Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAGIAN PERTAMA
PERSYARATAN TEKNIS UMUM
A. LINGKUP
1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara umum berlaku untuk
seluruh bagian pekerjaan yang meliputi :
1. Pekerjaan Struktur dan Arsitektur
2. Pekerjaan Mekanikal dan kelistrikan
2. Kecuali disebut secara khusus dalam dokumen-dokumen dimaksud berikut, lingkup pekerjaan yang
ditugaskan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut :
a. Pengadaan tenaga kerja
b. Pengadaan bahan/material
c. Pengadaan peralatan dan alat bantu, sesuai dengan kebutuhan lingkup pekerjaan yang ditugaskan
d. Koordinasi dengan Kontraktor/Pekerja lain yang berhubungan dengan pekerjaan pada bagian
pekerjaan yang ditugaskan
e. Penjagaan kebersihan, kerapian dan keamanan area kerja
f. Pembuatan as built drawing (gambar terlaksana)
3. Persyaratan Teknis Umum ini menjadi satu kesatuan dengan persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan
dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi seluruh pekerjaan
sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari dokumen-dokumen berikut ini :
a. Gambar-gambar pelelangan/pelaksanaan
b. Persyaratan teknis umum/pelaksanaan pekerjaan/bahan
c. Rincian volume pekerjaan/rincian penawaran
d. Dokumen-dokumen pelelangan/pelaksanaan yang lain.
4. Dalam hal adanya bagian dari persyaratan teknis umum ini, yang tidak dapat diterapkan pada bagian
pekerjaan sebagaimana diungkapkan ayat 3 diatas, maka bagian dari Persyaratan Teknis Umum
tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.
B.
REFERENSI
1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis
yang tertera dalam persyaratan Surat keputusan Standar Nasional Indonesia (SK SNI), Standart Industri
Indonesia (SII) dan Peraturan-peraturan Nasional Nasional Indonesia maupun peraturan-peraturan
setempat lainnya yang berlaku atau jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :
NI 2 (1971) PERATURAN BETON BERTULANG INDONESIA
SK-SNI (1991)
T-15-1991-03 TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK
BANGUNAN GEDUNG
NI 3 (1970)
PERATURAN UMUM UNTUK BAHAN BANGUNAN DI INDONESIA
NI 5
PERATURAN KONSTRUKSI KAYU INDONESIA
NI 8
PERATURAN SEMEN PORTLAND INDONESIA
NI 10
BATA MERAH SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
PERATURAN PLUMBING INDONESIA
PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK
STANDART INDUSTRI INDONESIA (SII)
ASTM, JIS dan lain sebagainya yang dianggap berhubungan dengan bagian-bagian pekerjaan ini.
-1-
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standart-standart yang disebut diatas, maupun
standart-standart Nasional lainnya, maka diberlakukan standart-standart Internasional yang berlaku atau
pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standart-standart Persyaratan Teknis dari
Negara-negara asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan dan dari produk yang ditentukan pabrik
pembuatnya.
2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur dalam Persyaratan
Teknis Umum/khususnya maupun salah satu dari ketentuan yang disebutkan dalam ayat 1 diatas, maka
atas bagian pekerjaan tersebut Kontraktor harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan
berikut ini guna disepakati oleh Direksi untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :
a. Standart/norma/kode/pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan bersangkutan yang
diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Asosiasi Profesi/Asosiasi Produsen/Lembaga Pengujian atau
Badan-badan lain yang berwenang/berkepentingan atau Badan-badan yang bersifat Internasional
ataupun Nasional dari Negara lain, sejauh bahwa atau hal tersebut diperoleh persetujuan dari
Direksi/Pengawas.
b. Brosur teknis dari Produsen yang didukung oleh sertifikat dari Lembaga Pengujian yang diakui
secara Nasional/Internasional.
C. BAHAN BANGUNAN
1. Baru/Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan dalam/untuk pekerjaan
ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan bahan bekas dalam komponen kecil maupun besar
sama sekali tidak diperbolehkan/dilarang disamakan.
2. Tanda Pengenal
a. Dalam hal dimana pabrik/produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk produk bahan yang
dihasilkan, baik berupa cap/merk dagang pengenal pabrik/produsen ataupun sebagai pengenal
kualitas/kelas/kapasitas, maka semua bahan dari pabrik/produsen bersangkutan yang
dipergunakan dalam pekerjaan ini harus mengandung tanda pengenal tersebut.
b. Khusus untuk bahan bagi pekerjaan instalasi (penerangan, plumbing, dll) kecuali ditetapkan lain
oleh Direksi/Pengawas, bahan sejenis dengan fungsi yang sama harus diberi tanda pengenal untuk
membedakan satu bahan dan bahan yang lain. Tanda pengenal ini bisa berupa warna atau tandatanda lain yang mana harus sesuai dengan referensi RKS tersebut diatas atau dalam hal dimana
tidak/belum ada pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk
dari Direksi/Pengawas.
3. Merk Dagang
a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan/produk didalam persyaratan teknis umum,
secara umum harus diartikan sebagai persyaratan kesetaraan kualitas penampilan (Performance)
dari bahan/produk tersebut, untuk itu dinyatakan dengan kata-kata atau yang setaraf.
b. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan bahan/produk lain yang dapat
dibuktikan mempunyai kualitas penampilan yang setaraf dengan bahan/produk yang memakai merk
dagang yang disebutkan, dapat diterima sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh
persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas atau kesetarafan tersebut.
c. Penggunaan bahan/produk yang disetujui sebagai setaraf tidak dianggap sebagai perubahan
pekerjaan dan karenanya perbedaan harga dengan bahan produk yang disebutkan merk
dagangnya akan diabaikan.
d. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, penggunaan produksi dalam negeri
lebih diutamakan.
-2-
4. Pengganti (Substitusi)
a. Kontraktor/Supplier dalam keadaan terpaksa karena kelangkaan dipasaran, bisa mengajukan
usulan untuk menggantikan sesuatu bahan produk dengan sesuatu bahan/produk lain dengan
penampilan yang setaraf dengan yang dipersyaratkan.
b. Dalam persetujuan atau sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga yang ada dengan
bahan/produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan sebagai perubahan pekerjaan dengan
ketentuan sebagai berikut :
1.) Dalam hal dimana penggantian disebabkan karena kegagalan Kontraktor/Supplier untuk
mendapatkan bahan/produk seperti yang dipersyaratkan, maka perubahan pekerjaan yang
bersifat biaya tambah dianggap tidak ada.
2.) Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi/Pengawas dan Pemberi Tugas
sebagai masukan (input) baru yang menyangkut nilai-nilai tambah, maka perubahan
pekerjaan mengakibatkan biaya tambah dapat diperkenankan.
5. Persetujuan Bahan
a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan sangat agar sebelum
sesuatu bahan/produk akan dibeli/dipesan/diprodusir, terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari
Direksi/Pengawas atau kesesuaian dari bahan/produk tersebut pada Persyaratan Teknis yang
harus diberikan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh/brosur dari bahan/produk yang
bersangkutan untuk diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur diatas sepenuhnya merupakan
tanggung jawab Kontraktor/Supplier, untuk itu tidak dapat diberikan pertimbangan keringanan
apapun.
c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/brosur seperti tersebut diatas tidak melepaskan
tanggung jawab Kontraktor/Supplier dari kewajibannya dalam Perjanjian Kerja ini untuk
mengadakan bahan/produk yang sesuai dengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan
akan diterima/disetujuinya seluruh bahan/produk tersebut di lapangan, sejauh dapat dibuktikan
bahwa tidak seluruh bahan/produk yang digunakan sesuai dengan contoh brosur yang telah
disetujui.
6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atau bahan/produk kepada Direksi/Pengawas harus disertakan
contoh dari bahan/produk tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jumlah contoh
1.) Untuk bahan/produk bila tidak dapat diberikan sesuatu sertifikat pengujian yang dapat
disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas sehingga oleh karenanya perlu diadakan pengujian
kepada Direksi/Pengawas harus diserahkan sejumlah bahan produk sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dalam standart prosedur pengujian, untuk dijadikan benda uji
guna diserahkan pada Badan/Lembaga Penguji yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas.
2.) Untuk bahan/produk atau mana dapat ditunjukkan sertifikat pengujian yang dapat
disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas, kepada Direksi/Pengawas harus diserahkan 3
(tiga) buah contoh yang masing-masing disertai dengan salinan sertifikat pengujian yang
bersangkutan.
2.)
c.
7. Penyimpanan Bahan
a. Persetujuan atau sesuatu bahan/produk harus diartikan sebagai perijinan untuk memasukkan
bahan/produk tersebut dengan tetap berada dalam kondisi layak untuk dipakai. Apabila selama
waktu itu ternyata bahwa bahan/produk menjadi tidak lagi layak untuk dipakai dalam pekerjaan,
Direksi/Pengawas berhak untuk memerintahkan agar :
1.) Bahan/produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak untuk dipakai.
2.) Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin supaya bahan/produk tersebut segera
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan selama 2 x 24 jam untuk diganti dengan yang memenuhi
persyaratan.
-4-
b. Untuk bahan/produk yang mempunyai umur pemakaian yang tertentu penyimpanannya harus
dikelompokkan menurut umur pemakaian tersebut yang mana harus dinyatakan dengan tanda
pengenal dengan ketentuan sebagai berikut :
1.) Terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak selama penggunaan ini
2.) Berukuran minimal 40 x 60 cm
3.) Huruf berukuran minimum 10 cm dengan warna merah
4.) Diletakkan ditempat yang mudah terlihat.
c.
D.
Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa, sehingga bahan
yang terlebih dulu masuk akan pula terlebih dulu dikeluarkan untuk dipakai dalam pekerjaan.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Rencana Pelaksanaan
a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Kontrak oleh kedua belah pihak, Kontraktor
harus menyerahkan kepada Direksi/Pengawas sebuah Network Planing mengenai seluruh
kegiatan yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan ini dalam diagram yang dinyatakan
pula urutan logis serta kaitan/hubungan antara seluruh kegiatan-kegiatan tersebut.
b. Kegiatan-kegiatan Kontraktor untuk/selama masa pengadaan/pembelian serta waktu
pengiriman/pengangkutan dari :
1.) Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan persiapan/pembantu.
2.) Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan.
c. Kegiatan-kegiatan Kontraktor untuk/selama waktu fabrikasi, pemasangan dan pembangunan.
d. Pembuatan gambar-gambar kerja.
e. Permintaan persetujuan atau bahan serta gambar kerja maupun rencana kerja.
f. Harga borongan dari masing-masing kegiatan tersebut.
g. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
h. Direksi/Pengawas akan memeriksa rencana kerja Kontraktor dan memberikan tanggapan untuk itu
dalam waktu 2 (dua) minggu.
i. Kontraktor harus memasukkan kembali perbaikan atau rencana kerja kalau Direksi/Pengawas
meminta diadakannya perbaikan/penyempurnaan atau rencana kerja tadi paling lambat 4 (empat)
hari sebelum dimulainya waktu pelaksanaan.
j. Kontraktor tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan atau pekerjaan sebelum adanya
persetujuan dari Direksi/Pengawas atau rencana kerja ini. Kecuali dapat dibuktikan bahwa
Direksi/Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk memeriksa rencana kerja Kontraktor pada
waktunya, maka kegagalan Kontraktor untuk memulai pekerjaan sehubungan dengan belum
adanya rencana kerja yang disetujui Direksi, sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari
Kontraktor bersangkutan.
2. Gambar Kerja (Shop Drawing)
a. Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (Constructions Drawings) belum
cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai keadaan terlaksana, Kontraktor wajib
untuk mempersiapkan gambar kerja yang secara terperinci akan memperlihatkan cara pelaksanaan
tersebut.
b. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Direksi/Pengawas.
c. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya,
gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga).
d. Pengajuan gambar kerja tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pemesanan bahan
atau pelaksanaan pekerjaan dimulai.
-5-
3. Ijin Pelaksanaan
Ijin pelaksanaan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan tersebut, Kontraktor diwajibkan
untuk mengajukan ijin pelaksanaan secara tertulis kepada Direksi/Pengawas dengan dilampiri gambar
kerja yang sudah disetujui.
Ijin pelaksanaan yang sudah disetujui sebagai pegangan Kontraktor untuk melaksanakan pada bagian
pekerjaan tersebut.
4. Contoh Pekerjaan (Mock Up)
Bila pekerjaan atau dikehendaki Direksi/Pengawas, Kontraktor wajib menyediakan sebelum pekerjaan
dimulai.
5. Rencana Mingguan dan Bulanan
a. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana pelaksanaan pekerjaan
berlangsung, Kontraktor wajib untuk menyerahkan kepada Direksi/Pengawas suatu rencana
mingguan yang berisi rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang akan
dilaksanakan dalam minggu berikutnya.
b. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan, Kontraktor wajib menyerahkan kepada
Direksi/Pengawas suatu rencana bulanan yang menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai
rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam
bulan berikutnya.
c. Kelalaian Kontraktor untuk menyusun dan menyerahkan rencana mingguan maupun bulanan dinilai
sama dengan kelalaian dalam melaksanakan perintah Direksi/Pengawas dalam pelaksanaan
pekerjaan.
d. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, Kontraktor diwajibkan untuk memberitahu
Direksi/Pengawas mengenai hal tersebut paling sedikit 2 x 24 jam sebelumnya.
6. Kualitas Pekerjaan
Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis pekerjaan
bersangkutan.
7. Pengujian Hasil Pekerjaan
a. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji dengan cara tolok
ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang ditetapkan dalam pasal B Referensi dari
Persyaratan Teknis Umum ini.
b. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan melakukan pengujian
dipilih atau persetujuan Direksi/Pengawas dari Lembaga/Badan Penguji milik Pemerintah atau yang
diakui Pemerintah atau Badan lain yang oleh Direksi/Pengawas dianggap memiliki obyektivitas dan
integritas yang meyakinkan. Atau hal yang terakhir ini Kontraktor/Supplier tidak berhak mengajukan
sanggahan.
c. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi beban Kontraktor.
d. Dalam hal dimana Kontraktor tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari Badan Penguji yang
ditunjuk oleh Direksi, Kontraktor berhak mengadakan pengujian tambahan pada Lembaga/Badan
lain yang memenuhi persyaratan Badan Penguji seperti tersebut diatas untuk mana seluruh
pembiayaannya ditanggung sendiri oleh Kontraktor.
e. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut memberikan kesimpulan
yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :
1.) Memilih Badan/Lembaga Penguji ketiga atau kesepakatan bersama.
2.) Melakukan pengujian ulang pada Badan/Lembaga Penguji pertama atau kedua dengan
ketentuan tambahan sebagai berikut :
Pelaksanaan pengujian ulang harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas dan
Kontraktor/Supplier maupun wakil-wakilnya.
-6-
3.)
4.)
5.)
Dalam hal dimana laporan telah disampaikan dan Direksi tidak mengambil langkah-langkah untuk
menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksud, maka setelah lewat dari 2 (dua) hari kerja sejak
laporan disampaikan, Kontraktor berhak melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan menganggap
bahwa Direksi telah menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.
d. Pemeriksaan dan persetujuan oleh Direksi/Pengawas atau suatu pekerjaan tidak melepaskan
Kontraktor dari kewajibannya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian
Pekerjaan (SPP).
e. Walaupun telah diperiksa dan disetujui bila ada hal-hal yang dicurigai ada penyimpangan kepada
Kontraktor masih dapat diperintahkan untuk membongkar bagian pekerjaan yang menutupi bagian
pekerjaan lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan yang tertutupi.
9. Kebersihan dan Keamanan
a. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga agar area kerja senantiasa berada dalam keadaan
rapi dan bersih.
b. Kontraktor bertanggung jawab atas keamanan di area kerja, termasuk apabila diperlukan tenaga,
peralatan atau tanda-tanda khusus.
-7-
E.
F.
KEAMANAN/PENJAGAAN
1. Untuk keamanan Kontraktor diwajibkan mengadakan penjagaan, bukan saja terhadap pekerjaannya,
tetapi juga bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan bangunan-bangunan, jalan-jalan, pagar,
pohon-pohon dan taman-taman yang telah ada.
2. Kontraktor berkewajiban menyelamatkan bangunan yang telah ada, apabila bangunan yang telah ada
terjadi kerusakan akibat pekerjaan ini, maka Kontraktor berkewajiban untuk
memperbaiki/membetulkan sebagaimana mestinya.
3. Kontraktor harus menyediakan penerangan yang cukup di lapangan terutama pada waktu lembur, jika
Kontraktor menggunakan aliran listrik dari bangunan/komplek, diwajibkan bagi Kontraktor untuk
memasang meter sendiri untuk menetapkan sewa listrik yang dipakai.
4. Kontraktor harus berusaha menanggulangi kotoran-kotoran debu agar tidak mengurangi kebersihan
dan keindahan bangunan-bangunan yang telah ada.
5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk pembangunan pekerjaan
sementara sesuai dengan ketentuan kontrak harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
-8-
menimbulkan gangguan terhadap ketentraman penduduk atau jalan-jalan yang harus digunakan jalan
perorangan atau umum milik Pemberi Tugas ataupun milik pihak lain. Kontraktor harus membebaskan
Pemberi Tugas dari segala tuntutan ganti rugi sehubungan dengan hal tersebut diatas.
6. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan pada jalan raya atau jembatan yang
menghubungkan proyek sebagai akibat dari lalu lalang peralatan ataupun kendaraan yang
dipergunakan untuk mengangkut bahan-bahan/material guna keperluan proyek.
7. Apabila Kontraktor memindahkan alat-alat pelaksanaan, mesin-mesin berat atau unit-unit alat berat
lainnya dari bagian-bagian pekerjaan, melalui jalan raya atau jembatan yang mungkin akan
mengakibatkan kerusakan dan seandainya Kontraktor akan membuat perkuatan-perkuatan diatasnya,
maka hal tersebut harus terlebih dahulu diberitahukan kepada Pemberi Tugas dan Instansi yang
berwenang. Biaya untuk perkuatan tersebut menjadi tanggungan Kontraktor.
-9-
BAGIAN KEDUA
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN KONSTRUKSI
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengaturan Jam Kerja dan Perlindungan Bangunan/Sarana Yang Ada
a. Kontraktor harus mengatur jam kerja para pekerja bangunan, dan jika ada lembur wajib melapor kepada
direksi.
b. Semua pekerja Kontraktor DILARANG KERAS untuk tinggal/tidur di area konstruksi
c. Kontraktor wajib memfasilitasi tempat tinggal para pekerja di luar guna kemudahan para pekerjanya.
d. Selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus selalu menjaga kondisi jalan / area sekitar dan
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kerusakan-kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan ini.
1) Pembersihan Lapangan
a. Sebelum pekerjaan konstruksi dilakukan, Kontraktor melakukan pembersihan segala macam benda,
timbunan, saluran, bangunan/fasilitas lainnya agar terbebas dari yang merusak terhadap konstruksi.
Termasuk pekerjaan berdasarkan petunjuk Direksi. Jalan logistik harus dipersiapkan sebagai jalan
penghubung sebagaimana rencana.
b. Kontraktor tidak diperkenankan menebang pohon pagar hidup dilokasi proyek, kecuali dalam batas
sesuai dengan rencana dalam gambar yang diberi tanda jelas harus ditebang. Bila suatu hal
mengharuskan menebang pohon harus dilakukan persetujuan tertulis dari Direksi/Pemberi Tugas.
c. Bila dalam batas rencana jalan atau lainnya terdapat bangunan instansi lain, Kontraktor tidak
diperkenankan membongkar/memindahkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi.
2) Papan Nama
a. Kontraktor diwajibkan membuat/memasang papan nama proyek dilokasi proyek, ditempat yang dapat
dilihat umum.
b. Bentuk, ukuran dan isi papan nama ditentukan Direksi dan disetujui Pemberi Tugas, dipasang saat
pekerjaan dimulai dan dicabut kembali atas persetujuan Pemberi Tugas
3) Pengukuran Dan Pematokan
a. Kontraktor diwajibkan mempelajari seluruh gambar dan uraian syarat teknis. Bila dalam rencana
tersebut ada sesuatu perbedaan ukuran diantara gambar, maka pemborong diwajibkan mempelajari
seluruh gambar dan uraian syarat teknis. Bila dalam rencana tersebut ada suatu perbedaan ukuran
diantara gambar, maka Pemborong wajib melaporkan kepada Direksi untuk mendapat keputusan.
b. Kontraktor tidak dibenarkan memperbaiki sendiri perbedaan ukuran yang terdapat dalam perencanaan
tersebut. Akibat kelalaian Kontraktor seluruhnya menjadi tanggung jawabnya. Kontraktor bertanggung
jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan peil-peil dan ukuran
yang ditetapkan dalam gambar kerja dan rencana kerja dan syarat-syarat teknis. Kontraktor
mencocokkan seluruh ketentuan ukuran satu sama lain tiap pekerjaan dan segera melaporkan kepada
Direksi seluruh keputusan pembetulan harus disetujui oleh Direksi.
c. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor terlebih dahulu mengecek ketepatan patok lahan yang
tercantum dalam gambar dan uraian syarat teknis. Ketepatan dalam ukuran peil-peil mutlak diperhatikan
dengan sesungguhnya. Andaikan terjadi kesalahan yang menyimpang dari ketentuan yang ada, maka
Kontraktor tidak dapat ditolerir. Karena itu Direksi berhak memerintahkan untuk membongkar dengan
resiko menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Kontraktor melakukan pengukuran dan pencocokan kembali terhadap pengukuran yang dilakukan
pertama yaitu peil ketinggian permukaan dan lebar jalan, peil permukaan lantai, Duiker dan tembok
pendukung (Pondasi Duiker). Kemudian menentukan propil melintang dan memanjang sehingga dapat
- 10 -
diketahui volume galian/timbunan yang akan dilaksanakan, demikian pula untuk saluran serta peil
bangunan lainnya. Ketepatan ukuran adalah mutlak dilakukan sesuai dengan ukuran yang berlaku
dalam gambar rencana.
e. Kontraktor memulai pekerjaan setelah dapat ditentukan ukuran dasar (Bouwplank). Papan bouwplank
dari papan meranti. Sisi atas lurus (waterpass) dan tidak terpengaruh akibat cuaca, dipasang kuat
dengan tiang-tiang balok 5/7 kayu meranti.
f.
Segala persiapan pengukuran untuk pekerjaan (uitset) dengan waterpass dan theodolite menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
g. Kontraktor wajib melakukan pekerjaan pengukuran/pencatatan kembali keadaan patok peil permukaan
lantai jembatan dan sekaligus pembuatan papan dasar ukuran (pondasi jembatan).
h. Pekerjaan penggalian untuk saluran atau lainnya baru dapat dilakukan apabila papan dasar/tinggi dasar
lebih kurang 0,00 dari sumbu jalan dan disetujui oleh Direksi.
PEKERJAAN FINISHING / ARSITEKTUR
A.
PEKERJAAN PASANGAN
1. Penjelasan Umum
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan masing-masing pekerjaan sehingga mendapatkan hasil yang baik
dan sempurna.
b. Penggunaan masing-masing jenis pasangan dapat dilihat pada gambar rencana ataupun
petunjuk/perintah Direksi/Pengawas Lapangan.
c. Pengendalian Pekerjaan :
Persyaratan-persyaratan standart mengenai pekerjaan ini tertera pada :
PBBI
1982
NI 3
1970
NI 10
1973
SII 0021
1978
SNI
- 2002
2. Pasangan Batu Bata
a.
Lingkup Pekerjaan
Pasangan batu bata dilaksanakan untuk dinding/tembok gedung, pondasi ringan, saluran ataupun
pasangan batu bata lainnya yang ditunjuk pada gambar rencana.
b. Bahan
1.) Batu bata yang dikehendaki adalah batu bata local yang berkualitas baik yaitu dengan hasil
pembakaran yang matang berukuran sama kira-kira 6 x 12 x 20 cm tidak boleh terdapat
pecah-pecah (melebihi 20 %) dan tidak diperbolehkan memasang bata yang pernah dipakai.
2.) Sebagai semen dan pasir untuk pasangan batu bata ini harus sama dengan kualitas seperti
yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
3.) Kecuali ditentukan lain semua pasangan batu bata dipasang dengan perekat dengan
campuran 1 Pc : 4 Ps dengan pencair air, sedang untuk pasangan batu bata yang
dikehendaki harus kedap air (trasram, dinding kamar mandi/WC, pasangan rolag, pasangan
untuk saluran dan tempat lain yang ditunjuk dalam gambar) dibuat dengan campuran perekat
1 Pc : 3 Ps.
c.
Pelaksanaan
1.) Dimana diperlukan menurut Direksi, Kontraktor harus membuat shop drawing untuk
pelaksanaan pembuatan adukan dan pasangan.
- 11 -
2.)
3.)
4.)
5.)
6.)
7.)
8.)
9.)
10.)
11.)
12.)
13.)
B.
Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang diperlukan. Adukan
dilaksanakan sesuai standart spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai dengan petunjuk
Perencana/Direksi.
Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar
arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran tebal tinggi/peil
dan bentuk profilnya.
Pasangan batu bata harus dipasang tegak lurus, siku, rata dan tidak boleh terdapat retakretak, dipasang dengan fungsi, ukuran ketebalan dan ketinggian yang ditentukan dalam
gambar rencana.
Mencampur Perekat
Perekat harus dicampur dalam alat pencampur yang telah disetujui atau dicampur dengan
tangan pada permukaan yang keras, dilarang memakai perekat yang sudah mulai mengeras
untuk dipakai lagi.
Sebelum dimulai pemasangan batu bata harus direndam lebih dahulu dengan air dan
permukaan yang akan dipasang harus basah juga dan untuk semua sambungan harus
dikorek paling sedikit 0,5 cm agar penyelesaian dinding/plesteran dapat melekat dengan
baik, sedang dimana ada pertemuan kosen kayu dengan tembok harus diberi nat selebar 1
cm dan dalam 1 cm.
Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum setinggi 1,00 m untuk setiap
harinya.
Pelubangan akibat pembuatan pemecah pada pasangan bata merah sama sekali tidak
diperkenankan.
Pasangan tembok dipasang seluas 12,00 m", bila lebih harus dipasang beton praktis ukuran
penampang 15 x 15 cm dengan tulangan 4 12, beugel 8 20.
Pada semua sambungan-sambungan vertical dari kolom beton dengan dinding. Kontraktor
harus memberi batang tulangan dari baja lunak yang berdiameter 8 mm panjang 50 cm (15
cm/dibengkok masuk pada beton dan 35 cm/lurus masuk pada pasangan dan dipasang
setiap jarak 50 cm.
Pasangan batu bata 1 Pc : 3 Ps sebagai pasangan dibawah permukaan tanah/lantai harus
diberaben dengan adukan 1 Pc : 3 Ps sampai ketinggian 3 cm diatas peil lantai.
Syarat-syarat penerimaan :
Pasangan batu bata dapat diterima/diserahkan apabila deviasi bidang pada arah
diagonal dinding seluas 12 m" tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum diaci/diplester).
PEKERJAAN KAYU
1. Penjelasan Umum
a. Lingkup Pekerjaan
Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan-pekerjaan kayu yang diperlukan untuk
menyambung dengan baik dan juga harus menyediakan pelat-pelat logam, sekrup-sekrup, pakupaku dan lain pasangan yang mungkin diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan kayu
halus seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan rapi.
Pekerjaan ini meliputi antara lain :
Rangka plafond, pintu, kusen dan Plint kayu.
b. Referensi
PKKI 1961
Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan di Indonesia NI-3
- 12 -
2. Kualitas Bahan
a. Kayu
1.) Semua kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik, tidak ada getah,
celah, mata kayu besar yang lepas atau mati, susut pinggir-pinggirnya, bekas dimakan
bubuk dan cacat lainnya yang parah.
2.) Pada dasarnya semua kayu yang bukan kayu jati, adalah berupa kayu sejenis kayu kamper
hasil hutan Kalimantan mempunyai kelas keawetan III dan kelas kuat II sesuai dengan NI
5, kualitas kayu yang bukan kayu jati dapat berupa kayu kering alam.
3.) Pengukuran
Kayu yang belum dikerjakan (kayu kasar) harus menurut ukuran-ukuran yang ditentukan
kecuali sedikit perubahan akibat penggergajian, sedangkan untuk ukuran kayu halus (kayu
yang sudah dikerjakan) atau kayu yang sudah diketam, dibor, sesuai dengan tipe-tipe pada
gambar rencana potongan (pengurangan) sebanyak 3 mm diperbolehkan untuk setiap
permukaan yang dikerjakan.
4.) Jika terdapat mata kayu yang keras pada permukaan kayu yang dicat diperkenankan
diameternya tidak melebihi 4 cm dan tidak memenuhi lebih dari setengah permukaan kayu
tersebut, sedang kayu yang diplitur hanya mata kayu yang kecil, mulus dan keras yang dapat
diterima.
b. Kadar Air
Kadar air dari semua kayu yang dipakai untuk pekerjaan adalah harus lebih kecil atau sama dengan
15% sedangkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang kasar harus lebih kecil atau sama dengan 20%, harus
dijaga agar supaya kadar air tersebut konstan baik pada saat penyimpanan, pengerjaan maupun
sampai pada penyelesaian pekerjaan.
c.
Jenis Kayu
Macam kayu yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan ini akan disebutkan atau ditentukan pada
saat rapat penjelasan.
d. Ukuran
Ukuran-ukuran kayu harus sesuai dengan diisyaratkan, kecuali penyimpangan-penyimpangan
sedikit akibat penggergajian diperkebunan. Ukuran-ukuran yang menyimpang harus disesuaikan
seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
e. Kancing-kancing
Pada permukaan-permukaan yang akan dicat boleh men gandung celah-celah ataupun kancingkancing yang rapat pada setiap permukaannya dan bahwa diameter rata-rata tidak boleh lebih dari
4 cm dan kancing-kancing tersebut tidak boleh menempati lebih dari separuh tebal dari permukaan.
Pada permukaan-permukaan yang akan dipernis hanya celah dan kunci-kunci berukuran kecil yang
bisa diterima.
f.
Penyusutan
Persiapan penyambungan dan pemasangan dari pekerjaan kayu harus sedemikian sehingga
penyusutan pada bagian-bagian tertentu atau arah-arah tertentu harus tidak mempengaruhi
kekuatan dan bentuk terakhir dari pekerjaan dan tidak merusak bahan-bahan secara terusmenerus.
g. Teakwood
Teakwood harus kualitas kelas satu, sesuai dengan gambar rencana.
Istilah teakwood yang dimaksud ialah kayu lapis yang telah dilapisi dengan veneel tebal 1 mm dari
jenis Teake atau Roses yang terekat ke badan teakwood dan dilapiskan pada bidang-bidang
sebagaimana gambar rencana dan hanya merk yang sudah mendapat standart kualitas SII yang
dapat dipergunakan.
- 13 -
h. Pengikat-pengikat
Bahan pengikat digunakan dari paku galvanis, baut atau plat besi sesuai dengan NI 5, bahan
perekat yang digunakan harus terbuat dari lem tahan air setaraf dengan merk HERFERIN.
3. List, Plint Kayu Profil
a. Seluruh list untuk ornament pintu, partisi dan plint lantai dibuat dari profil kayu sedangkan untuk
plafond digunakan list gypsum dengan bentuk profil seperti terlihat pada gambar rencana yang
diselesaikan dengan cat.
b. Kayu profil dibuat dari kayu kamper dibuat secara rapi dan halus dengan panjang profil minimal
2,00 m'.
4. Pekerjaan langit-langit (Plafond)
a. Penjelasan Umum
1.) Pelaksanaan pekerjaan penggantung langit-langit dilaksanakan sesuai dengan gambar
rencana, baik daerah penempatan pada masing-masing/bagian bangunan, konstruksi
penggantung jenis pelapis dan ukuran polanya.
2.) Sebelum memasang pelapis langit-langit Kontraktor harus memeriksa kerangka-kerangka
(plafond hanger) harus sesuai dengan tinggi permukaan yang tercantum pada gambar
rencana dan harus lurus kesegala arah, tidak boleh bengkok.
b. Pelaksanaan
1.) Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contohcontohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan.
2.) Pada pekerjaan rangka langit-langit ini perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan ini, sebelum dilaksanakan
pemasangan, pekerjaan lain yang terletak diatasnya harus sudah terpasang.
Disiplin lain yang termasuk disini adalah :
a.) Elektrikal
b.) Perlengkapan instalasi yang diperlukan
3.) Bila pekerjaan-pekerjaan tersebut diatas tidak terlukis dalam gambar-gambar instalasi yang
lain dan untuk detail-detail pemasangannya harus dikonsultasikan dengan Pengawas
Lapangan.
4.) Rangka-rangka utama dikaitkan ke struktur bangunan/beton dengan sistem penggantung
dari plafond hanger sekurang-kurangnya dibuat dari kawat seng diameter 4 mm dirangkap
dua setiap jarak 1,20 m, penggantung-penggantung tersebut harus dapat distel tinggi
rendahnya (dengan wortel mur) untuk mendapatkan permukaan langit-langit yang waterpas.
5.) Untuk mendapatkan bidang langit-langit yang rapi dan rata, maka bagian bawah
penggantung baja alumunium keseluruhannya harus rata dan tiap-tiap
sambungan/persilangan harus dipergunakan sesuai spesifikasi pabrik.
4. Pengawetan Dan Pengecatan Kayu
Direksi dapat memerintahkan untuk menggunakan bahan-bahan untuk mengawetkan kayu jika
dipandang perlu, yang dapat berupa minyak pengawet kayu atau pun penggunaan ter. Semua
sambungan pada ujung-ujung 2 kayu perlu mendapat perhatian khusus dan pada penyelesaian
pekerjaan, minyak pengawet kayu harus dituangkan pada sambungan-sambungan. Semua bagianbagian yang diminyaki harus diselesaikan dahulu sebelum mulai pekerjaan pengecatan dan tidak ada
satu bagianpun yang diminyaki selama atau segera setelah hujan atau selama permukaan kayu masih
basah. Diperlukan sekurang-kurangnya 48 jam berselang setiap pengunaan minyak pada bagian yang
sama. Jika digunakan ter untuk mengawetkan kayu maka bagian kayu tersebut harus kering dulu
sebelum dipasang. Untuk bagian-bagian yang nantinya tidak tertutup oleh lapisan tanah dan sebagainya
bisa dilaksanakan pengeteran setelah bangunan tersebut terpasang. Setelah pengolahan bagian-bagian
kayu dengan minyak-minyak pengawet kayu maka dapat dilapisi dengan satu lapisan menie atau bahan
- 14 -
lain yang telah disetujui. Setelah lapisan menie harus diplamur dan setelah digosok dengan amplas
dengan tiga lapis cat yang disetujui mutunya. Semua sambungan dan bagian lain yang tidak dapat
dicapai setelah pemasangan kayu konstruksi, harus terlebih dahulu diberi lapisan menie 2 kali sebelum
pemasangan. Tidak diperkenankan mencat selama permukaan kayu terpengaruh oleh air hujan atau
selama permukaan kayu atau besi basah. Setelah sekurang-kurangnya 24 jam baru lapisan cat yang
berikut dapat diberikan dan setiap lapisan cat harus kering betul sebelum yang berikutnya diberikan.
5. Pintu Jendela Kusen
a. Pintu Pintu
Daun pintu harus kuat dan dikedua sisinya dengan plywood dengan tebal paling sedikit 4 mm.
Untuk daun-daun pintu yang lain dapat dibuat sesuai dengan yang diminta oleh Direksi. Daun-daun
pintu harus dibuat sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan oleh gambar-gambar detail yang ada
hubungannya atau yang sesuai.
b. Jendela-jendela
Daun-daun jendela harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana ataupun gambar
detail. Pelaksanaan pekerjaan harus menghasilkan permukaan jadi lebih baik, halus dan harus
disetujui oleh Direksi.
c. Kusen-kusen
Kusen-kusen yang digunakan adalah kusen alumunium warna coklat sesuai gambar rencana dan
kalau tidak ditunjukkan pada gambar . Pada kusen-kusen pintu harus dipasang
Semua permukaan vertikal dari permukaan kusen yang berhubungan dengan tembok harus diberi
celah agar pengikatan kusen tersebut pada tembok dapat berjalan dengan baik. Pemasangan
kusen harus tegak lurus dengan memasang penyokong-penyokong pada sisi-sisinya sampai
penembokkan minimum sama tingginya dengan kusen tersebut.
d. Penyelesaian
Pintu-pintu, jendela dan kusen-kusen harus berukuran seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Semua permukaan yang terbuka harus rata, halus dan bebas dari cacat-cacat yang disebabkan
oleh gergajian serta siap untuk pengecatan atau lapisan-lapisan lain yang disyaratkan. Permukaan
kayu yang akan berhubungan dengan tembok harus dicat 2 kali dengan lapisan menie.
6. Pengukuran Dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran untuk segala pekerjaan yang dimintakan sesuai spesifikasi-spesifikasi ini
akan dilaksanakan menurut harga satuan yang ditawarkan dalam Bill of Quantities biaya-biaya mana
harus sudah mencakup, tetap tidak terbatas pada biaya untuk air, semen, pasir,penggolongan,
pengangkutan, penyiapan untuk penempatan, perawatan, perlindungan, penyempurnaan serta segala
pelaksanaan lainnya, prosedur-prosedur dan kebutuhan-kebutuhan yang perlu untuk menyelesaikan
pekerjaan batu sesuai spesifikasi ini.
C. PEMASANGAN KACA DAN ALAT PERLENGKAPAN PINTU / JENDELA
1. Umum
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, untuk seluruh pekerjaan kaca dan pemasangan
material/perlengkapan penggantung maupun pengunci daun pintu/daun jendela dari bahan kayu
sedemikian rupa hingga mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pengendalian pekerjaan
Semua alat perlengkapan pintu dan jendela yang akan dipakai harus sesuai dengan persyaratan NI
3 1970 pasal 48, PUBI 1982 pasal 8 serta instruksi pabrik/produsen.
- 15 -
c.
Semua peralatan kaca, penggantung dan kunci sebelum dipesan/didatangkan Kontraktor harus
menyerahkan Daftar Alat Penggantung, kunci dan master key dalam rangkap tiga dan contohcontoh material tersebut terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
Daftar tersebut harus mempunyai format sebagai berikut :
No. Referensi, Nama Barang, Nama Produsen dan No. Katalog dari bahan yang diusulkan.
2. Pemasangan Kaca
a. Persyaratan bahan
1.)
Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya mempunyai
ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses
tarik tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik, gilas dan pengembangan
(Float Glass).
2.)
3.)
Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi potongan
yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per
meter.
b.
Bahan/produk
Bahan kaca dan cermin, harus sesuai SII 0189 /7 dan PBVI 1982 dan dari produk Asahi Mas atau
produk lain yang setaraf, tebal penempatan/penggunaan untuk pintu/jendela minimal tebal 5 mm
yang berhubungan dengan luar/exterior atau sesuai dengan gambar rencana. Untuk pekerjaan
Stained Glass, semua bahan kaca warna menggunakan produk import dikombinasikan dengan
kaca bening produk lokal agar diperoleh efek maksimal dari sistem pencahayaan. Painting Glass
pada pekerjaan railing void lantai 2 menggunakan kaca tebal 8 mm dengan motif sesuai gambar
rencana.
c.
Pelaksanaan
1.) Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat
pekerjaan dalam buku ini.
2.) Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
3.) Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Perencana/Pengawas
4.) Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan dan diberi tanda
untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur. Tanda-tanda harus
dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci.
5.) Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat pemotong kaca
khusus.
6.) Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran angka, minimal 10 mm masuk kedalam alur
kaca pada kusen.
7.) Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus
digurinda/dihaluskan, hingga membentuk tembereng.
8.) Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan menggunakan
cairan pembersih kaca merk Windex.
9.) Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen, harus diisi
dengan lem silicon produk Dow Corning USA.
Warna transparent, cara pemasangan dan persiapan-persiapan pemasangan harus
mengikuti petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik.
10.) Cermin dan kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan
retak dan pecah pada sealant/tepinya, bebas dari segala noda dan bekas goresan.
- 16 -
11.)
Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat
persetujuan Pengawas/Direksi.
PEKERJAAN PENYELESAIAN/FINISHING
1. Penjelasan umum
a. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan penyelesaian baik yang berupa pelapis, penutup,
finishing/cat dan kegiatan lainnya yang dikategorikan kegiatan akhir dari suatu pembangunan
gedung.
b. Termasuk dalam pekerjaan penyelesaian finishing ini adalah penyediaan tenaga, bahan-bahan
yang diperlukan termasuk alat-alat ukur yang diperlukan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik.
2. Pekerjaan plesteran
a.
Lingkup pekerjaan
Yang dimaksud penyelesaian lantai dan dinding disini berupa seluruh pekerjaan plesteran
termasuk benangan baik untuk plester dinding pasangan batu bata maupun permukaan beton
sebagaimana ditunjuk dengan notasi seperti tercantum pada gambar rencana.
b. Bahan
1.) Sebagai bahan semen, pasir dan air untuk plesteran ini harus sama dengan kualitas seperti
yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
- 17 -
2.)
c.
Campuran (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan bebas dari
segala macam kotoran. Pasir untuk finishing harus bersih dan layak dengan ayakan ukuran #
1,2 2,00 mm.
Pelaksanaan
1.) Pekerjaan plesteran dilaksanakan pada seluruh pekerjaan tembok, permukaan beton yang
diexpose dan pasangan lain yang ditunjuk pada gambar rencana untuk dilaksanakan
plesteran.
2.) Pekerjaan plesteran dilaksanakan setelah pekerjaan atau selesai dilaksanakan tembok harus
dibasahi air sehingga betul-betul kenyang sebelum pekerjaan plesteran dimulai.
3.) Sebelum pelaksanaan plesteran tembok dilaksanakan jalur-jalur instalasi air/listrik, sudah
harus ditanam dalam tembok terlebih dahulu sesuai dengan rencana.
4.) Plesteran dinding tembok yang terlindung atau kecuali pasangan trasraam dilaksanakan
dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
5.) Semua dinding pasangan transram yang kedap air dan dinding luar yang tidak terlindung dan
permukaan beton harus diplester dengan campuran 1 Pc : 3 Ps.
6.) Pekerjaan siar (pointing) dilaksanakan pada sela-sela antara pasangan batu kali belah yang
tidak tertimbun tanah/kelihatan dengan campuran 1 Pc : 3 Ps.
7.) Semua pekerjaan plesteran harus betul-betul halus serta licin dan tidak boleh retak-retak, hal
ini dilaksanakan dengan bekisting air Portland Cement (PC)
8.) Untuk menyelesaikan sudut, sponeng-sponeng dan semua permukaan beton digunakan
perekat 1 Pc : 3 Ps. Khusus permukaan beton, sebelum diplester harus dibuat kasar dahulu.
Penyelesaian sponeng-sponeng (benangan) dilaksanakan dengan lurus dan tajam.
9.) Tebal plesteran yang dimaksud, kecuali bila dinyatakan lain adalah 15 mm dengan toleransi
minimal 12.5 mm dan maksimal 17.5 mm, bilamana ketebalan toleransi ini ternyata
dilampaui, maka dinding pasangan batu bata harus diperbaikinya.
3. Keramik
a. Lingkup Pekerjaan
1.) Pekerjaan pelapis ini dilaksanakan pada daerah luasan lantai ataupun dinding bangunan
gedung sebagaimana ditunjuk pada gambar rencana termasuk perekat/mortar atau additive.
2.) Campuran latex + cement + bahan pewarna untuk joint tile.
3.) Pemasangan ubin keramik untuk tangga.
4.) Plester kasar untuk dasar pasangan ubin keramik di dinding dan lantai.
b. Persetujuan
1.) Contoh bahan
Guna persetujuan Direksi/Perencana, Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh semua
bahan yang akan dipakai; keramik, bahan-bahan additive untuk adukan dan bahan untuk tile
grouts.
2.) Mock-up/Contoh pemasangan
Sebelum mulai pemasangan Kontraktor harus membuat contoh pemasangan yang
memperlihatkan dengan jelas pola pemasangan, warna dan groutingnya.
Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standart minimal untuk pemasangan keramik.
3.) Brosur
Jika dipandang perlu oleh Direksi/Pengawas, Kontraktor harus menyediakan brosur bahan
guna pemilihan jenis bahan yang akan dipakai.
- 18 -
c.
Bahan
1.) Pemakaian tegel keramik hasil produksi setara ROMAN, ASIA, MILAN, Mutu Tingkat I,
dengan warna dan motif akan ditentukan kemudian, secara jelas pemakaian keramik ini
dapat dilihat pada gambar rencana.
2.) Ukuran keramik tile pada masing-masing bidang lantai dapat disesuaikan dengan ukuran
yang tercantum pada gambar rencana.
3.) Tegel keramik dipasang dengan campuran 1 Pc : 3 Ps dan bahan pengisi siar berupa grout
semen berwarna/tile grout.
d. Pelaksanaan
1.) Umum dan persiapan pemasangan
a).
Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang tercantum
pada gambar adalah level finish lantai karenanya screeding dasar harus diatur hingga
memungkinkan pada tiles dengan ketebalan yang berbeda permukaan finishnya
terpasang rata.
b).
Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada
jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12
mm pada jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air bias mengalir semua tanpa
meninggalkan genangan.
c).
Permukaan beton yang akan diplester untuk penempelan ubin, harus dikasarkan dan
dibersihkan dari debu dan bahan-bahan lepas lainnya. Sebelum dilaksanakan
plesteran, permukaan ini harus dibasahkan.
d).
Penyimpangan kerataan permukaan beton tidak boleh lebih dari 5 mm untuk jarak 2
meter, pada semua arah. Tonjolan harus dibuang tekukan kedalam diisi dengan
mortir (1 : 2), sehingga plesteran dasar mempunyai ketebalan yang sama.
e).
Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar-lebar siar) harus
sama lebar maksimum 5 mm dan kedalaman 2 mm atau sesuai dengan petunjuk
Pengawas yang membentuk garis-garis sejajar atau lurus satu sama lain.
f).
Pemotongan keramik tiles harus menggunakan alat pemotong khusus dengan
persyaratan dari pabrik yang bersangkutan.
g).
Sebelum keramik dipasang terlebih dahulu direndam dalam air sampai jenuh.
h).
Kontraktor tidak boleh memulai memasang tegel dinding dan lantai, jika semua pipapipa, saluran-saluran dan sebagainya belum terpasang dan disetujui. Pengawas akan
memeriksa permukaan-permukaan yang akan dipasang tegel dan jika ada cacat atau
keadaan yang menyebabkan pemasangan tegel tidak memuaskan harus segera
diperbaiki.
2.)
Pemeriksaan :
a.) Rekatan (bond)
Ketika pelaksanaan pemasangan tile, ambil beberapa tile yang telah terpasang secara
random, untuk memastikan bahwa adukan perekat telah merekat dengan baik pada
bagian belakang tile dan tile telah terpasang dengan baik.
b.) Tennsion Test
Tension Test harus dilakukan pada pasangan ubin didinding. Test harus dilaksanakan
pada area pekerjaan tiap tukang. Test dilaksanakan tiap hari kerja dan sample diambil
secara random jika umum pemasangan sample tidak lebih dari 5 hari, kekuatan
rekatan harus minimal 3 kg/cm.
b).
2.)
Setelah pemasangan, Kontraktor harus melindungi tile lantai yang telah terpasang;
jika mungkin dengan mengunci area tersebut. Batas lalu lintas diatasnya; hanya untuk
yang penting saja.
Pembersihan
Secara prinsip permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan sikat, kain lap dan
sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak bisa dibersihkan hanya dengan air,
pembersihan memakai campuran air dengan hidrochlorida acid, perbandingan 30 : 1.
Sebelum pembersihan dengan asam, lindungi semua bagian yang memungkinkan akan
berkarat atau rusak oleh asam.
Setelah dibersihkan dengan asam ini, bersihkan area ini dengan air biasa, hingga tidak ada
campuran asam yang tersisa.
4. Pengecatan
a. Ketentuan-ketentuan umum
1.) Bagian ini meliputi pengadaan cat dan pengecatan serta penyelesaian pada semua
permukaan khususnya untuk bangunan gedung baik untuk permukaan tembok/plesteran,
langit-langit, kayu dan besi dari permukaan yang paling sempit sampai kepermukaan yang
paling luas.
2.) Semua cat harus dipergunakan dan dipulas betul-betul sesuai dengan instruksi pabriknya,
termasuk dempul, plamur dan cat dasarnya harus dikeluarkan dari pabrik yang sama. Dalam
pelaksanaannya dilarang mencampurkan bahan-bahan lain ke dalam cat jika tidak
disarankan oleh pabrik cat atau instruksi dari Pengawas dan Perencana.
b. Daftar bahan-bahan
Setelah kontrak ditandatangani, Kontraktor harus secepatnya, tapi tidak kurang dari 1 (satu) bulan
sebelum memulai pekerjaan pengecatan, mengajukan daftar dari semua bahan-bahan yang akan
dipakai untuk pekerjaan pengecatan kepada Pemberi Tugas/Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
c.
Standart :
PUBI
= 54,58 1982
NI
= 4
ASTM
= D 361
AS K 41
d. Persetujuan
1.)
Standart Pengerjaan (Mock Up)
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh
Direksi/Pengawas.
Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada bidangbidang transparan ukuran 30 x 30 cm. Dan pada bidang-bidang tersebut harus
dicantumkan dengan jelas warna, formika cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari
cat dasar sampai dengan lapisan akhir).
- 20 -
Pelaksanaan
1.) Pekerjaan cat dinding
a).
Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan
dan/atau bagian-bagian lain ditentukan gambar.
b).
Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak ada retakretak dan Kontraktor meminta persetujuan kepada Pengawas.
c).
Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan lapisan
plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang warna.
d).
Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance sealer
yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis emulsion dengan kekentalan cat sebagai
berikut :
Lapis I encer (tambahan 20 % air)
Lapis II kental
Lapis III encer
f).
Untuk warna-warna yang sejenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng
dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.
g).
Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin,
tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoranpengotoran.
2.)
3.)
c).
d).
4.)
5.)
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
A. PEKERJAAN LISTRIK SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan semua tenaga pekerjaan, bahan dan peralatan, pemasangan,
penyambungan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan untuk pekerjaan listrik. Tegangan
rendah di
2. Gambar-Gambar Rencana
Gambar-gambar rencana elektrikal menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan-peralatan
seperti : panel, jalur kabel, lampu dan lain-lain. Penyesuaian harus dilakukan di lapangan karena
keadaan sebenarnya dari lokasi, jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi lapangan.
Gambar-gambar kerja (shop drawing)
Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja (shop drawings) yang menunjukkan tata letak
pemasangan yang lengkap, dimensi-dimensi dari peralatan, detail-detail dan sebagainya. Gambargambar kerja dan juga katalog, brosur dan tipe peralatan yang akan dipasang harus diserahkan
kepada Pengawas untuk disetujui. Shop Drawing harus sudah diserahkan kepada Pengawas 14
hari sebelum pemasangan.
- 22 -
b.)
2.)
3.)
Phase
: merah, kuning dan hitam
Netral
: biru
Ground
: hijau kuning
Kabel harus buatan pabrik dalam negeri seperti Supreme, kabel metal atau
Kabelindo atau Tranka atau Sucaco.
Kabel TR tanpa pelindung pita baja
Tipe
: NYY
Standart
: SII 0211-78
SPLN 43-1, 1981
Konstruksi
Berinti tiga, empat atau lima, konduktor dari bahan tembaga solid atau standart,
bentuk bulat atau sektoral, insulasi PVC, selubung sebelah dalam dari PVC dan
selubung terluas dari PVC masing-masing inti harus mengikuti kode warna dalam
PUIL 87 sebagai berikut :
Phase
: merah, kuning dan hitam
Netral
: biru
Ground
: hijau kuning
Kabel harus buatan pabrik dalam negeri seperti Supreme, kabel metal atau
Kabelindo atau Tranka atau Sucaco.
e.)
f.)
g.)
Sakelar Dinding
Sakelar biasa harus dari satu tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe Rocker
mempunyai rating 220 Volts 10 Ampere dari jenis single gang atau double gang atau
multiple gang (Grid switches).
Merk yang boleh dipakai adalah Clipsal atau setara. Dipasang 150 cm dari lantai.
Kotak untuk Sakelar dan Kotak Kontak
Kotak harus dari bahan baja dengan kedalaman minimal 35 mm. Kotak dari metal
harus mempunyai terminal penatanahan. Sakelar atau kotak kontak terpasang pada
kotak (box) dengan menggunakan baut.
Pemasangan dengan cakar yang mengembang tidak diperbolehkan.
Kabel Instalasi
Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak harus kabel inti
tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA atau NYY).
Kabel harus mempunyai penampang minimum 2,5 mm 2.
Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan dalam PUIL sebagai berikut :
Fasa
- R
: merah
Fasa
- S
: kuning
Fasa
- T
: hitam
Netral
: biru
Tanah (Ground)
: hijau dan kuning
Kabel merupakan produk Supreme, Kabelindo atau setara.
b. Konstruksi
1.) Sakelar dan Receptacles Dinding
Kecuali tercatat atau dipersyatratkan lain, tinggi pemasangan kotak sakelar dinding harus
150 cm dan untuk kotak receptacles dinding harus 150 cm dari permukaan lantai.
Dimana ada lebih dari lima sakelar dinding atau Receptacles ditunjuk pada tempat yang
sama, maka dua deret kotak kontak tunggal, ganda atau multigang sesuai dengan
kebutuhan harus dipasang satu diatas yang lain, dan titik tengah deretan-deretan tersebut
harus berada 1,50 m diatas permukaan lantai.
Kotak kontak outlet dekat pintu atau jendela harus dipasang 20 cm dari pinggir kusen pada
sisi kunci seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar Arsitektur, kecuali ditunjukkan lain oleh
Pengawas.
2.)
- 25 -
c.
3.)
4.)
Pull Box
Kecuali dipersyaratkan lain semua Pull Box harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan
sama dengan kotak-kotak outlet, kecuali harus diperlengkapi dengan penutup kosong.
Pemasangan
1.) Pemasangan Lampu-lampu
a.) Semua fixture penerangan dan perlengkapan-perlengkapan harus dipasang oleh
tukang-tukang yang berpengalaman dengan cara yang harus disetujui Pengawas
seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
b.) Pada daerah yang tidak memakai ceiling pemasangan lampu menempel pada kanal
yang dipasang lengkap dengan penggantungnya.
c.)
Pada waktu diselesaikan pemasangan fixture penerangan, semua harus siap untuk
bekerja dengan baik dan berada dalam kondisi sempurna serta bebas dari semua
cacat/kekurangan.
d.) Semua fixture dan perlengkapan harus bersih bebas dari debu, plastes dan lain-lain.
Semua reflector, kaca, panil pinggir atau bagian-bagian lain yang rusak sebelum
pemeriksaan akhir harus diganti oleh Pemborong tanpa biaya tambahan dari Pemilik.
- 26 -
SPESIFIKASI BAHAN
Dinding luar
Dinding dalam
Bahan beton
Kusen
Kayu
Bahan Penutup Kap Atap
Bahan Kunci Dan Penggantung
Cat-catan
Bahan Sanitasi
Keramik
Instalasi listrik
SUPRIYANTO
Direktur
- 27 -