Proposal
Reninta Destiana
Akuntansi
01031481518087
BAB I
PENDAHULUAN
tersebut.
Laporan
keuangan
juga
merupakan
sarana
untuk
optimalisasi
kekayaan
pemegang
saham
sehingga
dapat
mencegah
4. Untuk menganalisis pengaruh pertemuan antara audit internal dan komite audit
terhadap manajemen laba.
5. Untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP terhadap manajemen laba.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan
kontribusi sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Memberikan kontribusi atau tambahan referensi pada pengembangan teori,
terutama kajian akuntansi keuangan mengenai agency theory dan mengenai
tata kelola perusahaan yang baik dengan menilai efektivitas dari ukuran dan
frekuensi pertemuan dewan komisaris dalam sebuah perusahaan sehingga
dapat menghambat manajemen laba.
2. Memberikan pemahaman mengenai pengaruh karakteristik dari ukuran dan
frekuensi pertemuan yang terdapat pada komite audit yang dapat
mempengaruhi manajemen laba.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Memberikan gambaran mengenai pengaruh penerapana mekanisme corporate
governance terhadap praktek manajemen laba, yang diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi, kredit maupun keputusan lainnya.
2. Memberikan wacana tentang pentingnya peran komite audit untuk
menghindari terjadinya financial distressed.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
keagenan
(Agency
Theory)
Jensen
dan
Meckling
(1976)
eksternal
dan
kepatuhan
terhadap
peraturan.
Bapepam
(2012)
mensyaratkan bahwa komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh
komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta
menguasai dan memiliki keahlian di bidang akuntansi dan keuangan, selain itu
Bapepam juga menghimbau bahwa setidak-tidaknya komite audit melakukan rapat
minimal 4 (empat) kali dalam setahun.
2.1.5. Audit Internal
Pengertian audit internal menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam
SPAP (Standar Pelaporan Akuntan Publik) adalah suatu aktivitas penilaian yang
independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi aktivitas-
12
13
15
17
variabel penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007) menggunakan
corporate governance sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai
variabel dependen. Sedangkan di dalam penelitian ini menggunakan dewan
komisaris, komite audit, audit internal dan audit eksternal sebagai variabel
independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen.
2.3. Pengembangan Hipotesis
2.3.1. Ukuran Dewan Komisaris
Berdasarkan teori keagenan, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme
pengendalian intern tertinggi, yang tertanggung jawab untuk memonitor tindakan
manajemen puncak. Ukuran dewan diyakini sebagai aspek dasar dari pengambilan
keputusan yang efektif. Lipton dan Lorsch (1992) merekomendasikan bahwa ukuran
dewan yang ideal tidak boleh melebihi delapan atau sembilan orang. Jensen (1993)
menyatakan bahwa ketika dewan lebih dari tujuh atau delapan anggota, itu kurang
efektif karena masalah koordinasi dan proses yang pada gilirannya memperlemah
pengawasan.
Namun karena dewan komisaris bertugas untuk memonitor atas pelaporan
keuangan perusahaan, maka perannya diharapkan dapat mempengaruhi pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu
laporan laba yang berkualitas. Oleh karena itu hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
H1: Terdapat hubungan negatif antara ukuran dewan komisaris dengan manajemen
laba.
2.3.2. Frekuensi Pertemuan Dewan Komisaris
18
20
keefekifan aktivitas yang dalam perusahaan. Hal ini mengarah ke hipotesis sebagai
berikut:
H5: Keberadaan audit internal berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
H6: Pertemuan antara audit internal dengan komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
2.3.6. Pengaruh Audit Eksternal terhadap Manajemen Laba
Dalam PMK No. 17/PMK.01/2008 dijelaskan, Kantor Akuntan Publik (KAP)
adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi
Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Menurut Undang-undang Republik
Indonesia No. 5 Tahun 2011, Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat
KAP adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-undang ini. Pemerintah
Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008
memgakui Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi
akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifiksai akuntan publik,
penyusunan dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta
menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di
Indonesia. Hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
H7: Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.
2.4. Model Penelitian
Efek konflik kepentingan dalam Teori Keagenan mengakibatkan munculnya
kemungkinan tinggi akan adanya manajemen laba. Pihak manajemen lebih
mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya daripada pemilik saham. Hal ini
akan memicu tindak kecurangan oleh manajemen dalam bentuk memaparkan laba
21
yang terkesan selalu stabil atau bahkan meningkat padahal laba sebenarnya menurun
atau bahkan rugi.
Manajemen laba ini dilakukan oleh manajemen dengan tujuan agar tetap
diberikan gaji seperti biasa atau bahkan diberikan bonus lebih oleh perusahaan.
Sehingga mereka terhindar dari pemecatan karena laba sesungguhnya turun atau
bahkan rugi.
Untuk mencegah terjadinya hal seperti ini, maka diperlukan adanya Komite
Audit yang efektif dan audit internal. Komite ini membantu dewan komisaris untuk
mengawasi aktivitas manajemen agar sesuai dengan standar yang ada. Pekerjaan ini
dibantu oleh Audit Internal dalam pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan
efektivitas sistem pengawasan internal. Ketika internal audit menemukan masalah
dalam pengendalian internal, temuan audit tersebut akan dilaporkan ke Presiden
Direktur, CEO, dan Dewan komisaris melalui Komite Audit dengan tembusan ke
Direktur dan pimpinan terkait. Komite Audit dan Audit Internal merupakan pihak
internal perusahaan. Oleh karena itu masih ada kemungkinan adanya tindakan
manajemen laba. Hal ini akan diminimaslir oleh adanya fungsin Audit Eksternal oleh
KAP.
Dari penjelasan di atas, penelitian ini menguji pada pengaruh dewan
komisaris, komite audit, audit internal dan audit eksternal terhadap manajemen laba.
Variabel yang digunakan adalah Dewan Komisaris, Komite Audit, Audit Internal,
Audit Eksternal dan Manajemen Laba, serta beberapa faktor lain yang
mempengaruhi manajemen laba seperti Leverage. Model dalam penelitian ini dapat
digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
22
Dewan Komisaris
: Variabel Independen
1. Ukuran dewan
komisaris
2. Frekuensi pertemuan
dewan komisaris
Komite Audit
1.
2.
Frekuensi pertemuan
komite
Audit audit
Internal
: Variabel Dependen
Variabel Dependen
Manajemen Laba
1. Audit Internal
2. Pertemuan Audit
Internal dan komite
audit
Audit Eksternal
3. Ukuran KAP
Variabel Kontrol
23
1. Leverege
BAB III
METODE PENELITIAN
24
2.
3.
4.
Karakteristik
Perusahaan jasa sub sektor
transportasi yang terdaftar di BEI
selama 2011-2015
Tidak menerbitkan annual report
selama 5 tahun pengamatan secara
berturut-turut
Tidak menggunakan mata uang rupiah
dalam pelaporannya
Tidak menyajikan informasi keuangan
yang dibutuhkan selama periode
2011-2015
Jumlah perusahaan yang masuk
sebagai sampel
25
Jumlah
33
(16)
0
0
17
Kode Saham
APOL
ASSA
BBRM
BIRD
BLTA
BULL
CANI
CASS
CPGT
GIAA
HITS
IATA
13.
INDX
14.
KARW
15.
16.
17.
18.
LEAD
LRNA
MBSS
MIRA
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
NELY
PTIS
RIGS
SAFE
SDMU
SHIP
SMDR
SOCI
TAXI
TMAS
TPMA
TRAM
WEHA
Nama Perusahaan
Arpeni Pratama Ocean Line Tbk
Adi Sarana Armada Tbk
Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk
Blue Bird Tbk
Berlian Laju Tanker Tbk
Buana Listya Tama Tbk
Capitol Nusantara Indonesia Tbk
Cardig Aero Services Tbk
Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk
Garuda Indonesia (Persero) Tbk
Humpuss Intermoda Transportasi Tbk
Indonesia Air Transport & Infrastruktur Tbk
d.h Indonesia Air Transport Tbk
Tanah Laut Tbk
d.h Indoexchange Tbk
ICTSI Jasa Prima Tbk
d.h Maharlika Indonesia Tbk
d.h Karwell Indonesia Tbk
Logindo Samuderamakmur Tbk
Ekasari Lorena Transport Tbk
Mitra Bantera Segara Sejati Tbk
Mitra Internasional Resources Tbk
d.h Mitra Rajasa Tbk
Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk
Indo Straits bk
Rig Tenders Indonesia Tbk
Steady Safe Tbk
Sidomulyo Selaras Tbk
Sillo Maritime Perdana Tbk
Samudera Indonesia Tbk
Soechi Lines Tbk
Express Transindo Utama Tbk
Pelayaran Tempuran Emas Tbk
Trans Power Marine Tbk
Trada Maritime Tbk
Weha Transportasi Indonesia Tbk
d.h Panorama Transportasi Tbk
26
32.
33.
WINS
ZBRA
28
Ujiyantho, 2007). Ukuran dewan komisaris diukur dengan melihat jumlah anggota
dewan komisaris suatu perusahaan.
3.4.2.2. Frekuensi Dewan Komisaris
Sesuai dengan aturan yang berlaku, frekuensi rapat dewan komisaris adalah
minimal 2 (dua) kali dalam setahun. Variabel ini diukur secara numeral, yaitu dilihat
dari jumlah nominal pertemuan yang dilakukan oleh dewan komisaris selama tahun
berjalan.
3.4.2.3. Ukuran Komite Audit
Berdasarkan Surat Edaran dari Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. SE008/BEJ/12-2001 tanggal 7 Desember 2001 serta Pedoman Pembentukan Komite
Audit menurut Bapepam perihal keanggotaan komite audit, disebutkan bahwa
jumlah anggota komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, termasuk ketua
komite audit. Variabel ini diukur secara numeral, yaitu dilihat jumlah nominal dari
anggota audit.
3.4.2.4. Frekuensi Pertemuan Komite Audit
Komite audit memiliki pedoman kerja yang dituangkan dalam Pedoman
Komite Audit oleh Bapepam menyebutkan bahwa komite audit wajib mengadakan
pertemuan minimal sebanyak 4 (empat) kali dalam setahun. Variabel ini diukur
secara numeral, yaitu dilihat dari jumlah nominal pertemuan yang dilakukan oleh
komite audit dalam tahun berjalan.
3.4.2.5. Audit Internal
Dalam melaksanakan fungsinya, Aditor Internal melakukan penyelidikan dan
meneliti keefektifan aktivitas perusahaan. Dengan pelaksanaan tersebut maka akan
dapat diketahui apakah berbagai departemen yang ada melaksanakan fungsinya
dengan baik atau tidak. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Audit Internal
29
menjadi suatu alat pengawasan yang penting dalam mengukur dan menilai
keefektifan aktivitas yang ada dalam perusahaan.
3.4.2.6. Pertemuan Audit Internal dan Komite Audit
Dalam surveinya, Kalbers (1992) menyimpulkan bahwa 31% dari responden
menyatakan bahwa auditor internal tidak memiliki pertemuan secara pribadi dengan
Komite Audit. Selain itu, Scarbrough et al. (1998) menemukan bahwa 24% dari
perusahaan yang diwawancarai, audit internal tidak mempunyai akses ke komite
audit. Namun, McHugh dan Raghunandan (1994) menghasilkan bahwa 65% dari
perusahaan yang diwawancarai mengadakan pertemuan dengan Komite Audit.
Pertemuan ini diukur melalui variabel dummy dimana apabila terdapat pertemuan
antara audit internal dengan komite audit maka dinilai 1 dan 0 untuk sebaliknya.
3.4.2.7. Ukuran KAP
Ukuran KAP dilihat dari besar kecilnya perusahaan audit. Sedangkan besar
kecilnya KAP dilihat dari tergabungnya di The Big Four atau Non Big Four . Kantor
akuntan publik besar ini sering disebut dengan the big four. BIG 4 untuk KAP besar
dan Non BIG 4 untuk KAP kecil. Auditor yang termasuk BIG 4 memiliki kualitas
audit yang lebih tinggi karena fokus pada perlindungan reputasi nama. Selain itu,
perusahaan 67 yang menggunakan jasa KAP BIG 4 cenderung lebih dipercaya bila
dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa KAP Non BIG 4.
Syafrudin
Alwi
(2001:301)Financial
Leverage
merupakan
perbandingan total hutang dengan seluruh dana atau aktiva dalam perusahaan yang
30
disebut leverage factor. Untuk mengukur laverage yaitu dengan membagi total
hutang dengan total aset.
Hasil pengukuran menunjukkan desimal yang terlalu banyak. Diperlukan
transform ln untuk mempersingkat desimal. Hasil yang diperoleh adalah negatif.
Oleh karena itu digunakan transform absolut untuk merubah ke positif.
3.5. Metode Analisis Data
3.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai statistik
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Dengan statistik deskriptif dapat
diketahui nilai rata-rata, minimun, maksimum, dan standar deviasi dari variabelvariabel yang diteliti.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Pendugaan nilai koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil (OLS) bertujuan
untuk mencapai kondisi yang baik. Untuk mencapai kondisi yang baik, maka
persamaan regresi harus memenuhi asumsi klasik. Sebelum pengujian hipotesis
terlebih dahulu data diuji apakah terdapat kondisi normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
3.5.3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel-variabel independen dan variabel dependen mempunyai distribusi normal
atau mendekati normal (Ghozali, 2006). Salah satu cara untuk melihat normalitas
adalah melihat histogram yang membandingakan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal serta melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal yang membentuk
garis diagonal.
31
32
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),
maka koefisien autokorelasi > 0, sehingga ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi < 0,
sehingga ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3.5.6. Uji Heteroskedastistas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji
heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji grafik maupun uji
statistik. Uji grafik dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
3.5.2. Uji Hipotesis
3.5.2.1. Uji Signifikasi (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Apabila nilai
probabilitas signifikansi < 0.05, maka variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
3.5.2.2. Koefisien Determinasi ( R
2
Koefisien determinasi ( R ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
R2
R2
mengandung kelemahan
mendasar, yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan
R2
R2
berkisar antara
34
Daftar Pustaka
Alzoubi, E. S. S., & Selamat, M. H. (2012). The Effectiveness of Corporate
Governance
Bapepam. Peraturan Nomor IX.I.5 Tentang Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Fama. E.F. & Jensen, M.C. (1983). Separation of Ownership and Control. Journal of
Law and Economics, 26:30-325.
Gay, G. dan R. Simnett. Auditing and Assurance in Australia. Australia:
McGrawHill.
Indriani, Epi. (2011). Akuntansi Untuk Orang Awan & Pemula. Jakarta: Laskar
Aksara.
Jensen, M. C dan Meckling, W.H. (1976). Theory of the Firm : Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
35
37