Hal
Skenario.................................................................................................2
Klarifikasi Istilah....................................................................................3
Identifikasi Masalah...............................................................................4
Analisis Masalah....................................................................................5
Kerangka Konsep.................................................................................13
Learning Objectives.............................................................................14
Berbagi Informasi.................................................................................15
Kesimpulan..........................................................................................29
Saran.....................................................................................................29
Daftar Pustaka......................................................................................31
Skenario 1
KAKEK TIDAK JELAS MELIHAT
Seorang laki-laki usia lanjut datang ke puskesmas karena mata kanannya
kabur. Dia sudah mengeluh pandangannya kabur sejak 1 tahun yang lalu tanpa
rasa sakit atau merah pada matanya. Hasil pemeriksaan menunjukkan mampu
melihat cahaya dan membedakan warna. Dokter menyarankan dirujuk ke rumah
sakit untuk dilakukan tindakan operatif spesalis mata.
BAB I
KLARIFIKASI ISTILAH
1.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1 Mengapa mata kanan pasien terlihat kabur ?
2.2 Mengapa pasien tidak merasakan mata sakit dan kemerahan ?
2.3 Mengapa pasien mampu melihat cahaya dan warna ?
2.4 Apa hubungan keluhan dengan usia ?
2.5 Mengapa dokter merujuk ke spesialis mata ?
2.6 Apa saja penyebab gangguan penglihatan ?
2.7 Apa saja pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang yang dibutuhkan ?
28 .Apa saja tindakan operatif yang diperlukan untuk pasien ?
BAB III
ANALISA MASALAH
3.1.
Gambar 1 dibawah
Bapak tersebut tidak bisa melihat dengan jelas bisa diakibatkan oleh :
1) Presbiopi
5
(Vaugan, 2000)
Pandangan mata kabur tanpa disertai rasa sakit
Pandangan mata yang kabur tanpa disertai dengan rasa nyeri
merupakan suatu tanda adanya gangguan pada lensa pasien. Selain itu
gejala lain yang dialami pasien apbila ada gangguan pada lensa yaitu
adanya kekeruhan pada lensa, distorsi, dislokasi dan anomaly geometri
(Zarab,2006).
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm.
Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan
korpus ciliaris. Di anterior lensa terdapat humor aquaeus, disebelah
posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah membran yang semipermeabel
(sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air dan
elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel supkapsuler.
Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia
laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar
dan kehilangan elastisitas (Muril AC,2004).
Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi kandungan
nya di antara seluruh tubuh) dan sedikit sekali mineral. Kandungan kalium
lebih tinggi pada lensa dibanding area tubuh lainnya. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
Pada lensa tidak terdapat serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf
pada lensa. Hal ini berhubungan dengan tidak adanya nyer pada gangguan
yang terjadi pada lensa (Vaugan & Asbury,2000)
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior
lensa sampai ukuran terkecil dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil
sehingga berkas cahaya akan terfokus pada retina. Sementara untuk cahaya
yang berjarak dekat m.ciliaris berkontrasi sehingga tegangan zonula
berkurang, artinya lensa yang elastis menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologis antara korpus siliaris,
zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jatuh pada retina dikenal
dengan akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan bertambahnya usia
(Vaughan & Asbury,2000).
mata bapak tersebut pada media refrakternya bisa akibat media refrakter
yang tidak jernih ataupun daya akomodasi yang berkurang. Beberapa
penyakit mata yang terjadi mungkin adalah
a. Degeneratif
b. Inflamasi
c. Congenital
d. Traumatic
e. Neoplasma
Kelainan pada mata bapak tersebut mungkin adalah degeneratif.
(Gerhard K. Lang, 2000)
3.3.
gangguan
penglihatan
akibat
katarak
sangat
erat
hemostatis
lensa,
hal
ini
menyebabkan
berkurangnya
mata
dengan
12
BAB IV
KERANGKA KONSEP
BAB V
LEARNING OBJECTIVES
5.1 Bagaima pembagian usia ?
5.2 Jelaskan secara lengkap tentang katarak ?
13
14
BAB VI
BERBAGI INFORMASI
6.1.
Pembagian Usia
Menurut Depkes RI (2009) pembagian usia dapat dikategorikan seperti
Usia (tahun)
05
5 - 11
12 - 16
17 - 25
26 - 35
36 - 45
46 - 55
56 - 65
Masa manula
> 65
Katarak
a. Definisi
Katarak berasal dari Yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan Latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun. Sehingga definisi katarak adalah kekeruhan lensa yang
mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang
dirasakan oleh pasien (Vaughan, Asbury & Riordan-Eva, 2000; AOA, 2004).
15
Menurut Vaughan, Asbury & Riordan-Eva (2000), James, Chew & Bron
(2006), Shinha, Kumar & (2009) serta Mutiarasari & Handayani (2011) banyak
hal yang dapat menjadi penyebab katarak, antara lain:
Pada katarak kongenital, pada bayi baru lahir terjadi karena keadaan ibu saat
kehamilan yang terinfeksi Torch. Kebanyakan adalah karena rubela yang
dapat menembus barier plasenta bahkan dapat hidup di dalam vesikel lensa
sampai 3 tahun.
Pada karak juvenil, terjadi pada anak-anak usia 3 bulan sampai 9 tahun yang
c. Klasifikasi
Menurut Vaughan, Asbury & Riordan-Eva (2000) dan Ilyas et al. (2010)
katarak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Katarak kongenital, dimana kekeruhan pada sebagian lensa sudah didapatkan
pada waktu lahir. Katarak terjadi sebelum atau segera setelah lahir (bayi
kurang dari 3 bulan). Dikenal 5 tipe katarak kongenikal yaitu : (1) katarak
lamelar atau zonular; (2) katarak polaris poeterior; (3) katarak polaris
anterior; (4) katarak inti/nuklear; dan (5) katarak sutural.
2) Katarak juvenil, terjadi pada anak-anak usia 3 bulan sampai 9 tahun.
3) Katarak senilis, katarak yang paling umum terjadi dimana 95% kejadian
katarak merupakan katarak senilis. Katarak ini ada hubungan dengan
bertambahnya usia (usia lebih 60 tahun). yang berkaitan dengan proses
16
ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Dikenal 3 tipe katarak senil yaitu : (1)
katarak nuklear; (2) katarak kortikal; dan (3) katarak kupuliform.
Katarak senilis terdiri atas beberapa stadium yaitu :.
Katarak insipien, stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian
lensa yang masih jernih.
Katarak matur, stadium katarak yang telah mengenai seluruh bagian lensa.
dapat terjadi akibat usia, radiasi, konsumsi steroid, diabetes, myopia berat
dan degenerasi retina. Katarak subkapsular posterior dapat terjadi bersamaan
dengan katarak subkapsular posterior dan dapat disebabkan oleh jejas lokal,
iritasi, uveitis dan radiasi.
3) Katarak kortikal, adalah katarak yang melibatkan korteks lensa dan
merupakan katarak yang paling sering terjadi. Katarak kortikal disebabkan
oleh usia dan diabetes. Lapisan kortikal kurang padat dibandingkan nukleus
sehingga lebih mudah menjadi sangat terhidrasi akibat ke tidak seimbangan
elektrolit, yang secepatnya akan mengarah ke kerusakan serat korteks lensa.
4) Katarak nuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian nukleus lensa.
Katarak nuklear disebabkan oleh faktor usia. Katarak nuklear merupakan
sklerosis normal yang berlebihan atau pengerasan dan penguningan nukleus
pada usia lanjut.
5) Katarak supranuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian korteks lensa
yang paling dalam, tepat di atas nukleus lensa.
6) Katarak polar, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa dan superfisial
korteks lensa hanya di regio polar, dapat berupa katarak polar anterior dan
katarak polar posterior. Katarak polar biasanya terdapat pada katarak
kongenital atau karena trauma sekunder.
7) Katarak campuran, adalah keadaan di mana lebih dari satu tipe katarak
muncul bersamaan. Pada awalnya katarak biasanya muncul sebagai satu tipe
saja tetapi akan dapat menjadi katarak gabungan ketika bagian lensa yang lain
juga mengalami degenerasi. Katarak gabungan mengindikasikan katarak telah
lanjut dan perkembangannya harus lebih diperhatikan. Pasien dengan katarak
gabungan akan memiliki gejala penurunan visus.
d. Epidemiologi
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) katarak merupakan
penyakit gangguan penglihatan yang paling banyak ditemukan (Resnikoff,
Pascolini, Mariotti & Pokharel, 2008) seperti tercantum pada Gambar 2.
18
melaporkan bahwa di Amerika Serikat pada 1.000 orang usia 65 tahun terdapat
141 orang yang memiliki katarak.
Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan
yang terjadi di dunia. Kelayakan bedah katarak di beberapa negara belum
memadai, sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Bahkan di
19
mana ada layanan bedah yang tersedia, pengelihatan rendah yang terkait dengan
katarak masih dapat dijumpai, sebagai hasil dari lamanya menunggu untuk
operasi, takut dioperasi dan hambatan untuk dioperasi seperti biaya serta
kurangnya informasi (WHO, 2006).
20
e. Patogenesis
Menurut Shinha, Kumar
21
Silau atau fotofobia (sensitif pada cahaya), ini terjadi terutama pada katarak
posterior subkapsular. Pemeriksaan silau (test glare) dilakukan untuk
mengetahui derajat gangguan penglihatan yang disebabkan oleh sumber
22
f. Faktor resiko
Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berpengaruh
antara lain adalah umur, jenis kelamin dan faktor genetik, sedangkan faktor
ekstrinsik yang berpengaruh antara lain adalah pendidikan dan pekerjaan yang
berdampak langsung pada status sosial ekonomi, sering terpapar sinar ultraviolet,
kolesterol tinggi, kadar protein dan albumin tubuh rendah, perokok, penderita
DM, konsumsi alkohol, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Vaughan, Asbury & Riordan-Eva, 2000; Wu, Lim & Sadda, 2006).
23
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi, sedangkan uveitis
adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Vaughan, Asbury & Riordan-Eva,
2000).
h. Penegakkan Diagnosis
Menurut Vaughan, Asbury & Riordan-Eva (2000), AOA (2004) dan
Kohnen & Koch (2010) penegakkan diagnosis dilakukan dengan :
1) Anamnesis, meliputi riwayat kesehatan pasien yaitu :
Keluhan utama,
sebagainya
Riwayat kesehatan dahulu, apakah pasien pernah mengalami cedera mata
atau infeksi mata? Penyakit apa yang terakhir diderita pasien? Apakah
menderita DM, merokok atau konsumsi alkohol?
Riwayat kesehatan sekarang
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakeknenek
2) Pemeriksaan Fisik
Menurut pemeriksaan fisik meliputi :
Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector dengan
atau Schiotz
Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan
dilatasi pupil dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup
24
25
merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat
keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap
badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid
macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang
dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3) Phakoemulsifikasi. Phakoemulsifikasi maksudnya membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin Phaco akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa intra okular yang
dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil
maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis
padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan
lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti
itu.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita
memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara
sebagai berikut :
26
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
j. Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart (Vaughan, Asbury & Riordan-Eva, 2000; Kohnen &
Koch, 2010).
k. Pencegahan
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
27
tidak merokok, melindungi mata dari sinar matahari, mengonsumsi makanan yang
dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buahbuahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak nabati, sayuran hijau,
kacang-kacangan, kecambah, telur dan susu yang merupakan makanan dengan
kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi (Vaughan, Asbury &
Riordan-Eva, 2000)
28
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Pada orang dewasa atau pada orang lanjut usia, kelainan pada mata
lebih banyak terjadi jenis kelainan degeneratif yang berkaitan dengan
menurunnya fungsi penglihatan akibat usia. Beberapa penyakit seringkali
adalah komplikasi dari penyakit lain yang mendasari seperti hipertensi,
diabetes maupun kelainan metabolik yang lain. Pada orang yang sudah
lanjut usia, kelainan pada pengligatan yang bukan didasari dari penyakit
lain adalah presbiopi. Presbiopi disebabkan karena menurunnya fungsi
otot siliaris yang mengatur kekuatan akomodasi dari lensa. Pada skenario
ini, penyakita sistem penglihatan degeneratif yang terjadi adalah katarak
jenis senile atau katarak yang terkait usia. Katarak menyebabkan
degenerasi protein dalam lensa sehingga protein mengalami perubahan
warna dan koagulasi yang mengakibatkan lensa menjadi keruh atau tidak
jernih. Hal ini menjadi ciri utama katarak yaitu menurunnya sistem
penglihatan disertai dengan pandangan mata yang kabur dan berkabut. Hal
ini dapat diketahui dari anamnesis dan langkah penegakan diagnosis
selanjutnya adalah pemeriksaan fisik eksternal mata untuk melihat kondisi
lensa. Katarak dapat disembuhkan dengan operasi pembedahan dan
pengangkatan lensa, atau pembersihan dari selaput yang menjadi penyebab
kekeruhan lensa.
7.2. Saran
Dalam tutorial diharapkan agar tutor mampu membimbing
mahasiswa agar mencapai semua learning object maupun tujuan
pembelajaran yang harus dicapai dalam suatu pokok bahasan. Diharapkan
tutor sudah berkoordinasi apa saja yang harus dicapai sehingga pada tiaptiap kelompok tutorial mencapai hasil yang sama atau mendapat materi
yang sama minimal seperti apa yang harusnya dipelajari oleh mahasiswa
29
30
DAFTAR PUSTAKA
AAO, 2011. Basic and Clinical Science Course; External Disease and Cornea.
Lifelong Education for the Ophhalmologist.
AOA. (2004). Care of The Patient with Cataract. St. Louis, USA : American
Optometric Association
Ilyas, S., Mailangkay, H.H.B., Taim, H., Saman H.H., Simarmata, M. & Widodo,
P.S. (2010). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit Sagung Seto.
Ilyas,Sidarta.2014.Ilmu Penyakit Mata Edisi kelima. Jakarta.FK UI
Infodatin Kemenkes. (2014). Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan.
Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
James, B., Chew, C. Bron, A. (2006). Lecture Notes : Ophthalmology. Bandung :
Penerbit Erlangga.
Kohnen, T. & Koch, D.D. (2010). Cataract and Refractive Surgery. Berlin,
German : Springer.
Lang, Gerhard K., 2000. Ophthalmology. New York: Thieme Stuttgart.
Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B, Dilomo
C.R, et all. (2004). Optometric clinical practice guideline. American
optometric association: U.S.A
Mutiarasari, D. & Handayani, F. (2011). Katarak juvenil. Inspirasi, XIV, 37-42.
.
Resnikoff, S., Pascolini, D., Moriotti, P.S., & Pokharel, P.P. (2008). Global
magnitude of visual impartment cause by uncorrected refractive error in
2004. Bulletin of WHO, 86(1), 63-70.
.
Shinha, R. & Kumar, C. & Titiyal, J.S. (2009). Etiopathogenesis of cataract.
Indian Journal of Opthamology, 27, 245-249.
Vaughan, D.G., Asbury, T. & Riordan-Eva, P. (2000). Oftalmologi Umum. Jakarta
: Widya Medika.
31
32