Anda di halaman 1dari 15

2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Media Tanam
Media Tanam Adalah tempat untuk hidup/tumbuh bagi tanaman misalnya
tanah, arang sekam dan lain lain (Zulkarnain,2009).
Media tanam merupakan tempat tanaman hidup, media tanam harus dapat
menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat
menahan ketersediaan unsur hara (Redaksi Ps, 2007).
Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat
tempat tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam. Media tanam banyak macam
ragamnya, dapat merupakan campuran dari bermacam-macam bahan atau satu
jenis bahan saja asalkan memenuhi beberapa persyaratan, antara lain cukup baik
dalam memegang air, bersifat porous sehingga air siraman tidak menggenang
(becek), tidak bersifat toksik (racun) bagi tanaman, dan yang paling penting media
tanam tersebut cukup mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman (Widarto, 1996).
2.2 Fungsi Media Tanam
Menurut Bambang (2010), beberapa fungsi dari media tanam yaitu sebagai
berikut :
1) Tempat berdiri tegak tanaman
Cukup kuat memegang tanaman agar tetap tegak (media cukup berat atau
diperlukan penyangga) Ada keseimbangan ukuran tanaman dan BD (Bulk Density
= Kerapan Massa) media.
2) Suplai Nutrisi/Hara
Total suplai dibatasi oleh ukuran wadah.Oleh karena itu media seharusnya
memeliki CEC yg tinggi.pH dalam keadaan optimum.
3) Tempat Suplai Air
Porositas yg baik akan menyediakan air dan oksigen yg cukup bagi
pertumbuhan tanaman.Aerasi yg baik akan memperlancar respirasi dan menjamin
pergerakan CO2 untuk dapat keluar dari media.
Menurut Redaksi PS (2007), beberapa fungsi dari media tanam yaitu
sebagai :

1) Tempat tanaman berpijak dan berdiri tegaknya tanaman.


2) Memiliki kemampuan mengikat air dan menahan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman.
3) Memiliki aerasi dan drainase yang baik.
4) Dapat menjaga kelembaban di sekitar akar tanaman.
5) Tidak mudah rapuh atau lapuk.
Media tanam berfungsi sebagai tempat akar melekat, mempertahankan
kelembaban dan sebagai sumber makanan. Media yang baik dapat menyimpan air
untuk kemudian dapat dilepaskan sedikit demi sedikit dan dimanfaatkan oleh
tanaman (Budiyati,1994).
2.3 Macam-macam Media Tanam
2.3.1

Tanah
Tanah adalah suatu benda alam yang menempati lapisan kulit bumi yang
teratas, yang terdiri atas butir tanah, air, udara, sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan,
yang merupakan tempat tumbuh tanaman. Sebagai tempat tumbuh tanaman,
peranan tanah adalah: sebagai tempat tegaknya tanaman, tempat menyediakan
unsur-unsur makanan, air bagi tanaman, dan tempat menyediakan udara bagi
pernafasan akar (Sumiati, 1992).
Tanah yang menjadi media tumbuh bagi tanaman memiliki komposisi
seperti, karbohidrat (gula, selulosa, hemiselulosa), lemak (gliserida, asam-asam
lemak, stearat dan oleat), dan lignin yang tersusun dari C, H, dan O, juga oleh N.
P, S, Fe, dan lain-lain, sedangkan bagian mineralnya terdiri dari unsur hara makro
dan mikro esensial (Hanafiah, 2005).

2.3.2

Bukan Tanah

1) Media Tanam Organik


a) Serbuk Sabut Kelapa (coco peat)
Serbuk sabut kelapa berasal dari sabut kelapa yang sudah dipisahkan dari
seratnya, dan telah direbus untuk menghilangkan zat tanin (zat yang dapat
mematikan

tanaman).

Proses

perebusan

berarti

juga

sterilisasi

untuk

menghilangkan benih-benih penyakit yang mungkin ada di dalamnya.


Kelebihan serbuk sabut kelapa sebagai media tanam adalah memiliki
kemampuan mengikat air dan menyimpan air dengan kuat, serbuk sabut kelapa

mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg),


kalium (K), natrium (Na), dan Fosfor (P) serta dapat menetralkan keasaman tanah
(Prayugo, 2007).
b) Batang Pakis
Karateristik yang menjadi keunggulan media batang pakis adalah
sifatsifatnya yang mudah mengikat air karena mempunyai rongga udara yang
banyak serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman dan
membuat akar tanaman bisa berkembang dengan nyaman dan memperoleh air
dengan mudah (Prayugo, 2007).
Pakis dikenal sebagai bahan campuran media yang bisa menyimpan air
dalam jumlah cukup, sekaligus drainase dan aerasinya baik. Daya tahannya
sebagai bahan media juga baik, yakni tidak mudah lapuk sehingga dapat
digunakan di daerah dengan curah hujan tinggi (Junaedhie, 2006).
c) Kompos
Kompos adalah media tanam yang berasal dari fermentasi tanman atau
limbah organik seperti jerami, sekam daun, rumput dan sampah kota. Kelibihan
kompos sebagai media tanam adalah mampu mengembalikan kesuburan tanah
melalui perbaikan sifat tanah baik fisik, kimiawi atau biologis (Redaksi PS, 2007).
Kompos adalah hasil pelapukan bahan organik yang berasal dari daun-daun,
sisa-sisa tanman yang di dekomposisi oleh jasad mikro. Kompos

sangat

membantu dalam proses penggemburan tanah dan memiliki kemampuan daya


tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. Daya serap kompos
cukup tinggi, 80-90% dari bobotnya sehingga media tetap lembab. Media tanam
ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika terjadi perubahan suhu, kelembaban,
dan aerasi yang ekstrim (Prayugo, 2007).
d) Pupuk Kandang
Pupuk kandang berasal dari kotoran hewan, media tanam ini mengandung
unsur hara makro seperti Natrium (N), Posfor (P), dan Kalium (K), serta
mengandung unsur hara mikro. Pupuk kandang juga memiliki kandungan
mikroorganisme yang mampu merombak bahan organik. Pupuk kandang yang
paling baik berasal dari kotoran ayam karna memiliki kadar unsur hara paling
tinggi, disusul oleh kotoran sapi atau kerbau, Dan kambing. Sebaiknya kotoran

yang digunakan harus matang terlebih dahulu bila tidak maka pupuk akan
mengeluarkan panas yang dapat merusak tanman itu sendiri (Wiryanta, 2007).
e) Arang Sekam atau sekam padi
Arang sekam berasal dari sekam padi yang disangrai sampai hitam tetapi
bentuknya masih utuh dan tidak sampai menjadi abu. Proses sangrai ini, sekam
menjadi arang sekaligus disterilkan, karena dengan suhu yang tinggi benih
penyakit yang tersisa akan mati.
Arang sekam merupakan media tanam yang porous dan memiliki
kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi
gembur (Prayugo, 2007). Adapun Kelemahan dalam penggunaan arang sekam
adalah mudah hancur dan harus rajin melakukan penggantian media tanam. Arang
sekam disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25%
saja, karena dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam
menyerap air (Junaedhie, 2006).
2) Media Tanam Anorganik
a) Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal polimer yang sering digunakan sebagai
media tanam bagi tanman indoor berbatang lunak. Penggunaan media jenis ini
sangat praktis dan efisien karen tidak perlu di siram ataupun dipupuk. Media ini
mampu menyimpan nutrisi dan air dengan baik (Wiryanta, 2007).
b) Pasir
Media tanam dengan pasir sering kali digunakan dengan tujuan
menggantikan media tanah dengan media pasir. Media tanam bertekstur pasir
sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara)
dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif
kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih
cepat kering. Pasir mengandung unsur hara phospor (0,08 g), kalium (2,53 g),
kalsium (2,92 g), Fe2O3 (5,19 g) dan MgO (1,02 g). Media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif, namun pasir
memungkinkan tanman yang di tanam di media ini membuat perakarannya lebih
luas karena pasir cenderung lebih mudah ditembus oleh akar (Wiryanta, 2007).
c) Vermikulit atau Perlit

Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari pemananasan


kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan halium. Berdasarkan
sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki kemampuan kapasitas
tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan padat dan pada saat basah.
Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya serap air jika
digunakan sebagai campuran media tanaman. Jika digunakan sebagai campuran
media tanam, vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya
absorpsi air sehingga dapat dengan mudah diserap oleh akar tanaman (Fahmi,
2013).
Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot
ringan serta memiliki Kapasitas Tukar Kation dan daya serap air yang rendah.
Sebagai campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit, yakni
menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air. Penggunaan vermikulit
dan perlit sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik
untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur hara (Fahmi, 2013).
d) Zeolit
Penggunaan mineral zeolit sebagai media tanam cenderung meningkat
dikarenakan berbagai pertimbangan antara lain batuan deposit yang mengandung
mineral zeolit banyak terdapat di Indonesia dan hingga saat ini belum banyak
dimanfaatkan untuk bidang pertanian. Mineral zeolit dengan Kapasitas Tukar
Kation (KTK) dan daya retensi air yang tinggi mempunyai tiga sifat utama yang
mendukung dalam peningkatan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan
anorganik, yaitu penukar ion, absorbsi dan penyaring molekul. Dengan ketiga sifat
tersebut diharapkan unsur hara yang diberikan melalui pemupukan dapat diikat
dan tidak mudah hilang sebelum dimanfaatkan oleh tanaman (Fahmi, 2013).
Pemberian zeolit dengan takaran 1 - 4 ton/ha mampu meningkatkan
produktivitas tanah yang ditunjukan antara lain (a). meningkatkan pH, KTK dan
kandungan N, P, Ca, Mg dan K. (b). menurunkan aluminium (Al) yang dapat
dipertukarkan. (c). menurunkan toksisitas Al terhadap perakaran tanamn (d).
meningkatan produktivitas baik tanaman pangan maupun holtikultura (Sunanto,
2011).

2.4 Syarat Media Tanam yang Baik

Menurut Supriyanto dkk (2006), media tanam yang baik harus mempunyai
sifat fisik yang baik, dan kelembaban harus tetap dijaga serta saluran drainasenya
juga harus baik. Keseimbangan antara udara dngan kelembaban berpengaruh
penting terhadap pertumbuhan akar. Kelembaban udara berpengaruh terhadap
absorbsi air dan unsur hara pada pertumbuhan bibit wani, serta suhu yang baik di
daerah sekitar perakaran akan membantu proses pembelahan sel di daerah
perakaran secara aktif (Mahardika et al., 2013).
Media tanam diartikan sebagai wadah atau tempat tinggal tanaman. Sebagai
tempat tinggal yang baik, media tanam harus dapat mendukung pertumbuhan dan
kehidupan tanaman. OIeh karena itu, idealnya suatu media tanam harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
1. Dapat dijadikan sebagai tempat berpijak tanaman
2. Memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan
tanaman.
3. Mampu mengontrol kelebihan air (drainase) serta memiliki sirkulasi dan
ketersediaan udara (aerasi) yang baik.
4. Dapat mempertahankan kelembapan di sekitar akar tanaman.
5. Tidak mudah lapuk atau rapuh.
Media tanam dikatakan berfungsi sebagai tempat berpijak jika tanaman
dapat melekatkan akarnya dengan baik. Namun, untuk pertumbuhan akar tanaman
yang sempurna, media tanam harus didukung oleh drainase dan aerasi yang
memadai. Drainase yang lancar menjadikan akar-akar tanaman lebih leluasa
bernapas sehingga lebih optimal dalam menyerap unsur-unsur hara yang
dibutuhkan. Sementara aerasi yang memadai sangat dibutuhkan oleh akar untuk
bernapas sehingga asupan oksigen dapat tercukupi. Kekurangan oksigen pada
tanaman dapat menyebabkan kematian akar (root dieback).
Tidak semua bahan untuk media tanam memenuhi semua persyaratan di
atas. OIeh karena itu, untuk memperoleh hasil yang sempuma, alternatif
pemecahannya

adalah

dengan

mengombinasikan

beberapa

bahan

yang

disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Hal itu disebabkan setiap
jenis bahan media memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada setiap tanaman.

Pada umumnya, semua jenis media tanam membutuhkan keberadaan air. Air
berfungsi untuk mengangkut unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan
mempertahankan tekanan turgor tanaman. Frekuensi pemberian air pada media
tanam harus dilakukan dengan efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi
pemberian air bukan berarti membiarkan media tergenang air (kecuali tanaman
hias air) karena dapat menyebabkan tanaman mengidap penyakit busuk akar atau
busuk batang. Namun, kelembapan di sekitar akar juga harus tetap terjaga karena
akan berpengaruh terhadap daya absorpsi air dan unsur hara (Redaksi PS, 2007).
2.5 Bahan Tanam
Bahan tanam adalah dari pohon yang digunakan untuk memperbanyak
tanaman, baik untuk perbanyakan vegetatif maupun perbanyakan generatif. Bahan
tanam harus berasal dari pohon induk yang sehat dan telah diketahui silsilahnya,
mudah dikembangkan produktivitas tinggi, berbatang kekar tumbuh normal serta
memiliki perakaean kuat dan rimbumn (Redaksi Agromedia, 2010).
1) Benih
Yang dimaksud dengan benih ialah biji tanaman yang dipergunakan untuk
keperluan dan pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau
merupakan komponen agronomi. Sebagai komponen agronomi masalah benih ini
lebih berorientasi pada penerapan norma-norma ilmiah, jadi lebih bersifat
teknologis (Kartasapoetra, 1986).
Benih merupakan simbol dari suatu permulaan, yang merupakan inti dari
kehidupan dari alam semesta dan paling penting adalah kegunaanya sebagai
penyambung dari kehidupan tanaman. Benih disini adalah tanaman yang
digunakan untuk tujuan pertanaman, sehingga masalah teknologi benih berada
dalam ruang lingkup agronomi. Agronomi disini dapat diartikan sebagai suatu
gugus ilmu pertanian yang mempelajari pengelolaan lapangan produksi dengan
segenap unsur alam (iklim, tanah, air), tanaman, hewan dan manusia untuk
mencapai produksi tanaman secara maksimal (Viera, 2001).
2) Bibit
Sampai sekarang pengertian bibit masih sering dirancukan dengan
pengertian benih (seed) dan tanaman induk (parent stock). Banyak orang yang
tertukar untuk mengistilahkan bibit pada benih. Pengertian bibit juga sering

tertukar dengan tanaman induk penghasil benih atau bibit. Pengertian bibit yang
dimaksud ialah tanaman kecil (belum dewasa) yang berasal dari pembiakan
generatif (dari biji), vegetatif, kultur jaringan, atau teknologi perbanyakan lainnya.
Selain itu, bibit juga dapat diperoleh dari kombinasi cara-cara perbanyakan
tersebut.
Bibit merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya tanaman.
Budidaya tanaman sebenarnya telah dimulai sejak memilih bibit tanaman yang
baik, karena bibit merupakan obyek utama yang akan dikembangkan dalam proses
budidaya selanjutnya. Selain itu, bibit juga merupakan pembawa gen dari
induknya yang menentukan sifat tanaman setelah berproduksi. Oleh karena itu
untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat diperoleh dengan
memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki sifat tersebut (Setiawan,
1996).
3) Biji
Salah satu bagian tanaman yang berfungsi sebagai unit penyebaran
(dispersal unit) perbanyakan tanaman secara alamiah (Wirawan dan Wahyuni,
2002).
2.6 Macam-macam Tipe Perkecambahan
2.6.1

Perkecambahan Hipogeal
Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan
plumula (daun lembaga) tertarik ke atas keluarmenembus kulit biji dan muncul di
atas tanah tetapi kotiledon relatif tetap posisinya di dalam tanah.Contoh tipe ini
terjadi pada kacang kapri, kacang tanah dan jagung (Kusfebriani et al, 2010).
Perkecambahan Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil
sehingga menyebabkan plumula keluar dan menembus pada bijinya yang nantinya
akan muncul di atas tanah, sedangkan kotiledonnya masih tetap berada di dalam
tanah (Lestari. 2009).

Gambar 1.1 Perkecambahan Hipogeal


2.6.2

Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang di
bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga
(plumula) dankotiledon terangkat ke atas tanah.Perkecambahan tipe ini misalnya
terjadi padakacang hijau, biji buncis, dan biji jarak (Kusfebriani et al, 2010).
Perkecambahan

Epigeal

adalah

pertumbuhan

memanjang

yang

mengakibatkan kotiledon dan plumula sampai keluar ke permukaan tanah,


sehingga kotiledon terdapat di atas tanah (Lestari. 2009).

Gambar 1.2 Perkecambahan Epigeal


2.7 Perbanyakan Generatif dan Vegetatif
2.7.1

Perbanyakan Generatif
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan dengan menggunakan bagian

vegetatif tanaman,misalnya bagian cabang,ranting,mata tunas,akar cabang atau


anakan. Perbanyakan vegetative dilakukan dengan cara setek,cangkok,tempel
mata atau dengan menyambung. Perbanyakan ini hanya dilakukan pada tanamantanaman yang sulit diperbanyak dengan biji (Joesoef,1989).
2.7.2

Perbanyakan Vegetatif
Perbanyakan generatif adalah memperbanyak tanaman melalui biji yang

dihasilkan lewat perkawinan atau pada tanaman disebut dengan penyerbukan


(Suwanto dan Andoko, 2007).
Perbanyakan vegetatif dimana mengambil bahan tanam dari organ tubuh
tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif)
dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknnya (Abdurahman, 2008).
2.7.3

Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Generatif dan Vegetatif

Cara pebanyakan tanaman buah dapat di golongkan menjadi dua bagian


yaitu perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif.
1) Perbanyakan generatif (biji)
Keuntungan :
a) Sistem perakaran lebih kuat
b) lebih mudah di perbanyak
c) jangka waktu berbuah lebih panjang
Kelemahan :
a) waktu untuk mulai berbuah lebih lama
b) sifat turunan tidak sama dengan induk
c) ada banyak jenis tanaman produksi benihnya sedikit atau benihnya sulit untuk
berkecambah
2) Perbanyakan Vegetatif
Keuntungan :
a) lebih cepat berbuah
b) sifat turunan sesuai dengan induk
c) dapat digabung sifat-sifat yang diinginkan
Kelemahan :
a) perakaran kurang baik
b) lebih sulit di kerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu

c) jangka waktu berubah menjadi pendek


(Purnomosidhi et al., 2012)
2.7.4

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Generatif dan


Vegetatif

1) Perbanyakan Generatif (perkecambahan)


a) Faktor internal:
1) Kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai, tidak
mempunyai viabilitas tinggi. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum
memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio yang
belum sempurna.
2) Ukuran benih
Di dalam jaringan penyimpanannya, benih memiliki karbohidrat, protein,
lemak dan mineral. Bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi
bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran
besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan
dengan benih yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar.
3) Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi
tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat
dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat
(viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai.
4) Hormon
Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses
perkecambahan, adapula beberapa fitohormon yang menghambat proses
perkecambahan.

Fitohormon

yang

berfungsi

merangsang

pertumbuhan

perkecambahan antara lain : Auksin, yang berperan untuk : Mematahkan dormansi


biji dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji dengan

auksin dapat membantu menaikkan kuantitas hasil panen serta dapat memacu
proses terbentuknya akar.
Giberelin, yang berperan dalam mobilisasi bahan makanan selama fase
perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada
persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperma. Untuk keperluan
kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu
terjadi perubahan pati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio
sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui mampu
meningkatkan aktivitas enzim amilase.
Sitokinin, yang akan berinteraksi dengan giberelin dan auksin untuk
mematahkan dormansi biji. Selain itu, sitokinin juga mampu memicu pembelahan
sel dan pembentukan organ.
Fitohormon yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan antara lain:
Etilene, yang berperan menghambat transportasi auksin secara basipetal dan
lateral. Adanya etilen dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin dalam
jaringan. Meskipun begitu, pada tanaman, etilene juga mampu menstimulasi
perpanjangan batang, koleoptil dan mesokotil. Asam absisat (ABA), yang bersifat
menghambat perkecambahan dengan menstimulasi dormansi benih. Selain itu,
asam absisat akan menghambat proses pertumbuhan tunas.
b) Faktor eksternal:
1) Air
Air salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan
benih. Fungsi air pada perkecambahan biji antara lain; Air yang diserap oleh biji
berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio
dan endosperma hingga kulit biji pecah atau robek. Air juga berfungsi sebagai
fasilitas masuknya oksigen ke dalam biji melalui dinding sel yang di-imbibisi oleh
air sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara difusi. Selain itu, air juga
berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan sejumlah
proses fisiologis dalam embrio seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi dan
pertumbuhan. Proses-proses tersebut tidak akan berjalan secara normal, apabila
protoplasma tidak mengandung air yang cukup. Air juga Sebagai alat transportasi

larutan makanan dari endosperma kepada titik tumbuh pada embryonic axis, yang
mana diperlukan untuk membentuk protoplasma baru.
2) Temperatur
Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan
benih. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk
perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level hydration minimum yang
bersifat khusus untuk perkecambahan.
Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang
berbeda yang akan dialami oleh benih. Dan tiga titik suhu kritis tersebut dikenal
dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas pertama, suhu minimum, yakni suhu
terkecil dimana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode
waktu perkecambahan. Bagi kebanyakan benih tanaman, termasuk kisaran suhu
minimumnya antara 0 5oC. Jika benih berada di tempat yang bersuhu rendah
seperti itu, maka kemungkinan besar benih akan gagal berkecambah atau tetap
tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.
Kedua, suhu optimum yakni suhu dimana kecepatan dan persentase biji
yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama proses perkecambahan
berlangsung. Temperatur ini merupakan temperatur yang menguntungkan bagi
berlangsungnya perkecambahan benih. Suhu optimum berkisar antara 26,5
35oC. Serta yang ketiga adalah suhu maksimum, yakni suhu tertinggi dimana
perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara normal. Suhu
maksimum umumnya berkisar antara 30 40oC. Suhu diatas maksimum biasanya
mematikan biji, karena keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji
menjadi non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.
3) Oksigen
Faktor oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Pada saat perkecambahan
berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya
pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air dan energi yang berupa
panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya
proses perkecambahan benih.
Perkecambahan biji dipengaruhi oleh komposisi udara sekitarnya.
Umumnya biji akan berkecambah pada kondisi udara yang mengandung 20% O2

dan 0,03% CO2 memiliki kemampuan untuk berkecambah pada keadaan yang
kurang oksigen. Biji dapat berkecambah baik di tempat dengan kelembaban
tinggi, bahkan bisa berkecambah 4 5 cm di bawah permukaan air, hanya saja
yang lebih dahulu akan keluar bukan radikel melainkan plumulanya.
4) Cahaya
Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol oleh
suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun dari
chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka pada cahaya.
Fitokrom memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik) yaitu
fitokrom merah yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrom infra merah yang
mengabsorbsi sinar infra merah.
Bila pada benih yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah, maka
fitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah, yang mana
menimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan. Sebaliknya bila diberikan
cahaya infra merah, fitokrom infra merah akan berubah menjadi fitokrom merah
yang kemudian menimbulkan reaksi yang menghambat perkecambahan. Dalam
keadaan tanpa cahaya, dengan adanya oksigen dan temperatur yang rendah, proses
perubahan itu akan berlangsung lambat. Pada keadaan di alam, cahaya merah
mendominasi cahaya infra merah sehingga pigmen fitokrom diubah ke bentuk
fitokrom infra merah yang aktif (Sutopo, 2002).
2) Perbanyakan Vegetatif
a) Perbanyakan vegetatif alami :
1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh
kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik
bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius.
Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar

air

dalam

udara

dapat

mempengaruhi

pertumbuhan

serta

perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di

mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya


penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya
matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuningkuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat
proses pertumbuhan.
4. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu
perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel,
hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk
mempercepat buah menjadi matang (Rochiman, 2002).
b) Perbanyakan vegetatif buatan
1. Faktor Internal:
a. Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban
tinggi).
b. ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas).
2. Faktor Eksternal:
a. Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi).
b. Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang
tinggi).
c. Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang
tidak banyak, maka perlu diberi naungan).
d. Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab,
bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan
bakteri sehingga menyebabkan kebusukan) (Mangoendidjojo, 2003).

Anda mungkin juga menyukai