonan Paten.
NCIIA. 2006. Invention to Venture: Workshops in Technology Entrepreneurship.
National Collegiate Inventors & Innovators Alliance, Madison.
Oden, H.W. 1997. Managing Corporate Culture, Innovation, and Intrapreneurship.
Greenwood Publishing Group.
Stolze, W.J. Start-up: An Entrepreneurs Guide to Launching and Managing a New
Business. 2nd Edition. Rock Beach Press.

Anda mungkin juga menyukai