Anda di halaman 1dari 5

Defisiensi Unsur Hara

Defisiensi Unsur Hara Nitrogen (N) Pada Tanaman Padi

Pengaruh defisiensi tanaman padi sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan dan
proses produktifitas tanaman padi karena unsur Nitrogen merupakan unsur yang esensial yang
memberikan pengaruh yang paling nyata dan cepat terhadap pertumbuhan tanaman (Soepardi,
1983). Sumber nitrogen bagi tanaman padi berasal dari amonium dan nitrat yang terdapat pada
tanah yang tergenang, mineralisasi bahan organik, fiksasi nitrogen oleh alga, bakteri serta dari
pupuk. Padi yang dipupuk memperoleh 0 persen sampai dengan 80 persen nitrogen dari tanah,
sedangkan yang tidak dipupuk memperoleh N dari mineralisasi bahan organik (Ismunadji dan
Roechan, 1988).
Menurut Sismiyati dan Partoharjono (1994), penggunaan pupuk yang berlebihan akan
menyebabkan tanaman rentan terhadap penyakit, memperpanjang umur tanaman dan pencemaran
nitrat dan nitrit. Padmini dan Suwardi (1998) menyatakan bahwa penggunaan pupuk yang
berlebihan menyebabkan tanaman berbatang tinggi dan lemah sehingga mudah rebah,
menigkatkan persentase gabah hampa serta peka terhadap penyakit.
Kekurangan hara nitrogen sangat erat kaitannya dengan penurunan produksi padi. Padi
yang kekurangan nitrogen akan menunjukkan gejala seperti pertumbuhan terhambat dan jumlah
anakan sedikit, tanaman kerdil, daun sempit dan pendek, berwarna hijau kekuningan dan daun tua
menjadi berwarna coklat muda dan mati (De Datta, 1981; Soemedi 1982). Hal ini karena nitrogen
bersifat dinamis (mobil) sehingga jika terjadi kekurangan nitrogen pada bagian pucuk, nitrogen
yang berada pada daun yang tua akan ditranslokasikan ke organ yang lebih muda (Novizan
2002).
Efisiensi tanaman dalam penggunaan unsur hara dapat dijelaskan dalam berbagai definisi.
Efisiensi hara didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil yang tinggi pada
keterbatasan satu atau lebih unsur hara (Jagau, 2000). Menurut Clark (1990) tanaman efisien
unsur hara yaitu tanaman yang memiliki kenampakan lebih baik dari tanaman lainnya jika
diberikan sejumlah unsur hara di bawah kebutuhan optimal dalam takaran yang sama. Moll et al.
(1982) menyatakan efisiensi N yaitu sebagai produksi gabah per unit N yang diberikan.
Tingkat efisiensi nitrogen suatu tanaman dapat dilihat dari keefisienannya dalam
memanfaatkan nitrogen. Menurut Below (1995) menyatakan bahwa tingkat efisiensi dapat
diketahui dari 2 komponen yaitu efisiensi penyerapan nitrogen (nitrogen uptake efficiency) adalah
jumlah nitrogen di dalam tanaman per unit nitrogen yang diberikan dan efisiensi penggunaan
nitrogen (nitrogen utilization efficiency) adalah biomassa yang dihasilkan per unit nitrogen
tanaman. Pengamatan penyerapan dan pemanfaatan nitrogen oleh tanaman dapat dilakukan
dengan analisis tanaman. Analisis kandungan nitrogen pada tanaman padi sawah menggunakan
organ tanaman tersebut, seperti daun dan gabah. Untuk kandungan nitrogen daun dewasa lebih

baik digunakan sebagai indikator daripada daun muda karena pada daun muda unsur tersebut
konsentrasinya cenderung konstan. Daun dewasa terdapat aktivitas nitrat reduktase yang
bermanfaat mempercepat laju metabolisme khususnya nitrat menjadi protein dan kandungan
klorofil daun yang berhubungan dengan kegiatan fotosintesis yang akan menghasilkan biomassa
tanaman. Perbedaan aktivitas nitrat reduktase tersebut merupakan salah satu penentu keragaman
dalam efisiensi nitrogen (Marshner, 1986).
Adapun cara mengetahui defisiesi unsur hara Nitrogen pada tanaman padi dapat dilihat
dengan cara Bagan warna daun (BWD) merupakan alat skala warna yang terbuat dari plastik,
terdiri atas enam skala warna mulai dari skala 1 dengan warna hijau kekuningan hingga skala 6
dengan warna hijau tua, Alat ini dapat mendeteksi status kandungan N pada tanaman padi. Batas
kritis skala warna daun dipengaruhi oleh varietas, cara tanam, populasi tanaman, dan status hara
tanah. Konsep pemupukan yang didasarkan atas perubahan warna daun sebenarnya telah lama
diterapkan secara praktis oleh petani. Biasanya petani memberikan pupuk pada tanaman padi bila
warna daun berubah menjadi kuning, walaupun tidak menggunakan alat standar warna. Peneliti
di Cal Tech pada sekitar tahun 1920 juga telah mengidentifikasi warna daun sebagai indikasi
kandungan hara N tanaman. Pada tahun 1980-an peneliti di California University menguatkan
temuan tersebut (Boyd 2001).
Tingkat skala warna daun tanaman padi dipengaruhi oleh populasi tanaman, fase
pertumbuhan tanaman, varietas yang digunakan, cara tanam, dan status hara N dalam tanah. Hasil
penelitian di Filipina menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat SPAD, titik kritis tanaman
padi terhadap hara N pada musim kemarau adalah pada skala 30 untuk sistem tanam benih
langsung (tabela) secara sebar dengan jumlah anakan sekitar 800 tanaman/ m2 (produktivitas
6,85 t/ha), dan pada skala 32 untuk cara tanam tabela secara larikan dengan jumlah anakan
produktif tidak kurang dari 650 tanaman/ m2 (produktivitas yang dicapai 6,83 t/ha)
(Balasubramanian et al. 1998). Selanjutnya Balasubramanian et al. (1999) menyatakan bahwa
nilai kritis SPAD tanaman padi tanam pindah pada musim kemarau adalah pada skala 35,
sedangkan pada padi musim hujan yang ditanam secara tabela nilai kritisnya berada pada skala
32. Namun di India, nilai kritis SPAD adalah pada skala 3638 untuk tanam pindah pada musim
kemarau dan 3335 pada musim hujan (Ramanathan dan Nagarayan 2000).

Gambar 1
Pada gambar diatas menunjukan kekurangan Nitrogen dimana pada bagian tengah daun
berwarna kekuningan dan menunjukan warna hijau tidak sama dengan tanaman lainnya warna
hijau tersebut memudar kekuningan.

DAFTAR PUSTAKA
Wahid A Salam. 2016. PENINGKATAN EFISIENSI PUPUK NITROGEN PADA PADI
SAWAH DENGAN METODE BAGAN DAUN. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Selatan, Jalan Perintis Kemerdekaan km. 17,5, Kotak Pos 1234, Makassar
90243.

Anda mungkin juga menyukai