Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 1983 1984 tatkala penerimaan Negara dari sumber daya minyak bumi
merosot tajam dan pemerintah orde bau terpaksa untuk pertama kalinya mengurangi
anggaran pendapatan dan belanja Negara, timbullah kesadaran bahwa pemerintah pusat akan
mengalami kesulitan keuangan sehingga pemerintah pusar menganjurkan agar pemerintah
daerah mulai bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya masing masing
sehingga subsidi pemerintah pusat tidak lagi menjadi sumber dana yang dominan melainkan
akan menjadi sumber dana pelengkap saja.
Sehubungan dengan itu dalam masa pemerintahan Presiden Habibie dengan Kabinet
Reformasi Pembangunannya telah lahir UU Otonomi Daerah. Tercakup dalam pengertian
UU Otonomi Daerah itu dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah pusat dan Daerah.
Sebagai konsekuensi dari kedua undang undang tersebut maka mau tidak mau pemerintah
daerah harus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya menaikkan pendapatan asli
daerah sehingga akan tetap mampu menjamin jalannya system pemerintahan didaerah
beserta dengan keseluruhan politik, social dan ekonominya.
Namun pada saat ini ekonomi Indonesia sedang Porak-poranda dan terpuruk bukan
hanya karena korupsi,kolusi, dan nepotisme. Tetapi juga, karena adanya salah manajemen
dimana Indonesia sudah terlalu berkonsentrasi pada komoditas ekstraktif yang berasal dari
sumber daya alam. Seperti tanaman ( Padi,Kopi, Teh,Lada,cengkeh,kelapa sawit, karet dan
emping), sumberdaya laut (ikan), Sumberdaya Hutan ( kayu dan rotan ), dan sumberdaya
mineral (minyak bumi, batu bara dan gas alam). Pernyataan tersebut dapat dipahami karena
orientasi pembangunan Indonesia telah terseok-seok tanpa kendali. Mulai dengan sasaran
pembangunan pertanian yang tangguh, diikuti dengan industrialisasi dan penggunaan
teknologi tinggi, namun tidak dibarengi dengan fundamental atau dasar pembangunan yang
kokoh yang berupa sumberdaya manusia yang berjiwa patriotic dengan nasionalisme yang
tangguh dan sangup bersikap mandiri.
Serta kurangnya kesatuan dan persatuan telah mengurangi kekuatan dalam mencapai
sasaran pembangunan. Strategi pembangunan yang telah terkonsentrasi pada usaha
pertumbuhan ekonomi telah membawa dampak berupa diabaikannya aspek distribusi atau

keadilan, sehingga kesenjangan pendapatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin,
serta antara kelompok berkesempatam dan tidak berkesempatan menjadi sangat tajam.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya yaitu,
1. Bagaiman tahapan dalam penyusunan strategi pengembangan potensi ekonomi daerah?
2. Seperti apa strategi pembangunan daerah?
3. Seperti apa strategi pembangunan yang efisien itu?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut dapat diambil tujuan sebagai berikut,
1. Mengetahui tahapan dalam penyusunan strategi pengembangan potensi ekonomi daerah.
2. Mengetahui strategi pembangunan daerah.
3. Mengetahui strategi pembangunan yang efisien.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahapan Penyusunan Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah
Tujuan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel
perkapita serta adanya unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan kesempatan
berusaha. Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta

kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi yang ada akan

lebih terarah dan lebih strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau
siapa saja yang akan melaksanakan kegiatan usaha didaerah yang bersangkutan.
Oleh karena itu dalam mempersiapkan strategi pengembangan potensi yang ada di daerah,
langkah langkah berikut dapat ditempuh,
1. Mengindentifikasi sector sector kegiatan mana yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing masing sector.
2. Mengindentifikasi sector sector yang potensinya rendah untuk dikembangkan dan
mencari factor factor yang menyebabkan rendahnya potensi sector tersebut untuk
dikembangkan.
3. Mengindentifikasi sumberdaya ( Faktor factor Produksi) yang ada termasuk
sumberdaya manusianya dan yang siap digunkan untuk mendukung perkembangan setiap
sector yang bersangkutan.
4. Dengan mengunkan model pembobotan terhadap variable variable kekuatan dan
kelemahan untuk setiap sector dan subsector, maka akan ditemukan sector- sector andalan
yang selanjutnya dianggap sebagai potensi ekonomi yang patut dikembangkan di daerah
yang bersangkutan.
5. Akhirnya menentukan strategi yang akan ditempuh untuk pengembangan sector sector
andalan yang akan dapat menarik sector sector lain untuk tumbuh sehinggah
perekonomian akan dapat berkembang dengan sendirinya ( Self Propelling ) secara
berkelanjutan ( Sustainable development).

B. Berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi


Berikut beberapa Strategi dalam pengembangan potensi pembangunan ekonomi daerah,
diantaranya yaitu,
1. Pembangunan Pertanian Versus Industri
Perekonomian suatu daerah dapat dikelompokan menjadi banyak sector. Namun
secara garis besar dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi daerah perhatian
dipusatkan pada dua sector utama, yaitu sector pertanian dan sector industry. Sector
pertanian sebagai sector yang berhubungan erat dengan pengolahan langsung sumberdaya
alam yang tersedia dibumi ( Alam ) dan sector industry sebagai sector kegiatan yang
mengolah bahan/masukan yang diambil dari alam dan diolah lebih lanjut menjadi barang
produksi ataupun barang konsumsi.

Namun demikian pada umumnya agar ketenangan masyarakat terjamin, keinginan


untuk mencukupi bahan pangan didaerahnya sendiri merupakan cita cita yang harus
terpenuhi. Oleh karena itu perlu dikembangkan terlebih dulu sector pertanian yang
tangguh dan yang menghasilkan produk pertanian sebagai masukan ( input) bagi sector
industry pengolahan. Jadi sebenarnya bukan pilihan antara sector industry dan sector
pertanian yang harus dikembangkan, melainkan harus diusahakan suatu pembangunan
yang terpadu, dimana sector pertanian dikembangkan dengan produksi pertaniannya
digunakan sebagai bahan baku sector industry pengolahan. Pada gilirannya industry
pengolahan sedapat mungkin juga mendukung sector pertanian dengan menghasilkan
produk produk yang dibutuhkan oleh sector pertanian. Seperti alat pertanian, pupuk,
obat- obatan dan sebagainya.
2. Inward looking Versus outward looking
Strategi ini sebenarnya bertumpu pada peranan pasar kegiatan produksi barang jasa
tentunya tidak akan berhenti setelah barang dan jasa dihasilkan, melainkan harus
dilanjutkan sampai dengan memasarkan barang dan jasa tersebut. Sesungguhnya basis
untuk pengembangan sedapat mungkin adalah pasar didaerah sendiri, Karena denga
demikian pengeluaran konsumen atau produsen didaerah sendiri akan menciptakan
pengandaan didaerah yang bersangkutan. Peranan pasar diluar daerah juga penting dalam
arti kalau pasar didaerah sendiri sudah tidak dapat menampungnya.
3. Titik Pertumbuhan ( Growing Point )
Pertumbuhan dengan pola ini biasanya akan mengikuti pola pertumbuhan yang
sifatnya tak seimbang. Kekuatan permintaan yang terlalu besar akan mendiring
diciptakannya kegiatan dan produksi tertentu yang sering kali menjadi berlebihan. Pada
gilirannya kegiatan ini akan menciptakan permintaan terhadap barang dan jasa serta
kegiatan lain yang biasanya akan berkembang terlalu cepat dan menciptakan kelebihan
permitaan lagi. Dalam kasus ini biasanya pemerintah mempunyai peranan penting untuk
mengatasi kemacetan- kemacetan pertumbuhan yang terjadi dengan cara menyediaka
perijinsn dan prasarana, maupun perpajakan dan retribusi sebagai alat kontrolnya.
4. Kaitan belakang (Backward Linkages) dan Kaitan ke depan ( Forward Linkages)
Kaitan kebelakang bearti pengembangan sector lain sebagai tempat memberli dan
kaitan kedepan bearti bearti pengembangan sector lain sebagai tempat menjual. Sebagai
misal pabrik gula, mempunyai keterkaitan kedepan yang lebih panjang dan keterkaitan

kebelakang yang pendek. Keterkaitan kebelakang seperti akan mendorong diciptakannya


pertanian tebu, pengembangan industry, pupuk dan obat pemberantas hama, sedangkan
keterkaitan kedepannya seperti menciptakan industry sirup, industry makanan, industry
spiritus, industry gula(permen) dan sebagainya.
5. Sektor Pemimpin ( Leading Sector)
Untuk sector-sektor yang mempunyai laju pertumbuhan tinggi biasanya sudah atau
sedang tercipta system dan prasarana yang menunjang pertumbuhan sector tersebut.
Dalam hal demikian, maka sector yang mempunyai laju pertumbuhan tinggi dapat terus
didorong dengan kebijakan pemerintah daerah.
C. Strategi Pembangunan yang Efisien
Kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi yang efisien harus dapat diusahakan agar
pembangunan ekonomi daerah benar benar membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi
rakyatnya. Berbagai cara dapat ditempuh untuk mencapai efisiensi disegala bidang
kehidupan diantaranya adalah dengan cara,
1. Tingkatkan Produktivitas
Meningkatkan produktivitas bagi kegiatan apa saja dengan cara mengunkan input
tertentu untuk menghasilkan lebih banyak output, atau dengan menghasilkan output
dalam jumlah dan kualitas tertentu dengan cara mengunakan input sesedikit mungkin
merupakan cita cita setiap perekonomian. Syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa
daerah harus selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah masukan(input) yang
berkualitas yang digunakan dalam setiap kegiatan. Tidak ada artinya kalau input yang
digunakan hanya bertambah tetapi dalam arti kuantitas saja dan tidak dalam kualitas.
2. Hapuskan sebab sebab ekonomi biaya tinggi.
Ekonomi biaya tinggi yang sangat terkenal yang dialami oleh perekonomian
Indonesia adalah karena adanya tarif dan pngutan resmi dan tidak resmi terjadi dalam
setiap kegiatan. Tidak hanya dalam bidang produksi dan distribusi, tetapi juga dalam
bidang konsumsi maupun pelayanan apa saja. Biaya pengurusan ijin, manipulasi angkaangka asset maupun angka-angka produksi atau pembiayan harus ditiadakan.
3. Tentukan batas konsumsi maksimal yang layak.
Salah satu sebab kehancuran perekonomian Indonesia adalah adanya sifat konsumtif
dan materialistis yang tercipta selama renzim orde baru yang semuanya masi membekas
dalam kehidupan bangsa kita saat ini. Dengan adanya usaha untuk meningkatkan
penghasilan yang selalu dirasa kurang guna mengejar pemenuhan kebutuhan yang selalu
meningkat, maka segala daya upaya akan digunakan. Mulai dari mengunakan jalan pintas

untuk mendapatkan hak, akhirnya sampai kepada korupsi, yang semuanya telah
menghancurkan perekonomian bangsa Indonesia.
4. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
Tidak dapat diingkari bahwa modal dan dana sangat penting bagi berhasilnya
pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu Negara. Namun demikian tidak bearti
bahwa tanpa modal kita lalu tidak dapat membangun sama sekali. Perlu disadari bahwa
sesungguhnya modal atau dana itu lebih merupakan factor pelengkap dan akibat dari
pembangunan bukan merupakan sebab dari pembangunan. Dengan demikian suatu
daerah tidak akan menjadi miskin karena PADnya sedikit. Jadi kita membangun terleih
dahulu, maka nanti akan tercipta kenaikan pendapatan dan tabungan masyarakat yang
disusul dengan peningkatan kemampuan investasi penerimaan pajak daerah yang
semakin tinggi.
5. Perbaiki kualitas SDM ( Produktif,Efisien dan bermoral).
Factor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan suatu Negara bukanlah
tersedianya factor produksi yang cukup, melainkan justru terletak pada manusia atau
sumber daya manusianya. Kemauan akan mendorong manusia untuk bekerja keras dan
mau berkorban dan mau melayani. Oleh karena itu, jangan dibalik cara berpikir kita,
yaitu dengan meminta dulu baru mau bekerja dan melayani, tetapi sebaliknya bekerja dan
melayani terlebih dahulu baru kemudian akan diperoleh imbalan atau balas jasanya.
6. Pertahankan fungsi lingkungan
Lingkungan sebagai sumber bahan mentah yang akan diolah disemua sector
kegiatan,sebagai sumber kesengan dan rekreasia, serta sebagai tempat asimilasi limbah
secara alamiah harus dipertahankan kualitas maupun kuantitasnya demi adanya
pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable development).
7. Kerja sama antar daerah.
Kerjasama antar daerah harus terus digalang demi meningkatakan efisiensi. Dengan
kerjasama antar daerah diharapkan akan terjadi spesialisasi antar daerah, sehingga
efisiensi dapat ditingkatkan bagi semua pihak yang bekerja sama. Kerja sama dapat
dalam bentuk perdagangan ataupun tukar menukar tenaga ahli. Jadi pembangunan
ekonomi daerah yang kompetitif tidak bearti harus ada persaingan antar daerah yang satu
dengan yang lainnya, sehingga perkembangan daerah yang satu akan mematikan daerah
yang lain. Persaingan seperti ini tidak dapat dibenarkan. Justru pembangunan yang
kompetitif harus diartikan dalam arti kualitas dan saling mendukung antara daerah yang
satu dengan daerah yang lainnya.

D. Peranan Pemerintah dalam mengembangkan Potensi ekonomi Daerah


Pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi ekomomi daerah hendaknya selalu
berada didepan dalam arti memberikan pengarahan dan perencanaan pembangunan daerah.
Pemerintah bertindak menyediakan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh swasta,
seperti jalan raya, keadilan dan keamanan. Dalam hal terjadi kemacetan pembangunan,
pemerintah daerah dapat bertindak sebagai pembuka jalan dan memotori perkembangan,
tetapi setelah swasta dapat mengembangkannya, maka pemerintah sedikit demi sedikit harus
mengurangi peranannya. Hal- hal yang sudah dapat dilaksanaka oleh pihak swasta sebaiknya
tidak dikerjakan oleh pemerintah daerah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari makalah ini ialah bahwa harga produk akan berani bersaing
( kompetitif), demikian juga dalam hal kualitas dan pelayanan. Persaingan tidak berarti
bersaing untuk saling mematikan, tetapi bersaing untuk bersama sama meningkatkan mutu.
Kerjasama antar daerah harus tetap dijalin, sehingga perekonomian menjadi bersifat regional
dan tidak kedaerahan. Ini akan memperkuat posisi daerah bersama sama yang membentuk
Negara kesatuan Republik Indonesia.
Serta dalam mengembangkan potensi daerah harus dilakukan terlebih dahulu pengkajian
secara seksama mengenai kekuatan dan kelemahan yang ada didaerah yang bersangkutan.
Kekuatan dan kelemahan ini dalam kaitannya dengan factor produksi tenaga kerja, capital,
sumberdaya alam, teknologi maupun factor social yang mempunyai sumbangan tinggi
terhadap PDRB, yang mempunyai kaitan kedepan dan kebelakang yang panjang, yang
merupakan titik pertumbuhan dan merupakan sector atau kegiatan memimpin pertumbuhan.
Dan akhirnya peran pemerintah daerah sangat penting dalam memfasilitasi kemungkinan
terjadinya perkembangan. Disamping itu pemerintah daerah harus menyediakan kebutuhan
yang tidak dapat disediakan oleh swasta dan selanjutnya pemerintah bertindak sebagai
pembimbing dan pendorong pembangunan daerah.

Anda mungkin juga menyukai