ABSTRAK
Hipertiroid pada kehamilan memiliki konsekuensi buruk bagi ibu dan janin. Hipertiroid yang tidak diobati akan meningkatkan risiko terjadinya
preeklampsia, gagal jantung, krisis tiroid, hingga kematian ibu. Salah satu penyebab tersering hipertiroidisme pada kehamilan adalah penyakit
Graves. Pemantauan klinis dan laboratorium yang cermat menjadi tuntutan pada pengelolaan penyakit Graves pada kehamilan. Kerjasama
yang baik antara internis dan obstetri-ginekologis diharapkan meminimalisasi komplikasi kehamilan dan persalinan. Berikut ini dipaparkan kasus
penyakit Graves pada kehamilan.
Kata kunci: Hipertiroid, kehamilan, penyakit Graves
ABSTRACT
Hyperthyroidism in pregnancy has several unfavourable consequences for mother and foetus. Untreated hyperthyroidism increases the risk
of pre-eclampsia, congestive heart failure, thyroid storm, and maternal death. The most common cause for hyperthyroidism in pregnancy
is Graves disease. Clinical and laboratory close monitoring is mandatory in management of Graves disease in pregnancy. Good team work
between internist and obstetrician can hopefully minimize pregnancy and labour complications. A case of Graves disease in pregnancy will be
presented. Laurentius A. Pramono, Nanang Soebijanto.. Management of Graves Disease in Pregnancy
Keywords: Graves disease, hyperthyroidism, pregnancy
PENDAHULUAN
Disfungsi tiroid cukup sering ditemukan
pada kehamilan.1 Prevalensi terjadinya
hipertiroidisme pada kehamilan di Amerika
Serikat adalah 0,1-0,4% dengan etiologi yang
tersering adalah penyakit Graves.1 Secara
global, hipertiroidisme terjadi pada 0,053% dari seluruh kehamilan.2 Penyakit Graves
termasuk dalam kelompok penyakit autoimun
yang angka kejadiannya berkisar 1-2 per
1000 kehamilan.1 Hingga kini belum ada data
nasional mengenai gangguan tiroid pada
kehamilan.
Selama kehamilan, terjadi perubahan
fisiologis kelenjar tiroid.1,3 Perubahan fisiologis
yang penting adalah peningkatan kadar
TBG (thyroxine binding globulin) hingga
pertengahan masa kehamilan. Peningkatan
TBG meningkatkan kadar tiroksin total (T4
total) padahal kadar hormon bebas (T4
bebas/free T4) tetap. Oleh karena itu, untuk
mengetahui status tiroid pasien selama
kehamilan diperlukan pemeriksaan T4
Alamat Korespondensi
email: l_aswin@hotmail.com
435
LAPORAN KASUS
oftalmopati akibat penyakit tiroid. Pasien
dirujuk ke poliklinik Penyakit Dalam rumah
sakit rujukan di Jakarta.
Pasien kemudian berobat ke poliklinik
Endokrin rumah sakit rujukan di Jakarta,
mendapat
propiltiourasil
(PTU)
dan
propranolol. Awalnya obat diminum teratur,
namun sejak kehamilan anak pertama, pasien
menghentikan minum obat atas keinginan
sendiri. Dua tahun yang lalu, anak pertama
pasien lahir melalui persalinan normal, sempat
diskrining fungsi tiroid dan dikatakan normal,
tumbuh kembang normal. Setelah masa nifas
lewat, pasien tidak kontrol dan tidak teratur
minum obat antitiroid. Mata kiri semakin
menonjol dan buram, sedangkan mata kanan
membaik.
Saat awal kehamilan anak kedua ini,
pasien tidak kontrol dengan melakukan
pemeriksaan laboratorium ataupun minum
obat antitiroid. Saat usia kehamilan tiga bulan,
pasien mengalami kontraksi dan ancaman
keguguran. Hasil pemeriksaan laboratorium
hormon tiroid meningkat, diberikan terapi
PTU dan propranolol, namun kepatuhan
pengobatan tetap buruk. Seminggu lalu
pasien mengalami kontraksi lagi dan masuk
perawatan IGD Obstetri Ginekologi. Hasil USG
Kebidanan didapatkan kondisi janin presentasi
kepala, tunggal, hidup, sesuai usia kehamilan.
Persalinan direncanakan satu minggu lagi.
Pasien disarankan kembali ke poliklinik
Kebidanan/ Kandungan dan Penyakit Dalam
serta pemeriksaan hormon-hormon tiroid
dalam prosedur rawat jalan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tidak ada
berdebar-debar, gemetar, diare, ataupun
berkeringat banyak. Pasien mengeluh
pandangan mata kiri buram. Tekanan darah
110/70 mmHg dengan frekuensi nadi 108
kali per menit reguler. Pada pasien terdapat
eksoftalmus kedua mata (mata kiri lebih
menonjol), struma difus pada leher dengan
lingkar leher 33 cm, tidak terdengar bruit.
Pemeriksaan fisik paru dan jantung dalam
batas normal, abdomen sesuai usia kehamilan.
Pada ekstremitas didapatkan akral hangat,
lembap, tidak ada tremor, namun didapatkan
edema minimal kedua tungkai.
Saat kontrol poliklinik, pasien hanya membawa
hasil pemeriksaan fungsi tiroid 6 bulan lalu
(saat usia kehamilan 3 bulan), yaitu fT4 3,65
436
DISKUSI
Kasus ini merupakan kasus klasik penyakit
Graves pada kehamilan, yaitu struma difus
disertai klinis toksik tiroid dan oftalmologi
Graves.
Penyakit Graves merupakan penyebab
tersering terjadinya hipertiroidisme pada
kehamilan, sehingga manajemen terapi
hipertiroidisme pada kehamilan perlu
dipahami.
LAPORAN KASUS
klinis tirotoksikosis pada kehamilan sering
tumpang tindih dengan kehamilan normal,
dapat ditemukan adanya palpitasi, tidak tahan
udara panas, dan kulit lebih hangat. Gejala
yang sangat khas adalah struma, oftalmopati,
palpitasi, dan penurunan berat badan
meskipun makan banyak. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan oftalmopati, struma difus,
tremor, dan kulit lembap.1,5
melahirkan).
Penyakit Graves pada Kehamilan
Hipertiroidisme pada kehamilan paling sering
disebabkan oleh penyakit Graves. Selain
penyakit Graves, penyakit lain penyebab
terjadinya hipertiroidisme pada kehamilan
adalah gestational transient hyperthyroidism,
goiter toksik multinoduler, adenoma
soliter toksik, tiroiditis subakut, dan struma
437
LAPORAN KASUS
melahirkan.7 Bila terjadi eksaserbasi atau
perburukan klinis, maka dosis obat anti-tiroid
dapat dinaikkan kembali. Kebanyakan pasien
tidak membutuhkan pengobatan anti-tiroid
lagi setelah kehamilan di atas 26-28 minggu.
Efek samping yang pernah dilaporkan adalah
ikterus kolestatik dan agranulositosis. Pasien
dengan gejala hipermetabolik mendapat
obat penyekat beta, seperti atenolol dan
propranolol, selama beberapa hari.3-5
Baik PTU maupun metimazol dapat melewati
sawar plasenta, jika dalam dosis besar dapat
menyebabkan struma dan hipotiroidisme
pada janin. Pada ibu menyusui, obat anti-tiroid
dapat terus diberikan bila dosis PTU <150-200
mg per hari atau metimazol <10 mg per hari.
Bayi juga perlu dipantau kadar TSH-nya agar
mengetahui pengaruh obat yang diberikan.3,4
Diagram. Bagan alur uji fungsi tiroid pada kehamilan
438
LAPORAN KASUS
kandungan. Berbagai perubahan fisiologis
tiroid pada ibu hamil harus dipahami
untuk menentukan suatu kondisi termasuk
DAFTAR PUSTAKA :
1.
Kariadi SHKS. Disfungsi tiroid pada kehamilan. In: Djokomoeljanto, editor. Buku ajar tiroidologi klinik. Semarang: Pusat Penerbit Diponegoro; 2007.
2.
Alamdari S, Azizi F, Dekshad H, Sarvhadi F, Amouzegar A, Mehran L. Management of hyperthyroidsm in pregnancy; comparison of recommendations of American
Thyroid Association and Endocrine Society. J Thyroid Res. 2013; Article ID 878467:1-7.
3.
Semiardji G. Penatalaksanaan hipertiroidisme dan hipotiroidisme pada kehamilan. Naskah lengkap penatalaksanaan penyakit-penyakit tiroid bagi dokter. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit; 2008.
4.
5.
Purnamasari D, Subekti I, Adam JMF, Tahapary D. Indonesian clinical practice guidelines for the management of thyroid dysfunction during pregnancy. JAFES
Journal. 2013;28(1);18-20.
6.
Vinssenberg R, Boogard E, Wely M, Post JA, Fliers E, Bisschop PH, et al. Treatment of thyroid disorders before conception and in early pregnancy: A systematic review.
Hum Rep Update. 2012;18(4);360-73.
7.
Purnamasari D. Kontroversi tata laksana hipertiroid dalam kehamilan. Jakarta Endocrine Meeting; 2012.
439