Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PELAKSANAAN PROYEK
6.1 Uraian Umum
Dalam sebuah proyek pembangunan, manajemen yang baik sangat diperlukan
khususnya Manajemen Konstruksi yang sangat berpengaruh terhadap proses
konstruksi. Manajemen Konstruksi ada untuk mengelola dan mengawasi
pelaksanaan

pekerjaan

agar

mendapatkan

hasil

yang

baik.

Untuk

mendapatkan hasil yang maksimal, Manajemen Konstruksi melakasanakan


beberapa tahapan yaitu memonitoring, mengawasi, menilai dan mengevaluasi
pekerjaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan
pengawasan dapat berakibat hasil konstruksi tidak sesuai dengan rencana
awal. Dalam sub bab dibawah ini akan dijelaskan mengenai bagaimana
pelaksanaan Manajemen Konstruksi dalam sebuah proyek pembangunan.
6.2 Pelaksanaan Manajemen Konstruksi Pada Proyek
Menurut Soehendradjati, (1987) Manajemen Konstruksi adalah kelompok
yang menjalankan fungsi manajemen dalam proses konstruksi (tahap
pelaksanaan), suatu fungsi yang akan terjadi dalam setiap proyek konstruksi.
Pelaksanaan Manajemen Konstruksi yang baik dan sesuai prosedur maka
akan menghasilkan konstruksi yang bagus. Pelaksanaan Manajemen
Konstruksi dalam sebuah proyek pembangunan yaitu :
1. Memonitoring setiap pekerjaan
2. Mengawasi setiap pekerjaan
3. Menilai hasil pekerjaan
4. Mengevaluasi hasil pekerjaan
6.3 Pelaksanaan Manajemen Konstruksi Pada Tiap Pekerjaan
Dalam setiap pekerjaan konstruksi butuh Manajemen Konstruksi yang baik
agar hasil yang didapatkan maksimal. Pelaksanaan Manajemen konstruksi
sangat diperlukan saat pekerjaan proyek dilakukan. Yang dilakukan MK saat
pekerjaan dilaksanakan adalah :
a. Memonitoring Pekerjaan Pekerjaan Atas (Kolom, Balok, Plat, Tangga dan
Shearwall) Kolom, balok, plat, tangga dan shearwall adalah bagian-bagian
penting dalam sebuah bangunan. Tanpa adanya kolom, balok, plat, tangga
dan shearwall maka bangunan tidak akan berdiri dengan kokoh. Kelima
komponen pekerjaan konstruksi tersebut dikerjakan oleh Kontraktor
(pelaksana) dan MK (pengawas). Dalam pelaksanaan pekerjaan teresbut

dibutuhkan Manajemen Konstruksi yang baik agar hasil yang didapatkan


maksimal dan sesuai rencana. Pelaksanaan MK untuk memonitoring
pekerjaan kolom, balok, plat, tangga dan shearwall dilakukan dari awal
pekerjaan

hingga

akhir

pekerjaan.

Monitoring

dilakukan

untuk

meminimalisir kesalahan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kontraktor.


Apabila pihak kontraktor melakukan sedikit kesalahan khususnya kelima
pekerjaan

diatas,

maka

pihak

MK

wajib

memberitahu

untuk

membenarkan pekerjaan agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan


rencana. Dalam memonitoring pekerjaan, pihak MK akan memonitoring
dari mulai membuat bekisting, memasang tulangan hingga melakukan
pengecoran. Semua itu akan dimonitoring oleh MK agar apa yang
dikerjakan oleh kontraktor sesuai rencana.
b. Mengawasi Pekerjaan Atas (Kolom, Balok, Plat, Tangga dan Shearwall)
Kolom, balok, plat, tangga dan shearwall adalah bagian-bagian penting
dalam sebuah bangunan. Tanpa adanya kolom, balok, plat, tangga dan
shearwall maka bangunan tidak akan berdiri dengan kokoh. Kelima
komponen pekerjaan konstruksi tersebut dikerjakan oleh Kontraktor
(pelaksana) dan MK (pengawas). Dalam pelaksanaan pekerjaan teresbut
dibutuhkan Manajemen Konstruksi yang baik agar hasil yang didapatkan
maksimal

dan

sesuai

rencana.

Selain

memonitoring

pekerjaan,

pelaksanaan MK dalam sebuah proyek konstruksi adalah mengawasi


pekerjaan. Setelah melakukan monitoring pekerjaan, maka pihak MK
akan mengawasi pekerjaan yang sudah dimonitoring. Untuk pekerjaan
kolom, balok, plat, tangga dan shearwall pengawasan dari pihak MK
adalah sama. Pengawasan dilakukan agar pekerjaan-pekerjaan yang
dikategorikan salah dan tidak sesuai dengan rencana tidak dilakukan.
Pengawasan pekerjaan tersebut dilakukan mulai oleh pihak MK mulai
dari pembuatan bekisting, pemasangan tulangan hingga pelaksanaan
pengecoran. Pihak MK akan mengawasi setiap detail pekerjaan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
c. Menilai Hasil Pekerjaan Atas (Kolom, Balok, Plat, Tangga dan Shearwall)
Kolom, balok, plat, tangga dan shearwall adalah bagian-bagian penting
dalam sebuah bangunan. Tanpa adanya kolom, balok, plat, tangga dan

shearwall maka bangunan tidak akan berdiri dengan kokoh. Kelima


komponen pekerjaan konstruksi tersebut dikerjakan oleh Kontraktor
(pelaksana) dan MK (pengawas). Dalam pelaksanaan pekerjaan teresbut
dibutuhkan Manajemen Konstruksi yang baik agar hasil yang didapatkan
maksimal dan sesuai rencana. Selain memonitoring dan mengawasi
pekerjaan, pelaksanaan MK dalam sebuah proyek konstruksi adalah
menilai hasil pekerjaan khususnya pekerjaan atas yaitu kolom, balok, plat,
tangga dan shearwall. Setelah pekerjaan selesai dilakukan MK akan
menilai pekerjaan tersebut. Akan tetapi sebelum dilakukan pengecoran
penilaian dapat dilakukan saat pihak MK melakukan ceklist pekerjaan.
Dalam ceklist tersebut dapat dinilai hasil pekerjaan sebelum pengecoran.
Penilaian pekerjaan tersebut dilihat dari kerapian pekerjaan (bekisting,
dan penulangan), dimensi atau ukuran pekerjaan, dan jumlah tulangan .
Dan setelah pelaksanaan pengecoran, penilaian juga dapat dilakukan
kembali dengan melihat kerapian dan kekuatan pekerjaan kolom, balok,
plat, tangga dan shearwall setelah pengecoran.
d. Mengevaluasi Pekerjaan Atas (Kolom, Balok, Plat, Tangga dan
Shearwall) Kolom, balok, plat, tangga dan shearwall adalah bagian-bagian
penting dalam sebuah bangunan. Tanpa adanya kolom, balok, plat, tangga
dan shearwall maka bangunan tidak akan berdiri dengan kokoh. Kelima
komponen pekerjaan konstruksi tersebut dikerjakan oleh Kontraktor
(pelaksana) dan MK (pengawas). Dalam pelaksanaan pekerjaan teresbut
dibutuhkan Manajemen Konstruksi yang baik agar hasil yang didapatkan
maksimal dan sesuai rencana. Selain memonitoring, mengawasi dan
menilai pekerjaan, pelaksanaan MK dalam sebuah proyek konstruksi
adalah mengevaluasi hasil pekerjaan khususnya pekerjaan atas yaitu
kolom, balok, plat, tangga dan shearwall. Setelah pekerjaan selesai yang
dilakukan MK akan mengevaluasi pekerjaan tersebut. Evaluasi pekerjaan
tersebut dilihat dari kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan (jumlah
pekerja) dan efisiensi waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan. Tidak lupa juga evaluasi dalam pekerjaan kolom, balok, plat,
tangga dan shearwall dilihat dari dimensi yang dibuat, apakah sesuai dan
efektif dalam pelaksanaannya

6.4 Pelaksanaan Pekerjaan Proyek


Pelaksanaan pekerjaan yang benar dan sesuai dengan prosedur dalam sebuah
proyek konstruksi akan menghasilkan konstruksi yang bagus. Pelaksanaan
pekerjaan dilakukan oleh kontraktor (pelaksana) dimana nantinya pekerjaan
tersebut akan diawasi dan dievaluasi oleh MK. Pelaksanaan pekerjaan dalam
6.4.1

sudut pandang MK meliputi beberapa hal,yaitu :


Metode pelaksanaan pekerjaan proyek
Pekerjaan yang diamati ini meliputi pekerjaan struktur atas (upper structure)
yang meliputi kolom, balok, pelat lantai, dinding, dan tangga.
6.2.1

Pekerjaan Kolom
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
untuk memikul beban vertikal, beban horizontal, maupun beban momen, baik
yang berasal dari beban tetap maupun beban sementara. Dimensi kolom yang
dirancang bervariasi menurut beban yang diterima. Semakin besar bebanya,
maka bisa semakin besar dimensi kolom yang digunakan. Beban tersebut
antara lain beban mati berupa beban berat sendiri, beban akibat balok dan plat
lantai serta beban hidup.
Konstruksi kolom pada proyek ini terbuat dai beton bertulang,
perencanaan kolom menggunakan D10, D13, D22, dan D25 mm. Beton yang
digunakan untuk kolom menggunakan mutu beton Fc35,40,dan 45, dengan
slump rencana 10 2 cm.
Untuk dimensi kolom, semakin ke atas dimensinya akan diperkecil. Akan
tetapi tidak berarti bahwa pada setiap perubahan lantai akan terjadi perubahan
dimensi. Hal ini dapat dilihat pada pemasangan tulangan kolom untuk tiap
lantai sebagai berikut :
a.
Maksud dari pengecilan dimensi kolom ini yaitu untuk mengurangi beban
sendiri dari struktur, yang dimana pengurangan dari dimensi kolom tidak
akan mempengaruhi kekuatan dan kekokohan struktur.
Pekerjaan kolom melibatkan beberapa kegiatan antara lain menentukan as
kolom, penulangan kolom, pembuatan bekisting kolom, pemasangan
bekisting kolom, pengecoran kolom, pembongkaran bekisting kolom, dan

perawatan kolom.
6.2.1.1 Penentuan as kolom

Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran dan


pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai
dasar penentuan letak kolom. Cara penentuan as-as kolom pada lantai ground
adalah menggunakan alat theodolith, yaitu dengan menentukan letak as awal
dan kemudian dibuat as- as yang lain dengan mengikuti jarak yang telah
disyaratkan dalam perencanaan awal. Letak as-as ini harus dikontrol karena
ada kemungkinan satu dan lain hal, as-as tersebut berubah dari yang telah
dibuat. Garis bantu berupa marking lurus pada pelat lantai membantu dalam
penentuan as kolom ini. Marking ini menggunakan benang atau kapur yang
berwarna hitam sehingga saat disentuhkan ke plat akan membentuk garis.
6.2.1.2 Pembuatan tulangan kolom
Langkah pekerjaan pembuatan tulangan kolom adalah sebagai berikut :
A. Tulangan dengan ukuran yang sesuai dengan gambar kerja (shop drawing)
didatangkan oleh pihak-pihak logistik ke lokasi proyek sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan dilapangan.
B. Pemotongan tulangan dilakukan denga bar cutter dan pembengkokan
tulangan dilakukan dengan bar bender di area pabrikasi
C. Pembengkokan tulangan dilakukan sesuai dengan ketentuan standar
pendetailan tulangan yang telah ditetukan
D. Pemotongan tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi kolom perlantai
bangunan ditambah dengan panjang penyaluran tulangan untuk keperluan
penyambungan tulangan. Penyempitan bagian bawah tulangan sepanjang
panjang penyaluran dilakukan untuk memudahkan penyambungan
tulangan kolom tiap lantai
E. Pengikat tulangan sengkang dan tulangan utama kolom dilakukan dengan
menggunakan kawat bendrat
6.2.1.3 Pemasangan tulangan kolom
Tulangan utama kolom yang digunakan pada proyek ini bervariasi sesuai
dengan gambar rencana dari konsultan perencana. Diantaranya tahapan
pekerjaan pemasangan tulangan kolom antara lain :
A. Pengangkatan tulangan dari area pabrikasi dibawa dengan alat bantu tower
crane
B. Pemasangan tulangan dilakukan dengan cara menyambungkan dengan
bantuan para pekerja yang berada dilokasi yang akan dilakukan
pemasangan tulangan

C. Apabila tulangan sudah kuat atau kokoh, dengan penambahan suport


kolom maka kita lepaskan tulangan tersebut dari tower crane
D. Pada bagian luar tulangan kita gunakan beton decking untuk selimut beton
6.2.1.4 Pembuatan bekisting kolom
Adapun langkah-langkah pembuatan bekisting kolom dengan cara panel dan
konvensial antara lain :
A. Panel
1. Ukuran panel yang akan digunakan sudah sesuai dengan yang
direncanakan
2. Menjaga kerapatan antar panel agar tidak terjadi kebocoran pada
pertemuan antar panel
3. Olesi panel dengan minyak pelumas agar dihasilkan permukaan kolom
yang halus dan juga akan mempermudah dalam pembongkaran
bekisting
B. Konvensional
1. Menjaga kebersihan permukaan polywood sebelum digunakan harus
2.

dibersihkan terlebih dahulu


Olesi polywood dengan minyak pelumas agar dihasilkan permukaan
kolom yang halus dan tidak berlubang-lubang dan juga akan

mempermudh dalam pembongkaran bekisting


6.2.1.5 Pemasangan bekisting
Setelah tulangan sudah selesai dipasang dan bekisting telah selesai
dikerjakan di los kerja, maka langkah selanjutnya yaitu pemasangan
bekisting. Satu set bekisting untuk kolom biasanya mempunyai tinggi 3m.
Bekisting diangkat dengan tower crane dari los kerja menuju lokasi
pemasangan. Urutan pemasangan bekisting kolom adalah sebagai berikut :
A. Lakukan pengecekan apakah bekisting yang akan digunakan sudah bersih
dan siap untuk digunakan
B. Pemindahan bekisting ke

lokasi

yang

telah

disiapkan

dengan

menggunakan tower crane


C. Tempatkan bekisting kolom pada posisi kolom yang akan di cor dengan
tepat
D. Apabila telah berada di posisi yang benar maka dilakukan pengencangan
tie rut yang berada corner tie holder
E. Setelah bekisting kolom berada pada posisi yang benar dilakukan
pemasangan adjustable push pull props pada base plate dikedua sisi kolom

F. Check posisi vertikal bekisting terhadap as kolom sehingga tidak terjadi


kemiringan bekisting kolom. Pemasangan unting-unting pada kedua sisi
bekisting berfungsi untuk mengecek posisi vertikal bekisting
6.2.1.6 Pengecoran kolom
Pengecoran kolom dilakukan dengan 2 metode kerja :
A. Konvensional
menggunakan bucket dengan bantuan alat tower crane. Urutan pengecoran
kolom adalah sebagai berikut :
1. Concrete bucket dan pipa tremi disiapkan dengan terlbih dahulu
membersihkannya agar mempermudah pelaksanaan pengecoran
2. Beton dituang kedalam bucket dimana tutup bucket harus dalam
keadaan tertutup agar beton tidak tumpah selama proses pengangkutan
beton dari tempat penuangan beton ke lokasi pengecoran.
3. Pemindahan bucket yang berisi beton dari lokasi penuangan beton ke
lokasi pengecoran dengan menggunkan tower crane
4. Pada lokasi pengecoran, tutup bucket dibuka dan beton dituang
kedalam bekisting dengan menggunakan pipa tremi
5. Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan. Beton dituang
sedekat-dekatnya dengan tujuan akir untuk mencegah terjadinya
pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan didalam cetakan
6. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat concreat vibrator.
Pemadatan ini dilakukan untuk mengeluarkan rongga-rongga udara
yang ada didalam adukan semen. Penggetaran beton harus dilakukan
dengan baik dan benar agar menghasilkan kekuatan dan mutu beton
yang sesuai dengan yang di inginkan. Kesalahan dalam pengecoran
beton akan mengakibatkan penurunan mutu beton. Penggetaran beton
perlu dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Masukan vibrator kedalam cor beton yang masih bersifat plastis secara
cepat, akan tetapi angkat vibrator setelah pemadatan dengan lambat
b. Vibrator akan menghasilkan radius getaran. Radius getaran ini harus
menyetuh seluruh area permukaan beton yang akan di cor, sehingga
masing-masing radius getaran saling menutup menyelimuti seluruh
permukaan beton yang di cor
c. Kedalaman batang vibrator harus menjangkau dasar cor beton, akan
tetapi jangan menyentuh cetakan beton ( bekisting ).
d. Dengan keadaan beton yang tidak terlalu encer sebaiknya pemadatan
beton dilakukan 5-15 detik. Pemadatan dengan vibrator lebih lama jika

adukan beton yang dituang lebih kental atau nilai slum nya rendah.
Pemadatan dengan waktu yang terlalu singkat atau pemadatan dengan
wajtu yang terlalu lama tidak diperbolehkan. Pemadatan dengan waktu
yang sangat singkat dapat menyebabkan beton keropos.
B. Semi otomatis
Metode pelaksanaan pengecoran dengan semi otomatis ini hampir sama
dengan metode pelaksanaan secara manual, yang membedakan metode ini
yaitu alat yang digunakan pada saat pengecoran. Pada saat konvensional
alat yang digunakan yaitu bucket, sedangkan pada saat semi otomatis alat
yang digunakan yaitu pompa.
C. Pengawasan kontinyu terhadap pelaksanaan pengecoran
6.2.1.7 Pembongkaran bekisting kolom
Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap
mulai mengeras. Pada proyek Podomoro city deli medan ini bekisting kolom
dilepas sekitar 12 jam setelah proses pengecoran. Proses pembongkaran
bekisting kolom adalah sebagai berikut :
A. Pembongkaran bekisting kolom dilakukan dengan menggunakan alat
tower crane
B. Pembongkaran dilakukan dengan terlebih dahulu melepas push pull props
dari base plate
C. Pengendoran wing nut yang terdapat pada corner tie holder, setelah itu
bekisting pada keempat sisi kolom di geser kearah luar kolom
D. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan dengan
menggunakan tower crane. Proses pengangkatan ini harus dilakukan
dengan sangat hati-hati untuk mencegah cacatnya hasil pengecoran.
6.2.1.8 Perawatan setelah pengecoran
Setelah selesai melakukan pembongkaran bekisting, perlu dilakukan
perawatan dengan cara curring dengan menggunakan air.
6.2.2

Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


Pekerjaan balok dan plat lantai dilaksanakan setelah pekerjaan kolom selesai.
Pekerjaan balok dn plat lantai meliputi beberapa kegiatan antara lain penentuan as
balok dan plat lantai, fabrikasi bekisting balok dan plat lantai, pemasangan bekisting
balok dan plat lantai, pembesian balok, pembesian plat lantai, pengecoran balok dan
plat lantai, serta pembongkaran bekisting balok dan plat lantai.

6.2.2.1 Penentuan elevasi balok dan plat lantai


Penentuan elevasi balok dan plat lantai harus dilakukan secara
cermat dan teliti, agar menghasilkan elevasi yang sama dalam
pembuatan balok dan plat lantai. Penentuan ini dilakukan
dengan mengukur dari kolom yang telah di labeling. Ada
beberapa langkah untuk menentukan elevasi balok dan plat
lantai :
A. Mengukur setinggi 1,00 m dari dasar kolom dan diberikan
kode pada kolom tersebut
B. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang
lain juga diberikan kode elevasi 1,00 m dari dasar kolom
C. Dari kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang diinginkan
sebagai elevasi dasar bekisting balok
D. Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut diukur
setinggi ketinggian balok sebagai elevasi dasar bekisting
plat lantai
6.2.2.2 Pembuatan bekisting balok
Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai adalah
sebagai berikut :
A. Memasang jack base (JB)
B. Memasang main frame (MF)
C. Memasang cross brace (CB)
D. Memasang U head
E. Memasang girder GT24 arah memanjang
F. Memasang balok engkel 6/12-2m (balok suri-suri)
G. Memasang bottom form
H. Memasang side form
I. Memasang beam clamp
J. Memasang stronger beam
K. Memasang girder GT24 arah memanjang
L. Memasang girder GT24 posisi melintang diatas girder
GT24 arah memanjang
M. Memasang polywood
6.2.2.3 Penulangan balok
Pada proyek ini, dimensi dan penulangan balok sangat
bervariasi dan dapat dilihat dalam gambar kerja. Pelaksanaan
penulangan balok dilakukan sebagai berikut :
A. Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah
ditentukan dari kode elevasi pada kolom. Tidak lupa pula
dengan memperhitungkan tebal selimut beton

B. Tulangan atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya


pada tulangan kolom, sedangkan sengkang dimasukan
kedalam tulangan balok satu persatu dan di ukur jarak tiap
sengkang
C. Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya
dimana jarak pada tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak
pada lapangan. Sengkang diikat dengan kawat bendrat.
Pasang beton decking pada bagian bawah serta samping
untuk selimut beton
6.2.2.4 Pembuatan bekisting plat lantai
Tahapan pembuatan bekisting plat lantai adalah sebagai
berikut:
A. Penyusunan scaffolding sebagai penyangga terhadap lantai
dibawahnya sebelum scaffolding didirikan, buatlah dasaran
(base) yang cukup rata dan kokoh misal dengan
menggunakan papan dan kayu untuk bawahnya yang
kurang rata.
B. Setelah sejumlah scaffolding berdiri, dilanjutkan dengan
kaso untuk penyangga polywood
C. Setelah semua penyangga terpasang

dengan

baik,

dilanjutkan dengan pemasangan polywood sebagai tahapan


akhir bekisting
6.2.2.5 Pembesian plat lantai
Tahapan pekerjaan pembesian plat lantai :
A. Menyiapkan tulangan sesuai dengan shop drawing.
Tulangan dari area pabrikasi akan diangkat dengan tower
crane ke lokasi rencana plat lantai
B. Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan
bawah maka diberi tulangan cakar ayam diletakan antara
tulangan atas dan tulangan bawah
C. Untuk menjaga agar besi tidak menempel dengan bekisting
maka diberi beton decking
6.2.2.6 Pengecoran balok dan plat lantai
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan,
dilakukan hal-hal seperti dibawah ini :
A. Pemeriksaan bekisting

maka

perlu

Posisi dan kondisi bekisting harus di cek lagi apakah sudah


sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus lurus
sesuai dengan as nya, tegak dan tidak bocor. Bekisting juga
harus kuat, terpasang dengan kokoh agar tidak bergeser
karena getaran dan tekanan adukan beton selama proses
pengecoran.
Mengingat pentingya pemeriksaan ini, maka tidak boleh
ditunda sampai mendekati waktu pengecoran. Pemeriksaan
ini meliputi:
1. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi)
2. Kemungkinan elevasi tidak tepat,

pengecekan

menggunakan waterpass
3. Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang
horizontal maupun vertikal
4. Kebersihan lokasi pengecoran, sehingga pembersihan
permukaan bekisting serta tulangan harus benar-benar
dijaga. Untuk membersihkan kotoran yang ringan
menggunakan kompressor, sedangkan untuk kotoran
yang bersifat berat seperti potongan kawat bendrat atau
logam lainya menggunakan potongan magnet yang
didekatkan sehingga menempel dan diambil
5. Pemeriksaan sambungan bekisting
6. Pemeriksaan perkuatan bekisting
7. Jarak beton decking
B. Pemeriksaan penulangan
Pekerjaan penulangan harus sudah selesai dan diperiksa
sebelum

pelaksanaan

pengecoran.

Pemeriksaan

pemasangan tulangan dimaksudkan untuk mengetahui


ukuran, ketepatan letak, dan jumlah tulangan, serta
pengaitan
konstruksi

antar
beton

tulangan,
yang

sehingga
sesuai

akan

dengan

terbentuk
spesifikasi.

Pemeriksaan ini bekaitan dengan :


1. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama
2. Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang
3. Pemeriksaan penyambungan tulangan
4. Pemeriksaan kekuatan kawat bendrat

5. Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat, serta


bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya rekatan
Pelaksanaan pengecoran balok dan plat lantai adalah
sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan pengecoran antara beton baru
dengan beton lama diberi calbond (lem beton) terlebih
dahulu agar pengecoran dapat lebih lengket
2. Untuk pelaksanaan pengecoran balok, plat lantai
digunakan concrete pump yang menyalurkan beton
ready mix dan truck mixer ke lokasi pengecoran,
dengan

menggunakan

pipa

pengecoran

yang

disambung-sambung menggunakan klem


3. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis sampai
memenuhi tebal plat yang direncanakan. Apabila sudah
sampai elevasi yang tinggi, yang tidak mungkin lagi
pengecoran langsung menggunakan concrete pump,
maka

pengecoran

dilakukan

dengan

bucket

cor

dilengkapi dengan selang tremie yang diangkat dengan


tower crane
4. Beton dipadatkan dengan concrete vibrator dengan
maksud agar terbentuk beton yang benar-benar padat,
proses penggetaran tidak boleh terlalu lama, bila adukan
beton sudah terlihat agak mengeluarkan air (air semen
sudah

memisah

dengan

agregat)

maka

vibrator

dipindahkan ke titik lain


5. Adukan kemudian diratakan dengan menggunakan
penggaruk dan cangkul
6. Setelah itu adukan diratakan dengan jidar (kayu perata)
sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan. Tinggi
peil

dicek

dengan

waterpass

atau

jika

sudah

menggunakan bantuan relat peil maka permukaan lantai


sudah dianggap rata.
Pengecoran plat lantai, balok dan kolom harus monolit.
Dengan cara stop cor pada kolom yaitu tepat di elevasi

dasar bekisting balok dan plat, dianjurkan dengan


pengecoran pada balok dan plat lantai, dengan
penjangkaran antara tulangan balok dan tulangan kolom
ikut tercor sehingga terjadi hubungan yang monolit
antara plat lantai, balok, dan kolom
6.2.2.7 Pembongkaran bekisting
Pelepasan bekisting balok dan plat lantai dapat dilakukan
setelah 7 hari, jika diatasnya tidak terdapat pekerjaan yang
menumpu pada struktur balok atau plat tersebut. Pelepasan
dimulai dengan menggendurkan jack base atau U-head jack
pada susunan scaffolding penyangga bekisting balok dan
kolom. Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan balom kaso
dan diakhiri dengan pelepasan polywood yang menempel pada
beton. Pelepasan tersebut biasanya menggunakan alat inggris
untuk mempermudah pengerjaanya.
6.2.2.8 Perawatan beton setelah pembongkaran
Setelah selesai melakukan pembongkaran bekisting, perlu dilakukan
perawatan dengan cara curring dengan menggunakan air.
6.3 Permasalahan pada Pelaksanaan Proyek

Anda mungkin juga menyukai