Anda di halaman 1dari 34

ANATOMI FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi
terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang
memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi
dalam banyak fungsi tubuh yang vital.
Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan
manusia Tebal bervariasi antara - 3 mm. Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif
bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh
Kulit dapat bergerak dan meregang tergantung pada :
Tebal kulit
Jumlah lipatan kulit
Elastisitas kulit
Perlekatan kulit dengan jaringan dibawahnya
Umur individu.
Lapisan Kulit
Epidermis
Dermis
Jaringan subcutan.
EPIDERMIS

Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :


Stratum corneum
Stratum lucidum
Stratum garanulosum
Stratum spinosum/ spongiosum
Stratum basale
Stratum Corneum
Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi, sudah mati dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.
Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa sisik-sisik yang
sangat halus.
Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit (korneosit) setiap hari
Stratum Lucidum
Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada
di stratum corneum.
Stratum Granulosum
Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang dipipihkan.
Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas
epidermis.
Stratum Spinosum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda,
karena adanya proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengahtengah.
Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans mengaktifkan sistem imun
Stratum Basale
Lapisan terdalam epidermis
10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes melanin, sel warna untuk kulit
(pigmen).
Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.
DERMIS
Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur
pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan jaringan
fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke arah
subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat
serta sebasea dan akar rambut.
JARINGAN SUBCUTAN/ HIPODERMIS

Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan
adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot
dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor
penting dalam pengaturan suhu tubuh.
ADNEKSA KULIT
1.Kelenjar pada kulit
a. Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea, berkaitan dengan folikel rambut, ductus kelenjar sebasea akan
mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan antara folikel rambut dan batang
rambut
untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan
melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak serta lentur
b. Kelenjar keringat
Ditemukan pada kulit sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat
pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir (margo labium oris),
telinga luar dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat
Kelenjar Keringat diklasifikasikan menjadi 2 :

Kelenjar ekrin
- Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke
permukaan kulit. Keringat dikeluarkan dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap
kenaikan suhu sekitarnya dan kenaikan suhu tubuh.
Kelenjar apokrin
Kelenjar apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum dan labia mayora. Kelenjar
apokrin menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh dan
diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.Rambut
Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dari dermis dan batang rambut yang
menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam sebuah rongga yang
dinamakan folikel rambut. Proliferasi sel-sel dalam bulbus pili menyebabkan
pembentukan rambut.
Folikel rambut akan mengalami siklus pertumbuhan dan istirahat. Kecepatan
pertumbuhan rambut bervariasi, pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling cepat
dan kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala, aksila serta alis
mata. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari.
Fase pertumbuhan (anagen) dapat berlangsung sampai selama 6 tahun untuk rambut
kulit kepala, sementara fase istirahat (telogen) kurang lebih selama 4 bulan.
Selama fase telogen, rambut akan rontok dari tubuh.
3. Kuku

Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum corneum) yang menebal. Bagian
kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nailroot), bagian yang terbuka di
atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nailplate) dan yang
paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar
dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 (satu) mm perminggu.
Fungsi Kulit
a. Proteksi ( perlindungan)

Kulit melindungi tubuh dari segala pengaruh luar, misalnya bahan kimia, mekanis,
bakteriologis dan lingkungan sekitarnya yang senantiasa berubah-ubah. Fungsi proteksi
ini terutama dilakukan oleh stratum corneum, dalam hal ini juga dimungkinkan karena
adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang
yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis
b. Absorpsi
-- Kulit tidak mudah menyerap air, maka dari itu ketika ketika berendam badan kita tidak
kemasukan air.
c. Ekresi
-- Kulit sebagai organ ekresi memiliki kelenjar keringat yang berfungsi mengeluarkan
limbah metabolisme dalam bentuk keringat. Kelenjar keringat menyerap air,garamgaram dan sedikit urea dari kapiler darah yang terdapat di dalam kulit.Limbah tersebut
akan di keluarkan oembuluh darah ke permukaan kulit untuk diuapkan dan sekaligus
menyerap panas tubuh.
d. Persepsi
-- Kulit sebagai organ paling luar pasti merasakan sesuatu, seperti sentuhan dan lainlain yang di dalamnya dipengaruhi oleh syaraf sensori. Ujung saraf yang berselaput
yaitu badan paccini yang peka terhadap rangsangan rekanan, badan ruffini yang peka
terhadap rangsangan panas, badan crausse yang peka terhadap rangsangan dingin,
serta badan meissner yang peka terhadap rangsangan sentuhan.
e. Pigmentasi
-- Kulit senantiasa berpigmentasi atau mengalami pembelahan, pembelahan pigmen ini
terjadi di lapisan kulit epidermis.

f. Thermoregulasi
-- Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme
makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit. Kulit
juga sebagI tempat pembentukan vitamin D, yang di peroleh dari sinar matahari pagi.

ANATOMI FISIOLOGI
Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi
permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Fungsi kulit:
Fungsi Proteksi
Melindungi dr gangguan fisis atau mekanis, panas, infeksi, sinar matahari
Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang permeabel terhadap berbagai zat kima dan air.
Fungsi absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah
menguap mudah diserap.
Fungsi kulit sebagai pengatur panas

Cara vasodilatasi (kapiler melebar, kulit mjd panas, kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar

keringat penguapan cairan pada permukaan tubuh).

Cara vasokontriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya

keringat dibatasi, panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).


Fungsi ekskresi
Klenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidakdibutuhkan lagi.
Fungsi persepsi
Ujung reseptor memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus menerus keadaan lingkungan.
Fungsi utama : mengindra suhu, rasa nyeri, sentuhan ringan-berat, tekanan
Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen(melanosit) terletak pada laisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf.
Fungsi keratinisasi
Kreatonosit di mulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan.
Fungsi pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksin kolestrol dengan pertolongan sinar matahari.
Lapisan kulit
Epidermis
Lapisan tanduk terletak paling luar. Terus menerus mengalami mitosis, berganti dengan yg baru
sekitar 30 hari. Mengandung reseptor sensorik (sentuhan, suhu, getaran dan nyeri). Komponen
utama epidermis adalah keratin. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis
dari iritan atau mikroorganisme penyebab infeksi.
tersusun atas lapisan sel yang membentuk epidermis.

stratum korneum

Selnya tipis

Datar

Seperti sisik

Terus-menerus dilepaskan.

Selnya sudah mati

Tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah mati)

Mengandung zat kerati

stratum lusidum

Selnya mempunyai batas tegas, tetapi tidak ada intinya

Selnya pipih

Butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar

Terdapat hanya di telapak tangan, dan telapak kaki

stratum granulosum

Selapis sel yg jelas tampak berisi inti dan juga granulosum

Terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan

Sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dg permukaan kulit.

Dalam sitoplasma terdapat butir-butir yang disebut KERATOHIALIN (fase dlm pembentukan

keratin oleh karena banyaknya butir-butir stratum granulosum.


stratum spinosum

Lapisan yg paling tebal, dapat mencapai 0,2 mm terdiri dr 5-8 lapisan.

Sel-selnya terdiri dr sel yg bentuknya poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk

(spina) spinosum

Sel-selnya berduri akantosum

Spina/ tanduk hub antar sel yg lain dsb intercelular bridges/ jembatan interselul

stratum basale

Menggantikan sel-sel yg di atasnya dan merupakan sel induk

Bentuknya silindris dg inti yg lonjong

Terdapat melanin warna yg tersusun spt pagar (palisade), yg bawahnya trdpt membran basalis

(batas terbawah dg dermis).

Membran basalis: bergelombang

Pada waktu kerium menonjol pd epidermis tonjolan ini dsb papila kori (papila kulit), dan

apedermis menonjol ke arah korium.

Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete pegg (prosesus interpapilaris)

Dermis
Merupakan lapisan kulit dibawah epidermis, membentuk bagian terbesar kulit dg memberikan
kekuatan dan strukur kulit

Dermis terdiri dari dua lapisan:


pars papilaris (stratum papilar) atas
retikularis (stratum retikularis) bawah
Baik pars papilaris maupun pars retikularis tersusun dari jaringan ikat longgar yg tersusun dr
serabut:
kolagen kekuatan pd kulit
elastis kelenturan pd kulit
retikulus kekuatan pd kelenjar dan folikel rambut
Subcutis
Kumpulan sel-sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat
dermis
Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dg intinya terdesak ke pinggir cincin
Lapisan lemak ini dsb penikulus adiposus
Fungsi dari penikulus adiposus:

Sebagai shock breaker/ pegas

Pertahanan suhu

Penimbun kalori

kecantikan tubuh

Pembuluh Darah
Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu:
Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar
Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan
arteriole pada tiap-tiap papila kori
Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam
Anyaman ini terdapat antara korium dan subkutis. Anyaman ini memberikan cabang-cabang
pembuluh nadi ke alat-alat tambahan yang terdapat di korium.
Pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit/ melebar oleh pengaruh atau rangsangan
panas, dingin, tekanan sakit, nyeri dan emosi, penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara refleks.
Kelenjar Kelenjar Pada Kulit
Kelenjar Sebasea
berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang
akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2 kategori:

kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit.

Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan sekresi
keringat dikendalkan oleh saraf simpatik.pengekuaran keringat oada tangan, kaki, aksila, dahi,

sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll.

kelenjar Apokrin.

Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel rambut. Kelenjar ininaktif
pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada sklus haid.Klenjar Apokrin
memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau khas
pada aksila. Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut Klenjar
seruminosa yang menghasilkan serumen(wax)
3.

KLASIFIKASI

Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi dua
tipe yaitu :
Virus herpes simpleks tipe 1
Menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang
dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian
besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.
Virus herpes simpleks tipe 2
Hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat
kontak seksual.
Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali menyebabkan
erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya. Virus juga bisa
ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang nyata, dalam keadaan ini virus
merupakan sumber infeksi bagi orang lain.
4.

ETIOLOGI
Terdapat 2 jenis virus herpes simpleks yang menginfeksi kulit, yaitu HSV-1 dan HSV-2.

HSV-1 merupakan penyebab dari luka di bibir (herpes labialis) dan luka di kornea mata (keratitis
herpes simpleks); biasanya ditularkan melalui kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut.
HSV-2 biasanya menyebabkan herpes genitalis dan terutama ditularkan melalui kontak langsung
dengan luka selama melakukan hubungan seksual.
5.

TANDA DAN GEJALA

Masa inkubasi berkisar sekitar 3-7 hari. Berdasarkan pernah tidaknya seseorang kontak dengan
Virus Herpes Simplex (HSV-2), infeksi Herpes simpleks berlangsung dalam 3 fase, yakni:
Fase Infeksi (lesi) Primer, ditandai dengan:

Dapat terjadi tanpa gejala (asimptomatis)

Diawali dengan rasa panas, rasa terbakar dan gatal pada area yang terserang.

Kemudian timbul vesikula (bintik-bintik) bergerombol, mudah pecah sehingga menimbulkan

perlukaan (mirip koreng) di permukaan kulit yang kemerahan (eritematus), dan nyeri.

Selanjutnya dapat diikuti dengan demam, lemas sekujur tubuh (malaise) dan nyeri otot.

Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sekitar area yang terserang Herpes genitalis.

Fase Infeksi (lesi) Rekuren (kambuh).


Seseorang yang pernah infeksi primer, dapat mengalami kekambuhan. Adapun kekambuhan terjadi
karena berbagai faktor dan dapat dipicu oleh beberapa faktor pencetus, misalnya kelelahan fisik
maupun psikis, alkohol, menstruasi dan perlukaan setelah hubungan intim.

Pada infeksi kambuhan (rekuren), gejala dan keluhan pada umumnya lebih ringan. Gambaran

penyakit bersifat lokal pada salah satu sisi bagian tubuh (unilateral), berbentuk vesikuloulseratif
(bercak koreng) yang biasanya dapat hilang dalam 5 hingga 7 hari.

Sebelum muncul bercak berkoreng, didahului dengan rasa panas, gatal dan nyeri.

Fase Laten
Fase ini berati penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HVS dapat ditemukan dlm keadaan
tidak aktif pada ganglion dorsalis
6.

PATOFISOLOGI

Infeksi herpes simpleks adalah infeksi virus yang paling umum. Kondisi yang muncul karena infeksi
ini sangat bervariasi, meliputi infeksi tanpa gejala, pilek dan herpes pada genetalia. Herpes simpleks
mengikuti pola yang biasa pada famili virus herpes; infeksi primer; inkubasi (masa laten); dan
reaktivasi (infeksi sekunder). Kontak dengan penderita adalah rute penularan virus ini, biasanya dari
membrane mukosa seseorang yang terinfeksi pada membrane mukosa orang lain.
Infeksi herpes simpleks dapat ditularkan melalui petugas perawatan kesehatan pada saat bekerja.
Herpes Whitlow adalah manifestasi kutaneus dari HSV yang paling sering terlihat pada perawat,
dokter dan dokter gigi yang tangannya telah kontak dengan sekresi faring pasien. Whitlow, seperti
bentuk infeksi HSV lainnya, menimbulkan nyeri dan dapat kambuh kembali. Petugas perawatan
dengan whitlow herpatik pada tangan mereka tidak diizinkan berpartisipasi pada perawatan pasien
saat lesi muncul. Dengan meningkatnya penggunaan sarung tangan sebagai kewaspadaan umum,
menurut teori kejadian herpes whitlow mungkin menurun.
Infeksi rekuren dari herpes ini biasanya rasa nyerinya ringan dan sering terdapat pada bibir atau alat
kelamin. Kekambuhan infeksi dapat terangsang oleh demam, sinar matahari atau trauma. Kelompok
beberapa vesikel akan menjadi pustule dalam waktu beberapa hari dan kemudian sembuh secara
spontan dalam waktu 2 minggu. Jika vesikel mengalami erosi, maka akan membentuk tukak.
7.

KOMPLIKASI

Pada mata
Diawali dengan mata merah meradang, air mata banyak keluar, penglihatan rangkap, nyeri bola
mata, sebagian penglihatan kabur sampai hilang. Komplikasi herpes zoster ke mata bisa

menyebabkan macam -macam kerusakan dan kemungkinan bisa sampai buta. Biasanya setelah
herpes ini sembuh bisa menyisakan cacat pada kornea, atau tekanan bola mata berubah meninggi
(glaucoma)
Pada telinga
Bisa menimbulkan rasa nyeri pada telinga, kualitas pendengaran menjadi menurun, baik itu
bersifatsementara ataupun juga permanen serta bisa menyebabkan wajah menjadi lumpuh sebelah.
Pada otak
Komplikasi herpes ke saraf otak bisa menyisakan rasa nyeri kepala yang hebat sampai berbulan bulan lamanya
8.

PENATALAKSANAAN

Beberapa obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV. Semua obat tersebut
menghambat sintesis DNA virus. Oba-obat ini dapat menghambat perkembangbiakan herpesvirus.
Walaupun demikian, HSV tetap bersifat laten di ganglia sensorik, dan angka kekambuhannya tidak
jauh berbeda pada orang yang diobati dengan yang tidak diobati. Salah satu obat yang efektif untuk
infeksi Herpes Simpleks Virus adalah Asiklofir dalam bentuk topikal, intravena, dan oral yang
kesemuanya berguna untuk mengatasi infeksi primer.
Nama Generik : Acyclovir
Nama Dagang : Clinovir (Pharos)
Indikasi : Untuk mengobati genital Herpes Simplex Virus, herpes labialis, herpes zoster, HSV
encephalitis, neonatal HSV, mukokutan HSV pada pasien yang memiliki respon imun yang
diperlemah (immunocompsromised), varicella-zoster.
Kontraindikasi : Hipersensitifitas pada acyclovir, valacyclovir, atau komponen lain dari formula.
Bentuk Sediaan : Tablet 200 mg, 400 mg.
Dosis dan Aturan Pakai : Pengobatan herpes simplex: 200 mg (400 mg pada pasien yang memiliki
respon imun yang diperlemah/immunocompromised atau bila ada gangguan absorbsi) 5 kali sehari,
selama 5 hari. Untuk anak dibawah 2 tahun diberikan setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun
diberikan dosis dewasa.
Pencegahan herpes simplex kambuhan, 200 mg 4 kali sehari atau 400 mg 2 kali sehari, dapat
diturunkan menjadi 200 mg 2atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-12 bulan. Pencegahan h
erpes simplex pada pasien immunocompromised, 200-400 mg 4 kali sehari. Anak dibawah 2 tahun
setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun dosis sama dengan dosis orang dewasa.
Efek Samping : Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi malaise (perasaan tidak nyaman) sekitar
12% dan sakit kepala (2%).pada system pencernaan (gastrointestinal) dilaporkan terjadi mual (25%), muntah (3%) dan diare (2-3%).
Resiko Khusus : Penggunaan Acyclovir pada wanita hamil masuk dalam kategori B. Efek teratogenik

dari Acyclovir tidak diteliti pada studi dengan hewan percobaan. Acyclovir terbukti dapat melewati
plasenta manusia.Tidak ada penelitian yang cukup dan terkontrol pada wanita hamil. pada tahun
1984-1999 diadakan pendaftaran bagi wanita hamil, dan dari hasil yang terlihat tidak ada
peningkatan kelahiran bayi yang cacat karena penggunaan Acyclovir . tetapi karena tidak semua
wanita hamil mendaftarkan diri dan kurangnya data dalam jangka waktu yang panjang, maka
direkomendasikan penggunaan acyclovir untuk wanita hamil disertai peringatan dan diberikan jika
benar-benar diperlukan. Acyclovir juga dapat masuk ke air susu ibu, karena itu penggunaan pada
ibu yang menyusui harus diperingatkan.
Penggunaan obat lan:
Vidarabin
Idoksuridin topikal (untuk herpeks simpleks pada selaput bening mata)
trifuridins
9.

PENCEGAHAN
Pengobatan herpes umumnya sama, di manapun herpes tersebut timbul. Yang penting si

penderita harus menjaga daerah tersebut tetap bersih dan kering. Anda dapat membersihkan
daerah sekitar dengan saline (larutan garam) dan sesudahnya harus segera dikeringkan. Jika
daerah terinfeksi terlalu lembab, dapat mengundang infeksi sekunder (infeksi lanjutan). Pengobatan
dengan obat antivirus oral biasanya dibutuhkan hanya untuk kasus genital herpes spesifik, dan
harus melalui resep dokter.
10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tranck Test.
Diperiksa adanya sel raksasa berinti banyak.
Elisa.
Pemeriksaan antigen HSV (sensitifitas 95%).
Kultur.
Paling sensitive dan spesifik.
11. EPIDEMOLOGI
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan tersebar
merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka penderita antara laki-laki dan perempuan,
angka penderita meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini
dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1%
setahun. Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena
varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah
sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan

aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari
10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia
11 bulan.
Sedangkan epidemiologi Herpes simpleks virus tipe II ditemukan pada wanita pelacur 10x lebih
tinggi daripada wanita normal. Sedangkan HSV tipe I sering dijumpai pada kelompok dengan
sosioekonomi rendah.
12. PROGNOSIS
Kematian oleh HSV jarang terjadi infeksi dini yang segera diobati prognosisnya baik
sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi kekambuhannya. Pada orang dengan
gangguan imunitas misalnya penyakit-penyakit tumor di syaten retikuloendotelial, pengobatan
dengan immunosupresan lama, menyebabkan infeksi ini infeksi inii dapat menyebar ke alat-alat
dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang
dewasa. Terapi anti virus efektif menurunkan manisfestasi klinis genetalia.

13. ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian

Aktivitas/Istirahat

Tanda : Kurang tidur/gangguan tidur; gangguan hubungan seksual, emosional dan menstruasi pada
wanita; sering berganti-ganti pasangan; hubungan seksual yang tidak aman; malaise

Sirkulasi

Tanda : Kulit hangat, demam; peningkatan TD/nadi akibat demam,nyeri,ansietas; kemerahan di


sekitar vulva; sakit kepala; pembengkakan nodus limfe pada paha

Eliminasi

Tanda : rabas purulent pada wanita; disuria (nyeri saat berkemih); rasa terbakar/melepuh

Makanan/Cairan

Tanda : anoreksia, penurunan BB akibat ansietas

Nyeri/Kenyamanan

Tanda : nyeri pada area vulva/genitalia; nyeri pada otot (mialgia); radang papula dan vesikel yang
berkelompok di permukaan genital; gatal

Keamanan

Tanda : demam; kemerahan dan membengkak (edematosa); penyakit imunokompromise


(HIV/Leukemia); lesi yang sulit sembuh dan berkerak

Penyuluhan Pembelajaran

Tanda : Riwayat penyakit menular seksual; Higiene yang tidak adekuat khususnya daerah genital;

riwayat penyakit imunokompromise; gaya hidup hubungan seksual yang tidak aman
Diagnosa

Nyeri akut berhubungan dengan perubahan agen cedera biologis (herpes simpleks)

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis ditandai dengan

adanya ulkus superfisial di area genital.

Hipertermia berhubungan dengan penyakit (infeksi herpes simpleks genitalis) ditandai dengan

suhu tubuh > 37,50C, kulit kemerahan, kulit teraba hangat

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan gelisah, khawatir

Defisiensi pengetahuan mengenai proses penyakit, pengobatan, dan pencegahan

kekambuhan infeksi Herpes Simpleks Genitalia berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi
ditandai dengan pengungkapan masalah mengenai ketidaktahuan tentang penyakit, ketidakakuratan
mengikuti perintah pengobatan dan pencegahan (sering terjadi rekurensi infeksi)
Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan perubahan agen cedera biologis (herpes simpleks)

NOC:
-

Comfort Status: Physical

Pain Control

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tingkat nyeri dapat
terkontrol dengan kriteria hasil :
-

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi

untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)


-

Melaporkan nyeri berkurang dengan mengguanakan manakemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyetakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

Tidak mengalami gangguan tidur

NIC:
-

Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termksud lokasi, karakteristik, durasu,

frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi


-

Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

Kontrol linkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

lingkungan.
-

Kurangi faktor prespitasi nyeri

Kaji tpe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Ajarkan teknik napas dalam

Berikan analgtik untuk mengurangi nyeri

Tingkatkan istirahat

Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang,

dan antisipasi dari ketidak nyamanan prosedur.


-

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis ditandai dengan adanya
ulkus superfisial di area genital.

NOC:
-

Tissue integrity: skin n mucous membranes

Wound healing: prymary and secondary intention

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
-

Perfusi jaringan normal

Tidak ada tanda-tanda infeksi

Ketebalan dan tekstur kulit normal

Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera

berulang
-

Menunjukkan proses perbaikan luka

NIC:
Pressure ulcer prevention wound care
-

Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang longgar

Jaga agar kulit tetap bersih dan kering

Monitot kulit akan adanya kemerahan

Monitor status nutrisi klien

Monitor aktivitas dan mobilitas pasien

Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Hipertermia berhubungan dengan penyakit (infeksi herpes simpleks genitalis) ditandai dengan suhu
tubuh > 37,50C, kulit kemerahan, kulit teraba hangat

NOC: termaregulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien menunjukkan suhu tubuh dalam
batas normal dengan kriteria hasil:

Suhu 36-37c

Nadi dan respirasi dalam keadaan normal

Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, nyaman.

NIC:
-

Monitor suhu sesering mungkin

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tekekana darah, nadi, dan respirasi

Monitor penurunnan tingkat kesadaran

Monitor intake dan out put

Beri cairan intravena

Tingkatkan sirkulasi udara

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan gelisah,

khawatir

NOC: anxiety control fear control


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam takut klien teratasi dengan kriteria hasil:
-

Memiliki informasi untuk mengurangi rasa takut

Menggunakan teknik relaksasi

Mempertahankan hubungan sosial dan fungsi peran

Mengontrol respon takut

NIC: energy management


-

Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardia, distrimia, dipsneu, diaphoresis,

pucat, tekanan hemodinamik dan jumlah respirasi)


-

Monitor dan cata pola tidur pasien

Monitor lokasi kenyamanan/nyeri selama bergerak dan beraktivitas

Monitor pemberian dan efek samping obat depresi

Instrusi pasien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala kelelahan

Ajarkan manajement aktivitas untuk mencegah kelehan

Defisiensi pengetahuan mengenai proses penyakit, pengobatan, dan pencegahan kekambuhan


infeksi Herpes Simpleks Genitalia berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi ditandai
dengan pengungkapan masalah mengenai ketidaktahuan tentang penyakit, ketidakakuratan
mengikuti perintah pengobatan dan pencegahan (sering terjadi rekurensi infeksi)
NOC:
-

Kowlegde: disease process, health behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien menunjukkan pengetahuan

tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:


-

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosi dan

program pengobatan
-

Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan perawat/tim

kesehaan lainnya.
NIC:
-

Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaiman hal ini berhubungan dengan anatomi dan

fisiologi, dengan cara yang tepat.


-

Gambaran tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

Gambaran proses penyakit dengan cara yang tepat

Eksplorasi kemungkinnan sumber/dukungan, dengan cara yang tepat.

14. ASPEK LEGAL ETIK

Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai

persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

Nonmaleficience

Prinsip menghindari tindakan yg membahayakan. Bahaya dpt berarti dengan sengaja, risiko atau
tidak sengaja membahayakan.

Beneficience

Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan. Perawat melakukan kebaikandengan


mengimplementasikan tindakan yg menguntungkan/bermanfaat bagi klien.Dapat terjadi dilema bila
klien menolak tindakan tersebut, atau ketika petugas kesehatan berperan sebagai peneliti}

Justice

Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlakukan setara.

Fidelity

Prinsip bahwa individu wajib setia terhadap komitmen atau kesepakatan dan tentang jawab yg
dimiliki.Kesetiaan jg melibatkan aspek kerahasiaan / privasi dan komitmen adanya kesesuaianantara
informasi dgn fakta.

Veracity

Mengacu pada mengatakan kebenaran. Bok (1992) mengatakan bahwa bohong pada orang yg sakit
atau menjelang ajal jarang dibenarkan.Kehilangan kepercayaan thd perawat dan kecemasan karena
tdk mengetahui kebenaran biasanya lebih merugikan

15. ADVOKASI
Dalam kasus ini, peran perawat sebagai advokat harus bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam hal inform concern atas tindakan keperawatan yang dilakukan. Selain itu juga harus
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien serta memastikan kebutuhan klien terpenuhi.Serta
pemberian informasi yang lengkap kepada klien.
17. JURNAL
Efikasi dari Percobaan Vaksin Herpes Simplex
Abstrak:
Latar belakangDua penelitian sebelumnya dari subunit vaksin herpes simplex virus tipe 2 (HSV-2)
yangmengandung glikoprotein D pada pasangan HSV yang tidak harmonis menyatakan 73%
dan74% keberhasilan terhadap penyakit kelamin pada perempuan yang memiliki antibodi
negatif untuk kedua jenis HSV 1 (HSV-1) dan HSV-2. Keberhasilan tidak diamati pada pria atauHSV1 wanita seropositif
Metode: Kami melakukan pengacakan, double-blind, efikasi uji coba lapangan yang melibatkan
8323wanita, 18 sampai 30 tahun dengan antibodi negatif terhadap HSV-1 dan HSV-2. Pada bulan0,
1, dan 6, beberapa subyek menerima vaksin yang diteliti, terdiri dari 20 ug glikoprotein Ddari HSV-2
dengan tawas dan 3-O-deacylated monophosphoryl lipid A sebagai adjuvant;subyek kontrol
menerima vaksin hepatitis A, dengan dosis dari 720 unit enzyme-linkedimmunosorbent assay
(ELISA). Tujuan primer adalah kejadian penyakit herpes genitaldisebabkan HSV-1 atau HSV-2 dari
bulan ke-2 (1 bulan setelah dosis 2) sampai bulan ke-20.
Hasil:Vaksin HSV dikaitkan dengan peningkatan resiko reaksi lokal dibandingkan dengan
vaksinkontrol, dan menampilkan ELISA dan antibodi terhadap HSV-2. Secara keseluruhan,
vaksintersebut tidak berkhasiat; efikasi vaksin adalah 20% (95% [CI], -29 sampai 50) untuk melawan
penyakit herpes genital. Namun, keberhasilan terhadap penyakit genital karenaHSV-1 adalah 58%
(95% CI, 12 untuk 80). Efikasi vaksin terhadap infeksi HSV-1 (denganatau tanpa penyakit) adalah
35% (95% CI, 13 hingga 52), tetapi keberhasilan terhadap infeksiHSV-2 tidak diamati (-8%, 95% CI,
-59 hingga 26).
Kesimpulan: Dalam populasi penelitian yang mewakili populasi umum wanita dengan HSV-1 dan
HSV-2-seronegatif, vaksin yang diteliti efektif dalam mencegah penyakit genital dan infeksi
karenaHSV-1 tetapi tidak dalam mencegah penyakit dan infeksi karena HSV-2. (Didanai olehInstitut
Alergi dan Penyakit Menular Nasional dan GlaxoSmithKline; ClinicalTrials.govnomor,
NCT00057330).
Baik herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) dan tipe 2 (HSV-2) dapat menyebabkaninfeksi primer pada
saluran kelamin, dan infeksi HSV-1 telah menjadi penyebab terseringpenyakit kelamin. Sebagian

besar infeksi HSV tanpa gejala, dan hanya 10 sampai 25% dariorang dengan HSV-2 antibodi
memiliki penyakit kelamin berulang. Penularan HSV dariwanita yang terinfeksi untuk neonatus dapat
menyebabkan penyakit neurologis parah ataukematian pada bayi baru lahir. Strategi untuk
mengontrol infeksi dan penyakit herpes genitaldan telah difokuskan terutama pada antivirus
kemoterapi, pendidikan, dan penggunaankondom. Ketersediaan profilaksis vaksin efektif akan
membantu mengontrol herpes genital.Dalam dua uji efikasi sebelumnya dari HSV-2 glikoprotein D
berbasis subunit (GD-2) vaksinpada pasangan dimana satu pasangan memiliki penyakit genital
berulang akibat HSV, subsetdari perempuan seronegatif (negatif untuk HSV-1 dan HSV-2 antibodi)
yang diberi vaksinsecara signifikan melindungi terhadap HSV-2 (73% dan kemanjuran 74%, masing
masing);efikasi tidak ditampilkan baik pada pria atau perempuan HSV-1-seropositif. Untuk
lebihmengevaluasi vaksin gD-2 sebagai alat kesehatan publik yang potensial, kami
mengevaluasivaksin ini dalam sebuah kohort pada perempuan yang disaring dan ditemukan
antibodi-negatif untuk HSV-1 dan HSV-2

DAFTAR PUSTAKA
-

http://id.wikipedia.org/wiki/Herpes_simpleks

http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/noviani-lestari-t-078114132.pdf

http://carapedia.com/tentang_penyakit_herpes_info2282.html

http://www.scribd.com/doc/45048265/Bab-III-Askep-Herpes-Simplek

Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta


-

NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Jakarta: EGC
-

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol 2. Edisi

6. Jakarta: EGC
-

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth.Volume 2. Edisi 8. Jakarta : EGC


-

http://pramiswarireve.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-herpes-simpleks.html

http://www.scribd.com/doc/89227633/Efikasi-Dari-Percobaan-Vaksin-Herpes-Simplex

Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada kulit yang ditandai
dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan.1,2,3
Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu HSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I)
dan HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II). HSV-Tipe I biasanya menginfeksi daerah mulut dan
wajah (Oral Herpes), sedangkan HSV-Tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus
(Genital Herpes). Beberapa penulis menyatakan bahwa kedua tipe virus herpes simpleks ini dapat
menyebabkan Oral Herpes atau Genital Herpes. Infeksi HSV-Tipe I pada genital dapat disebabkan oleh
kontak oral-genital atau genital-genital dengan seseorang yang memiliki infeksi HSV-Tipe I. Perjangkitan
HSV-Tipe I genital berulang tidak sebanyak perjangkitan HSV-Tipe II genital. 1,2,4,5,6,7
Herpes simpleks genitalis merupakan penyakit masyarakat yang penting. Prevalensinya di seluruh dunia
meningkat secara bermakna selama 2 dekade terakhir. Morbiditas penyakit, kekambuhan yang tinggi dan
komplikasinya seperti meningitis aseptik dan transmisi neonatus menyebabkan penyakit ini mendapat
perhatian yang besar dari penderita dan petugas kesehatan.
Penyebab herpes genitalis yang sering menimbulkan masalah akhir-akhir ini adalah:
1.
2.

Belum ditemukannya obat yang efektif dalam memberantas HSV.


Sifat dari penyakit ini sendiri yang mudah terjadi kekambuhan karena adanya fase laten dan
sebagian besar infeksi yang sifatnya subklinik.
3.
Diagnosis banyak ditegakkan berdasarkan gejala klinik, sehingga mudah terjadi kesalahan.
Di negara-negara berkembang cara mendiagnosis belum memenuhi syarat, misalnya dijumpai kesulitan
dalam mengisolasi HSV
A. Definisi
Herpes genitalis adalah infeksi pada genitalia yang ditularkan melalui hubungan seksual, yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks (VHS)-Tipe I dan Tipe II dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekuren. 4,8,9
Herpes genitalis adalah infeksi virus yang ditularkan melalui kontak intim dengan lapisan mukosa mulut
atau vagina atau kulit genital yang dikarakteristikkan dengan erupsi berulang vesikel kecil dan nyeri pada
genital, sekitar rektum, atau area yang menutupi perbatasan dengan kulit. 5,6,7
B. Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, berdasar Department of Health and Human Service- U. S. Centers
for Disease Control and Prevention, dari hasil studi representatif nasional menunjukkan bahwa infeksi
herpes genital sering terjadi di US, terdapat 45 juta penduduk di Amerika Serikat berumur 12 tahun atau
lebih, atau 1 dari 5 total penduduk remaja dan dewasa telah terinfeksi HSV-Tipe II. Nationwide, antara
tahun 1970 akhir dan 1990 awal angka penderita herpes simpleks genital meningkat sebanyak 30%,
peningkatan terbanyak terjadi pada remaja, HSV-II lebih banyak menginfeksi penduduk pada umur 12
sampai 39 tahun, dan tidak ada perbedaan kejadian yang bermakna antara pria dan wanita. 1,2,4,6
Beberapa kepustakaan menyatakan terjadinya HSV-II pada wanita lebih tinggi 5-10% dari laki-laki yang
mungkin disebabkan perbedaan anatomi dimana mukosa pada genitalia wanita lebih luas daripada lakilaki, atau karena transmisi laki-laki kepada wanita lebih banyak daripada transmisi wanita kepada lakilaki, atau dapat juga disebabkan karena mereka tidak tahu jika terinfeksi karena mereka memiliki sedikit
simptom atau tidak memiliki simptom. Pada beberapa wanita, mereka atypical outbreakdimana mereka
hanya memiliki simptom gatal sedang atau ketidak nyamanan minimal. 1,2,4,6

Diperkirakan bahwa 50 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi HSV genital. Herpes genital hanya
ditularkan secara langsung melalui kontak orang dengan orang. Enam puluh persen remaja dengan
seksual aktif membawa virus herpes.6
Torres melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40% penduduk dunia. Syahputra, dkk, di
Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan kurang lebih 50% wanita dengan HSV-II positif. Di Eropa, HSVII berkisar antara 7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena itu dikatakan bahwa saat ini herpes genitalis sudah
merupakan endemik di banyak negara. Di Indonesia sampai saat ini belum ada angka yang pasti, dari 13
rumah sakit pendidikan, disebutkan bahwa herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan
gejala ulkus genital adalah kasus yang sering dijumpai. 2
Sementara statistik berubah-ubah, penelitian menunjukkan bahwa 90% populasi terpajan HSV-I, dan
25% populasi berumur 25-45 tahun di Amerika Serikat terpajan infeksi HSV-II. 5,7
HSV-II menyebar dengan cara kontak, HSV ini hidup di saliva, genital, dan pada kelenjar sekresi yang
lain. Penyebarannya terutama meningkat dengan peningkatan aktifitas seksual seperti: seks oral, seks
anal, seks vaginal, terkadang menular lewat berciuman atau kontak langsung kulit dengan kulit yang
terinfeksi HSV.2,10
HSV-I bertanggung jawab hanya 5-10% kasus herpes genital, sedangkan HSV-II mayoritas bertanggung
jawab menyebabkan kasus herpes genital. Diperkirakan 86 juta orang di seluruh dunia memiliki herpes
genital.5,7
Pada AIDS, infeksi HSV sering dijumpai. Pemeriksaan serologi sekitar 70% positif untuk HSV-I dan 22%
untuk HSV-II. Karena itu sebagian besar infeksi herpes simpleks yang terjadi merupakan infeksi rekuren.
Infeksi HSV sendiri diketahui memudahkan terjadinya infeksi HIV dan reaktifasi HSV akan meningkatkan
replikasi HIV.11
C. Etiologi
Penyebab utama herpes simpleks genitalis adalah virus herpes simpleks tipe II (HSV-II), meskipun ada
yang menyatakan bahwa herpes simpleks tipe I (HSV-I) sebanyak kurang lebih 16,1% juga dapat
menyebabkan herpes simpleks genitalis akibat hubungan kelamin secara orogenital atau penularan
melalui tangan. HSV-II termasuk dalam DNA virus. HSV terdiri dari 4 struktur dasar yaitu: envelope,
tegument, nucleocapsid, dan DNA-containing core. 1,2,3,9,10

clip_image001

Gambar 1: Partikel HSV-2


(Courtesy of Linda M. Stannard, University of Cape Town)
Herpes genital disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) dan Herpes Virus Hominis (HVH).
Secara serologik, biologik dan sifat fisikokimia HSV-I dan HSV-II sukar dibedakan. Dari penelitian
seroepidemiologik didapat bahwa antibodi HSV-I sudah terdapat pada anak-anak sekitar umur 5 tahun,
meningkat 70% pada usia remaja dan 97% pada orang tua. Penelitian seroepidemiologik terhadap HSV-II
sulit untuk dinilai berhubungan adanya reaksi silang antara respon imun humoral HSV-I dan HSV-II. 10
Dari data WHO dapat diambil kesimpulan bahwa antibodi terhadap HSV-II rata-rata baru terbentuk
setelah melakukan aktifitas seksual. Pada kelompok remaja didapatkan kurang dari 30%, pada kelompok
wanita di atas umur 40 tahun meningkat sampai 60%, dan pada pekerja seks wanita ternyata antibodi
HSV-II 10 kali lebih tinggi daripada orang normal.9
D. Patogenesis
Kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki antigen terhadap HSV-II
dengan seseorang yang terinfeksi HSV-II. Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung
kulit dengan lesi. Transmisi juga dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang
tampak. Kontak tidak langsung dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV-II
memiliki envelope sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel. 2,4,10
HSV-II melakukan invasi melalui lapisan kulit yang tidak intake dan replikasi dalam sel-sel saraf seperti
dalam sel epidermis dan dermis. Virus berjalan dari tempat masuk menuju ke ganglion dorsalis, dimana
virus akan mengalami fase laten. Virus melakukan replikasi di ganglion sensoris dan menunggu untuk
rekuren. Ketika seseorang yang terinfeksi mengalami jangkitan, virus berjalan turun melalui serabut saraf
ke tempat infeksi asli. Apabila tempat itu adalah kulit, kulit tersebut akan kemerahan dan terbentuk
vesikel. Setelah jangkitan awal, selanjutnya jangkitan cenderung jarang, dapat terjadi tiap minggu atau
tiap tahun. Rekuren ini dapat dipengaruhi oleh: trauma, radiasi ultraviolet, infeksi, temperatur yang
ekstrim, stres, pengobatan, imunosupresi, atau gangguan hormon. Penyebaran virus terjadi selama
infeksi primer, fase rekuren dan selama episode asimptomatis. Hampir setiap orang yang memiliki
antibodi HSV-II memiliki simptom dari waktu ke waktu.2,6,8
Bila seseorang terpajan HSV, maka infeksi dapat berbentuk episode I infeksi primer (inisial), episode I
non infeksi primer, infeksi rekuren, asimptomatik atau tidak terjadi infeksi sama sekali. Pada episode I
infeksi primer, virus yang berasal dari luar masuk ke dalam tubuh hospes. Kemudian terjadi
penggabungan dengan DNA hospes di dalam tubuh hospes tersebut dan mengadakan multiplikasi atau
replikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Pada waktu itu hospes sendiri belum ada antibodi
spesifik, ini bisa mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat.
Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional (ganglion sakralis),
dan berdiam di sana serta bersifat laten.
Pada episode I non infeksi primer, infeksi sudah lama berlangsung tetapi belum menimbulkan gejala
klinis, tubuh sudah membentuk zat anti sehingga pada waktu terjadinya episode I ini kelainan yang timbul
tidak seberat episode I dengan infeksi primer.
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini di dalam tubuh hospes sudah ada
antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi
primer. Trigger factor tersebut antara lain adalah trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan
pencernaan, stres emosi, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, obat-obatan (imunosupresif,
kortikosteroid), dan pada beberapa kasus sukar diketahui dengan jelas penyebabnya. Ada beberapa

pendapat mengenai infeksi rekuren: 1. Faktor pencetus akan mengakibatkan reaktivasi virus dalam
ganglion dan virus akan turun melalui akson saraf perifer ke sel epitel kulit yang dipersarafinya dan di
sana akan mengalami replikasi dan multiplikasi serta menimbulkan lesi. 2. Virus secara terus-menerus
dilepaskan ke sel-sel epitel dan adanya faktor pencetus ini menyebabkan kelemahan setempat dan
menimbulkan lesi rekuren.9
HSV-I bertanggung jawab untuk common cold sores, dapat ditransmisikan melalui sekresi oral. Ini sering
terjadi selama berciuman, atau dengan memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi.
HSV-I dapat menyebabkan herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital. Infeksi herpes
awal, sering terjadi pada anak-anak, akan tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual.
Karena virus ditransmisikan melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya tempat infeksi
pada laki-laki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha bagian dalam, anus. Labia, vagina,
serviks, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang biasa pada wanita. Mulut juga dapat menjadi
tempat infeksi untuk keduanya.
Penelitian memberi kesan bahwa virus dapat ditransmisikan ketika tidak muncul simptom, sehingga jika
seorang pasangan seksual tanpa luka herpes genital yang nyata masih dapat mentransmisikan penyakit.
Kenyataannya penyebaran asimptomatis sebenarnya lebih menyebarkan herpes genital daripada luka
yang aktif.5,7
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik herpes simpleks genitalis dibagi dalam 3 tingkat, yaitu: 1,2,4,6,7,8,9,10,11,12
1.

Infeksi primer

Masa inkubasi dari HSV-II umumnya berkisar antara 3-7 hari, tetapi dapat lebih lama. Selama masa
inkubasi, tidak terdapat simptom dan virus tidak dapat ditransmisikan kepada orang lain. Infeksi primer
biasa terjadi antara 2 hari sampai 2 minggu setelah tereksposure virus bahkan dapat berlanjut lebih dari 2
minggu, dan memiliki gambaran klinis yang paling berat. Rasa terbakar, gatal, geli dan parestesia
mungkin akan muncul sebelum muncul lesi pada kulit.
Setelah lesi timbul dapat disertai gejala konstitusi atau disebut juga general symptom, seperti malaise,
demam, nyeri otot dan penurunan nafsu makan. Lesi pada kulit dapat berbentuk vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritema. Vesikel ini mudah pecah dan menimbulkan ulkus multipel yang
sangat nyeri bila disentuh, yang akan terasa 7 hari sampai 2 minggu.
Tanpa infeksi sekunder, penyembuhan terjadi dalam waktu 5 sampai 7 hari dan tidak terjadi jaringan
parut. Tetapi bila ada, penyembuhan memerlukan waktu lebih lama dan meninggalkan jaringan parut.
Pecahnya vesikel diikuti pembesaran limfonodi pada lipat paha. Pada wanita dapat
menghasilkan discharge vagina dan disuria. Laki-laki dapat menghasilkan discharge pada penis, juga
merasakan disuria jika lesi terletak dekat dengan muara uretra. Kebanyakan orang yang terinfeksi HSV-II
tidak sadar bahwa mereka terinfeksi, simptom yang terjadi selama perjangkitan pertama dapat pula tidak
nyata.
Pada pria: rasa sakit, vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih
dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang mengalami ulserasi yang dangkal,
dan biasa sembuh tanpa sikatrik, kelainan kulit biasanya terjadi pada penis, tapi dapat juga terdapat pada
anus atau pada perineum.1,4,6,7,9,10,11

clip_image003

clip_image005
Gambar 2,3: Gambar herpes genitalis pada pria
(University Erlangen, Department of Dermatology)
Pada wanita: vesikel atau lesi ulseratif pada serviks atau vesikel yang sakit pada genital eksterna
bilateral, dapat terjadi pada vagina, perineum, pantat, dan dapat pada tungkai sejalan dengan distribusi
dari saraf sakral. Pada wanita dapat ditemukan retikulopati lumbosakral, dan 25% wanita yang mendapat
infeksi primer HSV-II dapat terjadi aseptik meningitis.2,10,12

clip_image007 src=http://uc.blogdetik.com/228/22806/files/2009/03/clip-image007-thumb11.jpg
width=159 height=244 />

Gambar 4: Gambar herpes genitalis pada wanita


(University Erlangen, Department of Dermatology)
Kebanyakan individu yang terinfeksi HSV-II bisa tidak memiliki luka, atau mereka memiliki
tanda yang sangat ringan sehingga mereka keliru seperti gigitan serangga atau kondisi kulit yang
lain.4

Pada infeksi inisial gejalanya lebih berat dan berlangsung lebih lama. Kelenjar limfe regional
dapat membesar dan nyeri pada perabaan. Infeksi pada serviks dapat menimbulkan beberapa
perubahan termasuk peradangan difus, ulkus multipel sampai terjadinya ulkus yang besar dan
nekrotik. Tetapi dapat juga tanpa gejala klinis. Pada saat pertama kali timbul, penyembuhan
memerlukan waktu yang cukup lama, dapat 2 sampai 4 minggu. Sedangkan pada serangan
berikutnya penyembuhan akan lebih cepat. Disamping itu pada infeksi pertama dapat terjadi
disuria bila lesi terletak di daerah uretra dan peri uretra, sehingga dapat menimbulkan retensi
urin. Hal lain yang dapat menimbulkan retensi urin adalah lesi pada daerah sakral yang
menimbulkan mielitis dan radikulitis.8,9
Manifestasi klinis infeksi HSV pada ODHA (orang hidup dengan HIV atau AIDS) adalah
sebagian besar lesi berupa erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritema yang khas di bibir,
lidah, faring, atau genital. Infeksi di daerah orofaring biasanya sangat parah dengan ulserasi
hebat di seluruh mukosa mulut, orofaring, dan esofagus. Sering juga dijumpai demam, faringitis
serta pembengkakan kelenjar limfe leher. Gejala klinis HSV biasanya akan hilang setelah 7-10
hari. Namun pada AIDS, gejala klinis dapat menjadi lebih lama serta penyembuhan luka juga
lebih lambat. Sebagian lain gejalanya tidak khas atau mengenai organ lain seperti esofagus,
rektum, paru, hepar, mata, pankreas, ginjal, adrenal, hepar dan otak. Setelah infeksi primer,
ODHA tetap mempunyai kemungkinan terjadinya infeksi rekuren yang dapat terjadi secara
spontan atau dicetuskan keadaan lain seperti demam, stres dan paparan ultraviolet di tempat
lesi.11
Tempat predileksi pada laki-laki biasanya di preputium, glans penis, batang penis, dapat juga di
uretra dan daerah anal (pada homo seks), sedangkan di skrotum jarang terkena. Lesi pada wanita
dapat ditemukan di daerah labia mayor atau minor, klitoris, introitus vagina, serviks, sedangkan
daerah perianal, bokong dan mons pubis jarang ditemukan.9
1.

Fase laten

Setelah infeksi primer, virus akan laten dalam beberapa bulan sampai bertahun-tahun, sampai ada
suatu trigger factor. Pada fase laten ini virus dapat bertahan bertahun-tahun bahkan seumur
hidup penderita. Pada fase ini berarti penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HSV dapat
ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis, sehingga sistem imun sulit untuk
mendeteksi dan merusaknya.1,2,6,7,10
1.

Infeksi rekuren

Infeksi ini berarti HSV-II pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan
mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinik. Infeksi
dapat reaktif setiap waktu. Mekanisme pacu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang
tidur, kelelahan, hubungan seksual atau trauma pada tempat yang terinfeksi, iritasi mekanik dan
sebagainya), trauma psikis (gangguan emosi), dan dapat pula oleh makanan atau minuman yang
merangsang, menstruasi, imunosupresi (AIDS, pengobatan yang dapat berupa kemoterapi dan
terapi steroid), penyakit yang umum (mulai dari penyakit yang sedang hingga kondisi yang
serius, seperti operasi, serangan jantung, pneumonia dan lain-lain).2,7,10,12

Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer karena telah ada antibodi spesifik,
berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari, serta penyembuhan akan berlangsung lebih cepat.
Serangan berulang sangat jarang terjadi setiap tahunnya. Sering ditemukan gejala prodromal
lokal sebelum vesikel, berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Rasa nyeri dapat terjadi pada daerah
sekitar genital, anus, paha bagian dalam serta mulut. Infeksi rekuren ini dapat terjadi pada tempat
yang sama (loco) atau tempat yang lain atau tempat sekitarnya (non loco). Infeksi rekuren pada
laki-laki umumnya sedang dan berdurasi pendek dibandingkan infeksi rekuren pada wanita.1,7,9
Infeksi inisial dan rekuren selain disertai gejala klinis dapat juga tanpa gejala. Hal ini dapat
dibuktikan dengan ditemukannya antibodi terhadap HSV-II pada orang yang tidak ada riwayat
penyakit herpes genitalis sebelumnya. Adanya antibodi terhadap HSV-I menyebabkan infeksi
HSV lebih ringan. Hal ini memungkinkan infeksi inisial HSV-II berjalan asimptomatik pada
penderita yang pernah mendapat infeksi HSV-I.9
F.Pemeriksaan Penunjang
Virus herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan. Pada keadaan tidak terdapat lesi
dapat diperiksa antibodi HSV. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pusat-pusat
penelitian adalah:2,7,9,10
1.

Mikroskop cahaya: sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, atau apusan pada permukaan
mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi (Lipschutz inclusion
bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar menyerupai balon
(ballooning) dan ditemukan fusi.

clip_image009
Gambar 5: Gambar ballooning cell
(Courtesy of Linda M. Stannard, University of Cape Town.)
Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara yang paling baik karena paling
sensitif dan spesifik dibanding dengan cara-cara lain. HSV dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari.
Jika tes ini (+), hampir 100% akurat, khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel
rekuren. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi sitoplasmik, degenerasi

balon dan sel raksasa berinti banyak. Sejak virus sulit untuk berkembang, hasil tesnya sering (-). Namun
cara ini memiliki kekurangan karena waktu pemeriksaan yang lama dan biaya yang mahal. 7
1.

Mikroskop elektron: mikroskop elektron tidak sensitif untuk mendeteksi HSV, kecuali pada kasus
dengan cairan pada vesikel mengandung 108 atau lebih partikel per mililiter.
2.
Pemeriksaan antigen langsung: sel-sel dari spesimen dimasukkan dalam aseton yang dibekukan.
Tapi yang lebih sensitif adalah dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90% spesifik)
tetapi tidak dapat dicocokkan dengan kultur virus.

clip_image010
Gambar 6: Immunofluorescence test positif untuk antigen HSV dalam sel epitel (Virology Laboratory,
Yale-New Haven Hospital)
Serologi: dengan Enzyme-Linked Immunosorbent Assays (ELISAs) dan HSV-II serologic
assay,imunofluoresensi, imunoperoksidasi dapat mendeteksi antibodi yang melawan virus. Tes ini
dilakukan secara imunologik memakai antibodi poliklonal atau monoklonal. Deteksi antigen secara
langsung dari spesimen sangat potensial, cepat dan dapat merupakan deteksi paling awal pada infeksi
HSV. Pemeriksaan imunoperoksidase tak langsung dan imunofluoresensi langsung memakai antibodi
poliklonal memberikan kemu
ngkinan hasil positif palsu dan negatif palsu. Dengan memakai antibodi monoklonal pada pemeriksaan
imunofluoresensi, dapat ditentukan tipe virus. Pemeriksaan imunofluoresensi memerlukan tenaga yang
terlatih dan mikroskop khusus. Pemeriksaan antibodi monoklonal dengan cara mikroskopik
imunofluoresen tidak langsung dari kerokan lesi, sensitifitasnya 78% sampai 88%.Pemeriksaan dengan
cara ELISA adalah pemeriksaan untuk menemukan antigen HSV. Pemeriksaan ini sensitifitasnya 95%
dan sangat spesifik, tapi dapat berkurang jika spesimen tidak segera diperiksa. Tes ini memerlukan waktu
4,5 jam. Tes ini juga dapat dipakai untuk mendeteksi antibodi terhadap HSV dalam serum penderita. Tes
ELISA ini merupakan tes alternatif yang terbaik disamping kultur karena mempunyai beberapa
keuntungan seperti hasilnya cepat dibaca, dan tidak memerlukan tenaga terlatih. 9
1.

Perkembangan tes antibodi akhir-akhir ini dapat menentukan jika seseorang memiliki HSV-I atau
HSV-II. Tes ini juga dapat menjelaskan jika individu pernah terpajan strain lain pada waktu lalu (tes Ig
G) atau terpajan strain salah satu di antaranya baru-baru ini (tes Ig M). 7
2.
Deteksi DNA HSV dengan PCR dari cairan vesikel. Cairan vesikel mengandung sel manusia dan
partikel virus. PCR adalah teknik yang mendeteksi jumlah kecil dari DNA dan dapat menginformasikan
bahwa virus herpes terdapat pada vesikel.7
3.
Kultur virus: Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan
sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear. Tes Tzanck dari lesi kulit dapat menunjukkan
hasil yang konsisten dengan infeksi herpes virus. Tes ini termasuk sel-sel manusia dalam cairan
vesikel dengan celupan. Jika sel-sel dari cairan berisi partikel virus, virus-virus tersebut akan terlihat.

Tes ini tidak dapat menentukan strain virus yang muncul pada vesikel. Sensitifitas dan spesifisitas
pemeriksaan ini umumnya rendah.
G. Diagnosis
Diagnosis dari herpes simpleks genitalis biasanya dibuat berdasar gejala klinik dan pemeriksaan
penunjang. Sebelum melakukan kemoterapi dengan obat-obatan antivirus yang mahal sebaiknya
dikonfirmasikan dengan hasil laboratorium.2,10
Tanda-tanda dan simptom yang berhubungan dengan HSV-II dapat sangat berbeda-beda. Ketersediaan
pelayanan kesehatan dapat mendiagnosa herpes genital dengan inspeksi visual jika perjangkitannya
khas, dan dengan mengambil sampel dari luka kemudian mengetesnya di laboratorium. Tes darah untuk
mendeteksi infeksi HSV-I atau HSV-II, meskipun hasil-hasilnya tidak selalu jelas. 4
Dicurigai herpes genital ketika vesikel multipel yang nyeri terjadi pada area yang terpajan seksual.
Selama perjangkitan awal, kultur vesikel adalah (+) untuk virus herpes hanya pada 80% pasien. Ini
artinya pada 20% pasien dengan herpes tesnya akan tidak benar, mengesankan bahwa mereka tidak
memiliki virus herpes. Dengan kata lain, hasil tes (-) dari vesikel tidak membantu sebagaimana hasil tes
(+), karena tes mungkin negatif palsu. Bagaimanapun juga, jika sebuah sampel vesikel yang berisi cairan
(pada stadium awal sebelum kering dan terbentuk krusta) tesnya (+) herpes, hasil tesnya sangat dapat
dipercaya.
Pada perjangkitan rekuren herpes genital, kultur cairan vesikel selama deteksi rekuren virus herpes
hanya 50% dari kultur.6
Diagnosa ensefalitis HSV berdasarkan gambaran klinis, CT-Scan atau MRI, dan PCR HSV di cairan
cerebrospinal.11
H. Diagnosis Banding
Differential diagnosis dapat bermacam-macam, bergantung dari derajat dari lesi. Diagnosis banding dari
HSV-II antara lain:1,2,3,12
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sifilis.
Ulkus mole.
Skabies.
Limfogranuloma venerum.
Trauma.
Infeksi bakterial.
Dermatitis kontak.
Infeksi virus yang lain.

I. Penatalaksanaan
Sampai sekarang belum ditemukan obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun
pengobatan secara umum tetap harus diperhatikan.
Obat-obatan topikal sering dipakai seperti: povidon iodine, idoksuridin (IDU), sitosin arabinosa atau
sitarabin, adenine arabinosa atau vidarabin. Pelarut organik: alkohol 70%, eter, timol 40%, dan klorofom. 3
Obat-obatan antivirus seperti Acyclovir diindikasikan dalam manajemen infeksi HSV primer dan pada
pasien dengan imunosupresif. Pengobatan antiviral dapat memperpendek dan mencegah perjangkitan

selama periode waktu seseorang mendapat pengobatan. Untuk episode I herpes genital dapat diberikan
Acyclovir 200 mg oral 5 kali sehari selama 7-10 hari. Untuk rekuren dapat digunakan Acyclovir 200 mg
oral 5 kali sehari selama 5 hari. Untuk mencegah rekuren macam-macam usaha dilakukan dengan tujuan
meningkatkan imunitas seluler, misalnya pemberian lupidon G dalam 1 seri pengobatan. Sebagai
tambahan, terapi supresif sehari-hari untuk herpes simptomatik dapat menurunkan transmisi kepada
pasangan. Pengobatan antiviral dapat juga digunakan dalam dosis supresif, artinya diberikan tiap hari
untuk mensupresi perjangkitan. Terapi supresi ini dapat menurunkan 80-90% perjangkitan, memotong
perjangkitan simptomatis serta penyebaran virus.2,4,6
Herpes genital tidak dapat disembuhkan. Pengobatan dapat mengurangi simptom, mengurangi nyeri dan
ketidak nyamanan secara cepat yang berhubungan dengan perjangkitan, serta dapat mempercepat
waktu penyembuhan.
Tiga agen oral yang akhir-akhir ini diresepkan, yaitu Acyclovir (Zovirax), Famciclovir (Famvir), dan
Valacyclovir (Valtrex). Ketiga obat ini mencegah multiplikasi virus dan memperpendek lama erupsi.
Meskipun terdapat agen topikal, umumnya kurang efektif daripada pengobatan lain. Serta tidak rutin
digunakan. Pengobatan peroral, dan pada kasus berat secara intravena adalah lebih efektif. Pengobatan
hanya untuk menurunkan durasi perjangkitan.
Pengobatan ini telah menunjukkan kecepatan dalam penyembuhan dan resolusi simptom pada serangan
pertama daripada episode rekuren infeksi genital HSV-I dan HSV-II. Pengobatan ini tidak dapat
menyembuhkan infeksi herpes. Pengobatan ini menekan simptom nyeri dan menurunkan waktu
penyembuhan ulkus. Tapi pengobatan pada infeksi pertama tidak menurunkan frekuensi episode rekuren.
Jika perlu, terapi supresi sehari-hari dapat digunakan, dan telah menunjukkan berkurangnya frekuensi
rekuren diantara pasien-pasien dengan perjangkitan yang frekuen herpes genital lebih dari 6 kali dalam 1
tahun.
Untuk keuntungan maksimal selama rekuren, terapi harus dimulai seawal mungkin saat mulai rasa geli
(tingling), rasa gatal dan rasa terbakar; atau seawal mungkin setelah timbulnya vesikel. Efek samping dari
pengobatan ini adalah mual, muntah, rash, sakit kepala, kelelahan, tremor, dan sangat jarang yaitu
kejang.
Episode herpes rekuren cenderung menjadi sedang, dan pengobatan antiviral akan maksimal jika terapi
diberikan seawal mungkin, terutama dalam 24 jam setelah perjangkitan. Pengobatan antiviral harus
disediakan untuk pasien lanjut.
Acyclovir intravena kadang dibutuhkan untuk infeksi herpes yang berat, yaitu yang dapat melibatkan otak,
mata, paru-paru. Komplikasi ini terdapat pada individu yang imunokompromis.
Foscarnet (Foscavir), adalah agen antivirus yang kuat, yang merupakan pilihan pertama pengobatan
strain herpes yang resisten Acyclovir dan obat-obat yang sama. Foscavir intravena dapat menyebabkan
efek toksik yang berat, seperti pemburukan fungsi ginjal yang reversibel atau kejang. Karena efek
samping yang serius ini, Foscarnet digunakan hanya untuk infeksi herpes yang berat dan resisten.
Sebagaimana pengobatan anti virus yang lain, Foscarnet tidak dapat mengobati herpes.
Mandi air hangat dapat menghilangkan nyeri lesi genital. Membersihkan vesikel atau ulkus dengan halus
menggunakan sabun dan air dianjurkan. Jika terjadi infeksi sekunder pada lesi kulit karena bakteri,
antibiotik topikal atau oral dapat digunakan.
Bergabung dengan kelompok penyokong, dimana anggota-anggotanya saling bertukar pikiran tentang
pengalaman dan masalah dapat membantu mengurangi stres yang berhubungan dengan penyakit ini. 6,7

Acyclovir intravena diberikan secara perlahan-lahan dan perlu pengawasan. Oleh karena itu sebaiknya
diberikan di rumah sakit. Dosis setiap kali pemberian adalah 5 mg/ kg BB, dengan interval 8 jam. Dosis ini
diberikan untuk herpes genital episode I, yang memerlukan waktu selama 5 sampai 10 hari, ternyata tidak
dapat mengurangi rekurensi, akan tetapi dapat mengurangi viral shedding.
Acyclovir peroral diberikan dengan dosis 200 mg 5 kali sehari selama 5 sampai 10 hari, dapat
mengurangi viral shedding secara dramatis. Kinghorn dkk (1986) telah membuktikan bahwa Acyclovir 200
mg 5 kali sehari peroral ditambah Kotrimoksazol (160 mg Trimetoprim dan 800 mg Sulfametoksazol) 2
kali sehari selama 7 hari memperpendek waktu penyembuhan lesi secara bermakna dibandingkan
dengan Acyclovir saja.
Penanganan infeksi rekurens menurut Moreland dkk (1990) dapat ditempuh dengan 4 cara:
1.
2.

Tidak diberi terapi spesifik (terutama pada infeksi yang ringan).


Acyclovir peroral secara episodik dengan dosis 5 x 200 mg/ hari selama 5 hari. Cara ini diberikan
pada penderita dengan riwayat lesi multipel atau serangan yang lama (7 hari).
3.
Supresi kronis Acyclovir, dapat dipertimbangkan bila mengalami:
a. Rekurensi lebih dari 8 kali pertahun.
b. Rekurensi lebih dari 1 kali dalam sebulan.
c. Rekurensi menimbulkan beban psikologis yang berat.
d. Bila terapi dirasakan lebih bermanfaat dibandingkan biaya untuk penderita tersebut.
Acyclovir minimal 2 x 200 mg/ hari, dapat ditinggikan sampai 3-4 x 200 mg sehari tergantung keadaan.
Cara ini efektif dan aman untuk jangka waktu minimal 1 tahun, dengan penilaian ulang setiap 6 bulan.
1.

Supresi episodik dengan Acyclovir, diberikan pada individu dengan rekurensi terutama bila ada
stres.

Acyclovir 5% cream bekerja langsung pada sel yang terinfeksi serta memperpendek viral shedding,
mengurangi rasa nyeri dan gatal. Pemakaian hanya untuk mengurangi keparahan dan lamanya episode
rekurens.
Valacyclovir merupakan derivat ester L-valil dari Acyclovir. Bioavailabilitasnya 3 sampai 5 kali lebih tinggi
daripada yang dapat dicapai oleh Acyclovir oral. Pada uji klinik yang membandingkan Valacyclovir 2 x
500-1000 mg per hari, dengan Acyclovir 5 x 200 mg/ hari, dan plasebo dalam waktu 24 jam setelah
timbulnya keluhan dan gejala klinis I episode herpes genitalis rekurens menunjukkan bahwa terapi
Valacyclovir secara bermakna mengurangi rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan lesi, serta dengan
cepat memperpendek masa viral shedding. Efek samping adalah nyeri kepala dan mual.
Famcyclovir merupakan obat antivirus baru yang merupakan derivat diasetil-6-deoksi pensiklovir.
Pensiclovir merupakan golongan antivirus dengan komponen guanin. Cara kerja Famcyclovir sama
dengan Acyclovir, yaitu menghambat sintesis DNA. Pada herpes genitalis episode I, Famcyclovir 3 x 500
mg/ hari selama 5 hari, ternyata mempersingkat viral shedding dan waktu penyembuhan, dibanding
plasebo. Acyclovir 5 x 200 mg/ hari selama 5 hari dibanding Famcyclovir 3 x 750 mg/ hari selama 5 hari,
secara statistik tidak menunjukkan perbedaan lamanya viral shedding, waktu menghilangnya vesikel dan
ulkus, serta terjadinya krustasi dan hilangnya rasa sakit.
Pada pengobatan herpes genital rekurens, Famcyclovir 3 x 500 mg selama 5 hari dibandingkan Acyclovir
5 x 200 mg/ hari selama 5 hari, tidak berbeda dalam hal mempersingkat viral shedding. Dari hasil

tersebut di atas, pengobatan dengan Famcyclovir ternyata sama efektifitasnya dengan Acyclovir pada
kasus herpes genitalis, namun frekuensi pemberiannya lebih jarang.
Wanita hamil yang menderita herpes genitalis primer dengan viral shedding dalam 6 minggu terakhir
masa kehamilan dianjurkan untuk sectio caesaria sebelum atau dalam 4 jam sesudah pecahnya ketuban.
Disarankan melakukan pemeriksaan virologik dan sitologik sejak kehamilan 32 dan 36 minggu, setelah itu
sekurang-kurangnya setiap minggu dilakukan kultur sekret serviks dan genital eksterna. Bila kultur virus
yang diinkubasi minimal 4 hari, memberikan hasil (-) 2 kali berturut-turut, serta tidak ada lesi genital saat
melahirkan, maka dapat partus per vaginam. Pada pertemuan Internatinal Herpes Management Forum di
San Francisco AS November 1994, disetujui penatalaksanaan herpes genitalis pada kehamilan (episode
awal, dengan gejala berat): Acyclovir oral 5 x 200 mg/ hari selama 7 sampai 10 hari. Dosis supresif rutin
tidak dianjurkan untuk episode rekurens selama kehamilan atau dekat akhir kehamilan.
Bila ibu mengidap herpes genital primer pada saat persalinan per vaginam, harus diberikan profilaksi
Acyclovir intravena kepada bayi selama 5 sampai 7 hari dengan dosis 3 x 10 mg/ kg BB/ hari. Penelitian
pengobatan Acyclovir 10 mg/ kg BB tiap 8 jam selama 10 sampai 21 hari, atau Ara-A 30 mg/ kg BB/ hari
menurunkan angka kematian dibandingkan dengan penderita yang tidak mendapat pengobatan. Cara
pengobatan ini dapat mencegah progresifitas penyakit (infeksi pada susunan saraf pusat atau infeksi
diseminata).
Pada penderita immunocompromised diberikan Acyclovir oral 5 x 200-400 mg/ hari selama 5 sampai 10
hari. Pada yang beresiko tinggi untuk menjadi diseminata, atau yang tidak dapat menerima pengobatan
oral, diberikan Acyclovir intravena 3 x 5 mg/ kg BB/ hari selama 7 sampai 14 hari. Bila terbukti terjadi
infeksi sistemik, diberikan Acyclovir intravena 3 x 10 mg/ kg BB/ hari selama minimal 10 hari. Pengobatan
supresif untuk mencegah rekurensi, diberikan Acyclovir minimal 2 x 400 mg/ hari hingga keadaan
imunokompromisnya hilang (jika mungkin). Untuk penderita infeksi HIV simptomatik atau AIDS, diberikan
Acyclovir oral 4-5 x 400 mg/ hari hingga lesi sembuh, setelah itu dapat diberikan terapi supresif. 9
J. Pencegahan
Selama ini metode yang paling efektif dalam mencegah infeksi adalah menghindari kontak atau
menggunakan barier yang impermeable. Penggunaan kondom lateks yang benar dan konsisten dapat
mengurangi resiko herpes genital hanya jika area yang terinfeksi atau tempat yang potensial terpajan
dapat terlindungi. Kondom wanita telah diuji dan memperlihatkan kesuksesan dalam mengurangi
transmisi virus. Kondom dari bahan lateks adalah barier yang lebih efektif. Krim spermatisida dapat
menghancurkan virus tapi tidak 100% efektif, sabun dan air mungkin dapat menghancurkan virus dalam
beberapa menit pertama setelah kontak. Cara ini dapat digunakan pada permukaan kulit tapi tidak dapat
digunakan pada vagina dan serviks. Phenol, alcohol, iodine, dan klorofom, dapat menghancurkan virus di
ekstraseluler tapi tidak praktis digunakan rutin pada kulit atau mukosa.
Seseorang dengan herpes harus berpantang dari aktifitas seksual dengan pasangan yang tidak terinfeksi
ketika lesi atau simptom herpes muncul. Hal ini penting untuk diketahui bahwa ketika seseorang tidak
memiliki simptom, dia masih dapat menginfeksi pasangan seks. Pasangan-pasangan seks harus
dinasehati bahwa mereka dapat terinfeksi. Pasangan seks dapat mencoba tes untuk menentukan jika
mereka terinfeksi HSV. Tes darah HSV-II (+) sangat mungkin mengindikasikan infeksi herpes genital. 4,6,7,8
Herpes dapat menyebar dari 1 bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain selama perjangkitan. Pasien
disarankan untuk tidak menyentuh mata atau mulut setelah menyentuh vesikel atau ulkus. Selama
perjangkitan, pasien supaya selalu mencuci tangan dengan cermat. Baju yang kontak dengan ulkus
supaya tidak dicampur dengan baju yang lain. Pasangan harus mempertimbangkan semua kontak
seksual, termasuk berciuman.6
Wanita hamil dengan infeksi herpes simpleks harus melaksanakan kultur virus tiap minggu dari serviks
dan genitalia eksterna sebagai jalan lahir. Persalinan secara sectio caesaria direkomendasikan untuk

mencegah
infeksi bayi baru lahir.6,7
K. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada orang yang terinfeksi HSV-II adalah: 1,2,4,7,9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.
11.

Infeksi sekunder oleh bakteri.


Kekambuhan penyakit (sering terjadi).
Komplikasi pada daerah genital seperti: genital neuralgia (terjadi pada beberapa remaja), striktur
uretra, fusi dari labium, limpatik supuratif.
Transverse myelopathy (mengganggu penyampaian melalui korda spinalis).
Inkontinensia.
Tekanan psikologis yang berupa ketakutan dan depresi, terutama bila terjadi salah penanganan
pada penderita.
Pada wanita dengan infeksi HSV-II primer dapat terjadi aseptik meningitis, encefalitis (jarang).
Pada wanita hamil, virus dapat melalui plasenta dan masuk ke dalam peredaran darah janin
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan atau kematian pada janin. Hal ini penting supaya wanita
menghindari menderita herpes genital selama kehamilan. Infeksi ini mempunyai angka mortalitas 60%,
separuh dari yang hidup menderita cacat neurologik, atau kelainan pada mata. Kelainan yang timbul
pada bayi dapat berupa encephalitis, meningitis herpetic, viremia herpetic, erupsi kulit kronis (berupa
vesikel herpetiformis), keratokonjungtivitis, koroidoretinitis, microcephali, atau hepatitis. Beberapa ahli
menganjurkan melakukan sectio caesarea pada ibu yang terinfeksi HSV-II aktif. Angka kejadian infeksi
pada bayi dari wanita yang mengidap infeksi herpes jarang, di AS frekuensi herpes neonatal adalah 1
per 7500 kelahiran hidup. Sedangkan apabila pada trimester II, terjadi prematuritas. Selain itu dapat
terjadi transmisi pada saat intra partum atau paska partum. 1,2,4,5,7,8,9
Pada orang tua: hepatitis, meningitis, ensefalitis, hipersensitifitas terhadap virus, sehingga timbul
reaksi pada kulit berupa eritema eksudativum multiforme.
Penyebaran virus ke organ-organ lain pada individu imunokompromis. Infeksi herpes dapat
menjadi berat pada orang-orang dengan supresi sistem imun. 4,5,7,8
Herpes memainkan peran pada penyebaran HIV, virus yang dapat menyebabkan AIDS. Herpes
dapat membuat orang lebih rentan terinfeksi HIV, dan dapat membuat individu yang terinfeksi HIV lebih
infeksius.7,8

Berbagai komplikasi berhubungan dengan infeksi herpes. Virus herpes penting untuk wanita. Virus ini
memiliki keterlibatan dengan kanker serviks. Virus dapat menyebar dari vagina ke serviks pada wanita
yang tidak merasakan simptom. Resiko meningkat ketika HSV muncul pada
kombinasi dengan HumanPapilloma Virus (HPV), virus ini bertanggung jawab untuk Condyloma.5,6,7
Infeksi herpes juga merupakan masalah serius untuk individu imunokompromis (pasien AIDS, menjalani
kemoterapi atau terapi radiasi, atau mendapatkan dosis tinggi kortison). Orang-orang ini dapat menderita
infeksi bermacam-macam organ, meliputi:4,5,7
1. Keratitis herpetik, infeksi herpes pada mata mengakibatkan parut pada kornea, dan akhirnya kebutaan.
2. Infeksi persisten pada membran mukosa dan kulit dari hidung, mulut dan tenggorok.
3. Esofagitis herpetik, infeksi pada liver menyebabkan inflamasi pada liver dan akhirnya gagal liver.
4. Ensefalitis, infeksi yang sangat serius pada otak. Jika tidak diobati, kira-kira 60-80% orang-orang yang
mengidap infeksi ini akan berkembang menjadi koma dan meninggal dalam beberapa hari. Sedangkan
orang sembuh sering mengalami pemburukan, kategori pemburukan neurologi sedang hingga paralisis.

5. Pneumonitis, infeksi pada paru-paru menyebabkan pneumonia.


L. Prognosis
Selama pencegahan rekuren masih merupakan problem, hal tersebut secara psikogenik akan
memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni
masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekuren lebih jarang. 1
Meskipun kematian yang disebabkan oleh infeksi HSV-II jarang terjadi, akan tetapi selama belum ada
pengobatan yang efektif, perkembangan penyakit sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati
mempunyai prognosis yang lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi
kekambuhannya.9
Pada orang dengan gangguan imunitas, seperti pada penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial,
pengobatan dengan imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat lemah, menyebabkan infeksi dapat
menyebar ke alat-alat dalam dan fatal akibatnya. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya
usia seperti pada orang dewasa.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko Roni, P., Herpes Simpleks, dalam Djuanda Adhi, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Ketiga, Hal 359-361, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2002
2. Torres Gisela, Herpes Simplex, dalam http://www.emedicine.com/DERM/topic179.htm, August 9, 2005
3. Siregar, R., S., Herpes Genitalis, dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2, Hal 82-84,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004
4. Anonim, Genital Herpes, dalam http://www.cdc.gov/std/Herpes/STDFact-Herpes.htm., Centers for
Disease Control and Prevention, 1600 Clifton Rd, Atlanta, GA 30333, USA, May, 2004
5. Anonim, Genital Herpes Simplex, dalam http://www.healthcentre.com/ency/408/000857.html
6. Anonim, Genital Herpes In Women, dalam http://www.medicinenet.com/genital herpes in
women/page2.htm
7. Gandhi Monica, Genital Herpes, dalam http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000857.htm.,
Division of Infectious Disease, UCSF, San Francisco, CA., October 4, 2006
8. Tennen Melisa, Genital Herpes,
dalam http://www.healthatoz.com/healthatoz/Atoz/dc/caz/repr/stds/alert09262003.jsp
9. Daili Sjaiful Fahmi, Judanarso Jubianto, Herpes Genital, dalam Daili, S., F., Makes, W., I., Zubier, F.,
Judanarso, J., Infeksi Menular Seksual, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Ketiga, Hal 111125, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2005
10. Stannard Linda, Herpes Simplex Viruses, dalam http://virology-online.com/index.html. 2005
11. Yunihastuti, E., Djausi, S., Djoerban, Z., Virus Herpes Simpleks, dalam Infeksi Oportunistik pada
AIDS, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 44-46, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2005

12. Anonim, Herpes, dalam http://www.herpes-coldsores.com/std/herpes.htm. 2005

Anda mungkin juga menyukai