Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Perekonomian merupakan tulang punggung kehidupan masyarakat. Dan Islam
sangat melarang segala sesuatu yang dapat merusak kehidupan perekonomian bangsa,
seperti riba, gharar dan maysir. Islam juga melarang umatnya menumpuk uang atau
menumpuk kekayaan, karena Islam tidak membenarkan penganutnya memperkaya dan
mementingkan diri sendiri demi keuntungan pribadi, memperbudak, dan memeras si
miskin karena perbuatan tersebut akan membuat orang kikir. Islam mendorong
pemerataan pendapatan dan kemakmuran ekonomi dalam masyarakat. Dan diantara
solusi Islam dalam upaya pemerataan pendapatan dan kemakmuran ekonomi
masyarakat adalah dengan pemberdayaan ekonomi syariah.
Semakin pesatnya perkembangan bisnis syariah di Indonesia, maka peluang yang
dihadapi oleh para pelaku bisnis syariah dalam mengembangkan sumber daya
masyarakat. Perkembangan tersebut ditandai dengan tumbuh suburnya bisnis syariah di
Indonesia. Secara umum dapat dikatakan bahwa syariah menghendaki kegiatan
ekonomi yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara
penggunaannya.
Selain itu, prinsip investasi syariah juga harus dilakukan tanpa paksaan (ridha),
adil dan transaksinya berpijak pada kegiatan produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh
Islam, termasuk bebas manipulasi dan spekulasi. Inilah yang menjadi daya tarik bagi
para investor. Dari sini dapat diasumsikan bahwa bentuk investasi syariah dalam
membangun ekonomi nasional harus diperhitungkan, karena tingkat perkembangannya
yang relatif cepat.
Inilah yang menjadi tantangan pada investasi syariah di Indonesia. Dimana
mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim, oleh karena itu partisipasi dari
masyarakat sangat diperlukan. Demi terpenuhinya peluang dan tantangan tersebut,
maka harus dirumuskan dan disosialisasikan mengenai peran investasi syariah, sehingga
partisipasi masyarakat dalam bisnis ini juga akan meningkat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tabungan dan Investasi
Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainya yang dapat dipersamakan dengan itu. Selain
itu, tabungan juga sering diartikan sebagai pendapatan suatu masyarakat yang tidak di
belanjakan dan hanya disimpan sebagai cadangan yang digunakan untuk berjaga-jaga
dalam jangka pendek.1
Definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan sebagai
penanaman uang atau di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memproleh
keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu aset yang diharapkan di
masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Investasi juga dapat
dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi masa depan.
Harapan pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko
yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan.
Seseorang tentunya harus memikirkan masa depan dimana pada saat kebutuhan
hidup terus meningkat, kebutuhan yang dimaksud dapat berupa pendidikan, sarana
transportasi, kesehatan, tempat tinggal, kebutuhan untuk rekreasi, ibadah, hingga
kebutuhan untuk masa tidak produktif. Dengan berlatar belakang hal tersebut maka
seseorang menyisihkan sebagian dari pendapatannya di masa produktif dan menginvestasikannya untuk masa dimana sudah kurang produktif.2

1 http://makalahsekolah.com/2015/05/15/1574/
2 http://fitriyantoahdan.blogspot.co.id/2011/12/perbedaan-tabungan-dan-investasi.html
2

B.Tafsir Ayat Tentang Menabung dan Investasi


1. Surat Yusuf Ayat 47-48
a. Ayat dan Terjemahan

Artinya: Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun

(lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai


hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang
amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kamu simpan.
b. Mufradat Yusuf Ayat 47

(Yusuf) berkata
=

maka tinggalkan/biarkan ia

kamu bertanam


=
=

tujuh
tahun
seperti biasa
maka apa
kamu tuai

= tangkainya
kecuali
sedikit
daripada apa
kamu makan

di/pada

c. Mufradat Yusuf Ayat 48


=

=


=

= kemudian
= datang
= dari
= sesudah
= demikian/itu
= tujuh
= amat sulit

apa
kamu sediakan
bagi mereka
kecuali
sedikit
daripada apa
kamu simpan

= mereka memakan

d. Kandungan Hukum
Mendengar pertanyaan yang diajukan atas nama Raja dan pemuka-pemuka
masyarakat itu, tanpa menunggu sesuai dengan hapan penanya, langsung saja Nabi
Yusuf berkata seakan-akan berdialog dengan mereka semua. Karena itu, beliau
menggunakan bentuk jamak, Mimpi memerintahkan kamu wahai masyarakat Mesir,
melalui Raja, agar kamu terus menerus bercocok tanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa kamu bercocok tanam, yakni dengan memperhatikan keadaan cuaca,
jenis tanaman yang ditanam, pengairan dan sebagainya. Maka apa yang kamu tuai dari
hasil panen sepanjang masa itu hendaklah kamu biarkan dibulirnya agar dia tetap segar
tidak rusak, karena biasanya gandum Mesir hanya bertahan dua tahun demikian pakar
Tafsir Abu Hayyan, kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan
datang tujuh tahun yang amat sulit, akibat terjadinya paceklik di seluruh negeri yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit) itu yang
dilambangkan oleh tujuh bulir gandum yang kering itu kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kamu simpan. Itulah tawil mimpi Raja.
Sehingga, nantinya gandum itu bisa untuk makanan umat manusia atau ternak
pada masa diperlukan. Sedikit sajalah yang kalian ambil dari hasil panen itu untuk
kalian makan pada setiap tahun dengan cara hormat, sekedar untuk memenuhi
kebutuhan, dan secukupnya saja untuk menghilangkan lapar.

Mimpi Raja ini merupakan anugerah Allah Swt kepada masyarakat Mesir ketika
itu. Boleh jadi karena Rajanya yang berlaku adil walau tidak mempercayai kesaan
Allah. Keadilan itu menghasilkan kesejahteraan lahiriah buat mereka.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa dalam berusaha yang dalam ayat ini
digambarkan dengan bercocok tanam, manusia harus memikirkan persiapan ke depan,
yang mana tidak diketahui mana tahu tahun depan adalah masa paceklik. Dan apabila
masa paceklik itu datang maka sudah ada persiapan untuk menghadapinya. Secara
umum, dapat diambil pengertian bahwa dalam berusaha harus memikirkan persiapan
untuk masa depan yang tidak seorang pun yang mengetahui bagaimana nasibnya ke
depan.3
e.Implikasi Dalam Ekonomi
1) Panduan Pertama
Dari isi pertama ayat di atas, kita perlu menyimpan dahulu pendapatan yang kita
perolehi dan bukannya berbelanja dahulu dan menyimpan sekiranya ada lebihan.
Adakah anda biasa mendengar bahawa ada yang mengatakan bahawa Duit di
hadapan mata jangan harap akan disimpan. Ini adalah kerana bahawa kita akan
menggunakan duit tersebut walaupun kita telah mengasingkannya dengan akaun lain.
Memang betul, saya pun mengalami perkara sebegini. Ini adalah kerana kita akan
berasa gatal tangan untuk menggunakan duit tersebut setelah sampai satu ketika.
Bagaimana supaya ia tidak kelihatan di hadapan mata kita ? Tidak lain dan tidak
bukan ialah kita perlu membuat potongan gaji ke tempat duit ini tidak dapat diambil
ataupun di tempat yang tidak mempunyai kad ATM supaya menyekat tangan kita dari
mengambilnya. Tidak lain dan tidak bukan ialah di Amanah Saham Nasional Berhad
(ASNB), Tabung Haji (TH) ataupun di Koperasi syarikat anda,. Buat sahaja potongan
gaji, InsyaAllah, ia akan membentuk disiplin anda untuk menyimpan. Saya ada juga
membincangkan prinsip menyimpan menggunakan Konsep Sendal Baji sebelum ini.
Duit perlu disimpan walaupun sedikit. Mungkin ada antara kita yang mungkin
tidak mengusik gajinya sehingga tiga bulan dan ada yang tidak mampu menyimpan
sehingga RM1,000 sebulan. Sedikit atau banyak pendapatan kita, kita perlu
menyimpannya jua kerana prinsip utama pengurusan kewangan adalah menyimpan.
3 http://auliarahmansinaga.blogspot.co.id/2012/01/tafsir-ayat-tentang-iqtishadiyah.html
5

Kita bekerja dari bulan ke bulan. Jika kita menyimpan RM500 pada bulan ini,
bulan depan kita menyimpan RM500 lagi, ini menjadikan kita lebih kaya pada bulan
hadapan berbanding bulan ini sebanyak RM500. Menyimpan dan terus menyimpan.
Kita tidak mungkin menjadi lebih kaya dengan berbanding orang lain. Pegang sahaja
prinsip rezeki orang jangan diusik, rezeki diri sendiri kita pertahankan. Anda
bagaimana?
2) Panduan Kedua
Biarkanlah dia pada tangkai-tangkainya. Ayat ini menunjukkan bahawa gandum
perlu dibiarkan pada tangkainya sahaja dan disimpan. Ini adalah untuk mengekalkan
khasiat gandum sebelum tujuh tahun sebelum ia digunakan sewaktu tujuh tahun zaman
kesusahan.
Apa yang kita boleh tamsilkan ayat ini kepada kita? Sudah tentu ayat ini
menyuruh kita agar menukarkan duit kita kepada dalam bentuk aset ataupun komoditi
seperti emas, perak, hartanah dan sebagainya. Kita perlu menukar duit kita dalam
bentuk aset kerana supaya duit simpanan kita itu kalis inflasi. Duit RM50 dalam poket
kita pada hari ini adalah tidak sama dengan nilainya untuk tempoh 5 tahun akan datang.
Sekiranya anda tidak mahu menukar dalam bentuk aset sekalipun, anda boleh
menyimpannya ditempat-tempat yang memberi pulangan dividen yang lebih tinggi
daripada nilai inflasi tahunan semasa.
Setiap pendapat boleh diterima dan ditolak. Saya tertarik dengan ceramah Sheikh
Imran Hussein yang menyatakan bahawa Islam hanya membenarkan urus niaga secara
tunai sahaja. Memang betul, sekiranya kita ingin menukarkan duit kita ke dalam bentuk
komoditi seperti emas pastikan ianya dibeli secara tunai.
3). Panduan Ketiga
Kecuali sedikit dari bahagian yang kamu jadikan untuk makan. Ayat menyeru
kepada kita supaya berbelanja setelah kita memperuntukkan jumlah untuk disimpan.
Kita perlu tahu komitmen kita setiap bulan untuk makan minum, bil-bil, sewa, hutanghutang dan sebagainya. Adalah tidak cerdik dipandang orang apabila kita berbelanja
melebihi pendapatan kita setiap bulan.4

4 http://wankamarul701.blogspot.co.id/2012/05/panduan-menyimpan-mengikut-surahyusuf.html
6

2.Surat An-Nisa ayat 9


a. Ayat dan Terjemahan

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang


lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.
b. Mufradat Yusuf ayat 9

=
mereka khawatir


=

=


=

=


mengatakan

dan hendaklah takut

= atas mereka

= maka bertakwalah

= Allah

=
dan hendaklah mereka
= perkataan



= yang benar

orang-orang yang
ke dalam
perut mereka
dari
belakang mereka
keturunan/anak-anak
lemah

c. Asbabul Nuzul Surat An-Nisa ayat 9


Allah SWT. berfirman dalam ayat ini hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak dan ahli waris yang
lemah, janganlah sampai membuat wasiat yang akan membawa mudharat da
mengganggu kesejahteraan mereka yang ditinggalkan itu. Berkata Ibnu Abbas menurut
Ali bin Abi Thalhah bahwa ini mengenai seorang yang sudah mendekati ajalnya yang
didengar oleh orang lain bahwa ia hendak membuat wasiat yang bermudharat dan akan

merugikan ahli warisnya, maka Allah memerintahkan kepada yang mendengarnya itu
agar menunjukkannya kepada jalan yang benar dan agar diperintahkansupaya ia
bertakwa kepada Allah mengenai ahli waris yang akan ditinggalkan.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa tatkala Rasulullah SAW datang
menjenguk Saad bin Abi Waqqash yang sedang sakit, bertanyalah Saad kepadanya: Ya
Rasulullah, saya mempunyai harta dan hanya putriku satu-satunya yang akan
mewarisiku, dapatkah kusedekahkan dua pertiga kekayaanku?
Jawab Rasulullah, Jangan.
Dan kalau separuh, bagaimana? tanya Saad lagi.
Jangan.Jawab Rasulullah.
Dan kalau sepertiganya, bagaimana ya Rasulullah? tanya Saad lagi.
Rasulullah menjawab, Sepertiga pun masih banyak, kemudian Beliau bersabda:


Artinya: Sesunggunya lebih baik meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya
daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta.
Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, Sepatutnya orang turun dari sepertiga
ke seperempat (mengenai wasiat), karena Rasulullah telah bersabda bahwa sepertiga
pun banyak.
Berkata para ulama ahli Fiqh: Jika ahli waris yang ditinggalkan oleh si mayat
adalah orang-orang kaya, maka sebaiknya diwasiatkan penuh sepertiga, tetapi jika yang
akan ditinggalkan itu orang-orang miskin, maka sebaiknya dikurangi dari sepertiga.
d. Kandungan Hukum
Surat an-Nisa ayat 9 ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang
stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak, akibat kekurangan
makanan yang bergizi, merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya, maka disinilah
hukum Islam memberikan solusi dan kemurahan untuk dilaksanakannya KB, yang
mana untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi hal-hal tersebut, agar
tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang tua itu meninggalkan keturunannya,
atau menelantarkannya, akibat desakan-desakan yang menimbulkan kekhawatiran

mereka terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang beriman
hendaklah bertakwa kepada Allah dan selalu berlindung dari hal-hal yang dimurkai di
sisi Allah. Kita hendaknya takut apabila meninggalkan keturunan yang lemah dan tak
memiliki apa-apa, sehingga mereka tak bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan
terlunta-lunta.
Ayat ini juga menjelaskan mengenai harta waris. Turun sebagai peringatan kepada
orang-orang yang berkenaan dengan pembagian harta warisan agar jangan
menelantarkan anak-anak yatim yang dapat berakibat pada kemiskinan dan
ketakberdayaan. Menurut Ibnu 'Ajibah ayat ini memberi pesan kepada orang yang
memelihara anak yatim orang lain agar memiliki kekhawatiran kalau-kalau di kemudian
hari mereka terlantar dan tak berdaya, sebagaimana ia khawatir kalau hal itu terjadi
pada anak-anak kandung mereka sendiri. Ketidakberdayaan itu tidak melulu
menyangkut soal ekonomi semata, tetapi pada seluruh aspek kehidupan. Setiap orang
dewasa bertanggungjawab terhadap perkembangan masa depan generasi mudanya,
jangan sampai mereka termarginalisasi karena tidak memiliki pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, kesempatan, dan semua hal yang diperlukan untuk maju dan
berkembang secara sehat dan bermartabat serta diri diridhai Allah swt.
Pembicaraan dalam ayat ini masih berkisar tentang para wali dan orang-orang
yang diwasiati, yaitu mereka yang dititipi anak-anak yatim. Juga, tentang perintah
tehadap mereka agar memperlakukan anak-anak yatim dengan baik, berbicara berbicara
kepada mereka sebagaimana berbicara kepada anak-anaknya, yaitu dengan halus, baik,
dan sopan, lalu memanggil mereka dengan sebutan anakku, sayangku, dan sebagainya.
Dalam ayat ini yang diingatkan adalah kepada mereka yang berada di sekeliling
para pemilik harta yang sedang menderita sakit. Mereka seringkali memberi aneka
nasehat kepada pemilik harta yang sakit itu, agar yang sakit itu mewasiatkan kepada
orang-orang tertentu sebagian dari harta yang akan ditinggalkannya, sehingga akhirnya
anak-anaknya sendiri terbengkalai. Kepada mereka itu ayat 9 diatas berpesan: Dan
hendaklah orang-orang yang memberi aneka nasehat kepada pemilik harta agar
membagikan hartanya kepada orang lain sehingga anak-anaknya sendiri terbengkalai,
hendaklah mereka membanyangkan seandainya mereka akan meninggalkan di belakang
mereka, yakni setelah kematian mereka, anak-anak yang lemah, karena masih kecil atau
tidak memiliki harta, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka atau

penganiayaan atas mereka, yakni anak-anak yang lemah itu. Jika keadaan serupa
mereka alami, apakah mereka akan menerima nasehat-nasehat seperti yang
merekaberikan itu? Tentu saja tidak! Kerena itu, hendaklah mereka takut kepeda Allah
SWT., atau keadaan anak-anak mereka di masa depan. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah SWT. Dengan mengindahkan sekuat kemampuan seluruh
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar lagi tepat.
Seperti terbaca di atas, ayat ini ditujukan kepada yang berada di sekeliling
seorang yang sakit dan diduga segara akan wafat. Pendapat ini adalah pilihan banyak
pakar tafsir, seperti at-Thabari, ar-Razi, dan lain-lain. Ada juga yang memahaminya
sebagai ditujukan kepada mereka yang menjadi wali anak-anak yatim, agar
memperlakukan anak-anak yatim itu seperti perlakuan yang mereka harapkan kepada
anak-anaknya yang lemah, bila kelak para wali itu meninggal dunia. Pendapat ini
menurut Ibn Katsir, didukung pula oleh ayat berikut yang mengandung ancaman kepada
mereka yang menggunakan harta anak yatim secara aniaya.
Muhammad Sayyid Tanthawi berpendapat bahwa ayat di atas ditujukan kepada
semua pihak, siapapun, karena semua diperintahkan untuk berlaku adil, berucap yang
benar dan tepat, dan semua khawatir akan mengalami apa yang digambarkan di atas.
Kandungan Al Quran Surat An Nisa Ayat 9 diatas, berpesan agar umat Islam
menyiapkan generasi penerus yang berkualitas sehingga anak mampu
mengaktualisasikan potensinya sebagai bekal kehidupan dimasa mendatang.5
Jadi, Allah SWT. memperingatkan kepada orang-orang yang telah mendekati akhir
hayatnya supaya mereka memikirkan, janganlah meninggalkan anak-anak atau keluarga
yang lemah terutama tentang kesejahteraan hidup mereka dikemudian hari. Untuk itu
selalulah bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selalulah berkata lemah
lembut terutama kepada anak yatim yang menjadi tanggung jawab mereka.
Perlakukanlah mereka seperti memperlakukan anak kandung sendiri.6

5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran,


(Jakarta : Lentera Hati, 2002), hal. 355
6 Bustami A. Gani, dkk, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid II, (Jakarta: Departemen Agama
RI,1991), hal.125
10

e.Implikasi Dalam Ekonomi


Orang tua mempunyai kewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota lainnya kepada kehidupan beragama. Untuk melaksanakan fungsi religius,
orang tua sebagai tokoh inti dalam keluarga itu harus terlebih dahulu menciptakan iklim
yang religius dalam keluarga itu, yang dapat dihayati oleh seluruh anggotanya.
Dalam hal ini meliputi pencarian nafkah, perencanaan, serta pembelajarannya.
Keadaan ekonomi sekeluarga mempengaruhi pula harapan orang tua akan masa depan
anaknya serta harapan anak itu sendiri. Orang tua harus dapat mendidik anaknya agar
dapat memberikan penghargaan yang tepat terhadap uang dan pencariannya, disertai
pula pengertian kedudukan ekonomi keluarga secara nyata, bila tahap perkembangan
anak telah memungkinkan.7

7 http://kholilurrohman01.blogspot.co.id/2013/05/pendidikan-life-skill-dalam-suratnisa.html
11

BAB III
KESIMPULAN
Surat Yusuf ayat 47-48 menjelaskan bahwa kita perlu menyimpan dahulu
pendapatan yang kita perolehi dan bukannya berbelanja dahulu dan menyimpan
sekiranya ada lebihan. Kecuali sedikit dari bahagian yang kamu jadikan untuk makan.
Ayat menyeru kepada kita supaya berbelanja setelah kita memperuntukkan jumlah
untuk disimpan. Kita perlu tahu komitmen kita setiap bulan untuk makan minum, bilbil, sewa, hutang-hutang dan sebagainya. Adalah tidak cerdik dipandang orang apabila
kita berbelanja melebihi pendapatan kita setiap bulan
Surat an-Nisa ayat 9 menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya
kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak, akibat kekurangan makanan
yang bergizi; merupakan tanggungjawab kedua orang tuanya, maka disinilah hukum
Islam memberikan solusi dan kemurahan. yang mana untuk membantu orang-orang
yang tidak menyanggupi hal-hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni
apabila orang tua itu meninggalkan keturunannya, atau menelantarkannya, akibat
desakan-desakan yang menimbulkan kekhawatiran mereka terhadap kesejahteraannya.
Al Quran Surat An Nisa Ayat 9 diatas, berpesan agar umat Islam menyiapkan generasi
penerus yang berkualitas sehingga anak mampu mengaktualisasikan potensinya sebagai
bekal kehidupan dimasa mendatang. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang beriman
hendaklah bertakwa kepada Allah dan selalu berlindung dari hal-hal yang dimurkai di
sisi Allah.

12

DAFTAR PUSTAKA
Bustami A. Gani, dkk, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid II, Jakarta: Departemen Agama
RI, 1991
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran,
Jakarta : Lentera Hati, 2002
http://makalahsekolah.com/2015/05/15/1574/
http://fitriyantoahdan.blogspot.co.id/2011/12/perbedaan-tabungan-dan-investasi.html
http://auliarahmansinaga.blogspot.co.id/2012/01/tafsir-ayat-tentang-iqtishadiyah.html
http://wankamarul701.blogspot.co.id/2012/05/panduan-menyimpan-mengikut-surahyusuf.html
http://kholilurrohman01.blogspot.co.id/2013/05/pendidikan-life-skill-dalam-suratnisa.html

13

Anda mungkin juga menyukai