DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
RAODHATUL JANNAH PARAWANSA
MEGAWATI SINRING
INDRIANI
IRMA SULISTIAWATI
GRES YUNITA
MASNA
BAB I
PENDAHULUAN
dengan
ikatan
peptida.
Meskipun
demikian,
pada
awal
pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam amino yang dikenal sebagai
asam amino dasar atau asam amino baku atau asam amino penyusun protein
(proteinogenik).
Seperti halnya senyawa-senyawa lainnya, asam amino dan protein juga
dapat mengalami reaksi-reaksi spesifik. Reaksi- reaksi spesifik pada asam amino
dan protein pun ada beberapa macam antara lain reaksi dengan pereaksi millon,
ninhidrin, nitroprussida, sistin, sistein.
1.2 Tujuan Makalah
Untuk mengetahui reaksi spesifik asam amino dan protein
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton
dari basa kuat.
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai
monomernya. Monomer-monomer ini tersambung dengan ikatan peptida, yang
mengikat gugus karboksil milik satu monomer dengan gugus amina milik
monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut translasi) secara alami
terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom dan tRNA.
Protein sebagai salah satu komponen penyusun bahan pangan mempunyai
peranan yang sangat besar dalam menentukan mutu produk pangan. Protein
mampu berinteraksi dengan senyawa-senyawa lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga berpengaruh pada aplikasi proses, mutu dan penerimaan
produk. Sifat-sifat inilah yang disebut dengan sifat fungsional protein, seperti:
water binding, kelarutan, viskositas, pembentukan gel, flavor binding dan
aktivitas permukaan. Dengan demikian, protein dari berbagai sumber dapat
dikembangkan menjadi produk yang mempunyai sifat-sifat fungsional
tinggi, menjadi:
emulsifier,
stabilizer
yang
dan
pembentuk gel.
Molekul protein tersusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dasar
yang saling berkaitan satu sama lain. Ternyata ada 24 jenis rantai cabang R yang
berbeda ukuran, bentuk, muatan, dan reaktivitasnya. Rantai cabang R dapat
berupa atom H pada glisin, metil pada alanin, atau berupa gugus lainnya, baik
gugus alifatik, hidroksil, maupun aromatik.
diambil zat lisozim yang telah di denaturasi dan mengembalikan kondisi pH,
kadar garam dan sebagainya dalam kondisi normal, maka lisozim tersebut
mendapatkan kembali strukutur sekunder dan tersiernya yang khas. Ini dapat
dilihat dari kembalinya sifat katalitik. Begitu juga dengan antibodi, yang dapat
didenaturasi secara reversibel, dikembalikan dalam keadaan normal, maka
antibodi tersebut memperoleh kembali kemampuannya untuk mengikat antigen.
Ada berbagai cara dalam pengujian terhadap protein yaitu dengan reaksi
uji asam amino dan reaksi uji protein. Reaksi uji asam amino sendiri terdiri dari 6
macam uji yaitu: uji millon, uji hopkins cole, uji belerang, uji xantroproteat, dan
uji biuret. Sedangkan untuk uji protein, berdasarkan pada pengendapan oleh
garam, pengendapan oleh logam dan alkohol. Serta uji koagulasi dan denaturasi
protein.
Asam amino sendiri tidak berwarna dan tidak dapat dideteksi secara visual
pada kromatografi atau cara analisis lainnya. Dengan mengubahnya menjadi
senyawa yang berwarna, kita dapat melihatnya. Reaksi warna yang penting dari
asam amino adalah reaksinya dengan ninhydrin karena intensitas warna yang
terbentuk pada reaksi ninhydrin ini sebanding dengan konsentrasi asam aminonya
maka reaksi ini dapat dipakai untuk analisa kuantitatif. Contohnya: reaksi
ninhydrin ini dipakai pada alat analisa otomatik asam amino, suatu alat untuk
memisahkan asam amino dengan memakai kolom penukar ion dan ditentukan
konsentrasi relatifnya.
Pada polimerisasi asam amino, gugus -OH yang merupakan bagian gugus
karboksil satu asam amino dan gugus -H yang merupakan bagian gugus amina
asam amino lainnya akan terlepas dan membentuk air. Oleh sebab itu, reaksi ini
termasuk dalam reaksi dehidrasi. Molekul asam amino yang telah melepaskan
molekul air dikatakan disebut dalam bentuk residu asam amino.
Adapun sifat-sifat dari protein yang membedakannya dari senyawa makromolekul
lainnya yakni :
1. Bila dibakar berbau rambut terbakar.
2. Diendapkan oleh garam-garam logam berat, misalnya air raksa, timah putih
dan timah hitam. Hal ini terjadi bila pHnya lebih alkali, dimana logam berat
tersebut terikat pada gugus karboksilnya membentuk proteinat logam berat.
Reaksi protein dengan logam berat ini dipakai sebagai dasar pertolongan
pertama pada keracunan logam berat dengan cara melakukan pemberian
protein susu atau telur mentah kepada korban yang belum lama meminum
racun tersebut.
3. Asam-asam tertentu dapat mengendapkan protein oleh karena protein
mengandung gugus NH2. Asam-asam semacam ini seringkali dinamakan
sebagai reagensia alkaloid, misalnya asam trikloroasetat, asam fosfotungstat,
asam fosfomolibdat, asam perklorat, asam sulfosalisilat.
4. Protein terutama asam amino yang kandungannya menghasilkan beberapa
reaksi warna, diantaranya:
a. Reaksi Xantoprotein yang berdasarkan reaksi nitrasi benzena asam amino
aromatik seperti fenilalanin, tirosin, triptofan.
b. Reaksi Millon berdasarkan inti fenol bereaksi dengan reagensia Millon,
seperti asam amino tirosin, memberikan warna merah.
kemampuan membentuk warna dan mengendap ketika bereaksi dengan zat lain
dapat digunakan untuk mengetahui keberadaannya pada sampel bahan yang belum
diketahui. Uji Ninhidrin adalah reaksi yang berguna untuk mendeteksi asam
amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Ninhidrin adalah reaksi
yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya
dalam larutan. Ninhidrin jika bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan
warna violet. Warna tersebut dihasilkan dari semua asam amino dengan NH2
primer dan intensitas setiap warna tergantung pada konsentrasi asam amino.
Hanya prolin yang mempunyai gugus amino sekunder yang memberikan warna
kuning.
Fungsi suatu protein sebagai bahan makanan tergantung sepenuhnya pada
struktur tiga dimensionalnya. Pada suatu protein dapat ditambahkan beberapa zat
yang dapat merubah struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari protein tersebut.
Sebagai contoh : konsentrasi ion yang memecahkan ikatan peptida, sehingga
struktur primernya tidak berpengaruh, tetapi perlakuan ini dapat merusak sifat
protein yang menyebabkan protein tersebut tidak berfungsi semestinya. Protein
tersebut mengalami denaturasi. Sebagai contoh apabila lisozim didenaturasikan
maka protein tersebut tidak dapat lagi merubah polisakarida seperti biasa.
Denaturasi suatu enzim menyebabkan enzim itu tidak dapat berfungsi lagi.
Denaturasi antibodi menyebabkan zat-zat tersebut tidak dapat mengenal
dan bereaksi dengan antigen. Jika fungsi protein tergantung pada konfirmasinya,
maka lazim pula dikatakan bahwa konfirmasi protein tergantung pada struktur
primernya. Dengan kata lain pada urutan tepat didalam protein tersebut. Jika
diambil zat lisozim yang telah didenaturasi dan mengembalikan kondisi ph, kadar
garam dan sebagainya dalam kondisi normal, maka lisozim tersebut mendapatkan
kembali struktur sekunder dan tersiernya yang khas. Ini dapat dilihat dari
kembalinya sifat katalitik. Begitu juga dengan antibodi, yang dapat didenaturasi
secara reversibel, dikembalikan dalam keadaan normal, maka antibodi tersebut
memperoleh kembali kemampuannya untuk mengikat antigen.
Triptofan merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein yang
bersifat essensial bagi manusia. Bentuk yang umum pada mamalia adalah seperti
asam amino lainnya, triptofan. Meskipun demikian D-triptofan ditemukan pula di
alam (contohnya pada bisa ular laut kontrifan). Gugs fungsional yang memiliki
triptofan, indol, tidak memiliki asam-asam amino dasar lainnya. Akibatnya,
triptofan menjadi prekursor banya senyawa biologis penting yang tersusun dalam
kerangka indol. Triptofan adalah prekursor melatonin (hormon perangsang tidur),
serotonin (suatu transmiter pada sistem saraf) dan niasin (suatu vitamin). Indol
adalah sebuah aromatik heterosiklik senyawa organik. Bisiklik memiliki struktur
yang terdiri dari enam anggota benzen cincin melebur kelima anggota nitrogen
yang mengandung pirol cicncin. Indol adalah komponen populer wewangian dan
pendahulu untuk banyak obat-obatan. Senyawa yang mengandung sebah cincin
indol disebut indoles. Derivatif yang paling terkenal adalah asam amino triptofan.
Indol berbentuk padat pada suhu kamar. Indole dapat diproduksi oleh bakteri
sebagai produk degradasi asam amino triptofan.
Protein dapat terdenaturasi dan daya cerna protein akan menurun oleh
penambahan larutan asam dan pemanasan suhu tinggi terhadap bahan makanan
terutama bahan makanan yang memiliki kadar protein tinggi misalnya pada ikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reaksi-reaksi spesifik untuk asam amino dan protein adalah
1. Reaksi sakaguci yang menghasilkan warna merah.
2. Reaksi Xantoprotein yang menghasilkan endapan putih pada tirosin,
fenilalanin dan triptofan
3. Reaksi Hopkins-Cole yang menghasilkan cincin ungu