Tutorial Blok 3.3 Skenario 1
Tutorial Blok 3.3 Skenario 1
3
SKENARIO 1
KELOMPOK 5
EKA MAYASARI
G1A113042
G1A113090
DETA FITRIANA
G1A113103
G1A113135
G1A113137
SUNDARY FLORENZA
G1A114033
BAHTIAR ADINOTO
G1A114038
SHERLY ANGGELINA
G1A114063
G1A114065
G1A114081
G1A114085
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016
SKENARIO 1
An. T, 7 tahun, dibawa ke puskesmas dengan keluhan sembab pada kelopak mata saat
bangun tidur di pagi hari. Hal ini telah berlangsung sejak 4 hari yang lalu. Sembab tersebut
menjelang siang hari berkurang dengan sendirinya. Keluhan disertai dengan nafsu makan
menurun, mual, kadang muntah, lemas, serta sembab pada kaki. Keluhan tidak disertai dengan
gangguan penglihatan, tidak ada demam, tidak ada gangguan BAB serta BAK. An.T pernah
menderita sakti seperti ini kira-kira 1 tahun yang lalu, setelah berobat ke puskesmas dan minum
obat selama 2 minggu, keluhannya pun hilang. 1 minggu yang lalu anak mengalami demam,
batuk dan pilek namun saat ini sudah agak berkurang. Dokter puskesmas menduga ada
kelainan di sistem urinarius An.T,
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis secara akurat. Dokter menganjurkan
agar An.T dirawat untuk mendapat penatalaksanaan yang optimal sehingga dapat terhindar dari
komplikasi yang tidak diharapkan.
KLARIFIKASI ISTILAH
Sembab
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi dari sistem urinari ?
Jawab :
Anatomi
1. Ginjal
Ginjal berjumlah sepasang, berwarna coklat kemerahan, dan merupakan organ padat
yang terlindung dengan baik di dalam retroperitonium pada kedua sisi tulang belakang.
Berat ginjal pria dewasa sekitar 150 gram. Ginjal wanita dewasa relatif lebih kecil,
sekitar 135 gram. Ukuran panjang (vertikal) normal sekitar 10-12 cm, lebar
(transversal) 5-7 cm, dengan ketebalan (anteroposterior) 3 cm. Ginjal kanan bentuknya
lebih bervariasi akibat desakan dari hepar. Ukuran vertikal ginjal kanan cenderung lebih
pendek, dengan ukuran transversal yang terkadang dapat melebihi ukuran vertikal.
Dibandingkan ukuran tubuh, ginjal anak secara relatif lebih besar daripada ginjal
orang dewasa. Pada saat lahir, kontur ginjal ireguler dengan lobulasi multipel. Lobulasi
ini menghilang pada tahun pertama kehidupan. Pada orang dewasa, kelengkungan
ginjal dari pool atas ke pool bawah tampak halus. Meski demikian, adanya sisa lobulasi
pada orang dewasa merupakan varian normal.
Permukaan medial ginjal berbentuk cekung, disebut hilum. Hilum ginjal terbuka ke
arah sinus ginjal, suatu rongga yang membentuk sisi tengah ginjal dan dikelilingi oleh
parenkim ginjal. Struktur pengumpul urin dan pembuluh darah ginjal menempati sinus
ginjal dan keluar dari ginjal medial dari hilum.
Persarafan
Persarafan ginjal berasal dari pleksus renalis yang berjalan beriringan
dengan pembuluh darah ginjal sepanjang parenkim ginjal. Persarafan aferen
berjalan dari ginjal ke korda spinalis bersama dengan serabut simpatik
sedangkan persarafan eferen ke ginjal merupakan persarafan autonom yang
mengeluarkan serabut
vasomotor ke arteriol aferen dan eferen. Serabut saraf ginjal mempunyai
hubungan dengan pleksus testikuler. Hubungan ini mungkin dapat menjelaskan
timbulnya nyeri pada testis pada beberapa kelainan ginjal.
Sistem limfatik
Drainase limfatik gunjal sangat banyak dan mengikuti pembuluh darah
sepanjang kolumna renalis keluar dari parenkim ginjal dan kemudian
membentuk beberapa trunkus limfatikus di dalam sinus ginjal. Saluran limfatik
dari kapsul ginjal, jaringan perinefrik, pelvis renal, dan ureter proksimal
bergabung dengan trunkus limfatik ini. Ada dua atau lebih nodus limfatikus di
hilum renal yang berhubungan dengan vena renalis, yang bila ada, merupakan
tempat metastasis pertama keganasan ginjal.
Pada ginjal kiri, trunkus limfatikus mengalir ke nodus limfatikus
paraaorta lateralis, sedangkan pada ginjal kanan trunkus limfatikus mengalir ke
nodus limfatikus parakaval kanan dan interaortokaval.
2. Ureter
Ureter menyilang pintu atas panggul di depan bifurcatio a. Iliaca communis. Ia
berjalan ke bawah dan kebelakang didepan a. Iliaca interna sampai mencapai daerah
spina ischiadica. Kemudian ureter berjalan kedepan dan medial,dan masuk sudut lateral
atas vesika urinaria. Ureter masuk ke buli-buli dalam posisi miring dan berada di dalam
otot buli-buli sehingga mencegah refluks veiko ureter. Dekat ujungnya ureter disilang
oleh ductus deferens.
Secara anatomis tempat penyempitan ureter antara lain (1) pada perbatasan antara
pelvis renalis dan ureter (2) saat ureter menyilang a. Iliaca di rongga pelvis, dan (3)
pada saat ureter masuk ke buli-buli.
3. Vesika urinaria
Vesika urinaria terletak tepat di belakang os pubis. Vesika urinaria adalah tempat
untuk menyimpan urin yang berdinding kuat. Vesika urinaria waktu kosong terletak
dalam rongga pelvis, jika terisi dinding atasnya terangkat keatas masuk dalam regio
hypogastrium. Vesika urinaria yang kosong berbentuk piramida, mempunyai apex, basis
dan permukaan inferolateral superior dan inferior, juga mempunyai collum vesicae.
Daerah membran mukosa yang meliputi permukaan dalam basis vesika urinaria,
dinamakan trigonum vesicae.
Lapisan otot vesica urinaria terdiri atas otot polos dan tersusun dalam tiga
lapisan yang saling bertautan yang dikenali M. Detrusor Vesicae. Perdarahan vesica
urinaria berasal dari a. Vesicalis superior dan inferior yang merupakan cabang dari
a.iliaca interna. Vena-vena membentuk plexus venosus vesicalis, yang dibawah
berhubungan dengan plexus prostaticus dan bermuara ke v. Iliaca interna. Persarafan
nya berasal dari plexus hypogastricus inferior.
4. Uretra
Urethra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli
melalui proses miksi . Secara anatomis urethra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu urethra
posterior dan urethre anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan
cairan mani. Urethra dilengkapi dengan sfingter urethra interna yang terletak pada
perbatasan urethra anterior dan posterior. Sfingter urethra interna terdiri atas oto polos
yang dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga saat buli-buli penuh, sfingter ini terbuka.
Panjang urethra laki-laki sekitar 23-25 cm.
Urethra posterior pada pria terdiri atas urethra 1)pars prostatika, yakni bagian
yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan 2)urethra pars membranasea. Urethra anterior
adalah bagian urethra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis.Urethra anterior
terdiri atas 1) pars bulbosa 2)pars pendularis 3)fossa navikularis dan 4) mearus urethra
eksterna.
HISTOLOGI
1. Ren
2. Ureter
1.Mukosa
Terdiri dari jaringan ikat longgar
2.Muskularis
Lapisan dalam longitudinal, tengah sirkuler, luar longitudinal otot menyebar
ke segala arah
3.Fibrosa ( luar ) / adventitia
Terdiri dari jaringan pengikat longgar.
Banyak pembuluh darah
4. Uretra
FISIOLOGI
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia
darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara
selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus
dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang
tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin
melalui sistem pengumpulan urin
ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan
jangka panjang tekanan darah arteri.
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan
mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun
diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter,
urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan
keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung
kemih akan di keluarkan lewat uretra
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan
yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat
dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada
filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan
difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di
reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi.
2. Bagaimana mekanisme terjadinya sembab atau edema ?
Jawab :
Sembab atau edema secara umum dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
1)
Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra
vaskular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskular oleh kerja pompa
jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan
plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi
edema).
2)
Obstruksi limfatik
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka
cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam
saluran limfe akan tertimbun (limfedema).
3)
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau
terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitas ini
bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu,
misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat
bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid
darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini
mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema.
Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi
anafilaktik.
4)
Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat
air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskular
sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan oleh kerusakan pada
ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar
bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema
umum.
5)
renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat
tersebut mudah timbul edema.
6)
3. Apa makna klinis sembab pada kelopak mata saat bangun tidur di pagi hari ?
Jawab :
Ada beberapa penyakit yang dapat menyebabkan bengkak diantaranya
adalah kelainan ginjal, penyakit jantung, hati, alergi dan malnutrisi. Pada
penyakit jantung bengkak diawali dari kedua tungkai karena venous return
yang berkurang dikarenakan gangguan aliran balik ke jantung, pengaruh
gaya gravitasi dan tahanan perifer pada tungkai yang tinggi teruma fossa
poplitea dan inguinal. Selanjutnya adalah organ hepar. Bengkak ini diawali
dari perut dikarenakan fibrosis pada hepar yang mengakibatkan bendungan
sehingga venous return berkurang dan terjadi hipertensi porta, penurunan
sintesis protein sehingga terjadi hipoalbuminemia yang menurunkan
tekanan osmotik intravaskular yang menyebabkan terjadinya ekstravasasi
cairan.
Lalu alergi juga dapat menyebabkan bengkak tetapi hanya pada tempat
tertentu yang sifatnya non pitting edema dan tidak berlangsung lama.
Selanjutnya malnutrisi, bengkak terjadi diseluruh tubuh tanpa penyebab
yang jelas biasanya pada kwashiorkor atau marasmus kwashiorkor.
Pada kelainan ginjal bengkak dimulai dari kelopak mata. Hal ini
dikarenakan pengaruh gaya gravitasi. Kelopak mata merupakan jaringan
yang banyak mengandung jaringan ikat longgar.
Edema berpindah dengan perubahan posisi dan akan lebih jelas dikelopak mata dan muka
saat bangun tidur, sedangkan pada tungkai tampak selama dalam posisi berdiri, disekitar
pergelangan kaki pada sore hari.
Produksi mineral kortikoid menurun pada malam hari, dimana fungsi dari mineralkortikoid
adalah untuk mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Sehinnga saat malam hari terjadi
penumpukan cairan yang mengakibatkan bengkak pada pagi hari.
rendah. Oleh sebab itu sembab pada mata An.T berkurang pada siang hari dan
tampak sembab pada ekstremitas bawahnya.
7. Apa makna klinis dari keluhan tidak disertai dengan gangguan penglihatan, tidak ada
demam, dan tidak ada gangguan BAB serta BAK ?
Jawab :
Keluhan yang tidak disertai dengan perubahan pola BAB menandakan penyakit tidak
menganggu organ gastrointestinal. Tapi, apabila pasien mengalami edema yang
masif sampai ke mukosa usus maka akan timbul diare.
Keluhan yang tidak disertai perubahan pola BAK menandakan penyakit saluran
kemih bagian atas serta dapat menyingkirkan diagnosa banding glomerulonefritis
yang ditandai dengan hematuria.
8. Apa yang menyebabkan keluhan 1 tahun yang lalu kembali terjadi ?
Jawab :
Kemungkinan An. T mengalami SN relaps karena 1 tahun yang lalu ketika An. T
mengalami keluhan bengkak, ia kemungkinan sudah mengkonsumsi obat
kortikosteroid sampai mencapai remis (proteinuria negative atau <4 mg/m2 LPB/jam
3 hari berturut-turut dalam 1 minggu). An. T kembali mengalami relaps di mana
protenurianya ++ atau >40 mg/m2 LPB/jam 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu,
sehingga manifestasi klinis berupa bengkak kembali muncul.
9. Apa kemungkinan obat yang dikonsumsi An.T sehingga keluhan dapat berkurang ?
Jawab :
Obat yang termasuk dalam penatalaksanaan SN idiopatik pertama kali dan mungkin
dikonsumsi 1 tahun di antaranya obat imunosupresif dan diuretik untuk mengatasi
gejala edema. Adapun jenis obat imunosupresifnya yaitu kortikosteroid prednison
dan prednisolon. Sedangkan obat diuretik yang mungkin diberikan yaitu furosemide
dan spironolakton.
10. Apa hubungan batuk pilek, demam dan keluhan yang dialami sekarang ?
Jawab :
Makna klinis demam berarti adanya infeksi.
11. Bagaimana cara menegakkan diagnosa terhadap keluhan yang dialami An.T ?
Jawab :
Alur Diagnosis :
Anamnesis
1 minggu yang lalu demam, batuk dan pilek tapi sudah sembuh
Gejala yang menyertai : Nafsu makan , mual , muntah, lemas, (-) perubahan BAK
dan BAB, (-) gangguan penglihatan
RPD (Riwayat penyakit dahulu) :
1 tahun yang lalu mengalami penyakit yang sama minum obat 2 minggu hilang
Pemeriksaan fisik
-
Pemeriksaan Laboratorium
(Proteinuria masif , hiperlipidemia , hipoalbuminemia, lipiduria, hiperkogulabilitas)
Pemeriksaan penunjang
-
a. Darah tepi lengkap ( hemoglobin, leukosit, hitung jenis, trombosit, hematokrit dan
Laju Endap Darah/LED).
b. Kadar albumin dan kolestrol plasma
c. Kadar ureum,kreatinin,serta kliren kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus
schwart
d. Kadar komplemen C3 , bila dicurigai lupus eritematosus sistemik,pemeriksaan
ditambah dengan komplemen C4, ANA (antinuclear antibody) dan anti ds-DNA.
Jika di puskesmas tidak ada pemeriksaan darah, cukup diambil darah beku
dalam spuit dan dikirimkan ke laboratorium (pasien tidak perlu di rujuk bila hanya
untuk pemeriksaan albumin dan kolestrol).
-
Sindroma Nefrotik
Glomerulonefritis Akut
Sindroma Lupus Eritematosus (SLE)
Sembab non-renal : gagal jantung
Sindroma Nefrotik
Definisi
Manifestasi
penyakit GN yang
merupakan
kumpulan dari
gejala berikut
Glomerulonefrit
is Akut
Akibat respon
imunologik
yang dapat
merusak
glomerulus
SLE
Penyakit
jaringan ikat
dengan faktor
predisposisi
kelainan
Gagal Jantung
Sindroma
klinis
kompleks
dimana
ketidakmampu
dibawah ini:
Anamnesis
(Gejala
klinis)
Pem. Fisik
an jantung
untuk
memompkan
darah
keseluruh
jaringan secra
tidak adekuat
akibat adanya
gangguan
struktural dan
fungsional
jantung
Edema
Sembab
Malar rash
Edema
Riwayat Infeksi Discoid rash
Ankaserata
tungkai
Photosensitivity Sesak nafas
Awalnya berat Anoreksia
Kenaikan BB Ulserasi mulut
badan tidak
saat istirahat
Mudah
lelah
Arthritis
non
bertambah tapi
ataupun
Demam
erosif
mendadak naik
tidak
Serositis
Lemas/
namun
(pleuritis/
Kelelahan
penurunan
perikarditis)
nafsu makan
Kejang
Kadang Hipertensi Hipertensi
Nyeri abdomen Takikardi
(-) dsypnea
Hipertensi( 15- Takipnea
Edema ditemukan
50% pasien) Hepatomegali
Kardiomegali
juga di tungkai
cardiac
kaki dapat
murmur
lembek dan
Edema perifer
pitting
ginjal
genetika,
hormonal atau
infeksi virus
yang dapat
merusak
glomerulus
Proteinuria
Proteinuria/
Hematuria
silinderuria
Penurunan
Penurunan faal
fungsi ginjal
ginjal LFG
Penurunan
progresif
kadar C3
lambat
Peningkatan
Gangguan
Streptozim/
hematologi
Peningkatan
(anemia
ASTO
hemolitik,
lekopeni,
limfositopeni,
trombositopeni
)
Abnormalita
s pada EKG
Peningkatan
kadar
peptida
natriuretic
Kelainan
imunologis
(hasil tes sel
lupus
eritematosus,
+antibodi
antiDNA)
Hasil test
positif
antibodi
antinuklear
(ANA+)
GN primer :
1. GN lesi minimal
2. Glomerulosklerosis
3. GN membranosa
4. GN membranoproliferatif
5. GN proliferative lain
GN sekunder :
1. infeksi : malaria, hepatitis B, AIDS, pasca infeksi streptokokus
2. penyakit vaskulitis sistemik : SLE, purpura henoch-schonlein
3. keganasan : tumor wilms, Hodgkin, leukemia
4. penyakit metabolic : diabetes mellitus, amiloidosis
5. intoksiksasi obat / logam berat, Penisillamin, probenesid, timbale
perangsang lipase. Apabila kadar albumin serum kembali normal, baik secara
spontan ataupun dengan pemberian infus albumin, maka umumnya kadar lipid
kembali normal.
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid plasma
intravaskuler. Keadaan ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan menembus
dinding kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial yang menyebabkan
edema. Penurunan volume plasma atau volume sirkulasi efektif merupakan stimulasi
timbulnya retensi air dan natrium renal. Retensi natrium dan air ini timbul sebagai
usaha kompensasi tubuh untuk menjaga agar volume dan tekanan intravaskuler tetap
normal. Retensi cairan selanjutnya mengakibatkan pengenceran plasma dan dengan
demikian menurunkan tekanan onkotik plasma yang pada akhirnya mempercepat
ekstravasasi cairan ke ruang interstitial.
Berkurangnya volume intravaskuler merangsang sekresi renin yang memicu
rentetan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron dengan akibat retensi natrium
dan air, sehingga produksi urine menjadi berkurang, pekat dan kadar natrium rendah.
Hipotesis ini dikenal dengan teori underfill.3 Dalam teori ini dijelaskan bahwa
peningkatan kadar renin plasma dan aldosteron adalah sekunder karena hipovolemia.
Tetapi ternyata tidak semua penderita sindrom nefrotik menunjukkan fenomena
tersebut. Beberapa penderita sindrom nefrotik justru memperlihatkan peningkatan
volume plasma dan penurunan aktivitas renin plasma dan kadar aldosteron, sehingga
timbullah konsep baru yang disebut teori overfill. Menurut teori ini retensi renal
natrium dan air terjadi karena mekanisme intrarenal primer dan tidak tergantung
pada stimulasi sistemik perifer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan
ekspansi volume plasma dan cairan ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi
sebagai akibat overfilling cairan ke dalam kompartemen interstitial. Teori overfill ini
dapat menerangkan volume plasma yang meningkat dengan kadar renin plasma dan
aldosteron rendah sebagai akibat hipervolemia.
Pembentukan sembab pada sindrom nefrotik merupakan suatu proses yang
dinamik dan mungkin saja kedua proses underfill dan overfill berlangsung
bersamaan atau pada waktu berlainan pada individu yang sama, karena patogenesis
penyakit glomerulus mungkin merupakan suatu kombinasi rangsangan yang lebih
dari satu
Gangguan gastrointestinal
Sering ditemukan dalam perjalanan penyakit. Diare sering dialami pasien dalam
keadaan edema yang massif. Beberapa pasien nyeri diperut yang kadang-kadang
berat pada keadaan SN yang kambuh. Nafsu makan berkurang berhubungan dengan
berat edema yang diduga sebagai akibat. Anoreksia dan hilang protein didalam urin
mengakibatkan malnutrisi berat. Asites berat dapat terjadi hernia umbilical dan
prolaps ani.
Gangguan pernapasan
Karena distensi abdomen dengan atau tanpa efusi pleura maka pernapasan sering
terganggu.
Anak dengan gejala klinis SN pertama kali sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan
tujuan
untuk
mempercepat
pemeriksaan
dan
evaluasi
pengaturan
diit,
Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik, seperti lupus
eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schonlein
Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun kecacingan. Setiap infeksi perlu
dieradikasi lebih dahulu sebelum terapi steroid dimulai
Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis INH selama 6
bulan
bersama
steroid,
dan
bila
ditemukan
tuberkulosis
diberikan
obat
antituberkulosis (OAT).
Perawatan di rumah sakit pada SN relaps hanya dilakukan bila terdapat edema
anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi berat, gagal ginjal, atau
syok. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktivitas fisik disesuaikan dengan
kemampuan pasien. Bila edema tidak berat, anak boleh sekolah
Diitetik
Cukup diberikan diit protein normal sesuai dengan RDA (recommended daily
allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari. Diit rendah garam (1-2 g/hari) hanya diperlukan
selama anak menderita edema.
Diuretik
Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat. Biasanya diberikan loop
diuretic seperti furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu dikombinasikan dengan
spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-4 mg/kgbb/hari.
Sebelum pemberian diuretik, perlu disingkirkan kemungkinan hipovolemia. Pada
pemakaian diuretik lebih dari 1-2 minggu perlu dilakukan pemantauan elektrolit
kalium dan natrium darah.
Bila pemberian diuretik tidak berhasil (edema refrakter), biasanya terjadi karena
hipovolemia atau hipoalbuminemia berat ( 1 g/dL), dapat diberikan infus albumin
20-25% dengan dosis 1 g/kgbb selama 2-4 jam untuk menarik cairan dari jaringan
interstisial dan diakhiri dengan pemberian furosemid intravena 1-2 mg/kgbb. Bila
pasien tidak mampu dari segi biaya, dapat diberikan plasma 20 ml/kgbb/hari secara
pelan-pelan 10 tetes/menit untuk mencegah terjadinya komplikasi dekompensasi
atau
dependen
steroid,
CyA
dapat
menimbulkan
dan
ketiga yaitu
Pada sindrom nefrotik relaps atau resisten steroid terjadi peningkatan kadar
kolesterol LDL dan VLDL, trigeliserida, dan lipoprotein (a) (Lpa), sedangkan
kolesterol HDL menurun atau normal. Zat-zat tersebut bersifat aterogenik dan
trombogenik. Pada sindrom nefrotik sensitive steroid, karena peningkatan zat-zat
tersebut bersifat sementara, cukup dengan pengurangan diet lemak.8
3. Hipokalsemia
Terjadinya hipokalsemia karena :
Penggunaan steroid jangka panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia.
Kebocoran metabolit vitamin D
Oleh karena itu sindrome nefrotik relaps sering dan sindrome nefrotik resisten
steroid dianjurkan pemberian suplementasi kalsium 500 mg/hari dan vitamin D. Bila
telah terjadi tetani, diobati dengan kalsium glukonas 50 mg/kgBB intravena.8
4. Hipovolemia
Pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam keadaan sindrom nefrotik relaps
dapat mengakibatkan hipovolemia dengan gejala hipertensi, takikardia, ekstrimitas
dingin dan sering disertai sakit perut.
Penyulit lain yang dapat terjadi diantarnya hipertensi, syok hipovolemik, gagal
ginjal akut, gagal ginjal kronik.
(setelah 5-15 tahun). Penanganan sama dengan penangan keadaan ini umumnya. Bila
terjadi gagal ginjal kronik, selain hemodialisis, dapat dilakukan transplantasi ginjal
21. Apa prognosis dari penyakit An.T ?
Jawab :
Prognosis baik bila penderita sindrom nefrotik memberikan respon yang baik
terhadap pengobatan kortikosteroid dan jarang terjadi relaps. Pada kortikosteroid non
responsif prognosis kurang baik, mortalitas pada jenis GSF (Glomerulosklerosis
Segmental Focal) 50 % 16 tahun setelah diketahui, pada GNMP (Glomerulonefritis
membranoproliferatif) 50% 11 tahun setelah diketahui. Sindrome nefrotik sekunder
tergantung penyakit primer. Prognosis jangka panjang sindroma nefrotik kelainan
minimal selama pengamatan 20 tahun menunjukan hanya 4-5% menjadi gagal ginjal
terminal, sedangkan pada glomerulosklerosis, 25% menjadi gagal ginjal terminal
dalam 5 tahun, dan pada sebagian besar lainnya disertai penurunan fungsi ginjal
22. Apa edukasi dan pencegahan dari penyakit An.T ?
Jawab :
Beberapa hal yang diduga menyebabkan kambuh adalah penyakit infeksi, aktivitas
fisik berebihan, dan dietetic yang tidak terkontrol. Banyak SN kambuh setelah terjadi
penyakit nafas, jadi usaha untuk membatasi paparan penderita dengan orang-orang
yang mengidap infeksi saluran nafas mungkin bermanfaat. Pemberian imunisasi rutin
sampai anak dalam keadaan remisi dan berhenti pengobatan kira-kira 6 bulan.
Segera setelah diagnosis SN ditegakkan, diberikan edukasi kepada anak dan
keluarganya tentang penyakitnya yaitu mengenai pengelolaan dan perjalanan
penyakit yang diharapkan. Keluarganya harus ikut terlibat dalam proses pengobatan
dan berusaha untuk mentaati cara pengobatan dengan sebaik-baiknya. Sama halnya
dengan semua penyakit kronik lainnya, siapkanlah keluarga terhadap masalah
psikologi yang mungkin terjadi.