Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Isu Terkini (Current Issue)


E-government merupakan sistem TI yang dikembangkan oleh pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan akses informasi dan
layanan pemerintah. Selain itu, e-government merupakan bentuk pemanfaatan teknologi
informasi untuk mendukung aktivitas pemerintah. Namun pelaksanaan e-government di
negara berkembang seperti di Indonesia juga masih menemui banyak kendala sehingga
belum dapat dilaksanakan secara optimal.
Apabila di masa lalu konsep e-gov lebih merujuk kepada komputerisasi dan
pengembangan Sistem Informasi Manajemen yang berbasis komputer, konsep e-gov yang
berkembang sekarang di Indonesia mengarah kepada integrasi data dan informasi antar
lembaga pemerintah melalui teknologi Internet dengan perangkat lunak yang berbasis http
(hypertext transfer protocol) dan dengan bahasa yang mendukung html (hypertext medium
language). Dengan demikian hampir bisa dipastikan bahwa rujukan tentang e-gov selalu
mengarah kepada upaya pembuatan website oleh lembaga pemerintah.
Untuk mendorong agar jajaran pemerintah pusat maupun pemerintah daerah membuat
dan menerapkan e-gov dengan baik, pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai
website, website harus diolah secara profesional serta menyeragamkan nama domain milik
pemerintah, Depkominfo mengeluarkan Peraturan Menteri No.28 tahun 2006 tentang
pembuatan domain dengan penggunaan ekstensi go.id. Bagi sebagian pengelola website
pemerintah daerah yang sudah terlebih dahulu mengembangan nama domain secara
otonom, peraturan menteri ini memang datangnya terlambat dan ketentuan didalamnya
dirasakan merupakan hambatan. Namun bagi lembaga pemerintah daerah yang masih
dalam tahap awal pengembangan e-gov, peraturan ini memang merupakan pemacu untuk
mengelola website secara serius sebagai sarana komunikasi yang efektif bukan hanya di
dalam negeri tetapi juga ke masyarakat global.
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengembangkan indeks pengembangan egovernment (e-government development index, disingkat EGDI) sebagai dasar
pemeringkatan negara-negara yang menjadi anggota PBB. Menurut indeks EGDI, Korea
Selatan menempati urutan pertama dunia dengan nila EGDI 0.9283, diikuti oleh Belanda
(0.9125), Inggris (0.8960) dan Denmark (0.8889). Peringkat indeks EGDI menurut PBB
dapat di lihat pada tabel berikut :

Gambar 1.1 Tabel World Top Ten EGDI


Sumber: http://www.un.org/en/development/desa/publications/connecting-governments-tocitizens.html

Sedangkan untuk Peringkat ASEAN selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambar 1.2 ASEAN EGDI


Sumber: http://www.unpan.org/egovkb/global_reports/08report.htm
Dari hasil survei PBB tersebut, pengembangan eGovernment Indonesia dapat dikatakan
masih ketinggalan jauh, baik dalam penyediaan layanan online, pembangunan infrastruktur
jaringan telekomunikasi, dan sumber daya manusianya. Hasil survei tersebut menempatkan
posisi Indonesia berada pada peringkat ke97 di tingkat dunia dengan nilai indeks sebesar
0,4949. Ini berarti posisi Indonesia naik 12 tingkat dari peringkat 109 pada tahun 2010 dari
192 negara. Kenaikkan peringkat ini akan menjadi sejarah pertama kali bagi Indonesia,
karena selama satu dasawarsa (20032010) posisi Indonesia cenderung mengalami
penurunan, dari posisi ke70 pada tahun 2003, ke85 pada tahun 2004, ke96 pada tahun
2005, ke106 pada tahun 2008, dan ke109 pada tahun 2010.
Berbeda dengan hasil peringkat Waseda University tahun 2013 dari 55 negara (Waseda
University, 2013)3 yang menempatkan posisi Indonesia pada urutan ke40 di atas Philipina
(ke41) dari 55 negara. Ini artinya posisi Indonesia mengalami penurunan 7 tingkat dari
urutan ke33 pada tahun 2012 yang berada di atas Vietnam (ke38), Brunei (ke39), dan
Kamboja (ke51). Pada hal menurut Sinambela (2011), Indonesia sebenarnya memiliki
peluang yang sangat besar, karena di tahun 2010 jumlah pengguna internet di Indonesia
sudah mencapai 45 juta orang dan jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2015
akan mencapai 1,2 miliar orang. Penurunan peringkat tersebut menurut Prihanto (2012)
menunjukkan adanya tingkat capaian pengembangan eGovernment Indonesia yang masih
rendah.
Walaupun terjadi penurunan peringkat, akan tetapi keberhasilan pengembangan e
Government tersebut sudah cukup mengindikasikan bahwa pemerintah Indonesia menaruh
perhatian besar pada upaya pengembangan eGovernment sesuai dengan target yang
dicanangkan dalam Plan of action yang dihasilkan WSIS fase Jenewa.
Pada tingkat ASEAN, posisi Indonesia berada pada peringkat ke tujuh setelah Singapura
yang berhasil menduduki peringkat pertama (ke10 dunia), Malaysia peringkat ke2 (ke40
dunia), Brunei Darussalam peringkat ke3 (ke54 dunia), Vietnam peringkat ke4 (ke83
dunia), Philipina peringkat ke5 (ke88 dunia), Thailand peringkat ke6 (ke93 dunia).
Hal yang memprihatinkan bahwa ternyata Indonesia hanya berada di atas Lao PDR
(peringkat ke8), Kamboja (peringkat ke9), Myamar (peringkat ke10), dan Timor Leste
(peringkat ke11). Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia berarti memiliki kecepatan atau
kemampuan yang lebih rendah dalam mengadopsi pengembangan eGovernmentnya

dibanding Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Philipina, dan Thailand. Meskipun


demikian, kecepatan adopsi ini masih jauh lebih tinggi dibanding dengan atas Lao PDR,
Kamboja, Myamar, dan Timor Leste. Kondisi perbedaan tersebut, semakin terlihat jika
dikomparasikan dengan Vietnam, karena posisi Indonesia pernah berada di atas Vietnam
(20032005), tetapi tahun 2008 peringkat Vietnam (ke7) justru telah berada di atas
Indonesia, dan tahun 2012 Vietnam berhasil menduduki peringkat ke83 di tingkat dunia dan
ke4 di tingkat ASEAN. Kondisi yang sama juga dialami oleh Philipina dan Thailand yang
selalu berada di atas Vietnam (20032010), tetapi pada tahun 2012 Vietnam justru telah
berada di atas Philipina dan Thailand.
Hasil komparasi tersebut memperlihatkan adanya kenaikkan ataupun penurunan
peringkat
eGovernment yang dicapai oleh masing-masing negara anggota PBB. Kondisi inilah yang
mengakibatkan terjadinya perbedaan peringkat negaranegara anggota PBB dalam
pengembangan eGovernment di tingkat ASEAN.
Berbagai proyek teknologi informasi di Indonesia dilaksanakan dengan biaya yang cukup
besar, tapi pada kenyataannya hanya sedikit yang berhasil sesuai dengan apa yang
direncanakan, banyak proyek teknologi informasi yang hanya berfungsi sebagian, atau
bahkan gagal total. Hal ini dapat menjadi contoh yang kurang baik bagi pemanfaatan egovernment di pusat maupun daerah.
Diantara organisasi publik di Indonesia, tahapan e-gov yang terjadi masih
berbeda-beda. Disamping karena perbedaan infrastruktur dan sumberdaya manusia di
seluruh wilayah tanah air, Perbedaan itu juga terjadi karena kondisi geografis serta
perkembangan ekonomi setiap daerah yang sangat beragam. Oleh sebab itu, ada daerah
yang bahkan belum memiliki situs web atau masih tertinggal dalam hal penggunaan
teknologi informasi.
Pemerintah Indonesia telah berupaya menyalurkan beberapa terobosan e-gov
diantaranya yakni e-procurement, e-bisnis, e-learning, dll. Akan tetapi sampai saat ini
penerapan atau pengoperasian dari sistem-sistem tersebut masih belum sesuai dengan
konsep dan tujuannya. Terobosan-terobosan tersebut belum berjalan dengan efektif dan
efisien.
Di samping berbagai kondisi yang kurang mendukung seperti diuraikan di atas,
pengembangan egov di Indonesia menjadi bukti bahwa pemahaman akan potensi
telematika, khususnya egov, masih rendah. Kondisi memprihatinkan ini terjadi di semua
tingkatan dan jenis usaha, baik di birokrasi maupun swasta. Pemanfaatan egov untuk
mengurangi terjadinya berbagai peristiwa penipuan, kriminal, hingga terror yang berawal
dari pemalsuan identitas seperti KTP dan paspor masih belum menunjukkan tanda-tanda
peningkatan. Begitu pula halnya dengan berbagai kasus penyelundupan dan
penyalahgunaan dokumen kepabeanan justru semakin marak dan semakin canggih modus
operandinya.
Indonesia memiliki banyak tantangan untuk mencapai reformasi birokrasi. Indonesia
akan berhasil menerapkan e-Government untuk membuat pemerintah lebih efektif dan
transparan. Indonesia perlu mencontoh pengalaman Korea agar berhasil dalam
menerapkan dan mengembangkan e-Government
Berbeda dengan Korea Selatan yang menempati posisi pertama dalam implementasi
sistem informasi yang canggih. Pada awalnya, e-government Korea Selatan memiliki tujuan
untuk tahap awal yaitu mendigitalisasi semua prosedur penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan infrastruktur IT. Untuk mewujudkannya pemerintah Korea Selatan memulai
dengan membangun dasar komputerisasi sistem administrasinya pada 1970,
Mengkomputerisasi semua database utama nasional pada 1980, dan membangun jaringan
informasi serta komunikasi berkecepatan tinggi pada tahun 1990-an.
Pada tahun 2000, Korea Selatan mulai mengidentifikasi e-government sebagai kunci
dari strategi untuk berinovasi dan mengadopsinya sebagai agenda kepresidenan. Pada
tahun 2001, "Electronic Government Act" diaktifkan sebagai undang-undang di Korea

Selatan dan di implementasikan untuk meningkatkan efisiensi semua urusan administrasi


pemerintahan dan secara dramatis meningkatkan kualitas semua layanan publik.
Pada periode kedua (2003-2007), Pemerintah Korea Selatan memperluas dan
memperbaiki semua pelayanan kepada masyarakat dan dunia bisnis dengan mendigitalisasi
seluruh proses bisnis pemerintah. Digitalisasi juga memperbaiki efisiensi administrasi dan
transparansi melalui reformasi metode-metode kerja pemerintah.
Pada periode selanjutnya (2008-2012), Pemerintah Korea Selatan mulai membangun
target berikutnya, yaitu mengintegrasikan semua sistem e-government agar pelayanan
publik terwujud. Dimulai pada tahun 2008, pemerintah menjalankan implementasi berbagai
proyek yang berfokus pada koneksi dan integrasi yang mendukung penciptaan sistem
informasi yang baik untuk mengintegrasikan layanan publik berorientasi masyarakat dan
bisnis.
best practice dari e-government Korea Selatan yang paling terkenal yakni Government
Integrated Data Center - GIDC : http://www.ncia.go.kr. Merupakan data center yang di
operasikan secara individual oleh setiap kementerian Korea Selatan dan telah terintegrasi
dan di atur oleh grup profesional sejak 2005. Best practice dari e-government pemerintahan
Korea Selatan telah membuat Korea Selatan menjadi pemimpin di dalam teknologi egovernment di dunia. Karena banyaknya jenis-jenis e-government yang ada di Korea
Selatan.
Jika di bandingkan system e-government Korea Selatan dengan Indonesia. Dari table
data diatas dapat kita lihat bahwa Korea Selatan menduduki urutan pertama dunia atau
setidaknya selalu berada di peringkat atas dalam hal penggunaan teknologi terutama untuk
fasilitas
e-governmentnya.
Hal ini di pengaruhi oleh beberapa factor seperti Korea Selatan sudah menerapkan system
pemerintahan berbasis teknologi ini di semua aspek pemerintahannya baik itu di bidang
pendidikan, keuangan, pertahanan, hingga kesejahteraan masyarakat, layanan eGovernment Korea Selatan yang mendukung kecepatan proses administrasi
antardepartemen sehingga semua masyarakat dapat memproses berbagai permintaan
layanan yang diinginkan hanya dengan memeriksa semua jaringan tanpa mengharuskan
masyarakat mengajukan dokumen-dokumen yang diperlukan.
Pemerintah Korea Selatan juga memiliki sistem yang mengintegrasikan semua sistem
kedalam dua pusat data, dan menyajikan layanan-layanan administrasi yang anti gangguan
yang dioperasikan oleh tenaga kerja dengan keahlian yang unggul untuk menjamin
keteraksesan semua layanan e-Government tanpa pernah terputus. Kehandalan dan
keamanan informasi yang maju menjamin kemampuan monitor yang real time terhadap
kesalahan sistem dan keamanan, sistem disaster recovery, dan sistem cadangan real time.
Tidak hanya itu, pemerintah Korea Selatan juga memfasilitasi rakyatnya untuk ikut serta
dalam pembuatan kebijakan public, atau menyampaikan kritik dan saran mereka tentang
pengelolaan administrative serta pembuatan kebijakan secara online hanya dengan
mengunjungi situs yang sudah disediakan, yaitu e-people window, situs inilah yang akan
menampung dan menerima segala saran atau masukan serta kritikan dari masyarakat untuk
pemerintah. Selain itu terdapat pula Single Window for Business Support, meyediakan
sebuah informasi yang luas dan layanan untuk mendukung semua aktivitas bisnis
perusahaan seperti layanan informasi sipil, informasi kebijakan, dan layanan-layanan
lainnya.
Korea Selatan juga memiliki system yang bernama On-Nara Business Process Systems
(BPS) adalah sebuah sistem manajemen bisnis baru yang mampu meningkatkan efisiensi
dan transparansi administrasi sebab sistem menangani, merekam dan mengelola dengan
mekanisme terstandarisasi pada semua prosedur online bisnis pemerintah. Pada sistem ini
semua proses yang dilakukan oleh pemerintah diklasifikasikan berdasarkan; fungsi dan

tujuan, kemajuan proses dan kinerja yang secara sistematis dirunut hingga ke unit kerja
yang paling dasar. Pembuatan dokumen dan prosedur-prosedur bisnis distandarisasi dan
proses pembuatan keputusan direkam untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi
administrasi publik.
Sistem e-governmnet di Indonesia, belum terlalu maju seperti Korea selatan. Di
Indonesia, sebagian besar orang masih lebih memilih untuk menggunakan system
tradisional atau bertatap muka secara langsung jika ingin mengurus surat-surat atau apapun
yang berkaitan dengan pemerintahan, jika pun ada system e-government ini masih
digunakan untuk sektor-sektor tertentu saja dan belum mencakup untuk semua sector
pemerintahan. Sebagian besar yang bisa mengakses situs e-government ini hanya
dijangkau oleh masyarakat di kota-kota besar dan bagi masyarakat yang sudah melek akan
teknologi serta sudah mengenal internet, sosialisasi terhadap e-government ini juga masih
kurang, hal ini juga semakin dipersulit dengan masih banyaknya daerah-daerah yang belum
mengenal teknologi seperti internet. Padahal jika system e-government ini dikembangkan
dengan serius akan memberikan manfaat bagi masyarakat maupun pemerintah,
diantaranya:

Pelayanan/service yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan


24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu pegawai kantor.
Peningkatan hubungan antar pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum.
Adanya keterbukaan (transparansi) diharapkan hubungan antara berbagai pihak
menjadi lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan perasaan saling curiga dan
kesalahan dari semua pihak.
Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan
adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat
menentukan pilihannya misalnya data tentang sekolah, rumah sakit, dll.
Pelaksananan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh koordinasi
pemerintahan dapat dilakukan melalui email atau bahkan video konferensi. Bagi
indonesia yang memiliki area yang luas hal akan sangat membantu. Koordinasi,
tanya jawab, diskusi antar pimpinan daerah dapat dilakukan tanpa semuanya harus
berada pada lokasi yang sama, tidak lagi harus berkumpul di satu tempat untuk
pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam.

Jadi sudah jelas seharusnya Indonesia bisa mencontoh Korea Selatan dalam
pengembangan system e-government. E-government bisa menjadi solusi yang tepat dari
birokrasi pemerintahan yang rumit, sehingga birokrasi pemerintahan bisa menjadi lebih
efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai