Anda di halaman 1dari 16

Bab 1.

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan


peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian
hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga tahun 2020.
Jumlah ini akan terus meningkat sejalan dengan visi PLN 75/100. Artinya pada hari
kemerdekaan yang ke-75, listrik di seluruh Indonesia sudah terpenuhi 100 persen. Jadi
mimpi PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional pada tahun 2020 diharapkan
akan terealisasi.

Konsumsi listrik Indonesia yang begitu besar akan mejadi suatu masalah bila dalam
penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan. Kebijakan-kebijakan yang diambil PLN
sebagai BUMN penyedia energi listrik semakin menunjukkan bahwa PLN sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan listrik nasional. Bahkan PLN sampai melakukan
pencarian sumber-sumber pendanaan melalui penerbitan obligasi untuk menunjang
kegiatan operasional dan memenuhi kebutuhan listrik nasional hingga 10 tahun
mendatang.

Untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan listrik, dapat dilakukan dengan pembuatan


pembangkit baru yang memiliki daya yang mampu untuk memenuhi kebutuhan listrik
nasional yang semakin besar. Energi nuklir saat ini merupakan energi yang sangat
berpengaruh dalam produksi listrik berbagai negara di atas bumi ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas masalah yang ingin diangkat penulis adalah:
1. Apakah PLTN dapat menjawab masalah energi di Indonseia?
2. Bagaimana Pengolahan Uranium sebagai bahan bakar PLTN?
3. Bagaimana Potensi Cadangan Uranium di Indonesia dan Dunia?

1
C. Tujuan
1. Menjelaskan lebih mendetail tentang PLTN,
2. Menjelaskan pengolahan Uranium,
3. Menjelaskan Potensi Cadangan Uranium di Indonesia dan dunia.

D. Maksud
1. Memberikan penjelasan tentang PLTN,
2. Memberikan penjelasan mengenai pengolahan Uranium kepada
masyarakat,
3. Menjelaskan Potensi Cadangan Uranium Indonesia dan Dunia.

2
Bab II. Tinjauan Pustaka

Sejak Lisa Meitner dan Otto Frisch berhasil menemukan proses pembelahan inti uranium
pada 1939 dan bersama Otto Hahn dan F Strassman menemukan metode untuk menghasilkan
energi dari proses tersebut, hasil itu kemudian dikembangkan menjadi reaktor nuklir pertama.
Uranium sendiri adalah salah satu unsur di alam yang dapat ditemui di mana saja di
bebatuan pegunungan atau pantai bahkan dapat ditemukan dalam makanan dan tubuh manusia
dalam konsentrasi kecil. Namun uranium juga dapat menumpuk dalam suatu deposit akibat
proses geologi Meski uranium di alam seperti juga batubara, minyak dan gas bumi terbatas
jumlahnya, namun perkembangan teknologi mutakhir bisa membuat uranium menjadi efisien.
Reaktor daya saat ini dibangun atas dasar proses fissi uranium-235 yang kadarnya dalam
uranium hanya sekitar 0,7 persen, sangat kecil. Namun dengan menggunakan metode
konversi, thorium alam (Th-232) dapat diubah menjadi uranium-233 yang juga dapat
digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor daya.
Uranium-238 yang merupakan hampir seluruh materi uranium alam dan tidak bisa
membelah seperti uranium-235, melalui metode pembiakan, dengan neutron termal juga dapat
diubah menjadi plutonium-239 yang juga bisa digunakan sebagai bahan bakar reaktor daya.
Reaktor nuklir adalah tempat/perangkat dimana reaksi nuklir berantai dibuat, diatur dan
dijaga kesinambungannya pada laju yang tetap (berlawanan dengan bom nuklir, dimana reaksi
berantai terjadi pada orde pecahan detik, reaksi ini tidak terkontrol) Reaktor nuklir digunakan
untuk banyak tujuan. Reaktor penelitian digunakan untuk pembuatan radioisotop (isotop
radioaktif) dan untuk penelitian. Awalnya, reaktor nuklir pertama digunakan untuk
memproduksi plutonium sebagai bahan senjata nuklir.
Saat ini, semua reaktor nuklir komersial berbasis pada reaksi fisi nuklir, dan sering
dipertimbangkan masalah resiko keselamatannya. Sebaliknya, beberapa kalangan menyatakan
PLTN merupakan cara yang aman dan bebas polusi untuk membangkitkan listrik. Daya fusi
merupkan teknologi ekperimental yang berbasi pada reaksi fusi nuklir. Ada beberapa piranti
lain untuk mengendalikan reaksi nuklir, termasuk di dalamnya pembangkit thermoelektrik
radioisotop dan baterai atom, yang membangkitkan panas dan daya dengan cara
memanfaatkan peluruhan radioaktif pasif, seperti halnya Farnsworth-Hirsch fusor, dimana
reaksi fusi nuklir terkendali digunakan untuk menghasilkan radiasi neutron.

3
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di
mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik
PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika
daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah
dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40
MWe hingga 1000 MWe. Hingga tahun 2005 terdapat 443 PLTN berlisensi di dunia, dengan
441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut
menyuplai 17% daya listrik dunia.

4
Bab III.Permasalahan

Kebutuhan akan energi listrik sebagai penggerak utama pembangunan terus meningkat
seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional yang dipicu oleh pertumbuhan sektor
industri jasa dan konstruksi. Pada tahun 1990 diprediksi tingkat pertumbuhan kebutuhan
energi listrik di Indonesi sekitar 8,2 % setiap tahunnya, kenyataannya ramalan tersebut jauh
berbeda dengan kenyataan bahwa di tahun 1992 kebutuhan energi listrik Indonesia justru
meningkat secara mengejutkan yakni 18% rata-rata setiap tahun. Sampai tahun 2010
pertumbuhan rata-rata kebutuhan elenrgi leistri berkisar pada 7% setiap tahun.

Ketergantungan pada penyediaan tenaga listrik berbasis energi fosil dengan menempatkan
bahan bakar minyak yakni solar pada porsi yang cukup tinggi, memberikan dampak pada
krisis energi listrik. Batubara masih menduduki peringkat tertinggi, yaitu 45%, Gas alam
27%. Sisanya dipasok dari energi minyak sebesar 13% dan energi terbarukan 15%.

Tabel 3.1. Kebutuhan Energi Listrik di Indonesia

Description 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Energy Sales 99,012 104,985 111,858 119,222 127,194 135,691 144,763 154,448 164,794
(GWh)
Growth - 6.03 6.55 6.58 6.69 6.68 6.69 6.69 6.70
Rate (%)
Production 115,116 122,692 130,714 139,332 148,649 158,579 169,182 180,500 192,590
(GWH)
Peak Demand 21,902 23,343 24,869 26,509 28,282 30,171 32,188 34,342 36,642
(MW)
Installed 27,503 28,356 29,356 30,529 31,578 31,601 31,608 31,566 31,380
Capacity

Untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan listrik, dapat dilakukan dengan pembuatan


pembangkit baru yang memiliki daya yang mampu untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional
yang semakin besar. Energi nuklir saat ini merupakan energi yang sangat berpengaruh dalam
produksi listrik berbagai negara di atas bumi ini.

5
Bab IV. Pembahasan
A. Pengertian PLTN
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di
mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik
PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika
daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah
dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40
MWe hingga 1000 MWe. Hingga tahun 2005 terdapat 443 PLTN berlisensi di dunia, dengan
441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut
menyuplai 17% daya listrik dunia.
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN
yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang
berbeda., beberapa jenis reaktor berikut ini, di masa depan diharapkan mempunyai sistem
keamanan pasif.
Reaktor Fisi
Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fissil uranium
dan plutonium.Selanjutnya reaktor daya fissi dikelompokkan lagi menjadi:
1. Reaktor thermal menggunakan moderator neutron untuk melambatkan atau me-
moderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fissi selanjutnya.
Neutron yang dihasilkan dari reaksi fissi mempunyai energi yang tinggi atau dalam
keadaan cepat, dan harus diturunkan energinya atau dilambatkan (dibuat thermal) oleh
moderator sehingga dapat menjamin kelangsungan reaksi berantai. Hal ini berkaitan
dengan jenis bahan bakar yang digunakan reaktor thermal yang lebih memilih neutron
lambat ketimbang neutron cepat untuk melakukan reaksi fisi.
2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator
neutron. Karena reaktor cepat menggunkan jenis bahan bakar yang berbeda dengan
reaktor thermal, neutron yang dihasilkan di reaktor cepat tidak perlu dilambatkan guna
menjamin reaksi fisi tetap berlangsung. Boleh dikatakan, bahwa reaktor thermal
menggunakan neutron thermal dan reaktor cepat menggunakan neutron cepat dalam
proses reaksi fisi masing-masing. Keuntungan reaktor cepat diantaranya adalah siklus

6
bahan bakar nuklir yang dimilikinya dapat menggunakan semua uranium yang
terdapat dalam urainum alam, dan juga dapat mentransmutasikan radioisotop yang
tergantung di dalam limbahnya menjadi material luruh cepat. Dengan alasan ini,
sebenarnya reaktor cepat secara inheren lebih menjamin kelangsungan ketersedian
energi ketimbang reaktor thermal.
3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan reaksi
berantai untuk menghasilkan reaksi fisi. Hingga 2004 hal ini hanya berupa konsep
teori saja, dan tidak ada prototype yang diusulkan atau dibangun untuk menghasilkan
listrik, meskipun beberapa laboratorium mendemonstrasikan dan beberapa uji
kelayakan sudah dilaksanakan.
Reaktor Fusi
Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya sedikit
limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Namun
demikian, saat ini masih terdapat kendal-kendala bidang keilmuan, teknik dan ekonomi yang
menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik. Hal ini masih menjadi
bidang penelitian aktif hingga saat ini.

Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah sebagai
berikut, tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca
hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit
menghasilkan gas). Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert
karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap
fotokimia. Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal), biaya bahan bakar
rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan, Ketersedian bahan bakar yang melimpah
- sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada dasarnya sama dengan pembangit listrik
tenaga uap lainnya. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menggunakan uap bertekanan
tinggi yang dihasilkan dari pemanasan air dalam boiler . Uap air bertekanan tinggi tersebut
dihasilkan dengan membakar batubara, gas, minyak, kayu dan bahan-bahan lain yang dapat
terbakar seperti limbah tebu, kelapa sawit, sekam, dll. Uap air hasil pembakaran tersebut akan
memutar turbin generator yang kemudian menghasilkan energi litrik. Keseluruhan proses
tersebut terjadi dalam satu siklus tertutup.

7
Perbedaan mendasar PLTU lainnya PLTN adalah pemanasan air pada PLTN dilakukan
oleh pembelahan inti reaksi bahan fosil seperti uranium didalam reaktor seperti pada gambar
4. 1

Gambar 4.1 Skema prinsip kerja PLTN

Reaksi pembelahan inti uranium terjadi dalam reaktor. Didalam reaktor reaksi tersebut
terjadi secara berantai pada saat inti dari uranium dalam hal ini U-235 atau U-233 terbelah
bereaksi dengan neutron yang akan menghasilkan berbagai unsur lainnya dalm waktu yang
sangat cepat, proses ini akan menimbulkan panas dan netron-netron baru. Panas yang berasal
dari inti reaktor dialirkan ke sistem pendingin primer, untuk kemudian dilewatkan pada alat
penukar panas dan selanjutnya panas dibuang ke lingkungan melalui sisten pendingin
sekunder.

Adapun bagian-bagian terpenting dari reaktor seperti pelindung atau perisai, elemen bahan
bakar, elemen kendali dan moderator. Sedangkan jenis-jenis pendingin pada reaktor nuklir
antara lain reaktor nuklir dengan pendingin gas, reaktor air biasa terdiri dari reaktor air
mendidih dan reaktor air tekanan, selain itu reaktor jenis reaktor air berat dan reaktor pembiak
cepat.

PLTN di Indonesia akan menggunakan reaktor jenis PWR (Pressurized Water Reactor)
karena teknologi reaktor ini banyak digunakan di seluruh dunia. Reaktor jenis ini terdiri dari

8
sebuah bejana yang penuh air yang diletakan bahan bakar yang disusun dalam pipa-pipa yang
dipasang berkelompok. Bahan bakar yang dipakai adalah U-235 untuk menghasilkan panas
yang akan memanaskan air. Karena bejana terisi penuh, maka tidak terjadi uap melainkan
tekanan tinggi yang akan disalurkan ke penghasil uap untuk kemudian memutar turbin bagi
menghasilkan energi litrik. Selangkapnya seperti pada gambar 4.2.

Gambar 4. 2 Skema reator air tekan (Pressurized Water Reactor)

B. Potensi Cadangan Uranium Indonesia dan Dunia

1. Potensi Cadangan Uranium Indonesia


Dengan uranium sedikit saja, sebenarnya bisa memberikan energi yang banyak.
Indonesia punya cadangan uranium yang memadai untuk keperluan sendiri. Terletak di
Kalimantan barat dengan cadangan 24 ribu ton.
Jumlah ini mencukupi kebutuhan PLTN selama 30 tahun. Cadangan uranium lain
diperkirakan ada di Irian, Sumatera, tapi masih dipelajari.

9
Dengan uranium, harga jual listrik lebih murah daripada pakai batubara, itu yang jadi
ukuran. Harga jual listrik yang dihasilkan uranium lebih murah 3,5 sen per kwh,
dibanding minyak yang masih di atas 6 sen dolar per kwh.

2. Potensi Cadangan Uranium Dunia

Perkembangan energi nuklir hingga tiga dekade mendatang akan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan uranium alam serta besar kecilnya pertumbuhan kapasitas reaktor-reaktor
baru di dunia. Dengan teknologi once-through fuel cycle yang digunakaan reaktor-
reaktor nuklir yang ada saat ini, bahan bakar yang berupa uranium hanya dimanfaatkan
sekali pakai. Konsumsi uranium yang besar tanpa disertai dengan penemuan deposit-
deposit uranium baru akan berakibat pada kelangkaan suplai. Pertanyaan utama saat ini
adalah kapan kelangkaan suplai tersebut akan terjadi dan apa pengaruhnya terhadap
masa depan energi nuklir.

Produksi uranium dunia


Menurut data World Nuclear Assosiation, tahun 2006, sumber daya uranium dunia yang
secara ekonomis dapat dimanafaatkan sebesar 4,7 juta ton. Dengan tingkat konsumsi
uranium dunia saat ini sebesar 64 kilo ton per tahun, cadangan tersebut bisa bertahan
hingga 75 tahun. Namun jika porsi nuklir dalam penyediaan energi listrik dunia
dipertahanakan konstan yaitu sekitar 16%, dengan pertumbuhan energi listrik dunia
sebesar 2,7% per tahun (World Energy Outlook, 2006), maka diperkirakan umur
cadangan uranium hanya akan bertahan hingga 40 tahun.

10
Hingga saat ini, sudah sebelas negara yang telah kehabisan cadangan uranium. Salah
satu negara tersebut adalah Jerman yang tercatat sebagai empat besar di dunia dalam
jumlah akumulatif produksi uranium sejak perang dunia kedua.
Saat ini produksi uranium hanya mampu memenuhi 63 persen permintaan dunia.
Kekurangan suplai dipenuhi dari cadangan stok yang sebagian besar berasal dari
kelebihan produksi sebelum tahun 1980 dan dipakai dalam senjata nuklir pada saat itu.
Tidak ada angka pasti mengenai jumlah stok tersebut, namun pada tahun 2005
diperkirakan berjumlah sekitar 210 kilo ton (Energy Watch Group, 2007). Ketimpangan
antara suplai dan kebutuhan ini menjadi salah satu faktor kenaikan harga uranium sejak
2001. Bahkan dalam setahun terakhir, harga uranium telah melonjak hampir tiga kali
lipat (lihat grafik di bawah). Gejolak harga tersebut mematahkan anggapan selama ini
bahwa harga uranium sangat stabil sehingga dapat diprediksi secara pasti.

11
Apakah ini pertanda dimulainya krisis uranium? Kalangan industri nuklir membantah
dugaan ini. Mereka melihat bahwa lonjakan harga uranium justeru akan mendorong
eksplorasi yang lebih intensif untuk mendapatkan cadangan-cadangan baru yang selama
ini dipandang belum ekonomis.

Yang menjadi persoalan adalah data pertambangan uranium selama ini tidak sepenuhnya
bisa diandalkan. Ada kecenderungan perkiraan cadangan uranium meningkat pada saat
produksi sedang menanjak. Dan sebaliknya, perkiraan cadangan mengalami penurunan
(downgrade) yang tajam ketika produksi sudah mencapai puncak (Energy Watch Group,
2007). Di Perancis misalnya, cadangan uranium pada tahun 1985 diperkirakan sebesar
82 kilo ton. Ketika itu produksi uranium Perancis sedang mengalami peningkatan.
Namun kenyataanya, setelah habis dieksplotasi hingga tahun 2002, hanya mampu
memproduksi 26 kilo ton. Kasus serupa juga terjadi di industri pertambangan uranium
Amerika Serikat.

C. Penentangan Terhadap PLTN


Memang, bukan tidak ada tantangan nyata, juga bukan tidak ada berbagai mitos yang
berkaitan dengan pendirian PLTN. Masing-masing mitos itu perlu dipertimbangkan:

12
Mitos 1: Energi nuklir itu mahal
Fakta: Energi nuklir adalah satu di antara sumber energi yang tidak-mahal. Di tahun 2004,
rata-rata ongkos produksi listrik di Amerika Serikat adalah kurang dari dua sen per
kilowatt-jam, setingkat dengan ongkos batubara dan listrik-hidro. Kemajuan dalam
teknologi akan menurunkan lagi ongkos itu di masa mendatang.

Mitos 2: PLTN itu tidak aman


Fakta: Kalau dapat dikatakan bahwa kecelakaan Three Mile Island itu suatu kisah sukses,
maka kecelakaan di Chernobyl itu tidak dapat dikatakan demikian. Kecelakaan Chernobyl
itu sepertinya menunggu akan terjadi. Model awal dari reaktor Uni Soviet tidak
menggunakan bejana kontenmen (sungkup, containment vessel), dalam hal desain
dikatakan sebagai tidak-aman melekat, sedang operatornya kemudian meledakkannya.
Forum multi-lembaga PBB untuk Chernobyl tahun lalu melaporkan bahwa hanya 56
kematian dapat dikaitkan dengan kecelakaan itu, sebagian besar korban adalah akibat
radiasi atau luka-bakar sewaktu memadamkan api. Memang tragis sekali korban kematian
itu, namun angka itu sangat kecil jika dibandingkan dengan kecelakaan di tambang
batubara sebanyak 5000 jiwa seluruh dunia setiap tahun. Atau jika dibandingkan dengan
1,2 juta jiwa yang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan mobil. Tidak seorangpun
meninggal dalam sejarah program nuklir untuk sipil di Amerika Serikat. (Disayangkan,
bahwa ratusan pekerja tambang uranium meninggal pada tahun-tahun awal industri ini.
Hal itu telah sejak lama diperbaiki).

Mitos 3: Sampah nuklir itu akan berbahaya selama ribuan tahun


Fakta: Dalam 40 tahun, bahan bakar yang telah digunakan hanya akan memancarkan
seperseribu radioaktivitas dibandingkan pada waktu bahan bakar itu dikeluarkan dari
reaktor. Dan sebenarnya sangatlah tidak benar jika dikatakan itu sebagai sampah (atau
limbah), karena 95% potensi energinya masih tersimpan di dalam bahan bakar bekas pada
siklus pertama.
Sekarang Amerika Serikat telah mencabut larangan daur-ulang bahan bakar nuklir bekas,
dengan demikian akan dimungkinkan pemanfaatan energi itu serta akan banyak
mengurangi jumlah sampah yang harus diolah atau disimpan. Bulan lalu, Jepang telah

13
bergabung dengan Perancis, Inggris dan Rusia dalam kegiatan daur-ulang bahan bakar
nuklir ini.

Mitos 4: Reaktor nuklir itu rawan terhadap serangan teroris


Fakta: Beton bertulang yang tebalnya satu-setengah meter melindungi isi bangunan
kontenmen dari luar maupun dari dalam. Bahkan kalau sebuah jumbo jet menabrak reaktor
dan merusak kontenmen, reaktor tidak akan meledak. Ada banyak jenis fasilitas yang lebih
rawan termasuk pabrik pencairan gas alam, pabrik kimia dan sejumlah sasaran politik.

Mitos 5: Bahan-bakar nuklir itu dapat dialihkan untuk membuat senjata nuklir
Fakta: Senjata nuklir sudah tidak lagi harus tak-terpisahkan dengan PLTN. Teknologi
centrifuge (teknologi pengkayaan uranium-235) kini memungkinkan suatu negara
memperkaya uranium tanpa harus membangun reaktor nuklir. Iran misalnya, tidak
memiliki reaktor yang menghasilkan listrik, padahal negara ini telah memiliki kemampuan
membuat bom nuklir. Ancaman senjata nuklir Iran sama sekali dapat dibedakan dari
pembangkit energi nuklir untuk maksud damai.
Teknologi baru, seperti misalnya sistem proses-ulang yang akhir-akhir ini diperkenalkan di
Jepang (yang tanpa proses pemisahan plutonium dari uranium) akan membuat pembuatan
senjata nuklir dengan menggunakan bahan nuklir keperluan sipil, menjadi lebih sulit.

Bab V. Penutup

A. Kesimpulan
Dari perjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik
thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir
pembangkit listrik PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat
bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor
dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per
unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Hingga tahun 2005 terdapat
443 PLTN berlisensi di dunia, dengan 441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang
berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia.

14
2. Pengolahan Uranium dibagi 2 macam :
a. Reaktor Fisi : Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi
fisi nuklir dari isotop fissil uranium dan plutonium.
b. Reaktor Fusi : Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan
energi yang besar dengan hanya sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta
dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Namun demikian, saat ini masih
terdapat kendal-kendala bidang keilmuan, teknik dan ekonomi yang menghambat
penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik. Hal ini masih menjadi bidang
penelitian aktif hingga saat ini
3. Cadangan Uranium di Indonesia : Terletak di Kalimantan barat dengan
cadangan 24 ribu ton. Jumlah ini mencukupi kebutuhan PLTN selama 30 tahun.
Cadangan uranium lain diperkirakan ada di Irian, Sumatera, tapi masih dipelajari.

B. Saran
Pendirian PLTN tidak perlu diikuti dengan pemikiran miris atau penolakan karena PLTN
memiliki banyak keuntungan dan PLTN adalah jawaban atas masalah kelistrikan Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkominfo.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor_nuklir)

http://id.wikipedia.org/wiki/PLTN)

http://www.proyeksi.com/berita/teknologi/0310806_nuklir.htm

http://artikel.staff.uns.ac.id/2008/11/24/pltn-solusi-alternatif-kekurangan-listrik-nasional/

http://www2.kompas.com/ver1/Iptek/0706/19/085115.htm

http://www.plnjaya.co.id/berita/berita_peristiwa.asp?do=view&id=2940&idm=5&idSM=1

15
16

Anda mungkin juga menyukai