A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam melimpah,
baik dari sektor pertanian, perkebunan, maupun sektor kehutanan. Di
sektor kehutanan, Indonesia memiliki hasil hutan kayu yang sangat
beragam. Namun, saat ini pemerintah Indonesia mengurangi produk hasil
hutan kayu karena adanya global climate change. Dengan demikian,
tingkat pemanfaatan produk hasil hutan bukan kayu menjadi perhatian
khusus dan sedang dimaksimalkan.
Salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi besar dalam
pemanfaatannya adalah tanaman Pinus Merkusii. Pinus Merkusii
merupakan sumber penghasil getah pinus yang digunakan untuk
memproduksi gondorukem dan minyak terpentin.
Sekitar 80% dari terpentin di Indonesia selama ini diekspor ke negaranegara di Eropa, India, Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat.
Minyak terpentin digunakan untuk bahan baku industri kosmetik, minyak
cat, campuran bahan pelarut, antiseptik, kamfer, dan farmasi. Minyak
terpentin di Indonesia sendiri memiliki kandungan komponen sebanyak
82-86% -pinene, 8-12% 3-carene (Wiyono, 2006). Dalam minyak
terpentin kadungan terbesar adalah -pinene. Untuk mendapatkan nilai
tambah -pinene, dapat dilakukan dengan reaksi hidrasi menjadi terpineol. Senyawa -terpineol dapat diaplikasikan sebagai parfum,
pembasmi serangga, antijamur dan desinfektan.
Sintesis -terpineol dari -pinene dengan adanya beberapa katalis
telah dipelajari oleh beberapa peneliti. Amilia dkk (2013) telah melakukan
penelitian pengaruh temperatur terhadap reaksi hidrasi a-pinene menjadi
-terpineol dengan katalis zeolit alam dan hasil yang tebaik di peroleh
pada temperatur 70oC dengan kadar 68,53%. Selain itu Nugroho (2013)
telah melakukan pengaruh rasio massa reaktan pada hidrasi -pinene
menggunakan zeolit alam. Besar efek rasio massa reaktan antara -pinene
1 dan H2O 10 memberikan hasil selektivitas tertinggi dalam reaksi hidrasi
pada transformasi yang menghidrasi -pinene sebesar 21,41%. Agustina
dkk (2012) melangsungkan reaksi hidrasi -pinene menggunakan katalis
zeolit alam pada temperatur 65C dengan variasi waktu 60, 120, dan 240
menit. Hasil -terpineol terbaik didapatkan pada reaksi dengan waktu
selama 120 menit yakni sebesar 60,34%.
Arias
et
al.
(2000)
menghidrasi
minyak
terpentin
dengan
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang mendasari penelitian ini, yaitu
1. Berapakan perbandingan reaktan yang menghasilkan konversi terpineol tertinggi dalam reaksi hidrasi?
2. Berapakah waktu optimal yang dibutuhkan untuk konversi minyak
terpentin menjadi -terpineol?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu
1. Mengetahui perbandingan reaktan yang menghasilkan konversi terpineol tertinggi pada reaksi hidrasi minyak terpentin menjadi terpineol dengan katalis zeolit alam Lampung.
2. Mengetahui waktu optimal yang dibutuhkan untuk konversi minyak
terpentin menjadi -terpineol dengan katalis zeolit alam Lampung.
D.
Hipotesis
Diduga -terpineol yang dihasilkan dari bahan baku minyak terpentin
dengan katalis zeolit alam Lampung dengan reaksi hidrasi adalah Semakin
besar perbandingan reaktan dan semakin lama waktu reaksi, maka akan
semakin tinggi pula konversi yang dihasilkan.
E.
Ruang Lingkup
Untuk mengacu pokok permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
ruang lingkup untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Dalam penelitian ini konversi minyak terpentin menjadi -terpineol
2
3
dan 1 : 20
Variasi waktu selama mereaksikan minyak terpentin adalah 60 menit, 90