Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR


HISTOPLASMOSIS

Oleh :
Cici Delsi
(1511212029)

Dosen Pengampu:
dr. Fauziah Elytha, Msi

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan
InayahNya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas kaislaman
sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu
mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.
Dengan mengucapkan Alhamdulillah saya dapat menyusun makalah yang
berjudul Histoplasmosis. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pengampu yang telah membimbing dalam setiap materi, dan tidak lupa kepada
teman-teman yang senantiasa saya banggakan yang semoga kita selalu dalam
lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.
Saya menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Padang, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Histoplasmosis

2.2

Distribusi Histoplasmosis

2.3

Jenis-jenis Histoplasmosis

2.3.1 Hiptoplasmosis Kapsulatum 6


2.3.2 Histoplasmolisis duboisii

12

2.4

Gejala Klinis 13

2.5

Siklus Hidup 18

2.6

Pencegahan dan Pengobatan 19


2.6.1 Pada Manusia 19
2.6.2 Pada Hewan

19

BAB III PENUTUP 21


4.1

Kesimpulan

4.2

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA

21

23

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
....Mikosis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur. Di Indonesia

infeksi yang paling banyak ditemukan adalah infeksi superfisialis, infeksi


sistemik, jamur mirip protozoa dan jamur dimorfik yang disebabkan oleh
Histoplasma capsulatum. Histoplasmosis merupakan infeksi oportunistik yang
umum terjadi pada penderita HIV/AIDS. Jamur ini berkembang tanah yang
tercemar oleh kotoran unggas sehinggan dapat ditemukan di daerah peternakan.
Tren penyebaran penyakit histoplasmosis sejalan dengan penyebaran virus
HIV/AIDS dimana terjadi gangguan kekebalan dan jika tidak diobati dengan obat
antiretroviral, pasien akan memasuki fase AIDS yang ditandai penurunan CD4
samapi dibawah angka kritis 200 sel/mm3.

1.2

Rumusan Masalah

Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah:


1.

Apa yang dimaksud dengan Histoplasmosis?

2.

Bagaimana distribusi Histoplasmosis?

3.

Bagaimana jenis-jenis Histoplasmosis?

4.

Bagaimana gejala klinis Histoplasmosis?

5.

Bagaimana pencegahan dan pengobatan Histoplasmosis?

1.3

Tujuan

1.

Untuk mengetahui pengertian dari Histoplasmosis.

2.

Untuk mengetahui distribus penyakit Histoplasmosis.

3.

Untuk mengetahui jenis-jenis Histoplasmosis.

4.

Untuk mengetahui gejala klinis dari penyakit Histoplasmosis.

5.

Untuk mengetahui siklus hidup Histoplasmosis.

6.

Untuk

mengetahui

upaya

pencegahan

dan

pengobatan

penyakit

histoplasmosis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Histoplasmosis
Histoplasmosis

adalah

infeksi

jamur

intraselular

dari

sistem

retikuloendotelial yang disebabkan oleh menghirup konidia dari jamur


Histoplasma capsulatum. Histoplasmosis tersebar diseluruh dunia, meskipun
demikian, the Mississippi-Ohio River Valey di Amerika Serikat dikenal sebagai
daerah endemis. Afrika, Australia dan sebagian dari Asia Timur, khususnya India
dan Malaysia juga daerah endemis. Isolasi dari lingkungan dari jamur telah
dilakukan dari tanah yang diperkaya dengan kotoran ayam, "starling" dan
kelelawar. Telah diketahui dua macam H. capsulatum, bergantung pada klinis dari
penyakitnya: var. capsulatum lazim pada histoplasmosis, dan var. duboisii adalah
jenis Afrika. Dua jenis ini identik dalam bentuk jamur saprofitnya tetapi berbeda
dalam morfologi jaringan parasitiknya.

2.2

Distribusi Histoplasmosis
Histoplasma ditemukan oleh Darling pada 1905 tetapi infeksinya baru

menyebar dengan luas pada tahun 1930-an. Sebelum ditemukan, beberapa dari
kasus histoplasmosis disalah artikan sebagai TBC, dan banyak dari penderitanya
dikirim ke sanatorium dan akhirnya terinfeksi TBC di sana.
Jamur histoplasmosis dapat ditemukan diseluruh dunia. Jamur tumbuh
alamiah di tanah di beberapa area di Amerika, kebanyakan di daerah negara
bagian barat-tengah dan tenggara dan sepanjang Ohio dan lembah sungai

Mississippi. Jamur ini tumbuh dengan subur di tanah yang kaya dengan kotoran
kelelawar dan burung. Jika tanah yang mengandung jamur histoplasmosis
terganggu, spora jamur akan terbang ke udara. Orang kemudian menghirup spora
dan terkena histoplasmosis.
Tetapi penyakit ini tidak menular dari satu orang ke orang lain
Histoplasma capsulatum terutama ditemukan di daerah temperate di seluruh
dunia dan merupakan jamur yang paling umum di Amerika Serikat bagian tengah
dan timur. Histoplasma capsulatum ini endemis di lembah sungai Ohio, Missouri,
dan Mississippi. Ditemukan pula di Kanada Timur, Meksiko, Amerika Tengah dan
Amerika Selatan.
Pernah pula dilaporkan di Afrika, Australia, sebagian Asia Timur, dan daerah
tertentu di India dan Malaysia. Jamur ini telah ditemukan di dalam alas kandang
unggas, gua kelelawar dan sarang burung. Pola pertumbuhannya dan mekanisme
perubahan dari spora di dalam tanah ke bentuk hyphen dalam paru-paru
dipengaruhi oleh peningkatan dari temperature ruang ke temperature tubuh.
Delapan puluh persen (80%) orang yang tinggal di daerah yang umum ditemukan
Histoplasma capsulatum, Amerika Serikat Timur dan Tengah, dinyatakan positif
terhadap tes kulit histoplasmin.
Semua orang dapat terinfeksi histoplasmosis, tetapi orang yang kontak
dengan kotoran burung atau kelelawar lebih rentan terinfeksi penyakit ini. Profesi
yang rentan penyakit ini seperti: petani, tukang kebun, pekerja konstruksi,
pembersih cerobong, penyelidik gua.
Anak-anak dan orang lanjut usia dengan riwayat penyakit paru-paru atau
perokok berat, gejala yang timbul lebih berkembang. Orang dengan system imun

yang lemah, seperti pada penyakit AIDS dan leukemia atau karena terapi yang
sedang dijalankan (kortikosteroid dan kemoterapi), perkembangan penyakit ini
lebih mengarah ke bentuk kronis atau disseminated.

2.3

Jenis-jenis Histoplasmosis
Histoplasmosis ialah penyakit jamur sistemik yang disebabkan oleh jamur

dimorfik bergantung suhu (thermally dimorphic) Histoplasma capsulatum


sedangkan histoplasmosis Afrika disebabkan oleh Histoplasmosis duboisii.
2.3.1

Hiptoplasmosis Kapsulatum

2.3.1.1 Patologi dan Gejala Klinis


Infeksi terjadi karena inhalasi spora yang berasal dari koloni filamen yaitu
mikrokonidia. Di dalam tubuh, spora yang terhirup akan mengalami perubahan
menjadi bentuk ragi. H. Capsulatum menyebabkan mikosis interselular pada
sistem monosit-makrofag. Di dalam sel monosiit atau makrofag jamur tersebut
akan memperbanyak diri dan menyebabkan penyebaran limfogen atau hematoge.
Reaksi inflamasi terjadi dalam pembentukan jaringan granulasi yang kemudian
menjadi nekrotik dan akhirnya terbentuk kalsifikasi. Pada orang sehat gejala klinis
yang timbul ringan mirip dengan influenza biasa. Bila spora terhirup dalam
jumlah besar maka dapat timbul kelainan yang meluas seperti pada pasien
imonokompromis.
Secara

klinis

histoplasmasis

terbagi

menjadi

empat

jenis

yaitu

histoplasmosis asimptomatik, histoplasmosis pulmoner akut, histoplasmosis


pulmoner kronis dan histoplasmosis diseminata yang merupakan bentuk berat.
Histoplasmosis asimptmatik biasanya terjadi didaeraj endemis. Sebanyak 50-85%
orang yang tinggal di daerah endemis pernah terinfeksi jamur tersebut. Bentuk
7

simptomatik akut biasanya sembuh sendiri dan gejala yang ditemukan biasanya
batuk kering, demam dan lesu. Sebanyak 5% penderita mengalami eritema
nodosum, sedangkan 5-10% mengalami mealgia dan atralgia/artritis. Gambaran
radiologis paru memperlihatkan pneuomoritis setempat yang dapat disertai
pembesaran nodus limfatikus hilus. Pada penderita gangguan imunitas selular
seperti AIDS, meskipun dapat ditemukan bentuk ringan sampai sedang sebagian
besar (95%) ditemukan sebagai bentuk diseminata dan gejalanya lebih berat
disertai demam berkepanjangan, keringat malam, dispnea dan hipoksemia.
Keadaan tersebut dapat cepat berubah menjadi respiratory distress syndrome, dan
pada pemeriksaa radiologis paru ditemukan infiltrat pada kedua paru.
Histoplasmosis kronik biasanya terjadi pada laki-laki dewasa yang
memunyai kelamin paru obstruktif kronik. Gejalanya berupa lesu, demam,
keringat malam, batuk kronik dengan produksi sputum, hemoptisis, dispnea dan
berat badan menurun. Pada pemeriksaan radiologis paru terlihat kavitasi pada
lobus atas dan fibrosis yang progresif pada bagian bawah paru.
Histoplasmosis diseminata yang dapat berlangsung akut atau kronik sering
terjadi pada individu imunokompromis dan anak-anak. Pada pasien yang
terinfeksi HIV kelainan sistemik sering bermanifestasi sebagai kelainan kulit.
Penyebaran infeksi ke susunan saraf pusat, juga sering terjadi. Gambaran
radiologis atau bentuk retikulonodular yang dengan cepat menjadi acute
respiratory distress syndrome.
2.3.1.2 Diagnosis
Diagnosis histoplasmosis ditegakan berdasarkan gejala klinik dan
pemeriksaaan laboratorium mikologi. Pemeriksaan laboratorium mikologi

dilakukan dengan memeriksa secara langsung dan membiak spesimen klinik yang
berasal dari pasien yang diduga terinfeksi. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan
serologi untuk mendeteksi antigen dan antibodi yang sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis.
Bahan klinik yang diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium mikologi
tergantung pada organ yang terkena. Pada histoplasmolisis paru dapat dilakukan
pemeriksaan sputum baik secara langsun dengan pulasan Giemsa maupun
menanam sputum ada agar Saboraud dekstrosa (ASD). Bahan klinik lain yan
dapat digunakan pada histoplasmolisis paru adalah bilasan bronkus, yang cara
pemeriksaannya sama dengan cara pemeriksaan sputum. Pada histoplasmolisis
diseminata bahan klinik yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium adalh
darah, cairan otak, usap ulkus, kerokan kulit dan bahan biopsi jaringan. Perlakuan
terhadap bahan klinik di atas sama dengan pemeriksaan sputum yaitu diwarnai
dengan pulasan Giemsa dan dibiak pada medium ASD. Pemeriksaan bahan biopsi
juga dapat dilakukan dengan membuat sediaan tekan jaringan dan memulasnya
dengan Giemsa atau HE. Bahan klinik yang paling serig memberikan hasil positif
baik pada pemeriksaan langsung maupun biakan adalah biopsi sumsum tulang.
Biakan darah juga memberikan hasil positif yang tinggi. Pemeriksaan langsung
dapat dilakukan dengan mewarnai bahan klinik dengan pulasan Giemsa, atau
dengan memeriksa sediaan histopatologi yang diwarnai dengan HE, atau GMS.
Pada pemeriksaan langsung dengan pulasan Giemsa, dan pulasan HE, H.
Capsulatum tampak sebagai sel ragi intraselular yang dikelilingi oleh halo hialin
yang tidak terwarnai dan sitoplasma yang terpulas di dalam sel makrofag/monosit.
Pada biakan spesimen klinik pada ASD yan diikubasi pada suhu kamar jamur

tumbuh sebagai koloni filamen/kapang dan membentuk mikrokonidia dan


makrokonidia yang penting sebagai petanda identifikasi. Untuk menumbuhkan
jamur dalam bentuk ragi, inkubasi biakan dilakukan pada suhu 37 C.
Pertumbuhan jamur H. Capsulatum pada biakan memerlukan wakt lama karena
pertumbuhannya lambat. Biakan dinyatakan negatif setelah tidak ditemukan
pertumbuhan dalam waktu enam minggu. Karena itu hasil pemeriksaan langsung
menjadi sangat penting. Bila pemeriksaan langsung memberikan hasil positif
maka pengobatan dapa segera dimulai.
Deteksi antigen penting untuk membantuk menegakan diagnosis pada
histoplasmolisis akut, terutama pada penderita AIDS. Bahan klinik yang dapat
digunakan adalah serum, cairan otak, urin dan bilasan bronkus. Urin merupakan
bahan klinik yang paling sering memberikan hasil positif, sedangkan BAL positif
sering ditemukan pada penderita AIDS.
Deteksi

antibodi

berperan

penting

dalam

menegakkan

diagnosis

histoplasmolisis. Dengan menggunakan teknik imuno difusi, dapat diteksi antigen


M dan H. Antigen M dibentuk pada infeksi akut namun juga sering ditemukan
pada infeksi kronik. Antigen M dapat bertaha selama bertahun-tahun. Antigen H
jarang ditemukan, biasanya ditemukan bersama antigen M.

2.3.1.3 Pengobatan
Pengobatan histoplasmolisis dibedakan antara penderita imunokompeten
non AIDS dan pengobatan pada penderita AIDS. Pada kelompok non AIDS
pengobatan juga dibedakan antara histoplasmolisis diseminata yang mengancam
nyawa dan bentuk yang lebih ringan. Pada bentuk diseminata pengobatan dimulai

10

dengan pemberian amfoterisin B secara intravena dengan dosis 0,7-1 mg/hari uap
hari selama 1-2 minggu. Dosis total diberikan sebanyak 2500 mg untuk orang
dewasa. Untuk anak disesuaikan dengan umur dan berat badan. Kemudian
diteruskan dengan itrakonazol 200-400 mg/hari sampai paling sedikit 6 bulan.
Pada bentuk yang lebih ringan dapat diberikan itrakonazol 200-400 mg selama
paling sedikit 6 bulan. Pada histoplasmolisis paru kronik dengan kavitas
diperlukan pengobatan selama lebih dari satu tahun untuk mencegah kemungkinan
relaps.
Pada penderita AIDS dengan histoplasmolisis ringan sampai sedang dapat
diberikan itrakonazol 200 mg tiga kali/hari untuk tiga hari pertama dilanjutkan
dengan 2x200 mg selama 12 minggu. Prinsip pengobatan histoplasmolisis
diseminata adalah pemberian terapi induksi untuk mendapatkan perbaikan klinis
diikuti terapi supresif untuk mencegah relaps. Terapi induksi menggunakan
amfoterisin B 0.5-1 mg/kgBB/hari selama 3 hari-2 minggu tergantung respons
penderita. Kemudian diikti terapi supresif dengan itrakonazol 400 mg/hari selama
kurang lebih 3 bulan.

2.3.1.4 Prognosis
Prognosis histoplasmolisis tergantung kondisi penyakit pada saat diagnosis
ditegakkan. Diagnosis dini mempunyai prognosis yang lebih baik, namun
diagnosis sering kali terlambat ditegakkan karena secara klinis histoplasmolisis
memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain. Pada histoplasmolisis
diseminata pemberian pengobatan yang tepat dengan induksi dan terapi supresif
untuk mencegah relaps memperbaiki prognosis.

11

2.3.1.5 Epidemiologi
Di alam, H. Capsulatum

hidup sebagai saprofit di tanah yang banyak

mengandung nitrogen dengan konsentrasi tinggi. Misalnya tanah yang tercemar


tinja ayam atau burung. Unggas tidak terinfeksi namun paruh dan kakinya dapat
membawa jamur tersebut. Kontaminasi tanah oleh H. Capsulatum dapat bertahan
lama meskipun kandang ayam tersebut telah bertahun-tahu tidak digunakan.
Kalelawar dapat terinfeksi dan menebarkan jamur melalui tinjanya. Di daerah
endemis seperti lembah sungai Missisipi, infeksi biasanya terjadi pada usia muda
dan menjadi infeksi laen yang asimptomatis. Manifestasi klinis muncul, bila
terjadi gangguan sistem kekebalan. Hal itu dapat dilihat dengan jelas pada
penderita yang terinfeksi HIV dan tinggal di daerah endemis histoplasmolisis.
Pada penderita AIDS manifestasi klinis terjadi karena reaktivasi infeksi lama
maupun infeksi baru. Di daerah non endemis manifestasi klinis sering disebabkan
oleh reaktivasi.

2.3.2

Histoplasmolisis duboisii

2.3.2.1 Patologi dan Gejala Klinis


Infeksi terjadi dengan ihalasi spora. Predileksi jamur ini adalah kulit dan
tulang. Osteolisis sering ditemukan bersamaan dengan nodul subkutan dan ulkus.
Nodul dapat menjadi ulkus. Akhir-akhir ini juga dilaporkan kelainan paru yang
disebabkan oleh H. duboisii. Infeksi biasanya indolen dan tidak fatal, namun
ditemukan juga kasus dengan diseminasi ke berbagai organ yang mirip dengan
histoplasmolisis kapsulatum.

12

2.3.2.2 Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan biopsi jaringan. Pada sediaan histopatologik
terlihat sel ragi berukuran 8-15 mikron intraselular yang kurang lebih empat kali
lebih besar dibandingkan khamir H. capsulatum. Biakan jaringan biopsi
menghasilkan koloni filamen pada suhu kamar yang tidak dapat dibedakan dengan
H. capsulatum. Pada suhu 37 C tumbuh koloni ragi ang terdiri atas sel khamir
berukuran 8-15 mikron.
2.3.2.3 Pengobatan
Pengobatan histoplasmalisis duboisii dengan amfoterisin-B 1 mg/kg/hari
dengan dosis total paling sedikit 2 g. Dapat terjadi relaps setelah beberapa tahun
yang dapat dicegah dengan pemberian itrakonazol 100-400 mg/hari paling sedikit
6 bulan. Ketokonazol dapat digunakan dengan dosis inisial 600-800 mg/hari
selama 3 bulan kemudian diturunkan menjadi 400 mg/hari 6-12 bulan atau lebih
lama.
2.3.2.4 Prognosis
Penyakit ini sulit untuk diobati, karena sering terjadi relaps
2.3.2.5 Epidemiologi
Sampai sekarang penyakit ini baru ditemukan di Afrika.

2.4

Gejala Klinis
Secara umum histoplasmosis tanpa gejala dan hanya ditandai dengan gejala

hypersensitive terhadap histoplasmin. Berupa tumor pernafasan akut yang jinak,


dengan variasi mulai dari penyakit yang ringan pada saluran pernafasan sampai
dengan tidak dapat melakukan aktivitas karena tidak enak badan, demam,
kedinginan, sakit kepala, myalgia, nyeri dada dan batuk nonproduktif, kadang13

kadang timbul erythema multiforme dan erythema nodosum. Ditemukan adanya


pengapuran kecil-kecil tersebar pada paru-paru, pengapuran pada kelenjar limfe,
hiler dan limpa merupakan gejala lanjut dari penyakit ini.
Infeksi terjadi dengan inhalasi spora, terutama mikrokonidia, spora yang
cukup kecil untuk mencapai alveoli pada inhalasi, yang kemudian berlanjut
dengan bentuk budding. Dengan berlanjutnya waktu, reaksi granuloma terjadi.
Nekrosis perkijuan atau kalsifikasi dapat menyerupai tuberkulosis. Diseminasi
transien dapat meninggalkan granuloma kalsifikasi pada limpa. Pada orang
dewasa, massa bulat atau jaringan parut dengan atau tanpa kalsifikasi sentral dapat
menetap pada paru, yang disebut histoplasmoma. Dapat pula terbentuk infiltrat
paru dan pembesaran kelenjar hilus. Bila infeksi terjadi dengan jumlah spora yang
besar maka terdapat gambaran yang mirip dengan tuberkulosis miliaris. Infeksi ini
biasanya sembuh dengan atau tanpa meninggalkan perkapuran dalam paru. Pada
beberapa keadaan, dapat berlangsung progresif hingga mengenai sebagian atau
seluruh paru, deseminata, dengan atau tanpa riwayat histoplasmosis primer akut
paru, potensial fatal hingga dapat menyebabkan kematian. Infeksi kedua kali
dapat menimbulkan reaksi jaringan yang lebih kuat sehingga menimbulkan
rongga atau kaverna dengan gejala batuk darah.
Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala-gejala. Saat
gejalanya datang, sangat bermacam-macam gejalanya, tergantung kepada bentuk
dari penyakitnya. Infeksi paru-paru dapat menjadi short-term (acute) dan relatif
ringan, atau dapat juga menjadi long-term (kronis) dan serius. Gejala-gejala
infeksi paru-paru akut adalah kelelahan, demam, dingin, sakit di dada, dan batuk
kering. Infeksi paru-paru kronis dapat seperti tuberculosis dan terjadi di sebagian

14

besar orang yang telah sakit paru-paru. Hal ini dapat berkembang berbulan-bulan
atau bertahun-tahun dan melukai paru-paru. Gejala yang ditimbulkan tidak khas
dan menyerupai gejala penyakit paru lain seperti demam, batuk, sesak napas, dan
lain-lain. Penyakit yang menahun mirip dengan gejala tuberkulosis sehingga sulit
dibedakan dari penyakit tersebut. Di alat dalam lain, gejala yang ditimbulkan juga
tidak khas dan menyerupai penyakit pada alat tersebut sehingga seringkali
penyakit ini tidak dapat dikenal secara dini.
Dari paru, jamur dapat menyebar secara hematogen ke alat lain, terutama
sistem retikulo-endotel, sehingga menimbulkan pembengkakan hati, limpa, dan
kelenjar getah bening. Walaupun demikian, pada Histoplasmosis diseminata,
penderita tidak selalu menunjukkan gejala paru ataupun sangat minimal, seperti
juga yang terjadi pada pasien ini. Suatu bentuk infeksi yang akut dan fatal serta
cepat dijumpai pada anak-anak dan penderita imunosupresi, termasuk penderita
AIDS. Demam, anemia, leukopesia, berat badan menurun, sering dijumpai pada
penyebaran H. capsulatum diseminata. Jika tidak terdiagnosa, dapat menimbulkan
kematian. Penyakit paru fulminan dapat menyerupai infeksi pneumonia oleh
Pneumocystis carinii. Fungemia sering dijumpai dan kadang organisme
intraselular ini dapat terlihat bersirkulasi pada pemeriksaan sediaan apus darah
tepi biasa di dalam monosit.
Gejala awal muncul serupa dengan penyakit flu yang ringan, dan
berkembang dengan berbagai gejala, termasuk kelelahan, demam, sesak napas,
batuk kering, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, sakit sendi dan otot, serta
panas dingin. Penyakit parah dapat menyebabkan pembengkakan pada hati atau
kelenjar getah bening. Histoplasmosis juga dapat mempengaruhi sumsum tulang,

15

dengan akibat anemia (kurang darah merah), leukopenia (kurang beberapa jenis
darah putih) dan trombositopenia (kurang trombosit, dengan akibat darah sulit
beku). Kurang lebih separuh penderita mengalami masalah paru ; rotgen dada
dapat menunjukkan tanda yang khas pada paru. Penyakit paru akibat
histoplasmosis serupa dengan TB dan dapat semakin parah selama bertahuntahun. Histoplasmosis juga dapat mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP),
dengan sampai 20% pasien mengalami gejala kejiwaan.
Menurut gejala-gejala di atas Histoplasmosis dibedakan menjadi 3 macam :
1. Histoplasmosis akut
Pada bentuk yang akut, gejala biasanya timbul dalam waktu 3- 21 hari
setelah penderita menghisap spora jamur. Penderita akan merasakan sakit
disertai demam dan batuk. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang
dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan dan kadang bisa menetap sampai
selama 6 minggu. Bentuk ini jarang bersifat fatal.
2. Histoplasmosis diseminata progresif
Dalam keadaan normal tidak akan terjadi pada orang dewasa yang sehat.
Biasanya terjadi pada anak-anak dan penderita gangguan sistem kekebalan
(penderita AIDS). Gejalanya sangat lambat ataupun sangat cepat, akan
bertambah buruk. Hati,limpa dan kelenjar getah bening membesar. Kadang
infeksi ini menyebabkan ulkus (luka terbuka) di mulut dan saluran
pencernaan. Dalam beberapa kasus, kelenjar adrenal mengalami gangguan
sehingga timbul penyakit Addison. Tanpa pengobatan, bentuk ini 90%
berakibat fatal. Bahkan meskipun diobati, pada penderita AIDS bisa terjadi
kematian.
3. Histoplasmosis kavitasi kronis
Bentuk ini merupakan infeksi paru-paru yang timbul secara bertahap dalam
waktu beberapa minggu, menyebabkan batuk dan kesulitan bernafas.

16

Gejala-gejala lainnya adalah penurunan berat badan, malaise (merasa tidak


enak badan) dan demam ringan. Kebanyakan penderita akan pulih tanpa
pengobatan dalam waktu 2- 6 bulan. Tetapi gangguan pernafasan bisa
bertambah buruk dan beberapa penderita mengalami batuk darah yang
kadang-kadang jumlahnya banyak sekali. Kerusakan paru-paru atau
masuknya bakteri ke paru-paru pada akhirnya bisa menyebabkan kematian.
Secara klinis penyakit ini sangat jarang terjadi, dan jarang menjadi berat.
Prevalensi meningkat dari masa kanak-kanak sampai dengan umur 15 tahun,
perbedaan gender biasanya tidak nampak kecuali bentuk paru-paru kronis lebih
banyak terjadi pada pria. Wabah terjadi pada daerah endemis di lingkungan
keluarga, pelajar, pekerja yang terpajan dengan burung, ayam atau terpajan
dengan kotoran kelelawar yang mengontamisai tanah. Histoplasmosis juga terjadi
pada anjing, kucing, kuda, tikus, sigung, opossum, rubah atau binatang lainnya,
sering dengan gambaran klinis yang sama dengan penyakit pada manusia.
Histoplasmosis akibat H. capsulatum var. duboisii, Histoplasmosis Afrika.
Penyakit ini biasanya muncul sebagai granuloma subakut pada kulit atau
tulang. Infeksi biasanya setempat atau menyebar pada kulit, jaringan di bawah
kulit, kelenjar limfe, tulang sendi, paru dan organ dalam rongga perut. Granuloma
pada kulit bermanifestasi sebagai nodul atau ulcer atau lesi-lesi ekstrim. Bila
penyakit telah menyebar dan semakin serius, dapat terbentuk giant cell granuloma
pada kebanyakan organ-organ internal. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria
dan menyerang semua umur, khususnya pada dekade kedua kehidupan. Sejauh ini
penyakit

tersebut

hanya

diketemukan

di

Afrika

dan

Madagaskar.

17

Kasus penyakit dilaporkan pernah terjadi pada anjing, sapi, primata, kucing, kuda,
domba, babi, manusia, dan hewan-hewan liar.
Beberapa lesi yang ditemukan pada anjing dan kucing adalah ulserasi usus.
Kemungkinan dapat terjadi pembengkakan dan peradangan pada hati, limpa, dan
nodus

limfatikus

yang

disebabkan

oleh lesi

yang

seperti

tubercle.

Hasil survey menunjukan bahwa infeksi sering terjadi pada sapi, domba dan kuda
di daerah endemik. Anjing merupakan satu-satunya spesies hewan yang sering
menunjukkan tanda-tanda klinis.
Anjing adalah spesies yang sangat sering menunjukan tanda-tanda klinis
tetapi seperti halnya pada manusia, sebagian besar infeksi pada anjing adalah
asimtomatik. Bentuk respiratori yang utama adalah adanya encapsulation dan
pengapuran. Dalam kasus yang tidak jelas anjing biasanya kehilangan berat badan
dan

diare

lama,

ascites

dan

batuk

kronik,

hepatosplenomegaly

dan

lymphadenopathy. Pada anjing penyakit umumnya sering terjadi pada jenis anjing
pekerja dan anjing sporting.
2.5

Siklus Hidup
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini

termasuk kedalam Ascomycota parasit yang dapat menghasilkan spora askus


(spora hasil reproduksi seksual). Jamur ini berkembang biak secara seksual
dengan hifa yang bercabang-cabang ada yang berkembang menjadi askogonium
(alat reproduksi betina) dan anteridium (alat reproduksi jantan), dari askegonium
akan tumbuh saluran untuk menghubungkan keduanya yang disebut saluran
trikogin. Dari saluran inilah inti sel dari anteridium berpindah ke askogonium dan
berpasangan.

18

Kemudian masuk ke askogonium dan membelah secara mitosis sambil terus


tumbuh cabang yang dibungkus oleh miselium dimana terdapat 2 inti pada ujungujung hifa. Dua inti itu akan membelah secara meiosis membentuk 8 spora dan
disebut spora askus yang akan menyebar, jika jatuh di tempat yang sesuai maka
akan

tumbuh

menjadi

benang

hifa

yang

baru,

demikian

seterusnya.

Histoplasmosis adalah infeksi oportunistik (IO) yang umum pada orang HIVpositif.
Infeksi ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini
berkembang dalam tanah yang tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan
unggas, sehingga ditemukan dalam di kandang burung/unggas dan gua. Infeksi
menyebar melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat napas, dan tidak
dapat menular dari orang yang terinfeksi. Jamur ini dapat tumbuh dalam aliran
darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak, biasanya dengan jumlah
CD4 di bawah 150. Setelah berkembang, infeksi dapat menyebar pada paru, kulit,
dan kadang kala pada bagian tubuh yang lain. Histoplasmosis adalah penyakit
yang didefinisi AIDS.

2.6
2.6.1

Pencegahan dan Pengobatan


Pada Manusia
Bila histoplasmosis terjadi secara akut, sesungguhnya tindakan pengobatan

sudah tidak diperlukan. Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang baik dan
mengalami histoplasmosis kronis dapat diobati dengan pemberian ketoconazole
(Nizoral) atau Amphotericin B (Fungizone). Sedangkan pasien yang mengalami
gangguan sistem kekebalan tubuh dapat diobati dengan Amphotericin B yang
diberikan secara intravena. Pasien biasanya diberikan obat tambahan untuk
19

meminimalisasi terjadinya efek samping akibat penggunaan Amphotericin B.


Pasien yang mengalami AIDS disertai dengan histoplasmosis dilakukan
pengobatan dengan pemberian Itraconazole (Sporonox) secara peroral dengan
tujuan menghindari kambuhnya penyakit. Bila tubuh pasien tidak dapat menerima
Itraconazole maka dapat digantukan dengan obat yang lain yaitu dengan
pemberian obat Fluconazole (Diflucan).
2.6.2

Pada Hewan
Pada kasus terjadinya Epizootic Lymphangitis pada kuda, pengobatn yang

dapat dilakuakan yaitu dengan pemberian Iodide Sodium secara intravena, atau
dengan pemberian Potassium Iodide secara peoral, namun terjadinya penyakit
terulang kembali atau kambuh pada beberapa bulan kemudian dapat terjadi.
Secara invitro sensitifitas organisme terhadap Amphotericin B, Nystatin, dan
Clotrimazole telah dilaporkan. Pada kebanyakan kasusu hewan yang terinfeksi
oleh penyakit ini tidak diijinkan untuk dilakukan pengobatan, dan hewan yang
terinfeksi segera dimusnahkan dengan eutanasia.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya
Histoplasmosis antara lain :

Hindari tempat yang berkembangnya jamur, terutama daerah yang dipenuhi

dari ekskresi burung dan kelelawar


Mengeluarkan atau membersihkan koloni kelelawar atau kandang burung dari

gedung ataupun perumahan.


Melakukan desinfeksi pada daerah yang mengalami kontaminasi.
Meminimalisir terbangnya debu yang kemungkinan terkontaminasi dengan
spora jamur dengan cara menyemprotkan dengan air daerah yang berpotensi
sebagai sumber penularan penyakit, seperti kandang ayam sebelum

20

dibersihkan dilakukan penyemprotan dengan air untuk menghindari

terbangnya debu yang mengandung spora jamur.


Saat bekerja di tempat yang beresiko sebagai tempat penyebaran penyakit,
pekrja hendaknya menggunakan pakaian khusus dan menggunakan masker
wajah yang berfungsi untuk menyaring debu yang masuk saat bernafas,
sebaiknya gunakan masker dengan diameter kurang lebih 1 milimicron.

21

BAB III
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Histoplasmosis ialah penyakit jamur sistemik yang disebabkan oleh jamur

dimorfik bergantung suhu (thermally dimorphic) Histoplasma capsulatum


sedangkan histoplasmosis Afrika disebabkan oleh Histoplasmosis duboisii. Jamur
histoplasmosis dapat ditemukan diseluruh dunia. Jamur tumbuh alamiah di tanah
di beberapa area di Amerika, kebanyakan di daerah negara bagian barat-tengah
dan tenggara dan sepanjang Ohio dan lembah sungai Mississippi. Jamur ini
tumbuh dengan subur di tanah yang kaya dengan kotoran kelelawar dan burung.
Jika tanah yang mengandung jamur histoplasmosis terganggu, spora jamur akan
terbang ke udara. Orang kemudian menghirup spora dan terkena histoplasmosis.
Secara umum histoplasmosis tanpa gejala dan hanya ditandai dengan gejala
hypersensitive terhadap histoplasmin. Berupa tumor pernafasan akut yang jinak,
dengan variasi mulai dari penyakit yang ringan pada saluran pernafasan sampai
dengan tidak dapat melakukan aktivitas karena tidak enak badan, demam,
kedinginan, sakit kepala, myalgia, nyeri dada dan batuk nonproduktif, kadangkadang timbul erythema multiforme dan erythema nodosum. Ditemukan adanya
pengapuran kecil-kecil tersebar pada paru-paru, pengapuran pada kelenjar limfe,
hiler dan limpa merupakan gejala lanjut dari penyakit ini.

22

4.2

Saran
Disarankan kepada penulis selanjutnya agar dapat membahas dan

menjelaskan lebih rinci tentang penyakit histoplasmosis dan menambah sumber


dari buku-buku yang terpercaya.

23

DAFTAR PUSTAKA

Kunoli, Firdaus. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : CV.


Trans Info Media.
Gandahusada, Srisasi, dkk. 2004. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta :
Gaya Baru.
Schnurrenberger, Paul R, dkk. 1991. Ikhtisar Zoonosis. Diterjemahkan oleh
Mulyono, Eddy. Bandung : Penerbit ITB.
Soeharsono. 2002. Zoonosis. Kanisius : Yogyakarta.
Susanto, Inge, dkk. 2011. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta :
Badan Penerbit FK UI.
https://www.scribd.com/document/97605398/HISTOPLASMOSIS-SELESAI
diunduh pada tanggal 28 September 2016 pukul 21.00

24

Anda mungkin juga menyukai