PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kebutuhan penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan pada
beberapa tahun terakhir ini terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi
pada bidang kesehatan.
Pengetahuan tentang metodologi penelitian sangat penting karena masih
terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dari hasil peneltian yang
dipublikasikan terutama dalam hal metodologi penelitian dan biostatistika sangat
diperlukan baginklinisi dan pengelola layanan kesehatan agar dapat melakukan
penelitian atau menelaah hasil penelitian yang telah dipublikasikan.
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit
pada populasi. Studi penelitian epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori,
yakni epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Epidemiologi analitik
terdiri dari penelitian eksperimental dan penelitian observasional.
Studi eksperimental meneliti efek intervensi dengan cara memberikan
berbagai level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek dari
berbagai level intervensi itu. Studi observasional peneliti tidak sengaja
memberikan intervensi, melainkan hanya mengamati (mengukur), mencatat,
mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis (membandingkan) perubahan
pada variabel-variabel pada kondisi yang alami. Studi observasional mencakup
studi kohort, studi kasus kontrol, dan studi potong-lintang.
Penelitian kohort merupakan salah satu penelitian observasional yang
mengikuti proses perjalanan penyakit ke arah depan berdasarkan urutan waktu.
Penelitian kohort juga merupakan penelitian intervensional, namun dalam hal ini
intervensi tidak dilakukan oleh peneliti, tetapi dilakukan oleh alam atau orang
yang bersangkutan.
1.2.
a
b
c
d
e
f
g
1.3.
Rumusan Masalah
Apa Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort?
Apa saja manfaat penelitian kohort?
Apa saja macam-macam penelitian kohort?
Bagaimanakah karakteristik studi kohort?
Apa sajakaah langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort?
Apa saja kelebihan dan kelemahan studi peneltian kohort?
Bagaimana desain studi kohort?
Tujuan Penelitian
a Mengetahui Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort
b Mengetahui manfaat penelitian kohort
c Mengetahui macam-macam penelitian kohort
d Mengetahui karakteristik studi kohort
e Mengetahui langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort
f Mengetahui kelebihan dan kelemahan studi peneltian kohort
g Menegetahui bagaimana desain dari studi kohort
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Studi Kohort
Studi penelitian kohort adalah rancangan epidemiologi analitik secara
prospektif dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya hubungan
sebab akibat dengan membandingkan insidens penyakit pada kelompok studi
yang terpajan oleh faktor resiko dengan insidens penyakit pada kelompok yang
tidak terpajan oleh faktor resiko sebagai kontrol. Namun, dalam hal tertentu
Dari skema di atas dapat diketahui bahwa pada penelitian kohort terdapat
tiga faktor yang disebut sebagai struktur anatomi penelitian kohort, yaitu:
1
2
3
Keadaan awal
Intervensi (pajanan oleh faktor resiko)
Pengamatan dan pencatatan insidens (Budiarto,2003).
kohor prospektif
Bentuk pengamatan ini merupakan bentuk studi kohor yang murni sesuai
dengan sifatnya. Pengamatan dimulai pada saat populasi kohor belum
mengalami akibat yang diteliti dan hanya diketahui kelompok yang terpapar
(berisiko) dan yang tidak terpapar. Bentuk ini ada dua macam yaitu (1) kohor
prospektif dengan pembanding internal, di mana kelompok yang terpapar dan
yang tidak terpapar (sebagai kelompok pembanding atau kontrol) berasal dari
satu populasi yang sama; (2) kohor prospektif dengan pembanding eksternal di
mana kelompok terpapar dan kelompok pembanding tidak berasal dari satu
populasi yang sama.
Pada bentuk pertama, populasi kohor dibagi dalam dua kelompok yakni yang
terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua
kelompok tersebut diikuti secara prospektif sampai batas waktu penelitian, di
mana akan muncul dari kelompok terpapar dua subkelompok yakni subkelompok
yang mengalami akibat/efek (a) dan yang tidak mengalami akibat (b). Sedangkan
dari kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua subkelompok yakni
yang mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d). Dari hasil
pengamatan kohor tersebut, peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari
kelompok yang terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang tidak terpapar
dan kemudian dapat dihitung; angka resiko relatif hasil pengamatan.
Pada bentuk kedua dari kohor prospektif adalah populasi kohor terdiri dari
dua populasi yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor
risiko) dan populasi lainnya tanpa faktor risiko.
populasi ini, memberikan nilai rate insiden populasi yang terpapar dan rate
insiden populasi yang tidak terpapar.
Penelitian dengan satu kohort merupakan penelitian prospektif yang
bertujuan untuk mencari insidens suatu penyakit di masyarakat sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan rencana program pelayanan kesehatan atau
untuk memberikan informasi kepada masyarakat atau mengadakan evaluasi
penggunaan obat baru. Penelitian ini hanya menggunakan satu kohort dan
bersifat deskriptif.
Misalnya, penelitian untuk menentukan efektivitas obat baru setelah
dilakukan uji klinis dengan hasil yang memuaskan kemudian obat tersebut
dipasarkan secara luas. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadpa hasil
pengobatan dengan mengikuti penderita yang telah mendapatkan pengobatan
tersebut untuk mengetahui hasilnya.
Penelitian ini, walaupun intervensi dilakukan oleh peneliti, akan tetapi
tidak dimasukkan ke dalam eksperimen karena tidak menggunakan kelompok
kontrol dan intervensi. Penelitian ini dinamakan posttherapeutic survey atau
pengalaman klinis dalam pengobatan suatu penyakit dengan menggunakan
obat baru.
b Penelitian Dengan Dua Kohort/Retospektif
Penelitian dengan dua kohort merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mencari hubungan sebab akibat, dibutuhkan dua kohort dimana satu
kelompok sebagai kelompok terpajan dan satu kelompok sebagai kelompok
lagi yang tidak terpajan.
Misalnya, hubungan antara perbedaan gaya hidup dengan timbunya
berbagai karsinoma. Penelitian ini dilakukan di Jepang dengan mengadakan
pengamatan selama 16 tahun terhadap kelompok penduduk dengan kebiasaan
makan sehari-hari terdiri dari sayur, tidak makan daging sapi setiap hari, tidak
merokok, dan tiak minum alkohol dibandngkan dengan kelompok penduduk
yang kabiasaan amakan sehari-harinya terdiri dari daging, tidak makan sayur,
merokok, dan minum alkohol. Hasil penelitian menunjukan bahwa orang-
orang dengan pola hidup seperti kelompok kedua mempunyai resiko lebih
besar timbulnya karsinoma mulut, faring, esofagus, lambung, hati, dan paruparu dibandingkan dengan gaya hidup sepert kelompok satu (Hirayama,
1985).
Umumnya studi kohor bersifat prospektif, di mana peneliti memulai
pengamatan dengan mengidentifikasi kelompok dengan faktor risiko
(terpapar) dan kelompok tanpa faktor risiko (tidak terpapar), kemudian
diamati akibat yang diharapkan terjadi sepanjang waktu tertentu. Namun
demikian, studi kohor dapat pula dilakukan dengan menggunakan data yang
telah dikumpulkan pada waktu yang lalu yang tersimpan dalam arsip atau
bentuk penyimpanan data lainnya. Umpamanya seorang peneliti yang ingin
menganalisis faktor-faktor risiko dari 78 orang penderita stroke yang berasal
dari kelompok pegawai perusahaan tertentu yang dijumpainya dalam dua
tahun terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak
bekerja pada perusahan yang dimaksud. Contoh lain adalah pengamatan
terhadap sejumlah pegawai bagian produksi dari suatu pabrik semen tertentu
yang sedang menderita sejenis penyakit gangguan pernapasan. Peneliti
mencoba mengamati faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit tersebut
dengan menelusuri data kesehatan dan faktor lingkungan tempatnya bekerja
sejak pegawai tersebutmulai bekerja pada pabrik tadi. Prinsip studi kohor
retrospektif tetap sama dengan kohor biasa, namun pada bentuk ini,
pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting
dalam bentuk ini adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat
populasi kohort dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang
diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk
penelitian retrospektif kohor hanya dapat dilakukan bila data tentang factor
risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang
sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan.
keadaan awal, intervensi serta akibatnya telah terjadi, namun prosesnya diikuti
ke depan (prospektif) yaitu dari sebab ke akibat. Penelitian kohort yang
demikian disebut kohor historis atau kohor retrospektif. Secara teoritis, hasil
penelitian dengan hystorical cohort akan sama dengan current cohort, tetapi
dalam kenyataanya tidak demikian karena pada umumnya data yang diperoleh
rekam medis tidak lengkap dan variabilitas pemeriksa tidak diketahui.
2.5. Karakteristik Studi Penelitian Kohort
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Merupakan penelitian prospektif
7. Intervensi dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan
2.6.
tertentu adalah penyebab dari masalah atau penyakit. Dalam penelitian kohort
seorang peneliti harus melakukan persiapan disertai dengan tahapan-tahapan
kegiatan yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan penelitian sehingga
tujuan dari penelitiannya tercapai.
Langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort adalah sebagai berikut
dalam Iswandi (2009) adalah:
1 Merumuskan pertanyaan penelitian
Langkah awal dari suatu studi kohor adalah merumuskan masalah atau
pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti merumuskan
hipotesis penelitian yang lebih tepat/sesuai. Dari formulasi hipotesis tersebut,
akan tercermin berbagai variabel yang menjadi variabel penelitian, baik yang
bersifat variabel bebas, variabel terikat (dependent) maupun variabel-variabel
lainnya yang harus menjadi perhatian peneliti, antara lain variabel kendali
(kontrol),
variabel
pengganggu
serta
variabel
lainnya
yang
harus
dipertimbangkan.
2 Penetapan populasi kohort
Dalam memilih populasi kohor harus diperhatikan beberapa hal
tertentu seperti berikut:
a. Populasi kohor sedapat mungkin agak stabil
b. Populasi kohor dapat bekerja sama selama penelitian
c. Populasi kohor mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up
selama penelitian;
d. Populasi kohor memiliki derajat keterpaparan yang cukup
e. Anggota kohor tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.
Dalam penelitian kohort peneliti harus yakin bahwa kelompok
kohort dan kelompok kontrol betul-betul tidak sedang menderita atau
dicurigai sedang menderita (suspect case) efek yang akan diteliti. Subjek
yang terpilih dari populasi harus memenuhi kriteria pemilihan meliputi
kriteria inklusif dan eksklusif. Kriteria inklusif adalah karakteristik umum
subjek penelitian pada populasi target dan populasi kontrol. Sering terdapat
kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai dengan masalah penelitian
yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut dapat dilakukan
penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini harus
dijelaskan dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut yang
merupakan jarak antara idealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi.
Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek penelitian, sebagian
subjek yang telah memenuhi kriteria inklusif, namun harus dikeluarkan dari
pengamatan karena beberapa hal antara lain:
dari pengaruh
lingkungan bersangkutan.
c. Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol
dipilih dari mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit
(intensitas, kualitas, kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih
rendah) dibanding kelompok target.
Pemilihan kelompok kontrol pada rancangan kohor biasanya tidak
disertai dengan teknik matching. Keadaan tanpa teknik matching biasanya
dilakukan pada pemilihan kelompok kontrol seperti berikut:
a. Penelitian yang melibatkan subjek yang besar.
b. Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok
yang terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan
kelompok tanpa risiko (kontrol).
Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada
pemilihan kelompok kontrol adalah pada kondisi berikut:
a. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko
secara teliti dan mendalam.
b. Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.
c. Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.
7 Pengamatan hasil luaran (timbulnya kejadian)
Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan
secara bersamaan selama jangka waktu tertentu. Lamanya waktu
pengamatan prospektif kohor tergantung pada karakteristik penyakit atau
kejadian yang diharapkan timbul, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat
patogenesis serta perkembangan penyakit/masalah kesehatan yang diteliti.
Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya timbulnya kanker hati pada
kelompok target dengan faktor risiko adanya HBs-Ag positif, diperlukan
periode pengamatan yang cukup lama (dapat sampai puluhan tahun),
sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok pasif (asap rokok sebagai
faktor risiko) dengan keadaan kelahiran bayi (BBLR) dari satu proses
kehamilan dibutuhkan masa pengamatan hanya 9 bulan untuk setiap subjek.
dengan populasi kohor - follow up mereka yang menolak drop out melalui
sarana lain; dan - melakukan pemeriksaan berkala yang lebih sering pada
kelompok kohor untuk menilai kecenderungan penyakit yang diteliti dari
waktu ke waktu. Perhitungan person years dilakukan terutama pada: anggota kohor memasuki kelompok penelitian tidak bersamaan waktunya; sejumlah anggota kohor meninggal atau drop-out selama masa penelitian
Perhitungan hasil akhir pada mereka yang drop out : - adakan perhitungan
nilai rate maksimal (mereka yang ; drop out dianggap menderita semua); adakan perhitungan dengan rate minimal (mereka yang drop out dianggap
tidak menderita); - adakan perhitungan dengan menganggap yang drop out
sama keadaannya dengan yang tidak drop out; dan - adakan perhitungan
dengan menambahkan penyebut sebesar setengah dari jumlah drop out.
Follow-up terhadap subjek, baik sebelum, selama, atau setelah mengalami
keterpaparan merupakan hal yang cukup penting dan sangat mempengaruhi
hasil luaran penelitian kohor. Penentuan dimulainya follow-up merupakan
hal yang penting dan berbagai hasil yang diamati sangat dipengaruhi oleh
waktu awal follow-up tersebut. Hal ini erat hubungannya dengan awal
keterpaparan maupun awal setiap anggota kelompok memasuki pengamatan.
Hal lain yang juga sangat penting dalam penelitian ini adalah lamanya masa
pengamatan. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa lama pengamatan
sangat tergantung pada sifat dan jenis penyakit yang diamati.
8 Perhitungan hasil penelitian (insinden dan risiko)
Hasil penelitian kohor biasanya dianalisis berdasarkan besarnya
insiden kejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam analisis demikian ini, selain
mereka yang tidak terpapar sebagai kelompok kontrol, juga dimungkinkan
membandingkan tingkat keterpaparan yang berbeda antara kelompok target
dengan kelompok kontrol. Hasil perhitungan adalah dengan menentukan
besarnya pengaruh keterpaparan atau hubungan tingkat keterpaparan dengan
hasil luaran (efek). Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya
pengaruh taktor keterpaparan terhadap kejadian adalah tingkat risiko
relatif(RR).
Tidak
Jumlah
Menderit
Terpapar
Tidak
a
c
a
B
D
a+b
c+d
terpapar
jumlah
a+c
b+d
N= a + b
+c +d
Keterangan:
a = jumlah yang terpapar dan menderita
b = jumlah yang terpapar dan tidak menderita
c = jumlah yang tidak terpapar dan menderita
d = jumlah yang tidak terpapar dan tidak menderita
a + c = jumlah seluruhnya yang menderita pada akhir pengamatan
b + d = juinlah mereka yang tidak menderita pada akhir pengamatan
a + b = jumlah mereka yang terpapar pada awal pengamatan
c + d = jumlah mereka yang tidak terpapar pada awal pengamatan yang
diamati
N = jumlah populasi
a
a+b
c
c+ d
RR =
a
a+ b
c
c +d
a
a+b
c
c+ d
atau RA = IR t IR tt
d. Sering kali sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap dalam
penelitian, terutama bila pengamatan dilakukan berulang-ulang dan
mebutuhkan waktu yang lama karena penderita menjadi bosan (Budiarto,
2003).
c
d
meningkat.
Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal
analisis hasil.
Karena faktor resiko yang ada pada subyek akan diamati sampai
terjadinya efek maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
2.8.
Terpajan
Tidak
Muncul
Tidak
Penyakit
muncul
A
C
Penyakit
B
D
Total
Insiden
s
A+b
c+d
a/(a+b)
c/(c+d)
Terpajan
Kita mulai dengan kelompok yang terpajan dengan kelompok yang
tidak terpajan. Pada kelompok a+b, penyakit timbul hanya pada a, tidak pada
b. Oleh karena itu insiden dari penyakit diantara yang terpajan adalah a/(a+b).
Begitu juga dengan kelompok yang tidak terpajan c+d, penyakit timbul pada
kelompok c, tidak pada d. Oleh karena itu insiden dari penyakit diantara yang
tidak terpajan adalah c/(c+d). Penggunaan dari kalkulasi ini terlihat pada
contoh hipotesis dari studi kohort. Pada studi kohort, hubungan antara
merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK) ditelaah terjadap kelompok
berisikan 3000 perokok (terpajan) dan kelompok berisikan 5000 non-perokok
(tidak terpajan) yang bebas dari penyakit jantung. Kedua kelompok diikuti
untuk dilihat perkembangan apakah menderita penyakit jantung koroner, dan
insidens dari penyakit jantung koroner dari kedua kelompok dibedakan. PJK
timbul pada 84 orang perokok dan 87 non perokok. Hasilnya ialah insiden
dari PJK 28/1000 diantara perokok dan 17,4/1000 diantara non-perokok.
2.9.
Contoh kasus
dari Boston. Hal itu dianggap bahwa karakteristik dari populasi (hanya di
bawah 30.000) akan sesuai untuk studi semacam ini dan akan memfasilitasi
follow up dari peserta. Penduduk dianggap memenuhi persyaratan jika
mereka berusia antara 30 dan 62 tahun. Alasan untuk menggunakan rentang
usia ini adalah bahwa orang muda usia 30 tahun umumnya akan mungkin
mewujudkan endpoint kardiovaskular yang sedang dipelajari selama 20 tahun
dan diusulkan periode folllow-up. Banyak orang yang lebih tua dari 62 tahun
akan atau telah menderita penyakit koroner, dan karena itu
tidak akan
Number of women
Sampel acak
3,074
3,433
2,024
2,445
6,507
Respondens
4,469
Voluntir
312
428
1,975
2,418
307
427
2,282
2,845
740
Respondens bebas dari CHD
4,393
Voluntir bebas dari CHD
734
Total bebas dari CHD :
5,127
Kelompok penelitian Framingham
CHD,coronary heart disease
Penelitian ini dirancang untuk menguji hipotesis berikut:
Insiden meningkat dengan usia PJK. Ini terjadi lebih awal dan lebih sering
pada laki-laki.
Orang dengan hipertensi mengembangkan penyakit jantung koroner pada
tingkat yang lebih besar daripada mereka yang darah normal.
kadar kolesterol yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko PJK.
Tembakau merokok dan penggunaan alkohol kebiasaan yang berhubungan
dengan peningkatan insiden
PJK.
fisik
Peningkatan
aktivitas
dikaitkan
dengan
penurunan
dalam
pengembangan PJK.
Peningkatan berat badan presdisposes seseorang untuk perkembangan PJK.
Sebuah tingkat peningkatan perkembangan PJK terjadi pada pasien dengan
diabetes melitus.
Ketika kita meneliti daftar ini hari ini, kita mungkin bertanya-tanya
mengapa obvius tersebut dan hubungan terkenal seharusnya diperiksa dalam
seperti studi yang luas. Bahaya ini sholud "belakang" Pendekatan diingat,
melainkan terutama karena studi Framingham, sebuah studi kohort klasik
yang membuat kontribusi fundamental bagi pemahaman kita tentang
epidemiologi penyakit kardiovaskuler, bahwa hubungan ini sudah dikenal saat
ini.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
kedua
yang
dijelaskan
sebelumnya dalam bab ini untuk memilih populasi penelitian untuk studi
kohort: Sebuah populasi tertentu dipilih berdasarkan lokasi tempat tinggal
atau faktor lainnya tidak berhubungan dengan eksposur (s) yang
bersangkutan. Populasi kemudian diamati dari waktu ke waktu untuk
menentukan individu dikembangkan atau sudah memiliki "eksposur"
kepentingan dan, kemudian, untuk menentukan mana yang mengembangkan
hasil kardiovaskular (s) bunga. Pendekatan ini menawarkan keuntungan
penting: mengijinkan investigastors untuk mempelajari beberapa "eksposur"
seperti hipertensi, merokok, obesitas, kadar kolesterol, dan faktor-faktor
lainnya, serta interaksi yang kompleks antara eksposur, dengan menggunakan
teknik multivariabel. Dengan demikian, sedangkan studi kohort yang dimulai
dengan terbuka dan kelompok terpapar non berfokus pada pemaparan
spesifik, sebuah studi kohort yang dimulai dengan populasi tertentu dapat
mengeksplorasi peran eksposur banyak.
ini
kurangnya
perbedaan
dalam
kejadian
kanker
payudara
Jelas, untuk melakukan studi kohort, kita harus memiliki beberapa ide
yang pajanannya dicurigai sebagai kemungkinan penyebab penyakit dan karena
BAB III
PENUTUP
2.1. kesimpulan
Studi penelitian kohort adalah rancangan epidemiologi analitik secara prospektif
dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya hubungan sebab akibat
dengan membandingkan insidens penyakit pada kelompok studi yang terpajan oleh
faktor resiko dengan insidens penyakit pada kelompok yang tidak terpajan oleh faktor
resiko sebagai kontrol.
Karakteristik Studi Penelitian Kohort yaitu bersifat observasional, pengamatan
dilakukan dari sebab ke akibat, studi insidens, terdapat kelompok kontrol, terdapat
hipotesis spesifik, merupakan penelitian prospektif dan intervensi dilakukan oleh
alam atau orang yang bersangkutan
Jenis-jenis penelitian studi kohort yaitu penelitian dengan satu kohort, penelitian
dengan dua kohort, current kohort, dan hystorical kohort. Langkah-langkah kegiatan
pada penelitian kohort yaitu merumuskan pertanyaan penelitian, penetapan populasi
kohort, menentukan besarnya sampel. Sumber keterangan keterpaparan, identifikasi
subjek, memilih kelompok pembanding, pengamatan hasil luaran, dan perhitungan
hasil penelitian
Konsep dasar penelitian kohort, terdapat dua kelompok kohort, yaitu
kelompok yang terpajan oleh faktor risiko dan kelompok yang tidak terpajan oleh
faktor risiko sebagai kontrol. Alokasi kedua kelompok tidak dilakukan secara acak,
tetapi ditentukan berdasarkan kriteria subjek studi. Selanjutnya kedua kelompok
tersebut diikuti secara bersamaan dalam suatu periode waktu tertentu dan efek
(insidens) pada kedua kelompok di catat kemudian dibandingkan.
3.2. saran
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Iswandi.2009. Penelitian Kohort. Program Pasca Sarjana Departemen Biostatistik dan
Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Murti,Bhisma. 2011. Desain Studi. Institute of Health Economic and Policy Studies
(IHEPS),
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Noor, Nur Nasry. 2000. Pengantar Epidemiologi. Makassar : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Takeshi, Hirayama. 1985. Life Style Carrying Highest and Lowest Cancer Risk.
National cancer Research center Institute of Tokyo, japan, JAMA SEA Ed.
Vol.1. No.1, p14.