Anda di halaman 1dari 2

Pendekatan mimetik

Karya : Sutardji Calzoem Bachri


Tanah Air Mata
Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata
Aspek mimetik yang menonjol dalam puisi Pamplet Cinta maka analisis mimetik ini
meliputi: aspek sosial dan cinta.
1. Aspek sosial
Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan nilai-nilai kehidupan dengan segala
permasalahannya, tetapi tidak berarti karya sastra merupakan cermin kehidupan secara

mutlak. Subjek selalu mempengaruhi penciptaaan karya sastra, sehingga masing-masing


pengarang mempunyai pandangan sendiri-sendiri terhadap objek yang sama.
Sesuatu yang diungkapkan dalam karya sastra merupakan gambaran kehidupan. Bukan
hal yang aneh jika permasalahan-permasalahan yang timbul dalam karya sastra
kemungkinan terjadi dalam kehidupan sehari-hari, atau pada waktu tertentu.
Dalam puisi Tanah Air Mata dilukiskan masalah sosial tentang keadaan bangsa
keadaan tanah air ini yang sudah berubah, dimana manusia sudah terpengaruh adanya
nafsu dan ambisi duniawi yang tega merubah segalanya. Penyair mengungkapkan
bagaimana bangsa ini sudah berubah dari yang begitu damai indah menjadi sangat
menyedihkan dibalik kemegahan yang terlihat.
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
2. Cinta
Dalam puisi Tanah Airmata ini pengarang melukiskan tentang rasa cintanya kepada
tanah air yang kini menjadi derita dan kebencian terhadap para petinggi negeri ini. Puisi
ini juga merupakan bentuk sindiran dan ungkapan penyair untuk para petinggi bangsa
ini. Para petinggi bangsa ini yang diharapkan bisa membangun bangsa justru hanya
disibukkan dengan kepentingannya sendiri. Mereka dengan tanpa beban menikmati
kemewahan negeri ini. Namun di balik itu semua banyak rakyat negeri ini yang
menderita. Kebencian itu tergambar jelas pada baris puisi berikut ini:
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata

Anda mungkin juga menyukai