Pengkajian
1. Mengkaji riwayat keperawatan yang mencakup bio-psiko-sosial dan spiritual.
a. Keadaan fisik tergantung berat ringannya penyakit atau perjalanan penyakit
pada umumnya ; keadaan umum pasien lemah, gelisah, muka pucat, mata
cekung, kesadaran apatis dan tak berdaya. Ekspresi dan penampilan depresi,
marah, sedih atau menangis.
b. Keadaan psikologik tergantung pada tahap-tahap menjelang kematian
Tahap anger[kemarahan]
Murka, irihati, marah-marah, minta banyak perhatian, banyak menuntut,
cerewet dan mudah tersinggung.
Tahap depresi
Bersedih, berkabung dan menangis
belakang
pendidikan,
usia
pasien,
keharmonisan
dalam
keluarga,
kemampuan individu dan tehnik koping yang digunakan, kesadaran akan diagnosa
dan prognosa dan penyakit, perubahan-perubahan fisik dan tingkah laku yang
diharapkan.
3. Menentukan diagnosa keperawatan pasien dengan penyakit terminal:
a. Perubahan komunikasi s/d reaksi penolakan
2. Mengobservasi tanda-tanda adanya perubahan fisik dan mental pasien, tandatanda yang dapat membantu pasien, tanda-tanda efek obat dan efektifitas obat
yang diberikan untuk mengurangi rasa sakit.
3. Pendidikan kesehatan
Memberi dorongan moril agar pasien merasa percaya terhadap tim kesehatan,
membantu keluarga untuk dapat menyesuaikan diri, baik fisik maupun psikologis
dengan keadaan dalam tahap menjelang kematian.
Implementasi
Sesuai dengan tahap proses menjelang kematian:
1. Perawatan pasien pada tahap penolakan
2. Perawatan pasien pada tahap kemarahan
3. Perawatan pasien pada tahap tawar menawar
4. Perawatan pasien pada tahap depresi
5. Perawatan pasien pada tahap penerimaan
Evaluasi
1. Perasaan nyaman dan kepuasan dapat digunakan sebagai kriteria
2. Dapat menentukan keefektifan rencana, apakah tujuan tercapai atau tidak.
A. FASE PENOLAKAN
Konsep Dasar
Pengertian dari penolakan (denial) adalah ketidakmampuan seseorang untuk
mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan dan perasaan (kebutuhan pada
kejadian yang nyata) yang merupakan ancaman.
Pengkajian
1. Mengkaji riwayat status keperawatan bio-psiko dan sosial budaya:
a. Keadaan umum tergantung pada penyakitnya
b. Pengkajian fisikterkejut/shock, menyangkal, cemas, takut mati, gelisah, marah
berontak, tampak tegang, bingung, menolak, diam, menangis dan bisa
aktif/pasif
c. Psikologis pandangan pasien terhadap dirinya. Kehidupan. Sakitnya (sebagai
takdir atau hukuman) dan terhadap kematian.
d. Sosial Budaya makna kematian sesuai dengan kebudayaan tertentu, peran
dalam keluarga dan masyarakat terhadap kehidupan dan kematian dan latar
belakang kebudayaan.
2. Menentukan diagnosa keperawatan yang sering terjadi:
a. Perubahan komunikasi s/d reaksi penolakan
b. Perubahan konsep diri s/d keadaannya.
Perencanaan
1. Perubahan komunikasi s/d reaksi penolakan
Tujuan pasien dapat berkomunikasi kembali dengan baik
Sasaran:
Pasien dapat memberi respon positif terhadap apa yang disampaikan perawat.
Pasien kooperatif terhadap segala tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
Tindakan keperawatan:
1. Mengusahakan agar seorang didekat pasien
2. Komunikasi secara verbal
3. Memberi respon terhadap pembicaraan pasien secara wajar
B. FASE KEMARAHAN
Konsep Dasar
Kemarahan adalah suatu manifestasi dan perubahan emosi yang labil yang
timbul karena adanya penolakan dalam diri maupun lingkungan, diproyeksikan terhadap
alam sekitamya setiap waktu dan tidak memandang siapapun juga.
Pasien pada tahap ini menjadi mudah marah, perawat sering menjadi sasaran
kemarahannya. Pasien juga dapat menunjukkan kesedihan dan menangis atau merasa
bersalah dan merasa canggung.
Kemarahan pada pasien dengan penyakit terminal dapat timbul oleh karena:
1. Kemarahan s/d pasien merasa membebani keluarga
Pengkajian
1. Mengkaji riwayat keperawatan bio-psiko-sosial budaya
a. Keadaan fisik muka merah atau pucat yang ditunjukkan dengan adanya
pernafasan cepat dalam, nadi cepat dan ada loncatan, tekanan darah tinggi,
berkeringat dan menggigil.
b. Psikologik tidak mau diajak bekerja sama dalam tindakan keperawatan.
Kadang-kadang memperlihatkan sikap memerintah, menggerakkan geraham,
mengepalkan tinju, berteriak, melempar dan membanting benda yang berdiam
dan menjauhkan diri, rasa bermusuhan dengan semua orang yang sehat,
mengalami frustrasi dan bertanya pada dirinya sendiri, mengapa hal ini harus
terjadi.
c. Sosial Budaya
Pada keadaan tertentu kemarahan diungkapkan dalam bentuk perkataan maupun
tingkah Iaku, misalnya: orang Jawa berbeda dengan orang Batak, dalam
mengungkapkan kemarahannya.
Keadaan umum:
Berbicara sembarang, selalu buruk sangka kecuali terhadap petugas, menolak
makan atau minum, melemparkan makanan atau banang-barang lain, mengacaukan
peralatan pengobatan pada dirinya, misalnya : mencabut infus dan sonde.
2. Diagnose Keperawatan
Timbulnya rasa permusuhan dan benci s/d terancamnya kebutuhan fisik dan
psikologis.
C. FASE TAWAR-MENAWAR
Konsep Dasar
Tawar - menawar suatu keadaan dimana penderita berusaha mengulur-ulurkan
waktu dengan mengadakan janji permohonan kepada Tuhan, Perawat, dokter
bahwa ia akan secara lebih baik apabila ia diberi kemungkinan untuk hidup lebih
lama.
Pengkajian
1. Mengkaji riwayat bio-psiko dan sosial budaya
a. Keadaan fisik lemah, ekspresi wajah tampak cemas/tenang, muka tampak
pucat, kebiru-biruan, kulit dingin, anorexia, otot-otot lemah, sesak nafas,
tekanan darah tinggi/rendah atau normal, suhu tinggi/rendah dan libido
menurun.
b. Psikologis
ketakutan, merasa bersalah, ingin bebas dan penderitaan, selalu memohonmohon, pasien mempunyai keinginan menghukum dirinya, merasa ditinggalkan
oleh Tuhan, di lain pihak berusaha untuk mendekatkan diri pada Tuhan, pasien
ingin memperbaiki keadaannva pada masa IaIu. Berjanji merupakan ciri yang
jelas, bersedia mati ; dilain pihak, pasien takut untuk mati.
c. Sosial budaya:
Merasa dipisahkan dari orang-orang yang dikasihi, pasien merasa kepercayaan
relasinya mulai hilang
2. Menentukan diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering timbul Timbulnya ambivalensi s/d keinginan
untuk bebas dari segala penderitaan dan bersalah.
D. FASE DEPRESI
Konsep Dasar
Depresi adalah suatu perasaan dan pesimisme yang berhubungan dengan
penderitaan dimana hal ini dapat berupa serangan yang ditunjukkan pada diri
sendiri atau disebabkan perasaan marah yang sangat dalam.
E. FASE PENERIMAAN
Konsep Dasar
Penerimaanpasien menerima semua situasinya dengan tentram dan rela.
Dimana tahap ini merupakan tahap untuk membedakan antara sikap menerima
kematian dan penyerahan terhadap kematian yang akan terjadi.
Untuk mencapai tahap ini membutuhkan waktu yang lama tetapi tidak mutlak.
Pengkajian
1. Mengkaji riwayat keperawatan secara komprehensif:
a. Pengkajian fisik : Pasien tampak lemah, lebih banyak tidur, wajah nampak
tenang, lebih banyak menggunakan komunikasi non verbal, pasien merasa
senang bila ada yang dekat dengannya dan memegang tangan petugas.
b. Psikologis : Bagaimana pandangan pasien terhadap keadaannya sekarang,
apakah pasien menerima, bagaimana pandangan dan tanggapan keluarga
terhadap keadaan pasien bagaimana pasien dalam keluarga dan masyarakat.
c. Sosial Budaya : Latar belakang pendidikan dan sosial serta kebudayaan pasien.
Fase II
Fase III
Fase IV
: Identification in bereavement.
Fase V
pengkajian
Status sosial ekonomi. Kehilangan adalah universal yang dialami oleh semua
orang tanpa memandang status sosial ekonomi. Pengkajian pada status soial
ekonomi penting
pekerjaan yang dianggap layak, memperbesar stres pada orang yang berduka.
Perawat seharusnya mengkaji status sosial ekonomi klen.
kehilangan orang tua adalah kehilangan masa lalu, kehilangan pasangan adalah
kehilangan masa kini, dan kehilangan anak-anak adalah kehilangan masa
depan. Bukti emmpirik pada literatur yang mendukung teori bahwa kehilangan
anak-anak adalah berduka yang mendalam (Randow 1984). Kematian seorang
anak sering menjadikan trauma tersendiri karena itu bisa disebut premature
( belum waktunya ). Orang tua biasa merasa berdosa dan menyalahkan dirinya
sendiri. Reaksi pada kehilangan orang tua bergantung pada kualitas hubungan
itu sendiri. Kematian orang tua yang sering mengasuh kita biasanya
menyebabkan berduka paling besar bagi seorang anak. Kehilangan orang tua
pada masa dewasa dipengaruhi oleh hubungan psikologi dan tingkat
keterikatan.
Hampe ( 1975 ) mempelajari tentang kebutuhan pasangan hidup ketika
mencoba mengatasi tentangkematian pasangan dimasa yang akan datang.
Kebutuhan tersebut diidentifikasi meliputi kebutuhan :
1. Yang terkait dengan seseorang yang sekarat.
2. membantu seseorang yang sekarat.
3. memberikan keyakinan kepada perasaan pasangan
4. diberitahu tentang kondisi pasangan
5. diberitahu tentang kematian yang akan datang
6. untuk meluapkan emosi
7. untuk kenyamanan dan support keluarga
8. untuk bisa menerima, memberi support, dan untuk kenyamanan
perawatan keluarga.
Sistim Pendukung Sosial. Support yang diterima klien didasarkan pada nilainilai klien itu keanggota sistim sosial dan prilaku serta keadaan kehilangan itu
sendiri. Kehilangan yang nyata seperti kehilangan rumah karena bencana alam,
kadang membawa support dan sumber yang tidak diharapkan. Begitu
kehilangan seperti cacat wajah yang menyebabkan kehilangan support dari
keluarga dan teman yang membawa kepedihan. Kehilangan support biasanya
mengacu pada kesulitan mengatasi masalah berduka dengan sukses/baik.
(Rando, 1984). Pada kondisi ini seorang perawat harus mampu memberikan
komunikasi terapeutik dengan tetap memberikan support yang diharapkan
diantaranya
menunjukkan
sikap
empati,
sehingga
secara
psikologis
bergerak
maju
mundur
melewati
fase
berduka
( penyelesaian ) akhir.
Karakteritik berduka yang disfungsional menurut NANDA adalah :
1. ekspresi verbal dari distres pada kehilangan.
2. Penolakan akan kehilangan.
dan
resolusi
kematian atau kehidupan setelah mati dari seseorang yang sudah mati
8. Reaksi yang kuat tentang distress, kemarahan dan mencela diri sendiri.
9. Riwayat penyakit jiwa atau keyakinan untuk bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan
Impaired Adjustment
dengan :
Berduka yang tak terselesaikan.
Nutrisi yang berubah ; lebih kecil dari yang dibutuhkan oleh tubuh berhubungan
dengan :
Respon berduka sekunder terhadap depresi.
Perencanaan.
Ketika merawat klien yang sekarat, tanggung jawab perawat berkembang ke
kebutuhan fisik dan psikologis yang unik dan sosial. Perawat harus toleransi dan
bersedia untuk menghabiskan waktu lebih lama dengan klien yang sekarat,
mendengarkan pengekspresian berdukanya dan mempertahankan kualitas hidup si
klien. Tujuan tambahan lagi untuk klien yang sekarat termasuk berikut ini :
1. Mencapai dan mempertahankan kenyamanan..
2. mempertahankan kemandirian dalam melaksanakan aktifitas sehari hari.
3. mempertahankan harapan.