AGAMA
UNIVERSITAS MATARAM
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang
terangkum dalam 3 hal pokok; Aqidah, Syariah dan Akhlak. Artinya seluruh
ajaran Islam bermuara pada tiga hal ini.
Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam
ajaran
islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan, karena
ketiga unsur tersebut merupakan pondasi atau kerangka dasar dari Agama Islam.
Ajaran Agama Islam yang seharusnya bersumber pada Al-Quran dan as
Sunnah telah banyak yang melenceng. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya
bermunculan aliran-aliran sesat atau yang sifatnya bidah. Selain itu, kasus-kasus
kriminalitas yang semakin merajalela pada saat sekarang ini merupakan suatu
cerminan keruntuhan akhlak pada umat Islam saat ini. Untuk itulah, kita selaku
umat Rasulullah SAW perlu mengetahui serta mempelajari tentang Ilmu yang
membahas ketiga unsur yang menjadi kerangka dasar ajaran agama Islam tersebut
agar kita tidak tersesat dan tetap berada di jalan yang benar.
Oleh sebab itu, dalam makalah kali ini kami membahas tentang ketiga unsur
tersebut yaitu Aqidah, Syariah, dan Akhlaq. Dengan mempelajari dan mengambil
esensi dari ketiga unsur ini, semoga Allah memberikan kita petunjuk agar selamat
di dunia dan di akhirat.
2. Rumusan Masalah
Makalah ini terfokuskan pada empat masalah yang akan dibahas penulis yaitu
:
3. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Aqidah
A. Pengertian Aqidah
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata Aqoda, Yaqidu, AqdanAqidatan yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh.
Sedangkan secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan
tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah
adalah kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di dalam hati.
Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan
oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh
yang tidak tercampur oleh keraguan.Menurut M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan
aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh
dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari
padanya.Adapun aqidah menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis
yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai
dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan.
Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil
bagi
manusia,
sama
halnya
dengan
nilai
dirinya
sendiri,
bahkan
Mu'amalah,
yang
membahas
hubungan
horisontal
(manusia
dan
Berpegang teguh kepada Al-Quran dan as Sunnah (24 :51, 4:59) menjauhi
bid'ah (perkara yang diada-adakan)
Syariah Islam telah memberi aturan yang jelas apa yang halal dan haram
(7 :33, 156-157), maka :
Tinggalkan yang subhat (meragukan)
ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan
bertele-tele
keselamatan jiwa seseorang dengan menetapkan sanksi hukum yang sangat berat,
contohnya hukum qishash. Di dalam Islam dikenal ada tiga macam
pembunuhan, yakni pembunuhan yang disengaja, pembunuhan yang tidak
disengaja, dan pembunuhan seperti disengaja. Hal ini tentunya dilihat dari sisi
kasusnya,
masing-masing
tuntutan
hukumnya
berbeda.
Jika
terbukti
yang dibasikan seperti dizaman dahulu, tapi yang dimaksud khamar adalah,
setiap segala sesuatu yang membawa akibat memabukkan (Al Hadits).
Keharaman Khamar sudah sangat jelas, di dalam QS. Al Maidah ayat 90
Allah SWT menyatakan, Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS. Al Maaidah,5:90) Ayat ini mengisyaratkan, bahwa seseorang yang dalam kondisi mabuk,
berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib maka tergolong syaitan,
karena sifat syaitani sedang mengusai diri yang bersangkutan.
Yang kelima, melindungi harta. Yakni dengan membuat aturan yang jelas
untuk bisa menjadi hak setiap orang agar terlindungi hartanya di antaranya dengan
menetapkan hukum potong tangan bagi pencuri. Laki yang mencuri dan
perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi
apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. Al Maa-idah, 5:38). Juga peringatan keras
sekaligus ancaman dari Allah SWT bagi mereka yang memakan harta milik orang
lain dengan zalim, Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim
secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka
akan masuk kedalam api yang menyala-nyala (neraka Jahannam) (QS. An Nisaa,
4:10).
Yang keenam, melindungi kehormatan seseorang. Termasuk melindungi
nama baik seseorang dan lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak dilindungi
kehormatannya dimata orang lain dari upaya pihak-pihak lain melemparkan
fitnah, misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri melakukan kejahatan. Karena itu
betapa luar biasa Islam menetapkan hukuman yang keras dalam bentuk cambuk
atau Dera delapan puluh kali bagi seorang yang tidak mampu membuktikan
kebenaran tuduhan zinanya kepada orang lain. Allah SWT berfirman: Dan
orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik berbuat zina dan mereka
tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) dengan delapan
puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang yang fasik (QS. An Nuur, 24:4). Juga dalam firman-
prilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, dan juga yang mengatur
hubungan antar manusia dengan Tuhan dan dengan alam semesta.
Apabila kata akhlak dikaitkan dengan kalimat Islam,yang disebut al-Akhlak
Islamiyah atau al-Akhlak al-Karimah maka artinya adalah perbuatan dan tingkah
laku yang terbaik dan terpuji, sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan as Sunnah.
Secara terminologis, Imam Ghazali mendefinisikan bahwa akhlaq adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara
menurut Imam Qurthubi akhlaq adalah adab atau tata krama yang dipegang teguh
oleh seseorang sehingga adab atau tata krama itu seakan menjadi bagian dari
penciptaan dirinya.
Akhlaq terbagi menjadi dua yaitu akhlakul al-karimah (terpuji) dan akhlakul
al-madzmumah (tercela). Menurut objek atau sasarannya, akhlaq juga dapat
terbagi menjadi dua bagian yaitu akhlaq terhadap Khalik atau Pencipta yaitu Allah
SWT dan akhlaq terhadap makhluk. Makhluk adalah segala yang diciptakan
Allah, yang dibagi menjadi dua bagian yaitu manusia dan bukan manusia. Akhlaq
terhadap manusia terdiri dari akhlaq terhadap Nabi dan Rasul, akhlaq terhadap diri
sendiri, akhlaq terhadap keluarga, terhadap masyarakat, terhadap bangsa dan
hubungan antar bangsa.
Akhlaq terhadap selain manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu terhadap
benda mati, terhadap alam nabati atau flora, dan terhadap alam hewani atau fauna.
Ajaran tentang dasar-dasar agama Islam ini, terjalin rukun agama yang disebut
Hadis Nabi yaitu Hadis Jibril (Iman, Islam, dan Ihsan).
A. Urgensi Akhlaq
Akhlak mendapat kedudukan yang tinggi di dalam Islam, hal ini dapat
dilihat dari beberapa sebab antara lain :
1. Islam telah menjadikan akhlak sebagai illat (alasan) kenapa agama Islam
diturunkan. Hal ini terdapat dalam sabda Rasulullah Aku diutus hanyalah
semata-mata untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia (HR Malik).
Sesungguhnya realisasi akhlak yang mulia merupakan inti risalah Nabi
Muhammad saw.
dinyatakan
bahwa
telah
bertanya
kepada
Rasulullah
SAW. Apakah Addin itu ? Sabda Rasulullah, akhlak yang baik Ini berarti bahwa
akhlak itu dianggap sebagai rukun Islam samalah keadaannya dengan wukuf
dipandang Arafah dalam bulan Haji.Berdasarkan sabda Rasulullah SAW
tersebut, Haji itu (amal haji) ialah wukuf diPadang Arafah, Wukuf di padang
Arafah adalah dianggap sebagai salah satu rukun amal haji, demikian juga
keadaannya pada akhlak.
4. Di dalam Islam, akhlak yang baik merupakan amalan utama yang dapat
memberatkan neraca amal baik di akhirat kelak. Hal ini dinyatakan dalam
hadist Rasulullah SAW yang artinya : Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam
timbangan selain akhlak yang baik (Shahih Jami). Dari hadist tersebut kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa timbangan amal baik kita diakhirat dapat
ditambah beratnya dengan akhlak yang baik. Selain itu, akhlak dan takwa
sama
kedudukannya
dari
sudut
ini,
yang
mana
kedua-duanya
merupakan perkara paling berat yang diletakkan dalam neraca akhirat. Selain
itu, Rasulullah pernah bersabda, Kebajikan itu adalah akhlak yang baik (HR
Muslim). Jadi, akhlak yang mulia adalah inti dari suatu kebajikan.
5. Dalam ajaran Islam dinyatakan bahwa mereka yang berjaya memenangi kasih
sayang Rasulullah SAW pada hari akhirat ialah orang yang paling baik
akhlaknya. Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda Yang paling aku kasihi di
antara kamu dan yang paling dekat kedudukannya padaku di hari akhirat adalah orang
yang paling baik akhlaknya di antara kamu.
6. Keistimewaan Nabi Muhammad SAW adalah keberadaannya sebagai
manusia yang memiliki akhlak tinggi, mulia dan agung. Akhlak ini dimiliki
Beliau SAW semenjak belum menjadi nabi dan rasul, sebagaimana
pernyataan Ummul Mukminin Khadijahra, Demi Allah, Dia tidak akan
menghinakanmu selamanya, demi Allah, engkau menyambung hubungan
silaturrahim, berbicara benar, memikul beban orang lain, membantu yang tidak berpunya,
menyuguhkan penghormatan untuk tamu dan membantu mereka yang terkena
musibah (HR Bukhari). Selain itu terdapat juga dalam firman Allah Surah
Al-Qalam ayat 4 Sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang luhur. Walau
begitu Beliau SAW tetap sering berdoa Tuhanku, tunjukilah aku akhlak yang
paling baik.
7. Syiar-syiar ibadah Islam di antaranya dimaksudkan untuk menggapai akhlak
yang mulia. Shalat misalnya, dimaksudkan untuk mentarbiyah dan mendidik
manusia agar berhenti dari segala perbuatan keji dan munkar (QS AlAnkabut: 45). Ibadah puasa dimaksudkan untuk menggapai tingkatan taqwa
(QS Al-Baqarah: 183). Berkaitan dengan ibadah puasa ini, Rasulullah SAW
bersabda, Siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan palsu (bohong),
maka tidak ada keperluan bagi Allah swt terhadap puasa seseorang yang hanya sekadar
meninggalkan makan dan minum (HR Bukhari). Zakat, infak dan sedekah, di
antara rahasianya adalah untuk menyucikan dan membersihkan jiwa dari berbagai sifat
buruk dan tercela (QS At-Taubah: 103). Sedangkan ibadah haji difardhukan oleh
Allah agar orang yang beribadah haji terlatih untuk tidak berkata kotor, tidak
berbuat fasik, dan tidak banyak berdebat kusir (QS Al-Baqarah: 197).
B. Sumber Akhlaq
Yang dimaksud sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan
buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber
akhlaq adalah Al-Quran dan as Sunnah, bukan akal fikiran atau pandangan
masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena
baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan Mutazilah.
Dalam konsep akhlaq, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji
atau tercela, semata-mata karena Syara (Al-Quran dan as Sunnah) menilainya
demikian. Kenapa sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah, jujur misalnya dinilai
baik?tidak lain karena syara menilai semua sifat-sifat itu baik. Begitu juga
sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikir dan dusta misalnya
dinilai buruk? Tidak lain karena Syara menilainya demikian.
C. Akhlak Dalam Kehidupan Manusia
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Jadi, perbedaan antara aqidah, syariah, dan akhlak adalah aqidah yang
merupakan pegangan seorang muslim dalam meyakini dan mengimani Allah
SWT dan Islam. Syariah sebagai jalan, aturan, dan tindakan konkret berupa
ibadah kepada Allah SWT setelah meyakini dan terbentuknya aqidah yang benar.
Akhlak adalah perilaku, kebiasaan, dan budi pekerti sebagai aplikasi aqidah dan
syariah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik
dalam