Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi
salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan.
Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan
bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap
mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan
tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi
tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan
keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta
ringan.
Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan
keamanannya. Karena mengandung bahan kimia yang
berbahaya bagi kesehatan, terutama bila digunakan sebagai
kemasan atau wadah makanan.
Selain itu, Styrofoam juga terbukti tidak ramah lingkungan,
karena tidak dapat diuraikan sama sekali. Bahkan pada proses
produksinya sendiri, menghasilkan limbah yang tidak sedikit,
sehingga dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5
terbesar di dunia oleh EPA (Enviromental Protection Agency).
Mengingat betapa berbahayanya dampak yang dapat
ditimbulkan oleh Styrofoam ini, baik pada kesehatan dan
lingkungan maka harus segera dicari alternative agar
penggunaannya segera dihentikan sama sekali. Karena dalam
memerangi isu global seperti global warming, syrofoam juga
turut ambil bagian sebagai bahan pencemaran lingkungan yang
harus segera dieliminasi.
1.2

Rumusan Masalah

Page | 1

Apakah definisi Styrofoam dan bahan kimia yang

terkandung di dalamnya?
Bagaimana mekanisme produksi styofoam?
Bagaimana dampak yang ditimbulkan pada lingkungan?
Dampak negative apa saja yang dapat menyerang

manusia?
Bagaimana cara mengurangi dampak buruk dari
Styrofoam?

1.3

Tujuan
- Untuk mengetahui definisi dari Styrofoam dan bahan
-

kimia yang terkandung di dalamnya


Untuk mengetahui mekanisme produksi Styrofoam dan

limbah yang dihasilkan


Untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat
ditimbulkan kandungan bahan kimia di dalam Styrofoam

pada lingkungan
Untuk mengetahui damapak buruk yang dapat

ditimbulkan pada manusia


Untuk mengetahui cara mengurangi pemakaian
Styrofoam dan dampak buruknya bagi lingkungan pada
umumnya dan manusia pada khususnya

Page | 2

BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemasan
didefinisikan sebagai bungkus pelindung barang dagangan.
Dengan kata lain, kemasan adalah wadah atau tempat yang
terbuat dari timah, kayu, kertas, gelas, besi, plastik, selulosa
transparan, kain, karton, atau material lainnya, yang digunakan
untuk penyampaian barang dari produsen ke konsumen.
Salah satu pengemas makanan yang sering digunakan
adalah Styrofoam. Sifat fisik Styrofoam yang relatif tahan bocor,
ringan, praktis, dan dapat menjaga suhu makanan dengan baik,
membuat Styrofoam menjadi primadona sebagai pengemas
makanan, apalagi didukung harga styrofoam yang sangat murah,
yaitu hanya 1/3 -1/2 kali kertas.
Styrofoam seringkali digunakan secara tidak tepat oleh
publik karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang
yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh
pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai
insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk
kemasan pangan.
Namun, styrofoam sebagai bahan pembungkus pangan
maupun untuk kebutuhan lain dapat menimbulkan masalah baik
dari segi kesehatan maupun lingkungan, serta tidak sedikit
pengaruhnya dalam peningkatan Global Warming.
2.1 Proses Pembuatan Styrofoam

Page | 3

Styrofoam atau foamed polysterene (FPS) yang ringan dan


praktis ini masuk dalam kategori jenis plastik. Sytrofoam dibuat
dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan
dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk
melunakkan resin dan me-nguapkan sisa blowing agent. Bahan
dasar yang digunakan adalah 90-95% polysterene dan 5-10% gas
seperti n-butana atau n-pentana. Polysterene yang berciri khas
ringan, kaku, tembus cahaya, rapuh dan murah. Bahan yang
lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis, ringan, relatif
tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah
yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak dipakai,
termasuk dalam industri makanan instan. Namun bahan ini
sebenarnya tak kalah berbahaya dengan plastik.
Karena sifatnya yang rapuh maka polistiren dicampur seng
dan senyawabutadien. Hal ini menyebabkan polistiren kehilangan
sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian
untuk

kelenturannya,

ditambahkan

zat

plasticier seperti dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluene (BHT),


atau n butyl stearat. Kandungan zat pada proses terakhir inilah
menurut penelitian kimia LIPI dapat memicu timbulnya kanker
dan penurunan daya pikir anak.
Kemudian proses pembuatannya ditiup dengan blowing agent
yaitu gas chlorofluorocarbon (CFC), sehingga membentuk buih
(foam). Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel-sel
kecil

merupakan

hasil

proses

peniupan

tersebut

(Manurung.2008).
CFC merupakan senyawa gas yang disebut sebagai penyebab
timbulnya lubang ozon diplanet Bumi. Dan sekarang telah

Page | 4

digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan, seperti


HCFCs, walaupun belum 100% ramah lingkungan.

2.2 Dampak bagi Kesehatan


Kandungan Styrofoam dapat berdampak buruk bagi
kesehatan manusia, khususnya pada Styrofoam yang digunakan
sebagai wadah atau kemasan makanan. Karena bahan-bahan
kimia yang terkadung di dalamnya dapat bermigrasi ke makanan
yang dikonsumsi manusia. WHO (World Health Organization), EPA
(Environmental Protection Agency) dan beberapa lembaga
lainnya malah sudah mengategorikan styrofoam sebagai bahan
karsinogen karena benzen yang digunakan untuk memproses
butiran styrene merupakan larutan kimia yang sulit dilumat oleh
sistem percernaan tidak bisa dikeluarkan melalui feses ataupun
urine. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan
terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit
kanker. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah
Jepang juga mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam
makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan
endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi
akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan
reproduksi manusia. Selain kanker, masalah yang paling banyak
ditemui ada pada kelenjar tyroid. Sehingga menyebabkan
kelelahan, mempercepat detak jantung sulit tidur, badan
gemetaran, dan mudah gelisah.
Saat benzena termakan, zat juga akan masuk ke sel-sel darah
dan lama-lama akan merusak sumsum tulang belakang, bahkan
efek selanjutnya akan timbul anemia, sistem imun yang
berkurang.

Page | 5

Hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa


100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang
berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian
menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas
yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.
Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada
Styrofoam ke dalam makanan, antara lain:
1. Suhu yang tinggi
Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula
migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
2. Kadar lemak tinggi
Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan
berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak
(fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.
3. Kadar alkohol dan asam yang tinggi
Bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan.
4. Lama kontak
Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam
semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang
bermigrasi ke dalam makanan.
Styren, bahan dasar styrofoam, memang bersifat larut lemak
dan alkohol. Karena itu, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk
tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengan
kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat
saji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah ini
Masalah kesehatan yang dapat muncul setelah terpapar
jangka panjang antara lain :
-

Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan


gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi system
syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatan

Page | 6

visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan


-

neurofati periperal.
Beberapa penelitian epidemiologik menduga bahwa terdapat
hubungan antara paparan stirena dan meningkatnya risiko

leukemia dan limfoma.


Berdasarkan data IARC, stirena termasuk bahan yang diduga

dapat menyebabkan kanker pada manusia.


Monomer stirena dapat masuk ke dalam janin jika kemasan
polistirena digunakan untuk mewadahi pangan beralkohol,
karena alkohol bersifat dapat melintasi plasenta. Hal ini
menjelaskan mengapa dalam jaringan tubuh anak-anak
ditemukan monomer stirena meskipun anak-anak tersebut
tidak pernah terpapar secara langsung. Monomer stirena juga
dapat mengkontaminasi ASI, hal ini dibuktikan dalam
penelitian di New Jersey yang menyebutkan bahwa 75% dari
12 sampel ASI telah terkontaminasi oleh stirena (BPOM
RI.2007).

Padahal pemerintah telah mengatur dalam UU RI nomor 7 Tahun


1996 tentang Perlindungan Pangan, bagian keempat mengenai
Kemasan Pangan :
Pasal 16
1. Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan,
dilarang menggunakan bahan apapun sebagai kemasan
pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat
melepaskan

cemaran

yang

merugikan

atau

membahayakan kesehatan manusia

Page | 7

2. Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melalui tata


cara yang dapat menghindarkan terjadinya kerusakan dan
atau pencemaran
3. Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunakan
sebagai kemasan oangan dan tata cara pengemasan
pangan tertentu yang diperdagangankan

2.3 Dampak bagi Lingkungan


Bagi lingkungan, styrofoam adalah musuh besar yang paling
dihindari. Karena sifatnya yang tidak bisa diuraikan oleh alam
sama sekali dan sulit didaur ulang karena kurangnya fasilitas
daur ulang yang sesuai.
Dimulai dari proses produksi yang menghasilkan limbah yang
sangat berbahaya. Data dari EPA (Environmental Protection
Agency) limbah hasil pembuatan styrofoam ditetapkan sebagai
limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Bau pada proses
produksinya mampu mengganggu pernapasan dan melepaskan
57 zat berbahaya ke udara.
Setelah digunakan untuk waktu yang sangat singkat (hanya
untuk menaruh membungkus makanan untuk sementara waktu
atau melapisi barang elektronik sampai barang itu dibeli)
styrofoam yang sudah diproduksi dalam jumlah banyak itu
dibiarkan menumpuk dan mencemari lingkungan dan merusak
keseimbangan kehidupan biota laut.

Styrofoam dan Global Warming

Page | 8

Sementara itu Cloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai bahan


peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak
beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu
stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas CFC
digunakan sebagai gas pengembang karena tidak bereaksi, tidak
berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya.
Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di
atmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan
pelindung bumi serta menimbulkan efek rumah kaca.
CFC adalah salah satu Gas Rumah Kaca, yang bila berada di
atmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh
bumi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan
efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya
pemanasan global (---.2008).
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya
efek rumah kaca bergantung pada besarnya kadar gas rumah
kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan
penyerapan energi.
Makin panjang waktu tinggal gas di atmosfer, makin efektif
pula pengaruhnya terhadap kenaikan suhu. Kemampuan Gas-gas
Rumah Kaca dalam penyerapan panas (sinar inframerah) seiring
dengan lamanya waktu tinggal di atmosfer dikenal sebagai GWP,
Greenhouse Warming Potential. GWP adalah suatu nilai relatif
dimana karbon dioksida diberi nilai 1 sebagai standar.
Zat-zat chlorofluorocarbon, mempunyai nilai GWP lebih tinggi
dari 10.000. Itu berarti bahwa satu molekul zat
chlorofluorocarbon mempunyai efek rumah kaca lebih tinggi dari
10.000 molekul karbon dioksida. Dengan kata lain, makin tinggi
nilai GWP suatu zat tertentu, makin efektif pula pengaruhnya
terhadap kenaikan suhu (----.2008).

Page | 9

Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet


mencapai permukaan bumi dan menyebabkan kematian
organisme, tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di lautan mati,
terjadi mutasi genetic, menyebabkan kanker kulit atau kanker
retina mata. Menurut pengamatan melalui pesawat luar angkasa,
lubang ozon di atas Kutub Selatan semakin lebar. Saat ini, lubang
ozon sudah meluas sampai tiga kali benua Eropa. Jika lubang
ozon melebar, sinar ultraviolet yang memasuki bumi semakin
tinggi intensitasnya. Ekosistem laut dan pertanian terganggu dan
insiden penyakit kanker kulit meningkat. Karena itu penggunaan
gas CFC harus dibatasi atau bahkan dihentikan.
2.4 Cara untuk Mengurangi Dampak Buruk Styrofoam
Beberapa cara yang telah diusahakan untuk mengurangi
dampak buruk dari Styrofoam antara lain :
a. Fokus Pengemas baru yang ramah lingkungan
Dengan semakin jelasnya dampak buruk yang
ditimbulkan styrofoam. maka pencarian alternatif bahan
pengemas lain harus menjadi fokus penelitian yang baru.
b. Menghentikan penggunaan Styrofoam
Upaya ini telah dilakukan oleh beberapa industry
makanan seperti McDonalds pada tahun 1987 yang
menyatakan diri berhenti menggunakan wadah makanan
yang terbuat dari Styrofoam. Salah satu divisi di McSonalds
yaitu The Environmental Defense Waste Reduction Task Force
Enforced McDonald juga sedang berusaha mengganti
kemasan makanan dengan kemasan yang dapat di daur
ulang seperti yang berasal kentang, limestone, 100% serat
daur ulang, bidegradable polymer, dan coating lilin plus air.

Page | 10

Selain itu, di Indonesia, PT Pembangunan Jaya Ancol


telah mendeklarasikan area wisata di pesisir utara Jakarta ini
sebagai kawasan bebas Styrofoam. Sebagai realisasi kawasan
rekreasi yang peduli terhadap kesehatan keluarga dan
keberlangsungan lingkungan hidup. Sebagai kawasan
destinasi wisata kuliner, Ancol akan memberikan waktu
kurang lebih 6 bulan bagi seluruh restaurant dan kedai
makanan di kawasan Ancol untuk mengganti styrofoam
sebagai kemasan makanan mereka menjadi kemasan
makanan berbentuk kertas.
c. Melakukan Upaya Prinsip 3R pada Styrofoam
Beberapa perusahaan memang mendaur ulang
styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya
menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi
styrofoam baru. Dengan keadaan yang seperti ini, yang dapat
perlu dilakukan adalah mengurangi pemakaian styrofoam
baru, dan beralihlah ke styrofoam hasil daur ulang. Tanpa
digunakan kembali hasil daur ulang tadi tidak ada artinya.
Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk melakukan
antara lain :
1. Menciptakan Kemasan Plastic Biodegradable
Riset ini dikembangkan oleh Leonardus Adi Wijaya, Glenn
Chandra dan Marcel P. Segara dan meraih juara pertama
Research in Science and Technology Creativity (Ristec)
2008 yang diadakan di Universitas Diponegoro.
Kemasan ini dapat terurai dengan sendirinya menjadi
karbondioksida dan air bila dikubur dalam tanah. Teknologi
terbaru ini, kini bisa diujicobakan di Indonesia
menggunakan bahan baku local yaitu limbah kulit udang
dan singkong. Kedua bahan tersebut dipilih lantaran
jumlahnya yang sangat banyak tersedia di negeri ini.
Page | 11

Indonesia dikenal luas sebagai salah satu Negara


oengekspor udang mentah kupas. Sekitar 12 ribu ton kulit
udang kering dihasilkan oleh Indonesia per tahunnya
sebagai hasil sampingan ekspor udang mentah kupas.
Sedangkan singkong sendiri merupakan tanaman yang
sudah merakyat. Saat ini Indoensia meproduksi kurang
lebih 19 juta ton singkong setiap tahungga.
Proses pembuatan plastic ini tidaklah sulit. Pembuatan
khitosan, dilakukan dengan mengolah limbah kulit udang,
dijemur hingga kering. Sedangkan untuk pembuata PLA
digunakan bahan baku singkong. PLA (Poly Lactic Acid)
adalah senyawa yang saat ini sedang dikembangkan
sebagai alternated kemasan plastic konvensional atau
sebagai kemasan biodegradable. Bahan baku PLA
bersumber dari bahan yang dapat diperbaharui serta
memiliki kandungan pati yang tinggi. Selain singkong, juga
dapat digunakan bahan lainnya seperti jagung, kentang
dan umbi-umbian lain. PLA dapat dicetak dalam bentuk
seperti tas belanja, gelas, sendok, mangkuk dll.
Keuntungan dari penggunaan PLA dibandingkan
kemasan plastic lainnya yaitu sifat biodegradablenya yang
dapat terurai di alam, maksimal satu setengah bulan. Coba
bandingkan dengan Styrofoam yang tidak dapat diuraikan
sama sekali.
Sifatnya yang transparan dan kaku menyerupai plastic
pada umumnya merupakan nilai tambah tersendiri.
Namun, kemasan dari PLA dan khitosan ini juga memiliki
beberapa kelemahan dan keunggulan masing-masing. Oleh
karena itu, penggabungan antara khitosan dan PLA
diharapkan dapat saling melengkapi. Menghasilkan

Page | 12

kemasan yang dapat terurai dengan sifat menyerupai


plastic.
Proses penggabungannya pun cukup mudah.
Mencampurkan larutan PLA dalan khitosan secara perlahan
agar tercampur merata. Kemasan yang dihasilkan akan
meiliki penampilan transparan dan warna kekuningan.
Setelah terbentuk, kemasan ini dapat digunakan sebagai
bahan pembungkus sayuran, kemasan sekunder
pembungkus biscuit maupun roti.
Masih perlu banyak penelitian lebih lanjut dalam
oengambangan kemasan ramah lingkungan. Terutama,
masalah optimalisasi dalam pembuatan PLA, termasuk
ketertarikan pihak industry (Tim Rostrum.2008).
2. Memanfaatkan Limbah Styrofoam sebagai Bahan
Bangunan
Dengan menganut prinsip 3R yaitu Reduce, Reuse dan
Recycle, limbah syrofoam dapat digunakan untuk
menghasil benda lain (Recycle), contohnya membuat
batako dari limbah sytofoam. Upaya memanfaatkan limbah
ini dilakukan oleh Surani, pria yang tinggal di Tipar,
Cakung, Jakarta Timur dengan niat sederhana, menghindari
buangan sampah dan polusi pembakaran styrofoam. Cara
membuat sederhana yaitu Styrofoam digiling seperti
jagung. Kemudian, dicampur pasir dan ditambah semen,
lalu dicetak. Komposisi yang tepat itu 50% styrofoam, 40%
pasir, dan 10% semen. Jadi, penggunaan styrofoam dapat
menghemat pasir dan semen. Dan hasilnya tidak
mengecewakan, rumah yang dibangun dengan
menggunakan batako berbahan dasar limbah syrofoam

Page | 13

terbukti kokoh dan sofat syrofoam yang menolak air


membuat tanah tidak lembab (Kartika. 2009).
Selain itu, telah diciptakan pula rumah yang berbahan
dasar Styrofoam, yaitu Dome. House Co. Ltd adalah
perusahaan Jepang yang membuat rumah dengan bahan
dasar Styrofoam ini, Dengan penggunaan bahan ini maka
banyak keuntungan yang didapat selain lebih cepat, ringan
dan murah (setidaknya untuk ukuran orang Jepang).
Keuntungan lainnya adalah dapat mengurangi panas yang
masuk sehingga dapat meminimalkan penggunaan AC,
sirkulasi udara yang lebih baik, anti gempa dan tidak akan
berkarat maupun lapuk dimakan usia dibandingkan dengan
menggunakan besi dan kayu.
Rumah yang dibuat berbentuk sebuah kubah (dome)
yang dapat dimodifikasi serta diaplikasikan ke segala
macam kebutuhan, mulai dari rumah tinggal, bar, karaoke
bahkan sampai spa (Samudro.2009).

3. Memanfaatkan sebagai Media Pertumbuhan Jamur


Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
global warming dapat juga dilakukan dengan
memanfaatkan Styrofoam sebagai media untuk
menumbuhkan jamur. Cara ini telah dilakukan oleh
seseorang di Inggris yang akan mengikuti kompetesi Stop
Global Warming. Dengan cara ini, dia mengubah sampah
menjadi lebih bermanfaat. Video mengenai proses
pembuatannya dapat dilihat di mushroom grow buddy
blog.

Page | 14

4. Memanfaatkan Styrofoam sebagai Pelindung


Tanaman
Diluar negeri, Styrofoam dapat dimanfaatkan sebagai
pelindung tanaman di saat musim dingin dengan
memanfaatkan sifatnya sebagai insulator.
d. Mengembangakan teknologi untuk menguraikan
sytrofoam
Beberapa upaya telah ditemukan untuk menguraikan
Styrofoam, antara lain :
1. Memanfaatkan Kulit Buah Jeruk untuk
Mendissolve Styrofoam
Metode ini diupayakan oleh Vici Riyani and Adrienne
Trinovia Sulistyo siswa SMA Santa Ursula. Dengan
mengolah kulit jeruk yang mengandung d-limonene,
mereka ubah dalam bentuk polymer flocculant yang
diigunakan untuk menguraikan styrofoam menjadi air.
Yang pasti mereka yakin cara ini tetaplah ramah
lingkungan.
Caranya dengan memasukan kulit jeruk bersamaan
dengan styrofoam ke dalam blender dan melalui proses
distilisasi dan kemudian diaduk sampai dengan
semuanya bercampur dengan baik. Dengan begitu
campuran ini dapat diuraikan oleh mikroorganisme.
Atau cara lain yang mereka temukan dengan
menggunakan kulit buah jeruk juga. Mereka
melakukannya dengan tekhnik sulfonasi. Yaitu dengan
memotong styrofoam hingga kecil-kecil dan campurkan
dengan chloroform dan asam sulfat dengan suhu 45oC
selama 2 jam. Hasil dari campuran tersebut adalah
sodium polystyrene sulfonate (PSSNa). Setelah melalui
proses pemisahan dan netralisasi, cairan tersebut akan

Page | 15

berubah menjadi bubuk polimer. Bubuk polimer ini


kemudian bisa digunakan sebagai pemurni air dan
sangat berguna dalam industri semen.
2. Mengembangkan bakteri Pseudomonas putida
Para ahli biologi di University of College Dublin, Irlandia,
menemukan turunan bakteri Pseudomonas putida, yang
biasa ditemukan di dalam tanah, memakan minyak styrene
murni dan mengubahnya menjadi plastik yang ramah
lingkungan. Minyak yang merupakan hasil pemanasan
styrofoam pada suhu tinggi itu mencemari tanah karena
sulit terdegradasi di alam.
Kevin OConnor dan koleganya mengubah polystyrene
menjadi minyak melalui pyrolysis, yaitu memanaskan
plastik turunan minyak bumi dengan suhu 520 derajat
Celcius tanpa melibatkan oksigen. Pemanasan tersebut
menghasilkan cairan yang terdiri atas minyak styrene
sebesar lebih dari 80 persen dan sisanya berupa cairan
racun lainnya.
Para peneliti kemudian memberikan cairan ini kepada
salah satu turunan bakteri, Pseudomonas putida CA-3. Pada
awalnya,

mereka

berharap

bakteri

akan

memurnikan

styrene dari larutan.


Namun, bakteri justru sangat menikmati menu makan
barunya ini dan mengubah 64 gram styrene campuran
untuk menghasilkan sekitar 3 gram bakteri baru.

Page | 16

Dalam proses ini, bakteri menyimpan 1,6 gram energi


minyak styrene dalam bentuk plastik biodegradable (dapat
terurai di alam) yang disebut polyhydroxyalkanoate atau
PHA. Selain musnah jika dibakar, plastik jensi ini juga
mudah terurai di alam.
Namun,

proses

biologi

yang

dilakukan

bakteri

menghasilkan produk sampingan yang masih beracun,


yaitu toluene. Meskipun demikain, temuan ini membawa
harapan baru karena menunjukkan bahwa styrofoam dan
molekul polystyrene yang menyusunnya dapat diubah
menjadi ramah lingkungan (---.2006).

2.5 Think Globaly Act Localy


Untuk memerangi global warming harus dilakukan dari diri
sendiri dan dari hal yang terkecil. Oleh karena itu, beberapa hal
kecil sudah mulai saya terapkan di kehidupan sehari-hari. Dan
untuk menguangi dampak global warming tidak hanya focus
pada uraian di atas mengenai Styrofoam. Usaha yang telah
dilakukan antara lain :
- Menggunakan pembersih dari kain seperti handuk daripada
-

menggunakan pembersih dari kertas


Untuk peralatan makan selalu menggunakan peralatan yang
terbuat dari logam dan bisa digunakan berkali-kali daripada

menggunakan peralatan makan dari plastic


Lebih memilih menggunakan wadah yang terbuat dari gelas
dengan tutuo dari kaleng atau logam. Daripada
menggunakan wadah yang terbuat dari Styrofoam. Begitu

pula ketika membeli makanan.


Untuk anak bayi, biasanya menggunakan popok yang sekali
pakai, maka dirubah dengan menggunakan popok dari kain

Page | 17

katun, sehingga dapat dicuci. Dan hal ini juga menghindari


-

iritasi yang bisa terjadi pada bayi.


Saat membeli deterjen, usahakan untuk melihat
kandungannya dan memilih deterjen yang bebas fosfat,

sehingga limbahnya lebih mudah terurai


Membiasakan diri untuk mematikan lampu yang tidak
digunakan, baik pada saat siang maupun malam hari. Jika
tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam
keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop
kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon,
pembangkit listrik PLN

menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi.


Karena tinggal di daerah dataran tinggi, membuat kami harus
selalu memantau jalannya air PDAM dan mewaspadai keran
yang dibiarkan terbuka. Cara ini juga bermanfaat untuk

menghemat biaya rekening PDAM.


Untuk bahan bakar kendaraan roda dua, diusahakan
menggunakan bahan bakar pertamax yang mengalami

pembakaran lebih sempurna dibandingkan dengan BBM.


Berusaha untuk memanfaatkan kertas sebaik-baiknya.
Terutama untuk kertas bekas membuat tugas kuliah,

sehingga meminimalisir sampah kertas.


Menanam beberapa tumbuhan di halaman rumag, seperti
tanaman hias dan tanaman buah yang hasilnya juga dapat

dinikmati.
Tidak menggunakan pewangi yang mengandung aerosol
Tidak membiasakan diri merokok, selain berbahayan bagi
kesehatan asap yang dihasilkan oleh rokok juga sangat

berbahaya bagi lingkungan


Lebih memilih membuang sampah ke Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) dibandingkan dengan membakarnya. Karena
dengan membakar akan menimbulkan bau yang tidak sedap
dan asapnya juga mengganggu pernafasan dan penglihatan.

Page | 18

Selain itu, saat membakar sampah juga akan melepaskan zatzat sampah ke udara yang bisa menambah pencemaran
udara

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian mengenai kandungan Styrofoam di atas, dapat
ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
-

Styrofoam yang dimanfaatkan sebagai wadah atau kemasan


makanan memiliki dampak yang buruk pada kesehatan

manusia
Styrofoam merupakan musuh besar bagi lingkungan karena
tidak dapat diuraikan secara alami dan masih sulit
menemukan fasilitas untuk mendaur ulangnya. Dan juga
telah diketahui bahwa proses produksi Styrofoam merupakan

penghasil limbah terbesar ke 5 di dunia.


Pada proses pembuatannya Styrofoam menggunakan gas CFC
(Cloro Fluoro Carbon) yang merupakan gas rumah kaca,
sifatnya yang stabil membuat gas ini dapat bertahan lama di
udara dan merusak lapisan ozon, sehingga semakin

meningkatkan peristiwa global warming.


Beberapa cara telah dilakukan untuk mengurangi bahaya
Styrofoam baik bagi kesehatan maupun lingkungan,

Page | 19

diantaranya dengan membuat kemasan baru yang dapat


diuraikan oleh lingkungan, mengembangkan teknologi yang
dapat menguraikan Styrofoam, memanfaatkan kembali
limbah Styrofoam yang ada di lingkungan dan sebaiknya
mengurangi penggunaan Styrofoam sebagai wadah atau
kemasan makanan.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain :
-

Sebaiknya pemerintah memperhatikan masalah penggunaan


keamsa Styrofoam pada makana dengan mengeluarkan
undang-undang dan penyuluhan yang lebih khusus dalam

perlindungan makanan dan lingkungan


Sebaiknya pemerintah melarang produksi Styrofoam,

terutama dalam bentuk kemasan makanan


Agar pengusaha makanan menghentikan penggunaan
kemasan Styrofoam pada makanan dan menggantinya

dengan kemasan yang dapat didaur ulang


Sebaiknya konsumen lebih peduli terhadapa kesehatan dan
lingkungan sebelum memutuskan untuk menggunakan

Styrofoam.
Sebaiknya konsumen menggunakan kemasan makanan yang
aman dan dibawa sendiri dari rumah.

Page | 20

DAFTAR PUSTAKA

----. ----. Syrofoam (on line). (http : www.----.com, 28 November


2009)
----. 2006. Microbacterium Converse Styrofoam into
Biodegradable Plastic (on line). (http : www.sciam.com, 26
Desember 2009)
----. 2008. Bahaya Syrofoam bagi Kesehatan (on line). (http :
www.blog.mfajri.net, 28 November 2009)
----. 2008. Efek Rumah Kaca (on line). (http :
www.bumikupijak.com, 26 Desember 2009)
----. 2008. Kenali Senyawa Kimia di Udara yang Berbahaya (on
line). (http : www.senyawa-kimia-berbahaya.pdf, 26
Desember 2009)
Tim SMA 3 Yogyakarta.----. Styrofoam (on line). (http :
www.mudaers.com, 28 November 2009)
Ditwas Produk & Bahan Bahaya. 2008. Kemasan Polistirena Foam
(Styrofoam) (on line). InfoPOM : Badan POM RI.
Page | 21

Kamus Besar Bahasa Indonesia


Katika, Eri. 2009. Batako dari Limbah Styrofoam (on line). (http :
www.greenradioaFM.com, 26 Desember 2009)

Manurung, Butet Manurung. 2008. Penggunaan Styrofoam


sebagai Kemasan Pangan (on line). (http : www.hariananalisa.com, 26 Desember 2009).
Samudro. 2009. Gawat Indonesia Negara Paling Beresiko
Gempa dan Tsunami di Seluruh Dunia (on line). (http :
www.samudro.files.wordpress.com, 26 Desember 2009)
Tim Rostrum Institut Pertanian Bogor. 2008. Plastik dari Kulit
Udang dan Singkong. ----- : Media Indonesia.
UU RI nomor 7 Tahun 1996

Page | 22

LAMPIRAN

Gambar 1. Styrofoam sebagai wadah


makanan

Page | 23

Gambar 2. Gelas Styrofoam yang digunakan sebagai


wadah minuman berlemak dan panas
berbahaya bagi tubuh

Gambar 3. Buih dari Styrofoam


merupakan hasil peniupan gas
CFC

Gambar 4. Pemanfaatan limbah


Styrofoam

Page | 24

Gambar 5. Sofa yang terbuat dari


styrofoam

Gambar 6. Dome merupakan rumah yang


terbuat dengan bahan baku
styrofoam

Page | 25
Gambar 7. Bagian dalam rumah kubah
(dome)

Anda mungkin juga menyukai