Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatan Lahan Sempit di Perkotaan dengan Budidaya Tanaman

menggunakan Metode Vertiminaponik


Muhamad Agus Kurniawan
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Jl. Kalimantan II/24

ABSTRAK
Pembangunan yang pesat di perkotaan menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
yang menyebabkan lahan pertanian makin sempit sehingga produksi hasil
pertanian makin sedikit. Sedangkan kebutuhan pangan makin meningkat seiring
dengan perkembangan penduduk. Pemanfaatan lahan terbatas terutama
pekarangan rumah terus diupayakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.
Inovasi teknologi budidaya tanaman terus berkembang. Salah satunya yaitu teknik
vertiminaponik. Model akuaponik mini ini mengintegrasikan budidaya ikan
sekaligus sayuran pada lahan yang sama. Model yang diuji adalah sistem drainase
pada vertiminaponik dan penggunaan variasi media tanam. Komoditas yang
ditanam pada budidaya ini adalah kangkung, sawi, selada, serta bayam.
Sedangkan ikan yang dipelihara pada teknik akuakulturnya adalah ikan lele.
Kata Kunci: vertiminaponik, akuakultur, budidaya tanaman, budidaya ikan

PENDAHULUAN
Pembangunan fisik yang sedang giat-giatnya dilakukan di Indonesia saat
ini, bila ditinjau dari satu sisi dapat memberikan suatu gambaran adanya suatu
peningkatan kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi. Tetapi konsekuensi dari
pembangunan tersebut adalah dibutuhkannya sejumlah luas lahan tertentu untuk
tempat pembangunan fisik tersebut. Belakangan ini banyak disoroti bahwa
semakin luasnya lahan pertanian produktif yang telah berubah menjadi tempat
berdirinya bangunan-bangunan fisik, atau sarana dan prasarana seperti
infrastruktur. Satu-satunya cara yaitu konversi lahan atau alih fungsi lahan sawah

menjadi lahan non-pertanian. Konversi lahan sawah ke penggunaan nonpertanian


seperti kompleks perumahan, kawasan industri, kawasan perdagangan, dan sarana
publik dapat menimbulkan dampak negatif secara ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Bagi ketahanan pangan nasional, konversi lahan sawah merupakan
ancaman yang serius, mengingat konversi lahan tersebut sulit dihindari sementara
dampak yang ditimbulkan terhadap masalah pangan bersifat permanen, kumulatif,
dan progresif (Irawan, 2005).
Salah satu daerah yang terganggu ketahanan pangannya ialah perkotaan
(Indraprahasta dalam Rokhmah dkk., 2014). Kebutuhan pangan yang semakin
meningkat namun hasil produksi dari lahan pertanian yang ada tidak mampu
mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan pertanian yang semakin sempit, makin
sedikitnya tenaga kerja di bidang pertanian, dan tingginya biaya produksi dengan
output yang rendah menjadi sebab tidak terpenuhi kebutuhan pangan masyarakat
di wilayah perkotaan tersebut. Sehingga menyebabkan kebutuhan pangan
perkotaan dicukupi oleh daerah penyangga di sekitarnya.
Salah satu teknik budidaya yang dikembangkan yaitu teknik budidaya
tanaman secara vertiminaponik untuk mengatasi keterbatasan lahan di perkotaan.
Model akuaponik mini ini mengintegrasikan budidaya ikan dan sayuran sekaligus
pada lahan yang terbatas. Rakocy et al (2006) menjelaskan bahwa sistem
budidaya vertiminaponik tidak memerlukan media tanam seperti tanah dan bahan
pembenah lainnya. Kebutuhan air bagi tanaman tercukupi dari kolam ikan yang
diresirkulasi secara terus menerus. Teknologi akuaponik merupakan gabungan
teknologi akuakultur dengan teknologi hydroponic dalam satu sistem untuk
mengoptimalkan fungsi air dan ruang sebagai media pemeliharaan (Nugroho et al,
2012). Tanaman akan mendapat pupuk organik secara otomatis yang berasal dari
sisa pakan dan kotoran ikan. Selain itu, budidaya vertiminaponik jika
penempatannya berada di pekarangan akan memiliki nilai estetika yang tinggi.
Efektivitas produksi ikan dan sayuran dapat lebih tinggi dibandingkan dengan
budidaya konvensional pada satuan luas yang sama.

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan pengkajian ini dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Jakarta dan di
empat Petani Kooperator (Jakarta Selatan dan Jakarta Timur). Pengkajian mulai
dilaksanakan pada bulan Mei hingga November 2013.
Bahan dan Alat
Bahan pengkajian yang digunakan meliputi bibit sayuran (kangkung, bayam,
selada dan sawi); bibit ikan lele dan nila; zeolit, kompos dan sekam; dan pakan
ikan. Alat yang digunakan adalah tangki air fiber glass volume 650 L, rak besi,
talang air, pipa dan shock drat, pompa akuarium, autoclaf, timbangan digital,
oven, tray pembibitan, potplastik, ember plastik dan peralatan pendukung lainnya.
Pengujian Model
Model vertiminaponik yang diuji pada kegiatan ini, adalah: 1) sistem sirkulasi
drainase tanpa pipa kontrol dan dengan pipa kontrol, 2) media tanam yang diuji
yaitu sekam bakar dan zeolit. Komoditas sayuran yang ditanam adalah kangkung,
sawi, selada dan bayam. Karakter yang diamati adalah yang berkaitan dengan
hasil panen tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Desain vertiminaponik
Vertiminaponik memiliki ukuran panjang 140 cm, lebar 100 cm dan tinggi
90 cm. Vertiminaponik memiliki dua bagian utama, yaitu kolam untuk budidaya
ikan (akuakultur) dan vertikultur untuk budidaya tanaman. Kolam pemeliharaan
ikan menggunakan tangki air yang berbahan fiberglass atau bak. Apabila
menggunakan tandon air, maka dibuang bagian atasnya agar tebuka dan memiliki
tinggi 80 cm. Tempat budidaya tanaman dapat menggunakan talang plastik yang
akan disusun di atas tandon kolam pemeliharaan ikan. Talang plastik ini disusun
di atas rak besi sebagai penyangga.

Air dari kolam pemeliharaan ikan akan disalurkan sebagai input tanaman
menggunakan pompa air yang diletakkan di dasar kolam serta dihubungkan
dengan pipa paralon inci. Pipa dari pompa dihubungkan ke setiap pangkal
sistem tanaman. Pengaturan besar kecilnya input air menggunakan kran.
Sedangkan sistem output air disalurkan kembali ke kolam ikan menggunakan pipa
yang dihubungkan pada ujung dasar rak penanaman yang sudah dilubangi.
Media Tanam

Sistem budidaya vertiminaponik dapat menggunakan media tanam yang


berasal dari zeolit, batu split dan sekam bakar. Sekam bakar berasal dari sekam
padi yang dibakar untuk menghilangkan penyakit yang mungkin ada di dalamnya.
Sifat sekam bakar porous dan steril sehingga dapat digunakan sebagai media.
Zeolit alam diduga merupakan produk aktivitas vulkanik yang telah mengalami
proses pelapukan. Zeolit mengandung senyawa aluminium silikat yang dapat
terhidrasi dengan alkali dan alkali tanah.
Arang sekam atau zeolit yang berukuran diameter 1 2 cm, digunakan
sebagai lapisan bawah talang air. Zeolit berukuran 20 mesh dicampur dengan
bahan organik dan tanah mineral dengan perbandingan 3:1. Campuran zeolit
tersebut diletakkan di dalam kain kasa atau net di atas batu zeolit besar. Fungsi
bahan organik dan tanah mineral adalah sebagai buffer hara. Selain itu
mendukung tumbuhnya mikroba fungsional yang berperan dalam proses
penguraian bahan organik yang berasal dari kolam pemeliharaan ikan. Aktivitas
mikroba tersebut akan merubah sumber nutrien tidak tersedia yang berasal dari
kolam menjadi tersedia bagi tanaman.
Penanaman
Semua jenis sayuran dapat ditanam di vertiminaponik. Namun jenis
sayuran yang biasa ditanam diantaranya adalah tanaman yang memiliki umur
panen pendek, seperti kangkung, bayam, sawi, selada, dan pokcay. Sistem
budidaya vertiminaponik menerapkan teknik tanam benih langsung tanpa
persemaian dan pindah tanam. Benih ditebar di atas media tanam dengan

kerapatan yang tinggi. Setelah tumbuh, tidak perlu dilakukan penjarangan karena
bibit akan dibiarkan tumbuh menjadi tanaman dewasa. Metode ini akan memberi
peluang terjadinya panen berulang, 3-4 kali panen disebabkan oleh perbedaan laju
pertumbuhan setiap individu tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari sistem ini
yaitu waktu panen lebih singkat, biomass yang dihasilkan tinggi, dan menghemat
tenaga kerja dalam pemeliharaan tanaman.
Panen setiap komoditas dilakukan pada waktu yang berbeda-beda sesuai
dengan umurnya. Kangkung dan bayam dapat dipanen pada umur 3 minggu
dengan cara digunting sampai 4 5 cm diatas media tanam. Batang yang dipotong
akan tumbuh menjadi tanaman kangkung dan bayam baru yang siap dipanen pada
5-6 berikutnya. Pada panen ke-5 tanaman kangkung dicabut sampai akarnya.
Setelah media dibersihkan dari akar-akar, benih kangkung dan bayam dapat
disemai kembali. Sawi dan selada dapat dipanen setelah berumur 5-6 minggu
dengan metode cabut. Selama 3 bulan masa pemeliharaan ikan, bayam, serta sawi
bisa dipanen 3 kali.
Budidaya ikan
Sistem budidaya vertiminaponik ini akan membuat lingkungan di dalam
kolam ikan miskin dengan oksigen. Sehingga ikan yang dapat dipelihara yaitu
ikan yang tidak membutuhkan kesediaan oksigen dalam air tinggi untuk
kelangsungan hidupnya. Biasanya ikan yang dipelihara adalah ikan lele, nila,
bawal, dan patin. Kolam ikan berukuran tinggi 80 cm dengan diameter 90 cm
setara dengan air 500 liter. Ikan ditebar dengan kepadatan tinggi, 300 ekor untuk
lele serta 150 200 ekor untuk bawal, nila dan patin. Agar ikan tumbuh dengan
baik, pakan ikan yang digunakan adalah pakan ikan umum yang berupa pelet
dengan kandungan nutrisi tinggi. Selain itu sirkulasi air yang baik akan
meningkatkan kualitas air dalam kolam pemeliharaan. Setelah 3 bulan
pemeliharaan, ikan lele dapat dipanen. Ikan nila dan bawal dapat dipanen pada
umur 4-5 bulan. Sedangkan ikan patin dapat dipanen pada umur 6-8 bulan. Hasil
pengkajian yang telah dilakukan, ikan yang dapat beradaptasi dengan baik pada
sistem vertiminaponik adalah ikan lele. Hal ini dibuktikan dengan jumlah dan

berat panen ikan lele yang setara dengan kolam konvensional meskipun dipelihara
dalam kolam ikan yang berukuran kecil dengan padat tebar tinggi.

KESIMPULAN
1. Sistem drainase yang dilengkapi dengan pipa kontrol dan penyaring solid
menghasilkan produksi tanaman sayuran dan ikan lele yang lebih tinggi.
2. Tanaman sayuran menunjukkan respon pertumbuhan positif dan hasil panen
tinggi pada media tanam zeolit.
3. Persepsi petani kooperator menyatakan teknologi vertiminaponik lebih
menguntungkan dibandingkan dengan teknik budidaya konvensional.

DAFTAR PUSTAKA
Indraprahasta, G.S. 2013. The Potential of Urban Agriculture Development in
Jakarta. Procedia Environmental Sciences, 17(1): 11-19.
Irawan, Bambang. 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola
Pemanfataannya, dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agroekonomi,
23(1): 1-18.
Nugroho, R. A., L. T. Pambudi, D. Chilmawati dan A. H. C. Haditomo. 2012.
Aplikasi Teknologi Aquaponik pada Budidaya Ikan Air Tawar untuk
Optimalisasi Kapasitas Produksi. Saintek Perikanan, 8(1): 46-51.
Rakocy, J. E., M. P. Masser and T. M. Losordo. 2006. Recirculating Aquaculture
Tank Production Systems: Aquaponics- Integrating Fish and Plant Culture.
SRAC Publication, 4(5):1 -8.

PEMANFAATAN LAHAN SEMPIT DI PERKOTAAN DENGAN


BUDIDAYA TANAMAN MENGGUNAKAN METODE
VERTIMINAPONIK

ARTIKEL ILMIAH
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas dosen mata kuliah bahasa indonesia
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pengampu
Dr. Asrumi, M. Hum.

Oleh
Muhamad Agus K.
151510601088

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Anda mungkin juga menyukai