Oleh :
Cici Delsi
(1511212029)
Dosen Pengampu:
dr. Fauziah Elytha, Msi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan
InayahNya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas kaislaman
sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu
mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.
Dengan mengucapkan Alhamdulillah saya dapat menyusun makalah yang
berjudul Histoplasmosis. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pengampu yang telah membimbing dalam setiap materi, dan tidak lupa kepada
teman-teman yang senantiasa saya banggakan yang semoga kita selalu dalam
lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.
Saya menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Padang, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Histoplasmosis
2.2
Distribusi Histoplasmosis
2.3
Jenis-jenis Histoplasmosis
12
2.4
Gejala Klinis 13
2.5
Siklus Hidup 18
2.6
19
Kesimpulan
4.2
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA
21
23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
....Mikosis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur. Di Indonesia
1.2
Rumusan Masalah
2.
3.
4.
5.
1.3
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk
mengetahui
upaya
pencegahan
dan
pengobatan
penyakit
histoplasmosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Histoplasmosis
Histoplasmosis
adalah
infeksi
jamur
intraselular
dari
sistem
2.2
Distribusi Histoplasmosis
Histoplasma ditemukan oleh Darling pada 1905 tetapi infeksinya baru
menyebar dengan luas pada tahun 1930-an. Sebelum ditemukan, beberapa dari
kasus histoplasmosis disalah artikan sebagai TBC, dan banyak dari penderitanya
dikirim ke sanatorium dan akhirnya terinfeksi TBC di sana.
Jamur histoplasmosis dapat ditemukan diseluruh dunia. Jamur tumbuh
alamiah di tanah di beberapa area di Amerika, kebanyakan di daerah negara
bagian barat-tengah dan tenggara dan sepanjang Ohio dan lembah sungai
Mississippi. Jamur ini tumbuh dengan subur di tanah yang kaya dengan kotoran
kelelawar dan burung. Jika tanah yang mengandung jamur histoplasmosis
terganggu, spora jamur akan terbang ke udara. Orang kemudian menghirup spora
dan terkena histoplasmosis.
Tetapi penyakit ini tidak menular dari satu orang ke orang lain
Histoplasma capsulatum terutama ditemukan di daerah temperate di seluruh
dunia dan merupakan jamur yang paling umum di Amerika Serikat bagian tengah
dan timur. Histoplasma capsulatum ini endemis di lembah sungai Ohio, Missouri,
dan Mississippi. Ditemukan pula di Kanada Timur, Meksiko, Amerika Tengah dan
Amerika Selatan.
Pernah pula dilaporkan di Afrika, Australia, sebagian Asia Timur, dan daerah
tertentu di India dan Malaysia. Jamur ini telah ditemukan di dalam alas kandang
unggas, gua kelelawar dan sarang burung. Pola pertumbuhannya dan mekanisme
perubahan dari spora di dalam tanah ke bentuk hyphen dalam paru-paru
dipengaruhi oleh peningkatan dari temperature ruang ke temperature tubuh.
Delapan puluh persen (80%) orang yang tinggal di daerah yang umum ditemukan
Histoplasma capsulatum, Amerika Serikat Timur dan Tengah, dinyatakan positif
terhadap tes kulit histoplasmin.
Semua orang dapat terinfeksi histoplasmosis, tetapi orang yang kontak
dengan kotoran burung atau kelelawar lebih rentan terinfeksi penyakit ini. Profesi
yang rentan penyakit ini seperti: petani, tukang kebun, pekerja konstruksi,
pembersih cerobong, penyelidik gua.
Anak-anak dan orang lanjut usia dengan riwayat penyakit paru-paru atau
perokok berat, gejala yang timbul lebih berkembang. Orang dengan system imun
yang lemah, seperti pada penyakit AIDS dan leukemia atau karena terapi yang
sedang dijalankan (kortikosteroid dan kemoterapi), perkembangan penyakit ini
lebih mengarah ke bentuk kronis atau disseminated.
2.3
Jenis-jenis Histoplasmosis
Histoplasmosis ialah penyakit jamur sistemik yang disebabkan oleh jamur
Hiptoplasmosis Kapsulatum
klinis
histoplasmasis
terbagi
menjadi
empat
jenis
yaitu
simptomatik akut biasanya sembuh sendiri dan gejala yang ditemukan biasanya
batuk kering, demam dan lesu. Sebanyak 5% penderita mengalami eritema
nodosum, sedangkan 5-10% mengalami mealgia dan atralgia/artritis. Gambaran
radiologis paru memperlihatkan pneuomoritis setempat yang dapat disertai
pembesaran nodus limfatikus hilus. Pada penderita gangguan imunitas selular
seperti AIDS, meskipun dapat ditemukan bentuk ringan sampai sedang sebagian
besar (95%) ditemukan sebagai bentuk diseminata dan gejalanya lebih berat
disertai demam berkepanjangan, keringat malam, dispnea dan hipoksemia.
Keadaan tersebut dapat cepat berubah menjadi respiratory distress syndrome, dan
pada pemeriksaa radiologis paru ditemukan infiltrat pada kedua paru.
Histoplasmosis kronik biasanya terjadi pada laki-laki dewasa yang
memunyai kelamin paru obstruktif kronik. Gejalanya berupa lesu, demam,
keringat malam, batuk kronik dengan produksi sputum, hemoptisis, dispnea dan
berat badan menurun. Pada pemeriksaan radiologis paru terlihat kavitasi pada
lobus atas dan fibrosis yang progresif pada bagian bawah paru.
Histoplasmosis diseminata yang dapat berlangsung akut atau kronik sering
terjadi pada individu imunokompromis dan anak-anak. Pada pasien yang
terinfeksi HIV kelainan sistemik sering bermanifestasi sebagai kelainan kulit.
Penyebaran infeksi ke susunan saraf pusat, juga sering terjadi. Gambaran
radiologis atau bentuk retikulonodular yang dengan cepat menjadi acute
respiratory distress syndrome.
2.3.1.2 Diagnosis
Diagnosis histoplasmosis ditegakan berdasarkan gejala klinik dan
pemeriksaaan laboratorium mikologi. Pemeriksaan laboratorium mikologi
dilakukan dengan memeriksa secara langsung dan membiak spesimen klinik yang
berasal dari pasien yang diduga terinfeksi. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan
serologi untuk mendeteksi antigen dan antibodi yang sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis.
Bahan klinik yang diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium mikologi
tergantung pada organ yang terkena. Pada histoplasmolisis paru dapat dilakukan
pemeriksaan sputum baik secara langsun dengan pulasan Giemsa maupun
menanam sputum ada agar Saboraud dekstrosa (ASD). Bahan klinik lain yan
dapat digunakan pada histoplasmolisis paru adalah bilasan bronkus, yang cara
pemeriksaannya sama dengan cara pemeriksaan sputum. Pada histoplasmolisis
diseminata bahan klinik yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium adalh
darah, cairan otak, usap ulkus, kerokan kulit dan bahan biopsi jaringan. Perlakuan
terhadap bahan klinik di atas sama dengan pemeriksaan sputum yaitu diwarnai
dengan pulasan Giemsa dan dibiak pada medium ASD. Pemeriksaan bahan biopsi
juga dapat dilakukan dengan membuat sediaan tekan jaringan dan memulasnya
dengan Giemsa atau HE. Bahan klinik yang paling serig memberikan hasil positif
baik pada pemeriksaan langsung maupun biakan adalah biopsi sumsum tulang.
Biakan darah juga memberikan hasil positif yang tinggi. Pemeriksaan langsung
dapat dilakukan dengan mewarnai bahan klinik dengan pulasan Giemsa, atau
dengan memeriksa sediaan histopatologi yang diwarnai dengan HE, atau GMS.
Pada pemeriksaan langsung dengan pulasan Giemsa, dan pulasan HE, H.
Capsulatum tampak sebagai sel ragi intraselular yang dikelilingi oleh halo hialin
yang tidak terwarnai dan sitoplasma yang terpulas di dalam sel makrofag/monosit.
Pada biakan spesimen klinik pada ASD yan diikubasi pada suhu kamar jamur
antibodi
berperan
penting
dalam
menegakkan
diagnosis
2.3.1.3 Pengobatan
Pengobatan histoplasmolisis dibedakan antara penderita imunokompeten
non AIDS dan pengobatan pada penderita AIDS. Pada kelompok non AIDS
pengobatan juga dibedakan antara histoplasmolisis diseminata yang mengancam
nyawa dan bentuk yang lebih ringan. Pada bentuk diseminata pengobatan dimulai
10
dengan pemberian amfoterisin B secara intravena dengan dosis 0,7-1 mg/hari uap
hari selama 1-2 minggu. Dosis total diberikan sebanyak 2500 mg untuk orang
dewasa. Untuk anak disesuaikan dengan umur dan berat badan. Kemudian
diteruskan dengan itrakonazol 200-400 mg/hari sampai paling sedikit 6 bulan.
Pada bentuk yang lebih ringan dapat diberikan itrakonazol 200-400 mg selama
paling sedikit 6 bulan. Pada histoplasmolisis paru kronik dengan kavitas
diperlukan pengobatan selama lebih dari satu tahun untuk mencegah kemungkinan
relaps.
Pada penderita AIDS dengan histoplasmolisis ringan sampai sedang dapat
diberikan itrakonazol 200 mg tiga kali/hari untuk tiga hari pertama dilanjutkan
dengan 2x200 mg selama 12 minggu. Prinsip pengobatan histoplasmolisis
diseminata adalah pemberian terapi induksi untuk mendapatkan perbaikan klinis
diikuti terapi supresif untuk mencegah relaps. Terapi induksi menggunakan
amfoterisin B 0.5-1 mg/kgBB/hari selama 3 hari-2 minggu tergantung respons
penderita. Kemudian diikti terapi supresif dengan itrakonazol 400 mg/hari selama
kurang lebih 3 bulan.
2.3.1.4 Prognosis
Prognosis histoplasmolisis tergantung kondisi penyakit pada saat diagnosis
ditegakkan. Diagnosis dini mempunyai prognosis yang lebih baik, namun
diagnosis sering kali terlambat ditegakkan karena secara klinis histoplasmolisis
memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain. Pada histoplasmolisis
diseminata pemberian pengobatan yang tepat dengan induksi dan terapi supresif
untuk mencegah relaps memperbaiki prognosis.
11
2.3.1.5 Epidemiologi
Di alam, H. Capsulatum
2.3.2
Histoplasmolisis duboisii
12
2.3.2.2 Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan biopsi jaringan. Pada sediaan histopatologik
terlihat sel ragi berukuran 8-15 mikron intraselular yang kurang lebih empat kali
lebih besar dibandingkan khamir H. capsulatum. Biakan jaringan biopsi
menghasilkan koloni filamen pada suhu kamar yang tidak dapat dibedakan dengan
H. capsulatum. Pada suhu 37 C tumbuh koloni ragi ang terdiri atas sel khamir
berukuran 8-15 mikron.
2.3.2.3 Pengobatan
Pengobatan histoplasmalisis duboisii dengan amfoterisin-B 1 mg/kg/hari
dengan dosis total paling sedikit 2 g. Dapat terjadi relaps setelah beberapa tahun
yang dapat dicegah dengan pemberian itrakonazol 100-400 mg/hari paling sedikit
6 bulan. Ketokonazol dapat digunakan dengan dosis inisial 600-800 mg/hari
selama 3 bulan kemudian diturunkan menjadi 400 mg/hari 6-12 bulan atau lebih
lama.
2.3.2.4 Prognosis
Penyakit ini sulit untuk diobati, karena sering terjadi relaps
2.3.2.5 Epidemiologi
Sampai sekarang penyakit ini baru ditemukan di Afrika.
2.4
Gejala Klinis
Secara umum histoplasmosis tanpa gejala dan hanya ditandai dengan gejala
14
besar orang yang telah sakit paru-paru. Hal ini dapat berkembang berbulan-bulan
atau bertahun-tahun dan melukai paru-paru. Gejala yang ditimbulkan tidak khas
dan menyerupai gejala penyakit paru lain seperti demam, batuk, sesak napas, dan
lain-lain. Penyakit yang menahun mirip dengan gejala tuberkulosis sehingga sulit
dibedakan dari penyakit tersebut. Di alat dalam lain, gejala yang ditimbulkan juga
tidak khas dan menyerupai penyakit pada alat tersebut sehingga seringkali
penyakit ini tidak dapat dikenal secara dini.
Dari paru, jamur dapat menyebar secara hematogen ke alat lain, terutama
sistem retikulo-endotel, sehingga menimbulkan pembengkakan hati, limpa, dan
kelenjar getah bening. Walaupun demikian, pada Histoplasmosis diseminata,
penderita tidak selalu menunjukkan gejala paru ataupun sangat minimal, seperti
juga yang terjadi pada pasien ini. Suatu bentuk infeksi yang akut dan fatal serta
cepat dijumpai pada anak-anak dan penderita imunosupresi, termasuk penderita
AIDS. Demam, anemia, leukopesia, berat badan menurun, sering dijumpai pada
penyebaran H. capsulatum diseminata. Jika tidak terdiagnosa, dapat menimbulkan
kematian. Penyakit paru fulminan dapat menyerupai infeksi pneumonia oleh
Pneumocystis carinii. Fungemia sering dijumpai dan kadang organisme
intraselular ini dapat terlihat bersirkulasi pada pemeriksaan sediaan apus darah
tepi biasa di dalam monosit.
Gejala awal muncul serupa dengan penyakit flu yang ringan, dan
berkembang dengan berbagai gejala, termasuk kelelahan, demam, sesak napas,
batuk kering, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, sakit sendi dan otot, serta
panas dingin. Penyakit parah dapat menyebabkan pembengkakan pada hati atau
kelenjar getah bening. Histoplasmosis juga dapat mempengaruhi sumsum tulang,
15
dengan akibat anemia (kurang darah merah), leukopenia (kurang beberapa jenis
darah putih) dan trombositopenia (kurang trombosit, dengan akibat darah sulit
beku). Kurang lebih separuh penderita mengalami masalah paru ; rotgen dada
dapat menunjukkan tanda yang khas pada paru. Penyakit paru akibat
histoplasmosis serupa dengan TB dan dapat semakin parah selama bertahuntahun. Histoplasmosis juga dapat mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP),
dengan sampai 20% pasien mengalami gejala kejiwaan.
Menurut gejala-gejala di atas Histoplasmosis dibedakan menjadi 3 macam :
1. Histoplasmosis akut
Pada bentuk yang akut, gejala biasanya timbul dalam waktu 3- 21 hari
setelah penderita menghisap spora jamur. Penderita akan merasakan sakit
disertai demam dan batuk. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang
dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan dan kadang bisa menetap sampai
selama 6 minggu. Bentuk ini jarang bersifat fatal.
2. Histoplasmosis diseminata progresif
Dalam keadaan normal tidak akan terjadi pada orang dewasa yang sehat.
Biasanya terjadi pada anak-anak dan penderita gangguan sistem kekebalan
(penderita AIDS). Gejalanya sangat lambat ataupun sangat cepat, akan
bertambah buruk. Hati,limpa dan kelenjar getah bening membesar. Kadang
infeksi ini menyebabkan ulkus (luka terbuka) di mulut dan saluran
pencernaan. Dalam beberapa kasus, kelenjar adrenal mengalami gangguan
sehingga timbul penyakit Addison. Tanpa pengobatan, bentuk ini 90%
berakibat fatal. Bahkan meskipun diobati, pada penderita AIDS bisa terjadi
kematian.
3. Histoplasmosis kavitasi kronis
Bentuk ini merupakan infeksi paru-paru yang timbul secara bertahap dalam
waktu beberapa minggu, menyebabkan batuk dan kesulitan bernafas.
16
tersebut
hanya
diketemukan
di
Afrika
dan
Madagaskar.
17
Kasus penyakit dilaporkan pernah terjadi pada anjing, sapi, primata, kucing, kuda,
domba, babi, manusia, dan hewan-hewan liar.
Beberapa lesi yang ditemukan pada anjing dan kucing adalah ulserasi usus.
Kemungkinan dapat terjadi pembengkakan dan peradangan pada hati, limpa, dan
nodus
limfatikus
yang
disebabkan
oleh lesi
yang
seperti
tubercle.
Hasil survey menunjukan bahwa infeksi sering terjadi pada sapi, domba dan kuda
di daerah endemik. Anjing merupakan satu-satunya spesies hewan yang sering
menunjukkan tanda-tanda klinis.
Anjing adalah spesies yang sangat sering menunjukan tanda-tanda klinis
tetapi seperti halnya pada manusia, sebagian besar infeksi pada anjing adalah
asimtomatik. Bentuk respiratori yang utama adalah adanya encapsulation dan
pengapuran. Dalam kasus yang tidak jelas anjing biasanya kehilangan berat badan
dan
diare
lama,
ascites
dan
batuk
kronik,
hepatosplenomegaly
dan
lymphadenopathy. Pada anjing penyakit umumnya sering terjadi pada jenis anjing
pekerja dan anjing sporting.
2.5
Siklus Hidup
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini
18
tumbuh
menjadi
benang
hifa
yang
baru,
demikian
seterusnya.
Histoplasmosis adalah infeksi oportunistik (IO) yang umum pada orang HIVpositif.
Infeksi ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini
berkembang dalam tanah yang tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan
unggas, sehingga ditemukan dalam di kandang burung/unggas dan gua. Infeksi
menyebar melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat napas, dan tidak
dapat menular dari orang yang terinfeksi. Jamur ini dapat tumbuh dalam aliran
darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak, biasanya dengan jumlah
CD4 di bawah 150. Setelah berkembang, infeksi dapat menyebar pada paru, kulit,
dan kadang kala pada bagian tubuh yang lain. Histoplasmosis adalah penyakit
yang didefinisi AIDS.
2.6
2.6.1
sudah tidak diperlukan. Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang baik dan
mengalami histoplasmosis kronis dapat diobati dengan pemberian ketoconazole
(Nizoral) atau Amphotericin B (Fungizone). Sedangkan pasien yang mengalami
gangguan sistem kekebalan tubuh dapat diobati dengan Amphotericin B yang
diberikan secara intravena. Pasien biasanya diberikan obat tambahan untuk
19
Pada Hewan
Pada kasus terjadinya Epizootic Lymphangitis pada kuda, pengobatn yang
dapat dilakuakan yaitu dengan pemberian Iodide Sodium secara intravena, atau
dengan pemberian Potassium Iodide secara peoral, namun terjadinya penyakit
terulang kembali atau kambuh pada beberapa bulan kemudian dapat terjadi.
Secara invitro sensitifitas organisme terhadap Amphotericin B, Nystatin, dan
Clotrimazole telah dilaporkan. Pada kebanyakan kasusu hewan yang terinfeksi
oleh penyakit ini tidak diijinkan untuk dilakukan pengobatan, dan hewan yang
terinfeksi segera dimusnahkan dengan eutanasia.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya
Histoplasmosis antara lain :
20
21
BAB III
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Histoplasmosis ialah penyakit jamur sistemik yang disebabkan oleh jamur
22
4.2
Saran
Disarankan kepada penulis selanjutnya agar dapat membahas dan
23
DAFTAR PUSTAKA
24