Anda di halaman 1dari 12

PROSES DEPOLARISASI DAN REPOLARISASI OTOT

Mata kuliah : System Muskuloskeletal 1

DISUSUN OLEH
1.
2.
3.
4.

Tri Handayani
Jerisa Adven
Siti Fatimah
Cornelia Heppy Mei

I1032131031
I1032131032
I1032131035
I1032131036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2014

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan karunia-Nya lah makalah yang berjudul Proses Depolarisasi dan
Repolarisasi Otot dapat terselesaikan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sistem
Muskuloskeletal I dan juga sebagai bahan pembelajaran dalam memahami anatomi dan
fisiologi manusia.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang terlibat yang telah
membantu kami dalam penyelesaian makalah ini,
1. Muhammad Ali Maulana, S.Kep, Ners sebagai Dosen Sistem
Muskuloskeletal 1
2. Teman-teman PSIK 2013 Universitas Tanjung Pura
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna sehingga kritik dan
saran pembaca sangatlah kami butuhkan guna mengembangkan makalah ini menjadi
lebih baik lagi.
Dan semoga makalah ini dapat menjadi referensi guna mempelajari Proses
Repolarisasi dan Depolarisasi Semoga Allah SWT selalu meridhoi segala usaha kita.
Aamiin.

Pontianak, April 2014

Kelompok

DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
...... i

Daftar
Isi...........................................................................................................
........ 3
Bab I
Pendahuluan
.... 4
A. Latar
Belakang
......
4
B. Tujuan...........................................................................................
................ 4
Bab II
Pembahasan
...
5
A. Depolarisasi dan Repolarisasi otot .
. 5
1. Pengertian

.. 5
2. Proses depolarisasi dan repolarisasi otot
. 5
Bab III Penutup..
......................

13

A. Kesimpulan.
.. 13
Daftar
Pustaka
........ 14

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam tubuh manusia tersusun atas Depolarisasi dan Repolarisasi otot
dari setiap Depolarisasi dan Repolarisasi otot tersebut mempunyai fungsi nya
masing masing , fungsi Depolarisasi dan Repolarisasi otot tersebut
membantu

manusia

dalam

melakukan

berbagai

aktivitas

dalam

kehidupannya sehari hari. Dalam makalah ini kami akan membahas


tentang Proses Depolarisasi dan Repolarisasi otot.
Perawat harus mampu untuk mengetahui Proses Depolarisasi dan
Repolarisasi otot agar perawat dapat memberikan diagnosa yang tepat dan
akurat kepada pasien. Sehingga, sangat diperlukan pemahaman akan Proses
Depolarisasi dan Repolarisasi otot itu sendiri.
Dengan demikian , mempelajari Proses Depolarisasi dan Repolarisasi
otot manusia merupakan suatu proses berpikir yang logis yang berdasarkan
pemahaman.

B. Tujuan
a. Untuk mempelajari Proses Depolarisasi dan Repolarisasi Otot
b. Untuk lebih memahami Proses Depolarisasi dan Repolarisasi Otot

BAB II
PEMBAHASAN
ELEKTROFISIOLOGI DASAR
Jantung merupakan system elektromekanikal dimana signal untuk kontraksi otot
jantung timbul akibat penyebaran arus listrik disepanjang otot jantung.
Konsep Automaticity
Konsep Automaticity mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Sel jantung memiliki fungsi mekanik dan elektrik serta terdiri dari
filamen-filamen kontraktil yang jika terstimulasi akan saling
berinteraksi sehingga sel miokard akan berkontraksi.
2. Kontraksi sel otot jantung yang berhubungan dengan perubahan muatan
listrik disebut Depolarisasi, sedangkan pengembalian muatan listrik disebut
Repolarisasi, rangkaian proses ini disebut Pontensial Aksi.

3. Sel miokard bersifat depolarisasi spontan, yang berfungsi sebagai


back up sel pacu jantung jika terjadi disfungsi nodal sinus atau
kegagalan propagasi depolarisasi dengan manifestasi klinis berupa
aritmia.
Sel otot dapat dirangsang secara kimiawi, listrik dan mekanik untuk
menimbulkan pontensial aksi yang dihantarkan sepanjang membrane
sel. Sel ini mengandung protein kontraktil dan mempunyai
mekanisme yang diaktifkan oleh potensial aksi. Sekitar 40% dari
seluruh tubuh terdiri atas otot rangka kontraksi dapat diterapkan oleh
semua jenis otot.

Komponen system konduksi


Sistem konduksi terdiri dari sel otot jantung yang memiliki sifat unik,
terdiri dari :
1. Nodal Sinoatrial (SA)
a. Nodal SA merupakan sekumpulan sel yang terletak dibagian sudut
kanan atas atrium kanan dengan ukuran panjang 10-20 mm dan lebar
2-3 mm serta merupakan pacemaker jantung.
b. Nodal SA mengatur ritme jantung (60/100xmenit) sengan
mempertahankan kecepatan depolarisasi serta mengawali siklus
jantung ditandai dengan sistol atrium.
c. Implus dari Nodal SA menyebar pertama kali ke atrium kanan lalu
ke atrium kiri ( melalui berkas bachman) yang selanjutnya diteruskan
ke Nodal Atrioventrikular (AV) melalui traktus intermodal.
2. Nodal Atrioventrikular (AV)
a. Nodal AV terletak dekat septum interatrial bagian bawah, diatas
sinus koronarius dan dibelakangkatup tricuspid yang berfungsi
memperlambat kecepatan konduksi sehingga member kesempatan
atrium mengisi ventrikel sebelum sistol ventrikel serta melindungi
ventrikel dari stimulasi berlebihan atrium seperti pada fibrialis atrial.
b. Nodal AV menghasilkan influs 40-60x/menit dan kecepatan
konduksi 0,05 meter/detik
c. Implus dari Nodal AV diteruskan ke Berkas His
3. Sistem His-Purkinje
a. Berkas His terdiri dari berkas His kanan dan kiri
berkas his kiri terbagi menjagi berkas anterior kiri, posterior, dan
septal.
b. berkas kanan menyebarkan implus ke vertikel kanan, sedangkan
berkas kiri menyebarkan implus ke septum inter-vertikel dan vertikel
kiri dengan kecepatan konduksi 2 meter/detik
c. Berkas-berlas tersebut bercabang menjadi cabang-cabang kecil

atau serabut purkinje yang tersebar mulai dari septum interventrikel


samapai kemuskulus papilaris dan menghasilkan implus 2040x/menit dengan kecepatan konduksi 4meter/detik.
d. Implus listrik menyebar mulai dari endokardium ke miokardium
dan terakhir mencapai epikardium, yang selanjutnya otot jantung
akan bergerak (twisting) dan memompa darah keluar dari ruang
ventrikel ke pembuluh darah arteri.

Fase Potensial aksi jantung


1. Fase 0 :
Depolarisasi cepat (fast sodium channel) : terjadi pemasukan cepat
Na+ dari luar sel ke dalam sel melalui saluran Na+, ion K+ bergerak
keluar sel dan Ca++ bergerak lambat masuk kedalam sel melalui
saluran Ca++. Sel akan terdepolarisasi dan dimulai kontraksi jantung
ditandai dengan kompleks QRS pada elektrokardiogram (EKG).
Selanjutnya terjais repolarisasi segera yang terdiri dari tiga fase (fase
1,2 dan 3).
2. Fase 1 :
Repolarisasi dini: saluran Na+ akan menutup sebagian sehingga
memperlambat aliran Na+ kedalam sel. Pada saat bersamaan Clmasuk kedalam sel dan K+ keluar melalu saluran K+. alhasil terjadi
penurunan jumlah ion positif dalam sel yang menimbulkan
gelombang deplegsi negative kecil pada kurva potensial aksi.
3. Fase 2 :
Fase plateau : terjadi pemasukan lambat Ca++ kedalam sel melalui
saluran Ca++ . ion K+ terus keluar dari sel melalaui K+. Fase ini
ditandai dengan segmen ST pada EKG.
4. Fase 3 :
Repolarisasi cepat akhir : terjadi downslope potensial aksi, dimana
K+ bergerak cepat keluar sel. Saluran Ca++ dan Na+ tertutup
sehingga Ca++ dan Na+ tidak bias masuk kedalam sel. Pengeluaran

cepat K+ menyebabakan suasana elektrik didalam sel menjadi


negative. Hal ini menjelaskan terjadinya gelombang T (repolarisasi
ventrikel) pada EKG. Jika saluran K+ dihambat, terjadi pemanjangan
potensial aksi.
5. Fase 4 :
Resting membrane potential : kembali pada keadaan istirahat, Na+
dijumpai banyak dalam sel serta K+ banyak diluar sel. Pompa Na+
K+ akan diaktivasi untuk mengeluarkan Na+ dan memasukan K+
kedalam sel. Jantung mengalamai repolarisasi (siap untuk stimulus
berikutnya).

Komponen Kompleks P-QRS-T


Gelombang potensial eletrik negative akan menyebar sepanjang miokard
yang berkontraksi . potensial ini dideteksi dengan meletakan beberapa
elektroda diberbagai lokasi dikulit, signal akan diperkuat dan
digambarkan sebagai rekaman elektrokardiogram.
Komponen gelombang pada EKG gambar (6) merupakan gambaran dari:
1. Gelombang P berhubungan dengan sistol atrium (depolarisasi atrium)
merupakan gelombang pertama siklus jantung. Setengah gelombang
P pertama terjadi karena stimulus atrium kanan serta bentuk
downslope berikutnya terjadi karena stimulus atrium kiri.
Karakterisktik gelombang P yang normal
a. lembut dan tidak tajam
b. durasi normal 0,08-0,10 detik.
c. tinggi tidak lebih dari 2,5 mm

2. Kompleks QRS merupakan sistol ventrikel (depolarisasi ventrikel),


lebar normal 0,06-0,10 detik dan terdiri dari:
a. Gelombang Q : Defleksi negative pertama merupakan, depolarisasi
septum interventrikel yang teraktivasi dari kiri kekanan durasi
normal (kecuali sadapan III dan aVR) kurang dari 0,04 detik (1 kotak
kecil) dan tingginya kurang dari sepertiga tinggi gelombang R pada
sadapan bersangkutan
b. Gelombang R : defleksi positif pertama. Defleksi kedua disebut
R.
c. Gelombang S : defleksi negative pertama setelah R. defleksi
kedua disebut S.

Beberapa variasi kompleks QRS dapat dilihat gambar ini.

3. Gelombang T merupakan repolarisasi ventrikel , biasanya tinggi


kurang dari 5 mm pada sadapan ekstremitas atau 10 mm pada
sadapan prekordial. Gelombang T bias positif,negative atau bifasik.
4. Penyebab terjadinya gelombang U masih kontroversi, salah satu teori
menyebut gelombang U terjadi karena repolarisasi serabut purkinje.
Bentuk normal bulat kecil dan amplitude kurang dari 1,5 mm.
5. Interval PR merupakan cerminan depolarisasi atrium plus
pelamabatan fisiologis dari nodal AV dan berkas his, nilai normal
0,12-0,20 detik.
6. Segmen PR dibentuk dari akhir gelombang P sampai dengan awal
kompleks QRS dan merupakan penentu garis isoelektris.
7. Segmen ST merupakan tanda awal repolarisasi ventrikel kiri dan
kanan. Titik Pertemuan antara kompleks QRS dan awal segmen ST
disebut( J Point ). Jika J Point dibawah garis isoelektris disebut
depresi J Point dan jika diatas garis isoelektris disebut elevasi J Point.
8. Interval QT merupakan aktivitas total ventrikel ( mulai dari
depolarisasi sampai ke repolarisasi ventrikel). Diukur mulai dari
kompleks QRS hingga akhir gelombang T. durasi normal tergantung

dari umur,jenis kelamin,dan denyut jantung. Rata- rata kurang dari


0,38 detik.

BAB III
PENUTUP

Dengan mempelajari fisiologi proses repolarisasi dan depolarisasi otot, perawat akan
lebih bisa melakukan diagnose yang akurat sehingga penanganan yang akan dilakukan nantinya
akan tepat sasaran sehingga perawatan pasien akan dapat dilakukan lebih efektif lagi.
Depolarisasi otot adalah kontraksi sel otot jantung yang berhubungan dengan perubahan muatan
listrik, sedangkan Repolarisasi adalah pengembalian muatan listrik, rangkaian proses ini disebut
pontensial aksi.

Daftar Pustaka

Syaifuddin.2002. fisiologi berbasis kompetensi. Jakarta:EGCX


Dr. Suriya dharma, SP.JP, FIHA.2009.sistematika interprestasi EKG: Pedoman
praktis.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai