A) Subjektif
Pasien bapak BP berumur 30 tahun datang ke RSUD Tidar untuk melakukan pengecekan
kesehatan, dan saat melakukan pengecekan pasien mengalami kejang-kejang dan segera
masuk ke ICU.
Nama
Umur
Pekerjaan
Keluhan
Bapak BP
30 tahun
Pedagang
Kejang-kejang saat akan diperiksa
kesadaran pasien
B) Objektif
Pasien memiliki riwayat penyakit lemah jantung yang berasal dari bapak pasien. Setelah
dilakukan CT-Scan, dokter menyatakan bahwa pasien mengalami Space Occupying Lesion
(SOL) Cerebri Parietal Sinistra yaitu tumor otak yang disebabkan oleh abses cerebri (abses
otak yaitu suatu proses infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir diantara jaringan otak
yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa) dan tuberculoma
( salah satu komplikasi kronik akibat dari infeksi tuberculosis yang menyerang paru-paru atau
otak ). Selain itu, pasien juga mengalami bronchitis kronis yaitu terjadi infeksi bronkus pada
3 bulan hingga 1 tahun dan berulang pada tahun berikutnya.
Riwayat penyakit
Suhu
BM
Suspect
Hari
Lemah jantung
37C
60 Kg
SOL Cerebri Parietal Sinistra (abses cerebri
dan tuberculoma), dan bronchitis akut
RR
SPo2
HR
CR
T
TD
Map
HB
Al
At
HMT
GDS
Na
Erit
2.4x 91%
100 <3
135 82
16,8 2 1 46,3 171
13
5,6
Rabu
x/m deti /69
0 8
3
26-10- /mi
n
in
k
0
2016
<3
168 96
Kamis 26x. 96%
min
deti
/77
27-10k
2016
24x 94%
69x <3
103 64
Jumat
/mi
deti /52
28-10- /mi
n
n
k
2016
15x 98%
68x <3
98/
61
Sabtu
/mi
/mi
deti
55
29-10n
n
k
2016
140
Mingg 13x 92% 108 3
/mi
x/m deti /90
u,30n
in
k
102016
15,4 12 17 46,1
129
Senin, 21x 96% 88x <3 110/ 76
/mi
/mi
deti
60
,8
1
31-11n
n
k
2016
126
Selasa, 20x 95% 87x <3 110/ 80
/mi
/mi
deti
70
1-11n
n
k
2016
18x 90%
95x <3
128
Rabu,
/mi
/mi
deti
2-11n
n
k
2016
Data Hasil Laboratorium ( Keterangan : Merah = Melebihi batas normal, Biru = dibawah
batas normal )
Cl
Ur
Krea
3,
2
4
8
4
29,
3
0,63
2,
15
75
2,
51
73
2,
05
73
C) Assesment
Penggunaan obat dalam 8 hari :
Obat
Hari
Rabu
26-102016
Kamis
27-102016
Jumat
28-102016
Piracetam
Ceticolin
Stesolid
phenobarbital
Ceftriaxone
Dexametasone
Fenintoin
KSR
Sabtu
29-102016
Mingg
u, 30102016
Senin,
31-112016
Selasa,
1-112016
Rabu,
2-112016
Indikasi Obat
1. Piracetam Inj
a. Indikasi : efektif dalam pengobatan cerebrovascular insufficiencies, dan ageassociated cognitive impairment dan pengobatan cortical myoclonus ( kelainan
kontraksi otot yang terjadi tanpa disadari yang disebabkan oleh gangguan pada
sistem saraf seperti epilepsi, stroke dan tumor otak ).
b. Kontraindikasi : hipersensitivitas dengan piracetam, end-stage renal disease dan
cerebral haemorrhage.
c. Interaksi : Acenocoumarol dan antiepilepsi drug seperti carbamazepine,
phenytoin, phenobarbitone (meningkatkan efek antiepilepsi drugs)
d. Adverse Reaction : nervousness dan depression
e. Mekanisme : Piracetam berikatan secara fisik pada phisphilipid membrane models
pada polar head, termasuk dalam mengembalikan struktur membrane lamellar
dari drug-phospholipid complexes. Hal ini akan meningkatkan stabilitas membran
dan mengembalikan fungsi dari sel tersebut. Piracetam memiliki efek neuronal
dan vascular effects.
f. Dosis yang digunakan: 3 x 3 gram
g. Referensi :
Dosis untuk terapi cerebrovascular insufficiencies atau stroke untuk dewasa
dengan sediaan parenteral yaitu dapat lebih dari 10 dan hingga 15 gram dalam
sehari. Untuk cortical myoclonus,dosis yang dianjurkan yaitu 7.2 g/hari dan
meningkat 4.8 g/hari tiap tiga atau 4 hari maksimal 24 g/hari. Obat dapat
diberikan dua atau tiga kali sehari. Berdasarkan FDA 2011, penggunaan dosis
piracetam injeksi tergantung dari fungsi renal dari tiap-tiap pasien. Fungsi renal
yang diperhatikan yaitu jumlah serum kreatinin (mg/dl) menggunakan rumus
formula :
2.
Citicoline Inj
a. Indikasi : mengembalikan fase dari infaksi cerebral (ischemia saat stroke),
cognitive dysfunction due to degenerative and cerebrovascular disease, cerebral
insufficiency dan parkinsons disease
b. Kontraindikasi : patients with hypertonia of the parasympathetic nervous system.
c. Interkasi : meclophenoxate
d. Adverse Effects : gastrointestinal disorders, hypotension, bradycardia
e. Mekanisme : repair of the neuronal membrane via increased synthesis of
phosphatidylcholine, repair of damage cholinergic neurons via potentiation of
acetycholine production and reduction of free fatty acid build-up at the site of
stroke-induced nerve damage
f. Dosis yang digunakan : 3 x 250 mg
g. Referensi :
Head injury or brain surgery : dosis dewasa 100-500 mg diberikan satu atau dua
kali sehari. (Takeda Chemical Industries, 1989).
3. Stesolid inj
a. Indikasi : menenangkan mental, menstabilkan saraf otonom dan menimbulkan efek
hipnotik sedatif
b. Kontraindikasi : glaucoma, miastenia gravis, hipersensitif terhadap diazepam,
penderita koma, syok, intoksikasi.
c. Interaksi : sodium oxybate
d. Adverse effect : rasa mengantuk, ataksia, depresi pernafasan, tremor, vertigo,
konstipasi dan kesukaran berbicara
e. Mekanisme : bekerja mempengaruhi behavioural system di otak.
f. Dosis yang digunakan : 10 mg
g. Referensi : Dosis dewasa untuk kejang otot berat yaitu 5-10 mg, jika perlu dapat
diulang dengan interval 3-4 jam (PT. Sanbe Farma)
4. Phenobarbital inj
a. Indikasi : sedatif, hipnotik, anticonvulsant jangka panjang.
b. Kontraindikasi : tidak cocok bagi pasien yang memiliki sensitive terhadap
barbiturate, depresi pernapasan berat, disfungsi hati atau ginjal
c. Interaksi : anticoagulants (dicumarol, warfarin), corticosteroids, griseofulvin,
doxycycline, phenytoin dan valproic acid.
d. Adverse effect : mengantuk, depresi mental, ataksia, nistagmus, reaksi alergi pada
kulit
e. Mekanisme : menurunkan ambang stimulasi sel saraf di korteks motorik sehingga
terjadi hambatan penyebaran aktivitas listrik dari focus aktivitas epilepsy di otak.
Fenobarbital bekerja pada reseptor GABA sehingga menyebabkan peningkatan
inhibisi sinaptik yang menyebabkan berkurangnya kejang.
f. Dosis yang digunakan : Jika perlu 200 mg
g. Referensi : dosis dewasa pada acute convulsions yaitu 20 sampai 320 mg IV dapat
diulang tiap 6 jam sehari (NIH)
5. Ceftriaxone inj
a. Indikasi : uncomplicated gonorrhoea, prophylaxis yang disebabkan infeksi karena
operasi, rentan terkena infeksi
b. Kontraindikasi : hipersensitif terhadap obat golongan sefalosporin,
hipoalbuminemia dan hiperbilirubinemia
6. Dexametasone Inj
a. Indikasi : sebagai antiinflamasi steroid, antiemetic, antineoplastik, hormonal,
glukokortikoid topical
b. Kontraindikasi : hipersensitif terhadap obat golongan kortikosteroid dan pasien
tukak lambung, osteoporosis, diabetes mellitus, infeksi jamur sistemik, galukoma,
herpes simplex atau gangguan fungsi ginjal
c. Interaksi :Aminoglutethimide, antibiotika makrolida, antidiabetik, isoniazid,
ketoconazole.
d. Adverse effect : peningkatan kadar gula dalam darah, pengeroposan tulang.
e. Mekanisme : Dexametasone bekerja dengan cara menekan migrasi neutrofil,
mengurangi produksi prostaglandin dan menyebabkan dilatasi kapiler.
f. Dosis yang digunakan : penggunaan 2 ampul @ 5 mg, sehingga total 10 mg
g. Referensi : pada umumnya 0,5 mg/hari sampai 9 mg/hari. Untuk pengobatan
cerebral edema memerlukan 10 mg diikuti 4 mg intramuscular setiap 6 jam sekali
hingga hasil maksilal didapatkan.
7. Phenytoin inj
a. Indikasi : mengontrol status epileptikus dari tipe grand mal serta pencegahan dan
pengobatan dari bangkitan yang terjadi selama pembedahan saraf
b. Kontraindikasi : hipersensitif terhadap fenitoin, takikardia
g. Referensi : Dosis untuk amebiasis yaitu 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari.
Untuk amebi liver abscess yaitu 500 atau 700 mg diminum 3 kali sehari selama 510 hari, untuk membunuh anaerobic bacterial infections digunakan intravenous
metronidazole dengan dosis 7,5 mg/kg selama 6 jam.
10. Ambroxol tablet
a. Indikasi : sebagai obat batuk berdahak (terapi sekretolitik) pada penyakit
bronkopulmonal akut dan kronis yang berhubungan dengan dahak atau lendir
berlebih dan gangguan transportasi lendir. Ambroxol digunakan untuk mengobati
tracheobronchitis, emfisema bronchitis pneumoconiosis, radang paru kronis,
bronkiektasis, bronchitis dengan bronkospasme asma. Dikombinasi dengan
antibiotic pada bronchitis eksaserbasi akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri
b. Kontraindikasi : hipersensitif dengan ambroxol dan pasien dengan ulkus lambung
atau penyakit maag
c. Interaksi : penggunaan bersama dengan antibiotik seperti amoxicillin, cefuroxime,
eritromisin, doksisiklin dapat menyebabkan konsentrasi antibiotik yang lebih
tinggi dalam jaringan paru-paru.
d. Adverse effect : reaksi alergi, gatal-gatal, ruam kemerahan, bengkak
e. Mekanisme : ambroxol menghambat NO dependent dari aktivasi larut guanylate
cyclise sehingga dapat menekan sekresi lendir yang berlebihan.
f. Dosis yang digunakan : 3 x 1 tablet (30 mg)
g. Referensi :
KSR : Pengukuran Kalium dilakukan pada hari pertama yaitu 3,24 mEq/L
(normalnya 3,5-5,1 mEq/L). Pemberian KSR diberikan mulai hari ke 2 hingga hari
ke dua hingga hari ke 7. Pada kasus bapak BP, terjadi penurunan kesehatan dan
kesadaran pasien pada tiap harinya. Penurunan kesehatan dan kesadaran pasien
juga menyebabkan kalium dalam darah menurun terukur pada hari ke 6 yaitu 2,15
mEq/L, hari ke 7 meningkat 2,51 mEq/L dan hari ke 8 yaitu 2,05 mEq/L. Upaya
untuk membantu meningkatkan kadar kalium di dalam tubuh yaitu dengan
pemberian potassium chloride atau KSR sehingga sudah tepat indikasi. Dosis
yang diberikan yaitu 1200 mg dalam sehari dan jika dibandingkan dengan
referensi sudah tepat yaitu 1560 mg 3900 mg (40-100 mEq).
Metronidazole : pemberian metronidazole diberikan pada hari ke 2 hingga ke 8.
Pemberian antibiotic metronidazole untuk membunuh bakteri pada penyakit
bronchitis akut. Dosis yang diberikan kepada pasien yaitu 1500 mg dalam 1 hari
dan jika dibandingkan dengan literature telah tepat dosis.
Ambroxol : obat ini digunakan pada hari ke 2 hingga ke 8. Penggunaan Ambroxol
mengeluarkan dahak akibat dari brokitis akut. Dosis yang diberikan kepada pasien
yaitu 30 mg, dan jika dibandingkan dengan referensi telah sesuai. Kesimpulan
yaitu penggunaan ambroxol telah tepat indikasi dan tepat dosis.
OBH sirup : obat ini digunakan pada hari ke 2 hingga hari ke 8. Penggunaan OBH
dikombinasi dengan ambroxol untuk meningkatkan efek ekspektoran. Dosis yang
digunakan yaitu dengan meminum 3 kali 1 sendok makan dan telah sesuai dengan
referensi.
Salbutamol tablet : obat ini diberikan pada hari ke 8. Penggunaan salbutamol
membantu mengurangi sesak nafas yang dialami oleh pasien pada hari ke 8. Dosis
yang diberikan kepada pasien yaitu 6 mg dan jika dibandingkan dengan dosis
referensi telah sesuai yaitu 2-4 mg diberikan 3-4 kali. Kesimpulan yaitu
penggunaan salbutamol telah tepat indikasi dan tepat dosis.