TABEL Pidana Anak
TABEL Pidana Anak
TESIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM KEDIRI
2012 Pemasyarakatan Nomor 12
Nanang1995,2012
Tahun
Adi Susanto:Pola Perlindungan Narapidana Anak Ditinjau Dari UNISKA
Undang-Undang
Oleh
NANANG ADI SUSANTO
NIM 11.1.12.012
Judul Tesis
NARAPIDANA
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
: POLA PERLINDUNGAN
ANAK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
PEMASYARAKATAN NOMOR 12 TAHUN 1995
: NANANG ADI SUSANTO
: 11.1.12.012
: Ilmu Hukum
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Direkt
ur
(Prof. Dr.Ir.
Zaenal(Dr. Ir. Moch. Saleh
Asisten
Asisten
ABSTRAK
Nanang1995,
Tahun
Adi Susanto
2012 :Pola Perlindungan Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
1.
Bapak Prof. Dr Sudarsono, SH. Ms., Selaku pembimbing 1. Yang telah memberikan arahan
Dalam penulisan tesis ini.
2.
Bapak Dr.Mukhamad Soleh, SH. M.Hum, Selaku Pembimbing 2. Yang juga telah
memberikan
Arahan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Dr.Ir. H. Chasan Bisri, Selaku Direktur
4. Bapak Prof.Dr. Ir. Zaenal Fanani, Ms., Selaku asisten Direktur.
5. Dirjenpas Jakarta yang membantu penelitian.
Penulis memohon
bilamana
dalamberguna
penulisan
semestinya.
Semogamaaf
penelitian
ini dapat
bagiterdapat
agama,kesalahan
bangsa,
yang
tidak
dan
negara.
NANANG ADI SUSANTO
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Laki-Laki
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Alamat
PENDIDIKAN FORMAL
- Sekolah Dasar Bagelenan 03 tahun 1996.
- Sekolah Menengah Pertama PGRI 23 Srengat 1999.
- STM Islam 1 Blitar 2002.
- Fakultas Hukum Universitas Islam Attahiriyah ( UNIAT ) Jakarta
tahun 2007.
- Sekolah Pascasarjana Universitas Islam (UNISKA) Kadiri tahun
2012 s/d
sekarang.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..........................................................................................
............... i
ABSTRACT .........................................................................................
ii
...........
KATA
PEN
RIWAYAT
GAN
HIDUP ...
DAFTAR
TAR
..................
ISI
........
...........
DAFTAR
..................
................
...........
TABEL
..................
................
...........
DAFTAR
................
..................
................
...........
ISTILA
DAFTAR
................
...............
................
...........
H
..........
SINGKA
................
vi
...........I
BAB
................
TAN
.....
................
...........
PEN
................
................
vii
......... A. Latar
DAH
................
................
........... Belakan
ix
iii
B. Rumusan
ULU
................
................
g ..........
AN
... Masalah .....
..............
................
C.
Tujuan
..............
....................
..........
x
........... Penelitian
xi
..............
....................
.......... D.
Manfaat
................
..............
.......... ....................
Penelitian .
................
..............
Keaslian
...........
14
.......... E.
...................
................
.............. .
Penelitian
..........F....................
Kerangka Teori dan Konsepsi .........................................................
................
....................
1
..........16...................
.............
Metode
...................
........ G.
.................
14
Penelitian
.
...................
1
14
..................
................
BAB II POLA PERLINDUNGAN ANAK DI
..................
15
LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK ...............................
..................
..................
A.28Pola Perlindungan Hukum Terhadap
.... 25 ..................................... 28
Anak
B. Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia
....................................
C. Pola Perlindungan Narapidana
49
Anak ............................................
D. Tujuan Peradilan Pidana
.. 65
Anak ..................................
...................... 73
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
3.1
Data Penghuni Klas II A Anak Blitar
Berdasarkan Klasifikasi Penghuni pada September
2012......................... 93
3.2
Data Penghuni Klas II A Anak Blitar
Berdasarkan Usia pada September
2012................................................... 93
3.3
Data Penghuni Klas II A Anak Blitar Berdasarkan
Tindak Pidana pada September
2012........................................................
3.4
Data Petugas Klas II A Anak Blitar Berdasarkan Pejabat
94
Struktural pada September
2012..................................
.............................
95A Anak Blitar Berdasarkan Tingkat
3.5
Data Petugas Klas II
Pendidikan pada September
2012....................................
3.6
Data Petugas Klas96II A Anak Blitar Berdasarkan Tingkat
..........................
Golongan Pada September
2012..................................
.............................
3.7
Data Penghuni Klas96II A Anak Blitar Berdasarkan
Pembinaan pada September
2012.....................................................
......... 99
DAFTAR ISTILAH
Child Abused
Kinderrecht
Minderjarig
: Sudah Dewasa
Problem Oriented
: Berorientasi Permasalahan
Secondary Prevention
: Pencegahan Sekunder
Sense of Justice
: Rasa Keadilan
Sense of Responsibility
: Rasa Tanggungjawab
DAFTAR SINGKATAN
CEDC
KUHP
LAPAS
: Lembaga Pemasyarakatan
MCK
PP
: Peraturan Pemerintah
UU
: Undang-Undang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hingga Mei 2002, ditemukan 4.325 (empat ribu tiga ratus dua puluh
lima)
tahanan anak di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan di
seluruh Lebih menyedihkan, sebagian besar 84 % (delapan puluh
Indonesia.
empat
persen) anak-anak ini berada di dalam lembaga penahanan dan
pemenjaraan
untuk orang-orang dewasa dan pemuda. Jumlah anak-anak yang
tersebut,
ditahan tidak termasuk anak-anak yang ditahan dalam kantor polisi
(Polsek,
Polres, dan Polda). Pada rentang waktu yang sama, yaitu Januari
hinggatelah
Mei tercatat 9.465 (sembilan ribu empat ratus enam puluh
2002,
lima)yang
anak-berstatus sebagai Anak Didik (Anak Sipil, Anak Negara
anak
dan Anak
Pidana)
tersebar di seluruh rumah tahanan dan lembaga
Sebagian
besar, yaitu 53 % (lima puluh tiga persen) berada di rumah
pemasyarakatan.
tahanan
dan lembaga pemasyarakatan untuk orang dewasa dan pemuda. 3
Beijing
mendefisinikannya
Rules
sebagai berikut:
a child or young person who is alleged to have committed or who
has been found to have committed an offence. 6
3
654
www.pemantauperadilan.com
unduh
pada
tanggal 91985
September 20 08
Pasal
Steven
General
40Allen
ayat
Assembly
(1)
,Op-Cit.,
Konvensi
Resolution,
hlm.Hukum
ii di
40/30
Anak
of 29
November
The Child/CRC)
anak yang
,7 berkonflik dengan hukum dikategorikan sebagai anak
dalam situasi khusus (children in need of special protection/CNSP) .8
UNICEF menyebut anak dalam kelompok inichildren
sebagai in especially
Yoram Dinstein,
Hak Atas Hidup, Keutuhan Jasmani, dan Kebebasan, dalam Hak Sipil dan
Politik , Esai-Esai Pilihan, hlm. 128
12
Pemerintah
Republik
Indonesia
telah
meratifikasi
Kovenan
Internasional
Hak
menyatakan
mempertahankan
bahwa
kepentingan
tindakan-tindakan
keamanan
dan
dan
prosedur-prosedur
kehidupan masyarakat
penghukuman
yang teratur
apa pun
dan Sipil dan
Hak
Politik
melalui
Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2005.
harus konsisten
1 3 Butir 66 Peraturan PBB bagi Perlindungan Anak yang Kehilangan Kebebasannya,
11
dengan penghormatan martabat yang melekat pada anak itu dengan tujuan dasar
pengasuhan
pada
fasilitas pemasyarakatan,
yaitu menanamkan ras keadilan, harga diri dan penghormatan
bagi hak-hak
asasi
dasar setiap orang
1 4 Shidarta,
Karakteristik Penalaran Hukum dalam Konteks Ke Indonesiaan,
(Bandung ;
Utomo,
2006),
hlm.
213
FHUI, 2003)
www.pemantauperadilan.com
Lembaga Pengawasan
di unduh
Sistempada
Peradilan
tanggalPidana
9 Sep tember
Terpadu,
(Jakarta
2008 : MAPPI
1 65 Editorial,
(Jakarta :1Elsam,
2003),
GuMengadili
ltom,
hlm. 7. Korban : Praktek Pembenaran Terhadap Kekerasan Negara,
7 Samuel
(2).
Negara-negara
pihak
harus
mengambil
semua
langkah
yang
tepat
menjamin
dilindungi
diutarakan
dari
atausemua
a.
kepercayaan
Refugees,
bentuk
b,orang
diskriminasi
Internally
tua anak,
Displaced
atau
walihukuman
hukum
Persons
anak
atas
(IDPs);
dasar
atau
anggota
status,
c.untuk
National
aktivitas,
keluarga
Minorities, d.
bahwa
anak
pendapat
anak.
rentan
adalah:
yang
Menurut
Migrant
Human
Rights
Reference
disebutkan,
bahwa
yang
tergolong
ke
dalam
kelompok
20
Pemasyarakatan
Hardi
Nomor
Pasal
Widioso,
29 Tahun
45 Kitab
Tindakan/Pidana
IX-April
Undang-Undang
2008, (Jakarta
AtasHukum
Kasus
: Dirjen
Tindak
Pidana.
Pemasyarakatan,
Pidana Anak, 2008), hlm.
Warta
23
2 21 Lihat
anak untuk
depannya.
Jaksa
Agung R. Suprapto pada tahun 1951 telah menganggap bahwa masalah penjahat
2 3 masa
anak Indonesia.
2 54
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan,
yaitu :
1. Bagaimanakah pola perlindungan terhadap anak di Lembaga
Pemasyarakatan Anak?
2. Bagaimanakah konsep dan program binaan anak di Lembaga
Pemasyarakatan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan
penelitian yang ingin dicapai dari penelitian tesis ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaturan perlindungan terhadap anak dalam
sistem
peradilan pidana.
2. Untuk menjelaskan konsep dan program binaan anak di Lembaga
Pemasyarakatan.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:
a. Menambah informasi yang lebih kongkrit dan bahan masukan
dalam
memberikan perlindungan terhadap anak.
b. Sebagai sumbang saran bagi instasni terkait, khususnya yang
berkaitan
dengan anak di Lembaga Pemasyarakatan
penyempurnaan
E. Keaslian Penelitian
Agar tidak terjadi pengulangan suatu penelitian terhadap masalah
yang sama,
peneliti biasanya akan mengumpulkan data tentang masalah tersebut
sebelum
melakukan kegiatan ilmiah tersebut.
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan
(library research)
terdapat
27
2 6 Wuisman,
Penelitian
Ilmu-Ilmu
Asas-Asas,
Penyunting:
M. Maju,
Hisyam,
(Jakarta
FE
UI, 1996),2 87hlm.
IbidSolly
M.
,203.
hlm.
Lubis,
16.
Filsafat
Ilmu danSosial,
Penelitian,
(Bandung
: Mandar
1994),
hlm.: 80.
29
harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan dengan Hal ini
benar.
sesuai dengan pendapat Peter M. Marzuki yang menyatakan bahwa
penelitian hukum
silakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori, ataupun konsep
baru sebagai
preskrepsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 30
a. Teori pemidanaan
retributive ( retributive
) telah
model
mempercayakan campur tangan peradilan anak
39
3 9 Koentjorodiningrat,
Metode-Metode
Penelitian
Masyarakat
, (Jakarta
: Gramedia
1997), hlm.
1990),
21. Setyowati Soemitro,
13.
Aspek Hukum
Perlin
du
ngan(Jakarta
Anak,
: BumiPustaka,
Aksara,
4 0 Irma
interview
) lagsung
3. Analisis Data
Salah satu ciri dari penelitian hukum normatif adalah menganalisis
data secara
kualitatif. Pada tahap awal dilakukan pengumpulan data primer dan
sekunder,
kemudian data dikelompokkan sesuai dengan rumusan masalah yang
ditetapkan.
Data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan untuk mendapat
gambaran yang utuh,
menyeluruh dan tepat masalah-masalah yang akan dijawab. Datadata tersebut
dianalisis dengan melakukan interpretasi atau ditafsirkan dan
selanjutnya hasil
penafsiran dideskripsikan kemudian disimpulkan secara deduktif.
BAB II
Tangerang Menuju Pada Innovation Treatment System Sesuai PP No. 31 Tahun 1999
28
Pembinaan
tentang
dan
Pola
Pembimbinga
Pembinaan nAnak
Warga
Didik
Binaan
Pemsyarakatan
Pemasyaraka
(Surabaya
di Lembaga
tan : FHPemasyarakatan
UNS, 2005), hlm.
Anak
74
4 3 Mandiana,
laku yang diatur dari dalam, disertai parasaan tanggung jawab pribadi
untuk tindakan
masing-masing.
Perkembangan moral mempunyai aspek kecerdasan dan aspek
impulsif. Anak
harus belajar apa saja yang benar dan yang salah. Selanjutnya, segera
setelah mereka
cukup besar, mereka harus diberi penjelasan mengapa ini benar dan
itu salah. Mereka
juga harus mempunyai kesempatan untuk mengarnbil bagian dalam
kelompok
sehingga mereka dapat belajar mengenai harapan kelompok.
Hal yang lebih penting lagi, mereka harus mengembangkan
keinginan. untuk
melakukan hal yang benar, bertindak untuk kebaikan bersama dan
menghindari yang
salah. Ini dapat dicapai dengan hasil yang paling baik dengan
mengaitkan reaksi
menyenangkan dengan hal benar, dan reaksi yang tidak
menyenangkan dengan reaksi
yang salah. Untuk menjamin kemauan untuk bertidak sesuai dengan
cara yang
diinginkan masyarakat, anak harus menerima persetujuan kelompok.
Bagi seorang anak, belajar berperilaku dengan cara yang disetujui
masyarakat
merupakan proses yang panjang dan lama yang terus hingga masa
remaja. Belajar
berperilaku merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting
di masa kanakkanak. Sebelum anak masuk sekolah, mereka diharapkan mampu
membedakan yang
benar dan yang salah dalam situasi yang sederhana dan
meletakkan dasar bagi
perkembangan hati nurani. Dalam mempelajari sikap moral, menurut
pendapat
Hurlock, terdapat (4) empat hal yang paling pokok untuk
diharapkan
kebiasaan-peraturan,
sosial dan anggotanya
nurani,sebagaimana
belajar mengalami
mempelajarikelompok
apa yangmengembangkan
terkandung
perasaan
bersalah,
dalam hukum-
51
114 34.
hlm.
51
52
Zakariya
Ahmad Al Barry,
Hukum
Anak dalam
(Jakarta
Islam,
Bintang,
1990),
hlm.
Romli Atmasasmita,
Problema
Kenakalan
Anak
dan:, Bulan
Remaja
(Bandung
: Armico,
1984),
Gramedia5 43Widiasarana
Zakiah Darajat,
Maulana
Hassan
Indonesia,
Wadong,
Kesehatan
2000),Mental
Pengantar
hlm. 27, (Jakarta
Advokasi
: Intidan
Idayu
Hukum
Press,
Perlindungan
1983), hlm.
, (Jakarta
101.
Anak:
Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan citacita luhur
bangsa, calon-calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan
sebagai sumber
harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluasluasnya untuk
tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani,
dan sosial.
Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan
masyarakat dalam
berbagai kedudukan dan peranan, yang menyadari betul pentingnya
anak bagi nusa
dan bangsa di kemudian hari. Jika mereka telah matang pertumbuhan
fisik maupun
mental dan sosialnya, maka tiba saatnya menggantikan generasi
terdahulu.
Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk
menciptakan
kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
demi
Anak di Indonesia
, (Bandung,
Perlindungan
Refika Hukum
Aditama,
Terhadap
2008), hlm.
Anak32.
dalam Sistem Peradilan Pidana
5 5 Maidin Gultom,
59
61
63
kinderrecht
(aspek hukum anak) sebagai
65
6 876
Arif
hlm. 53
Irma
Ibid Gosita,
.,Setyowati
hlm. 16
15Op-Cit.,
Soemitro,
Op-Cit ., hlm. 15
Arif Gosita
memberikan beberapa rumusan tentang hukum perlindungan
anak sebagai berikut:
Tarumanagara,
Era Hukum,
1999),
Nawawi
hlm.Arief,
Jurnal
274 Ilmiah
Op-Cit.,
Ilmu
hlm.
Hukum
3 No. 4/Th V/April 1999
, (Jakarta : Universitas
7 10 Barda
"pressure valve"
"the last
dan
Sengketa 7,32(Bandung
Sri Yahya
M.
Widoyati
:Harahap,
Citra
Soekito,
Beberapa
Aditya Bakti,
Anak
Tinjauan
dan
1997),
Wanita
Mengenai
hlm.Dalam
2 37Sistem
Hukum
, Jakarta
Peradilan
: LP3S,1983),
dan Penyelesaian
hlm. 143
Pusat Pelayanan
Ibid .,Keadilan
hlm.Reksodiputro,
238dan Pengabdian
HakHukum
Asasi Manusia
UI, 1994),
Dalam
hlm. Sistem
27
Peradilan, Pidana
(Jakarta :
7 54 Mardjono
7 87
Barda
Ibid ., Nawawi
hlm. 27 Arief,
pemasyarakatan terpidana.
Sistem79 peradilan pidana terdapat beberapa komponen
yang bekerja sama satu sama lain. Komponen-komponen yang
bekerjasama dalam
sistem ini yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan (lembaga)
pemasyarakatan.
Komponen ini diharapkan membentuk suatu "integrated criminal justice
administration". 80
Ciri peradilan pidana sebagai suatu sistem berupa adanya titik berat
pada
koordinasi dan sinkronisa si komponen peradilan pidana (kepolisian,
kejaksaan,
pengadilan, dan lembaga pemasyarak atan), adanya pengawasan dan
pengendalian
k ekuasaan oleh komponen peradilan pidana, efektivitas sistem penan
ggulangan
kejahatan lebih utama dari efisiensi penyelesaian perkara,
penggunaan hukum
81
sebagai instrumen untuk menetapkan
the administration of justice.
Apabila
keterpaduan dalam bekerja sistem tidak dilakukan, maka ada 3 (tiga)
kerugian yang dapat
diperkirakan, yaitu :
1) Kesukaran dalam menilai sendiri keberhasilan atau kegagalan
masing-masing
instansi sehubungan dengan tugas mereka bersama;
2) Kesulitan dalam memecahkan sendiri masalah-masalah pokok
masingmasing instansi (sebagai sub sistem dari sistem peradilan pidana);
3) Karena tanggungjawab masing-masing instansi sering kurang
jelasmaka
terbagi,
setiap instansi tidak terlalu memperhatikan efektifitas
menyeluruh
dari pidana. 82
sistem
peradilan
(Yogyakarta
Ibid
: Liberty,
., hlm.Poernomo,
1982),
84. hlm.
Pandangan
16.
Terhadap Asas-Asas Umum Hukum Acara Pida na,
8 87 Bambang
91
pemeriksaan dan pemutusan perkara yang menyangkut kepentingan
anak.
Encyclopedia Americana
menyebutkan bahwa peradilan anak adalah pusat dari
Pusat Pelayanan
dan Pengabdian
Reksodiputro,
Hukum
Hak
UI,Asasi
1994),
Manusia
hlm. 27Dalam Sistem Peradilan, Pidana
(Jakarta :
9 5 Mardjono
1 00 Mardjono Reksodiputro,
Op-Cit
., hlm.
36
1981), hlm.
Soedjono
67
Atmasasmita,
Dirdjosisworo,
Op-Cit
Perta
., hlm.
ngg
9ungjawaban
Dalam Hukum
, (Bandng
Pidana: Alumni,
1 02
01 Romli
tanggal 51Januari
2009
dengan penelusuran Program Nasional Bagi Anak, diakases pada
05 www.google.co.id
1 06
Soejono,
sinput
atau sub sistem dalam sistem
(keluaran)
Outputs dari Lembaga Pemasyarakatan tidak terlepas dari kualitas
dan sinergitas dan seluruh sub sistem atau komponen yang terkait,
langsung
maupun tidak langsung dengan proses pendidikan yang
baik secara
berlangsung
berada
dalamselama
Lembaga Pemasyarakatan.
Adapun outputs
(keluaran) dari proses pendidikan yang dilaksanakan di
Lembaga Pemasyarakatan diharapkan sampai sejauh mana kondisi
mantan anak didik
Lapas dapat eksis kembali di kehidupan masyarakat dengan menjadi
manusia dan
warga masyarakat seutuhnya, yaitu tidak melanggar hukum lagi,
dapat berpartisipasi
aktif dan positif dalam pembangunan, hidup bahagia dunia dan
akhirat, serta menjadi
manusia yang mandiri.
practicable,
dan
fair
berguna, paling tidak akan memberikan umpan balik tentang
efektivitas dan efesiensi dari model pendidikan/pembinaan yang
dilaksanakan oleh
Lembaga Pemasyarakatan terhadap para anak didik Lapas.
Noise
adalah suara-suara yang tidak menggembirakan, yang muncul dan
meluas pada saat
feedback information
sedang dikumpulkan. Apabila pusat
Anak Sipil adalah anak yang atas permintaan orangtua atau walinya
memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lembaga
Permasyarakatan
Anak. Penempatan Anak Sipil di Lembaga Pemasyarakatan Anak
paling lama sampai
berumur 18 (delapan belas) tahun. Paling lama 6 (enam) bulan lagi
bagi mereka y ang
belum berumur 14 (empat belas) tahun dan paling lama 1 (satu) tahun
mereka
bagi yang pada saat penetapan pengadilan berumur 14 (empat
belas) tahun
danGultom, Op-Cit ., hlm. 138
1 07 Maidin
1 11
10
Pasal 21
1 butir
Undang-Undang
1 jo Pasal 4 ayat
Nomor
(1) Und
3 Tahun
ang-Un
1997dang Nomor 3 Tahun 1997)
BAB III
KONSEP
PEMBINAAN
NARAPIDANA ANAK
A. Doktrin Pemidanaan
Kenyataan
di
lapangan
menunjukan bahwa keadaan Lapas
Anak sangat
memprihatinkan. Dana kesehatan yang
dipagu dalam anggaran tahun 2005 hanya
berkisar Rp. 20,- per orang perhari. Di
lain pihak Menkumham di komisi III DPR
menyatakan bahwa negara berhutang
kepada pemborong makanan untuk penghuni
Lapas sampai tahun 2005, kurang lebih
sebesar 150 milyar. Akibat dari keadaan ini
sudah tentu akan berdampak kepada
kualitas pelayanan termasuk mutu bahan
makanan. 112
Sementara itu semangat yang
terkandung dalam Undang- Undang Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,
belum nyata-nyata berpihak kepada
narapidana anak. Pada saat dalam
2) Doktrin penjeraan.
Dilandasi oleh pengetahuan filasafat yang menyatakan bahwa pada
hakekatnya manusia itu memiliki kehendak bebas (free
Termasuk
will). juga
bebas melakukan kejahatan. Oleh sebab itu hukuman yang diberikan
pun
adalah dibatasi kebebasannya. Asumsinya adalah karena manusia itu
bebas
maka kesakitan yang paling hakiki adalah dicabut kebebasannya.
demikian si pelaku kejahatan akan takut dan jera untuk melakukan
Dengan
perbuatan
jahatnya.
Namun yang menjadi masalah adalah pelaksanaan pidana hilang
kebebasan
bergerak
melalui pemenjaraan pun tidak bebas dari masalah. Karena
dari
ahli para
ilmu sosial terutama sosiologi terbukti bahwa pemasukan orang
penjara
ternyata dapat menimbulkan dampak prisonisasi. Prisonisasi
ke dalam
adalah dimana terjadi suatu proses sosialisasi nilai-nilai masyarakat
keadaan
penjara
yang dapat menimbulkan si narapidana dapat lebih buruk atau lebih
jahat
dibandingkan dengan sebelum ia masuk penjara. Dapat dimaklumi
bahwa
keadaan penjara di Eropa saat itu (abad 18) sedemikian buruknya
mengundang banyak reaksi dari berbagai ahli seperti John Howard.
sehingga
Oleh itu doktrin penjeraan sudah ditinggalkan oleh banyak negara.
karena
3) Doktrin rehabilitasi.
Adalah doktrin yang dikemukakan sebagai reaksi dari kegagalan
doktrin Doktrin ini berasumsi bahwa pada hakekatnya pelanggar
penjeraan.
adalah orang
hukum
itu yang memiliki kekurangan atau memiliki penyakit.
Oleh
itu
ia sebab
harus diperbaiki atau direhabilitasi. Namun karena dalam
pelaksanaannya doktrin ini terlalu menempatkan individu pelanggar
hukum
secara eklusif maka doktrin ini mengalami kegagalan pula.
4) Doktrin re-integrasi sosial.
Berasumsi bahwa suatu pelanggaran hukum terjadi, disamping
karena
kesalahan individu juga masyarakat pun memiliki andil dan
tanggungjawab
dalam
mengkondisikan terjadinya kejahatan tersebut. Oleh sebab itu
maka
pembinaan para pelanggar hukum tidak boleh dilepaskan dari
masyarakatnya.
Harus diupayakan pemulihan hubungan yang harmonis antara
hukum
dengan masyarakatnya. Konsep inilah yang melahirkan
pelanggar
pemulihan
hubungan hidup, kehidupan, dan penghidupan dalam sistem
pemasyarakatan.113
1 13
keadaan yang melekat pada diri anak baik biologis, psikis, sosial
maupun kultural,
berada dalam kondisi yang rentan dan masih tergantung pada orang
dewasa.
Kerentanan tersebut menimbulkan sejumlah resiko yang banyak
dihadapi oleh
seorang anak. Apabila resiko-resiko tersebut tidak dapat ditekan
maka potensi yang
ada dalam dirinya untuk tumbuh dan berkembang manjadi manusia
dewasa yang
berkualitas akan menjadi lemah. Maka oleh karena itu ia hams
dilindungi demi
perkembangan masa depannya secara optimal. Tugas perlindungan
kepada anak
adalah menjadi kewajiban negara dan pemerintah. Untuk keperluan
itu, hak-hak anak
telah dicantumkan secara limitatif dalam berbagai peraturan yang
berlaku bagi
perlindungannya.
Dalam konteks Indonesia Undang-undang 23 Tahun 2002 Tentang
leading sector
dalam pemajuan,
Didin
Ibid.,Sudirman,
hlm 349
Op-Cit ., hlm. 348
or
254 orang
AN
16
Anak Negara
Tabel 3.2 Data Penghuni Klas II A Anak Blitar Berdasarkan Usia pada September
76 orang
Jumlah Keseluruhan
34 orang
09. orang
35. orang
04. orang
01.orang
09 .orang
148 orang
01 orang
03. orang
-
254 orang
10 Orang
1 21
19
20
Pasal 36
22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti
menarik
kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasahan, yaitu :
A. Kesimpulan
1. Secara garis besar faktor-faktor yang dapat menimbulkan tindak
kriminalitas
yang dilakukan oleh anak didik di Lembaga Pemasyarakatan ada 2
(dua)
faktor yaitu : faktor internal (dalam diri anak didik) dan faktor
eksternal yaitu
faktor yang berasal dari luar diri individu. Adapun faktor-faktor
internal yang
bersumber dari diri individu terbagi ke dalam 2 (dua) bagian yaitu
faktor
internal yang bersifat khusus dan faktor internal yang bersifat
umum.
2. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar negara dapat berperan
sesuai
fungsinya, terutama dalam rangka pemajuan, perlindungan dan
pemenuhan
hak-hak anak bagi anak didik pemasyarakatan.
B. Saran
100
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
2. Makalah Ilmiah
Allen, Steven,
Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak Juvenile Justice
System Indonesia : UNICEF, 2003
Di Indonesia,
Arrasjid, Chainur,
Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminal, Kelompok Studi
Hukum dan Masyarakat,
Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
1998
Dinstein, Yoram,
Hak Atas Hidup, Keutuhan Jasmani dan Kebebasan Dalam Hak
Sipil dan Politik: Esai-Esai Pilihan, Jakarta : ELSAM, 2001
Noor Muhammad,
Proses Hukum Bagi orang Yang Didakwa Melakukan Kejahatan
Dalam Hak Sipil dan Politik: Esai-Esai Pilihan,
Jakarta : ELSAM, 2001
Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta : FE-UI, 1996
3. Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Konsep Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tahun 2000
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 23
3 Tahun
Tahun1997
2003tentang
tentang
Peradilan
Perlindungan
Anak
Anak