Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polimer adalah salah satu bahan rekayasa bukan logam (non-metalic
material) yang penting. Saat ini bahan polimer telah banyak digunakan
sebagai bahan substitusi untuk logam terutama karena sifat-sifatnya yang
ringan, tahan korosi dan kimia, dan murah, khususnya untuk aplikasiaplikasi pada temperatur rendah. Hal lain yang banyak menjadi pertimbangan
adalah daya hantar listrik dan panas yang rendah, kemampuan untuk
meredam

kebisingan,

warna

dan tingkat transparansi yang bervariasi,

kesesuaian desain dan manufaktur.


Istilah polimer digunakan untuk menggambarkan bentuk molekul raksasa
atau rantai yang sangat panjang yang terdiri atas unit-unit terkecil yang
berulang- ulang atau mer atau meros sebagai blok-blok penyusunnya. Molekulmolekul (tunggal) penyusun polimer dikenal dengan istilah monomer. Polimer
Polyethylene, misalnya, adalah salah satu jenis bahan polimer dengan rantai
linear sangat panjang yang tersusun atas unit-unit terkecil (mer) yang
berulang-ulang yang berasal dari monomer molekul ethylene.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan polimer?
2. Apa yang dimaksud dengan polimerisasi?
3. Apa yang dimaksud dengan derajat polimerisasi?
4. Apa yang dimaksud dengan berat molekul polimer?
5. Bagaimana metode pengukuran berat molekul polimer?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi polimer.
2. Untuk mengetahui definisi polimerisasi.
3. Untuk mengetahui definisi derajat polimerisasi.
4. Untuk mengetahui definisi berat molekul polimer.
5. Untuk mengetahui metode pengukuran berat molekul polimer.
1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Polimer
Polimer adalah molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan
kimia yang kecil dan sederhana. Kesatuan kesatuan berulang ini ekivalen dengan
monomer. Jika pengulangan kesatuan berulang itu berstruktur linear (seperti rantai)
maka molekul molekul polimer sering kali digambarkan sebagai molekul rantai atau
rantai polimer.Rantai polimer juga dapat bercabang. Beberapa rantai linear atau
bercabang dapat bergabung melalui sambungan silang

membentuk

polimer

bersambung silang. Jika sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka terbentuk
polimer sambung silang tiga dimensi yang sering disebut dengan polimer jaringan
(Tissue Polymer).
Berat Molekul (BM) merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat
polimer. Faktor penting lainnya yang juga menentukan sifat polimer adalah susunan
rantai didalam polimer dan derajat kekristalannya (derajat kekristalan renda maka
akan bersifat kenyal dan berdaya regang besar, begitu sebaliknya). Polimer dapat
diklasifikasikan menurut asal atau sumbernya, strukturnya, sifat termalnya, komposisi
dan kristalinitasnya. Menurut sumbernya, polimer dibedakan dalam dua jenis yaitu
polimer

sintetik

/ buatan dan polimer alam. Contoh dari polimer sintetik adalah

Polietilen (PE), Polimetil

Metakrilat

(PMAA), Polivinil

Klorida

(PVC)

dan

Polistirena (PS), sedangkan contoh dari polimer alam adalah polisakarida, protein,
pati, lignin dan selulosa. Menurut sifat termalnya, polimer memiliki dua tipe yaitu
polimer termoplastik dan polimer termosetting. Termoplastik
melunak pada pemanasan, misalnya nylon,

polipropilen,

mempunyai

polistiren

sifat

(PS), dan

polyester, sedangkan termosetting mempunyai sifat kaku dan tidak melunak pada
pemanasan, misalanya melamin, formaldehid dan bakelit. Bila ditinjau dari
komposisinya, polimer dibedakan

menjadi

dua

kelompok besar

yaitu

homopolimer (polimer yang tersusun dari satu jenis polimer) dan kopolimer (polimer
yang tersusun dari dua buah atua lebih monomer yang berbeda) (Billmeyer, 1984).
2.2 Definisi Polimerisasi
Untuk membuat polimer diperlukan sebuah proses yang harus dilakukan.
Secara singkat proses terbentuknya polimer yaitu :
2

Monomer polimerisasi polimer


Proses polimerisasi terbagi menjadi dua, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi
kondensasi.
1. Polimerisasi adisi : polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap
diikuti oleh adisi monomer sehingga produk polimer mengandung semua atom
yang ada pada monomer awal.
Contoh polimerisasi adisi adalah sebagai berikut :

Etilena

Polietilena

2. Polimerisasi kondensasi : polimerisasi yang disertai dengan pembentukan


molekul kecil (H2O, NH3).
Contoh polimerisasi kondensasi adalah sebagai berikut :

2.3 Definisi Derajat Polimerisasi


Derajat polimerisasi adalah nomor unit dari suatu monomer yang bergabung
dengan rantai polimer selama masa rantai tersebut masih ada. Pada polimerisasi
terdapat transfer reaksi yang berpengaruh terhadap temperatur (derajat polimerisasi)
polimer dan berat molekulnya. Jika transfer reaksi terkontrol dengan baik maka akan
ditemukan pemotongan berat molekul suatu polimer dan adanya peningkatan
temperatur.
Faktor yang mempengaruhi transfer reaksi polimer salah satunya karena lebih
tingginya aktivitas energy pada transfer reaksi menyebabkan lamanya penggabungan
rata-rata transfer yang akan digunakan dalam penambahan monomer, sehingga
mempengaruhi berat molekul.
2.4 Definisi Berat Molekul Polimer
3

Berat molekul merupakan variabel yang penting sebab berhubungan langsung


dengan sifat-sifat fisika polimer. Pada umumnya,polimer dengan berat molekul tinggi
bersifat lebih kuat,tetapi berat molekul yang terlalu tinggi menyebabkan kesukaran
dalam prosesnya. Kelarutan merupakan prasyarat untuk menetapkan berat molekul.
Untuk menetapkan berat molekul senyawa yang sederhana digunakan teknik
spektrometri massa, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan ketika hadir gugus
fungsi yang cocok. Teknik kovensiaonak dari spektrometri massa tidak banyak lagi
digunakan dalam bidang polimer di luar karakterisasi produk-produk degradasi
polimer karena syarat-syarat pengukurannya untuk sampel yang mudah menguap.
Akhir-akhir ini telah ditemukan beberapa perkembangan baru yang menarik dalam
desorpsi medan yang telah memperluas sprektrometri massa ke dalam daerah
makromolekul. Namun perkembangan demikian masih dalam fase awal dan tidak
memiliki pemakaian rutin dari metode-metode yang lebih tradisional dalam penetapan
berat molekul.
Teknik yang umum digunakan untuk menetapkan berat molekul polimer adalah
osmometri, hamburan cahaya dan ultrasentrifugasi. Meskipun titrasi, krioskopi, dan
ebulliometri juga digunakan dalam beberapa aplikasi. Metode yang paling mudah
untuk menetapkan berat molekul melibatkan pengukuran viskositas larutan, tetapi ini
bukan metode yang mutlak dan hanya bisa digunakan bersama salah satu dari teknik
pengukuran berat molekul mutlak. Nilai berat molekul yang diperoleh tergantung
pada besarnya ukuran dalam metode pengukurannya. Metode yang bergantung pada
analisis gugus ujung atau sifat-sifat koligatif menimbulkan apa yang dikenal sebagai
berat molekul rata-rata jumlah karena bilangan atau jumlah molekul dari setiap berat
dalam sampel yang bersangkutan dihitung. Berat total dari suatu sampel polimer, W
adalah jumlah berat dari setiap spesies yang ada, dimana N dan M menunjukkan
jumlah mol dan berat molekul setiap spesies.

2.5 Metode Pengukuran Berat Molekul Polimer


Ada beberapa metode pengukuran yang digunakan untuk menentukan berat
molekul suatu polimer, dalam hal ini adalah berat molekul rata-rata jumlah dan berat
molekul rata-rata berat.
Sebelum mencari nilai rata-ratanya, terlebih dahulu mencari berat total dari
suatu polimer yang dirumuskan sebagai berikut :
4

W : Jumlah berat dari setiap bagian molekul polimer


N
: Jumlah mol
M : Berat molekul
Dari rumus diatas dapat dicari berat molekul rata-rata suatu polimer.
2.5.1 Berat Molekul Rata-rata Jumlah
Berat molekul rata rata jumlah ( Mn), adalah bilangan atau ukuran
jumlah molekul dari setiap berat polimer yang diperoleh dari perhitungan
bilangan atau jumlah molekul dari setiap berat dalam polimer yang
bersangkutan. Berat total suatu contoh polimer adalah jumlah berat dari setiap
jenis molekul yang ada.
Dalam pengukuran berat molekul rata rata jumlah semua molekul yang
terdispersi dianggap memiliki berat yang sama pada suatu rantai polimer, namun
antara rantai polimer yang satu dengan rantai polimer yang lain memiliki jumlah
molekul yang berbeda sesuai dengan derajat polimerisasi dari suatu proses
polimer.
Secara matematis dapat ditulis:

Dimana Mn = berat polimer per mol


Metode Pengukuran Berat Molekul Rata-rata Jumlah
1. Osmosimetri
Metode ini didasarkan pada prinsip osmosis. Osmosis dapat
dikatakan sebagai pelewatan pelarut melalui selaput aldatiris atau
membrane semipermiabel dan pelarut murni ke dalam larutan atau larutan
encer ke larutan yang lebih pekat. Caranya, pelarut akan dipisahkan dari
larutan polimer dengan menggunakan suatu penghalang, sehingga hanya
pelarut saja yang dapat lewat sedangkan zat terlarut tertahan didalam
penghalang yang dilengkapi dengan membran semipermiabel.

Prinsip Kerja Osmometer


Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif yang bergantung kepada
jumlah partikel terlarut yang ada, maka osmometri menghasilkan harga
rata-rata berat molekul. Tekanan osmotik (P) suatu larutan adalah tekanan
luar yang harus digunakan untuk mencegah lewatnya pelarut berlebih
melalui selaput ardatiris ke dalam larutan.
Selaput ardatiris hanya dapat melewatkan pelarut sedangkan zat
terlarut tidak dapat tembus. Berikut adalah gambar dari sebuah osmometri :

Osmometri
Mula-mula tinggi larutan pelarut sama, setelah dibiarkan beberapa
saat osmosis terjadi ketika pelarut pindah ke larutan melalui membrane
semipermiabel, sehingga tinggi larutan naik, tetapi pada suatu saat kenaikan
berhenti karena sistem mengalami keseimbangan.
6

Pada keadaan ini selisih ketinggian pelarut dan larutan ialah massa
molekul relatif polimer yang dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :

: Tekanan Osmosis
C : Konsentrasi Larutan
R

: Tetapan gas ideal 0,082 L atm mol-1K-1 = 8,314 Jmol-1K-1

: Suhu (Kelvin)

: Koefisien Visial

: Massa Molekul relative polimer


Kelemahan metode osmometri ialah ada beberapa jenis polimer yang

tidak ikut terukur, yakni jenis yang memiliki berat molekul yang rendah,
dikarenakan polimer dengan berat molekul rendah tersebut akan terdifusi
melewati membran. Akibatnya, jumlah berat molekul rata - rata jumlah
yang terukur bukan menyatakan harga keseluruhan dari berat molekul
polimer sampel. Kelemahan lain dari metode ini adalah sulit untuk memilih
selaput yang cocok, dan harga osmometer yang mahal.
2. Analisis Gugus Ujung
Jika suatu polimer diketahui mengandung jumlah tertentu gugus
ujung per molekulnya. Maka jumlah gugus itu dapat ditentukan dalam
sejumlah massa polimer dengan metode analisis.
Dari informasi ini massa satu mol polimer dapat ditentukan dan berat
molekul rata-rata polimer juga dapat ditentukan.
Prinsip analisis gugus ujung ialah memanfaatkan gugus - gugus ujung
dari polimer, yang umumnya berupa gugus - gugus fungsi. Analisis gugus
ujung merupakan teknik analisis polimer untuk mengetahui massa molekul
satu sampel atau sistem dengan menghitung jumlah rantainya.
Jumlah rantai tersebut adalah hal yang penting, karena itu terdapat
beberapa kekurangan dari metode ini, diantaranya : tidak baik digunakan
7

untuk polimer yang tidak linier dan cabang yang jumlah cabangnya harus
diketahui jumlahnya; harus diketahui dengan pasti mekanisme polimerisasi
yang terjadi; tidak efektif digunakan untuk yang memiliki dua gugus ujung
atau lebih untuk satu polimer, karena yang terukur hanya satu gugus ujung
saja dan untuk beberapa gugus ujung yang berbeda dalam satu rantai
polimer, hanya terhitung satu gugus ujung saja, sedangkan gugus ujung
yang lain tidak terhitung serta hanya efektif untuk mengukur polimer polimer yang memiliki berat molekul 5000 - 10000.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan analisis gugus ujung:
1) Gugus ujung harus dapat dianalisis secara kuantitatif.
2) Jumlah gugus ujung yang dapat dianalisis harus diketahui dengan
pasti.
3) Gugus fungsi lain yang mengganggu analisis harus ditiadakan.
4) Konsentrasi gugus ujung harus cukup besar.
5) Metode ini tidak dapat diterapkan pada polimer bercabang.
Dalam 1 polimer linier terdapat gugus ujung sebanyak dua kali molekul
linier.Metode analisis gugus ujung dapat dilakukan melalui beberapa cara
yaknititrasi, penerapan spektroskopi UV, IR dan NMR, pengukuran
aktivitas gugusujung yang radioaktif serta analisis gugus ujung yang
mengandung unsur tertentu.
Rumus yang digunakan untuk menentukan berat molekul dari analisis
gugus ujung ini adalah :
Berat molekul = 1 / mol polimer per gram
2.5.2

Berat Molekul Rata-rata Berat


Berat molekul rata rata berat (Mw) adalah suatu parameter penentuan
berat molekul polimer dimana nilainya dihitung berdasarkan pada massa dan
polarisibilitas jenis polimer yang ada. Polimer dengan massa yang lebih besar
maka kontribusinya ke pengukuran menjadi lebih besar.
Pada perhitungan Mw tiap molekul memiliki kontribusi masing-masing karena
Mw

diperoleh dari akar nilai massa. Metode ini menjumlahkan fraksi berat

masing masing jenis dikalikan jumlah molekulnya. Nilai ini dikenal dengan
berat molekul rata-rata berat (Mw) yang secara matematis dirumuskan sebagai
berikut :

Polimer terdiri dari berbagai macam jenis, dan masing-masing jenis polimer
tersebut tentunya memiliki berat molekul yang berbeda-beda.
Metode Pengukuran Berat Molekul Rata-rata Berat
1. Hamburan Cahaya
Hamburan cahaya (light scatering) adalah metode analisis polimer
untuk menentukan berat molekul satu contoh dengan melihat jumlah cahaya
yang dihamburkan oleh partikel partikel dalam larutan. Prinsip kerjanya
didasarkan pada fakta bahwa cahaya, ketika melewati suatu pelarut atau
larutan melepaskan energi yang diakibatkan oleh absorbsi, konversi ke
panas dan hamburan.
Jika seberkas sinar ditembuskan kedalam cairan yang tak menyerap
sinar, maka sebagian sinar dihamburkan. Jika cairan pelarut dibuat tak
homogen oleh penambahan molekul nisbi maka hamburan tambahan akan
terjadi. Peningkatan hamburan dapat dihubungkan dengan konsentrasi
larutan dan massa molekul nisbi zat terlarut, dibuat dalam persamaan
Debye:

Skema alat yang digunakan pada metode ini dapat dilihat pada gambar di
bawah :
9

Sinar lampu uap raksa A ditembuskan melalui filter pemonokromatis


B, lalu memasuki sel kaca C yang berisi larutan polimer. Sinar yang
dilewatkan diserap dalam penangkap sinar D, intensitas sinar hamburan
diukur dengan membiarkan jatuh pada photo multiplier E yang dipasang
pada lengan yang dapat bergerak sehingga sinar hamburan dapat dibuat pada
berbagai berkas datang. Multiplier lalu diukur dengan galvanometer.
Hamburan sinar dapat dipakai untuk menentukan massa molekul polimer >
1.000.000.
Kelemahan dari metode ini adalah mahalnya alat dan kerumitan
metode secara keseluruhan. Kelebihannya yaitu metode ini adalah cara yang
berguna dan luwes serta dapat digunakan untuk rentang berat molekul yang
cukup lebar (bahkan sampai lebih dari satu juta).
Untuk lebih jelasnya mengenai metode ini dalam mencari nilai Mw,
dapat digunakan plot Zimm yang terlihat pada gambar berikut :

2. Ultrasentrifugasi

10

Ultrasentrifugasi merupakan metode penentuan bobot molekul


dengan cara melibatkan pemutaran larutan polimer pada kecepatan tertentu.
Metode ini lebih banyak dipakai untuk menentukan berat molekul polimer
alam seperti protein.
Tekniknya didasarkan pada prinsip bahwa molekul molekul di
bawah pengaruh medan sentrifugal yang kuat, mendistribusi diri menurut
besarnya secara tegak lurus terhadap sumbu putar, suatu proses yang
disebut sedimentasi dan lajunya proposional dengan massa molekul.
Proses sedimentasi sendiri terbagi menjadi dua untuk dapat menentukan
nilai Mw, yaitu :
a. Kesetimbangan sedimentasi
Kesetimbangan sedimentasi dilakukan dengan pemutaran terhadap
larutan polimer dengan kecepatan rendah dalam waktu tertentu sampai
tercapai kesetimbangan antara sedimentasi dan difusi. Berat molekul rata rata berat dirumuskan sebagai berikut:

C1 dan C2

: konsentrasi

r1 dan r2

: jarak dari pusat rotasi ke titik pengamatan didalam sel

: volume spesifik polimer

: massa jenis larutan


: kecepatan sudut rotasi

b. Kecepatan Sedimentasi
Metode ini dilakukan dengan menggunakan kecepatan tinggi (70000
rpm) untuk menghasilkan sedimentasi. Besarnya sedimentasi diukur dengan
menggunakan laju sedimentasi. Laju sedimentasi (s) adalah tetapan
sedimentasi yang dihubungkan dengan massa partikel. Besarnya laju
sedimentasi (s) dirumuskan:
11

Nilai Mw dapat dihitung, yaitu :

Dimana D adalah besarnya koefisien difusi yang didapat dari :

Sentrifugasi dilakukan dalam suatu lubang terbuka dalam satu


rangkaian sel dalam rotor, kedudukannya diberi jendela jendela
sedemikian dan bisa dipakai untuk mengamati perubahan konsentrasi dalam
larutan polimer. Komponen komponen dasar ultrasentrifugal sebagai
berikut:

3. Viskositas
Untuk mendapatkan nilai rata-rata molekul polimer dengan metode
ini yaitu dengan membandingkan antara viskositas larutan polimer terhadap
12

viskositas pelarut murni. Viskositas sendiri menyatakan kekentalan dari


suatu larutan polimer. Alat yang digunakan adalah viscometer Ostwald.
Prinsip kerjanya adalah pengukuran waktu yang diperlukan pelarut
atau larutan polimer untuk mengalir diantara 2 tanda x dan y. Volume cair
harus tetap karena ketika cairan mengalir kebawah melalui pipa kapiler A,
cairan harus mendorong cairan naik ke B. Akibatnya volume cairan berbeda
masuk percobaan, maka cairan yang didorong menaiki tabung B akan
berubah pula.
Dasar teori Viskositas yang digunakan untuk massa molekul polimer
ialah jika viskositas larutan polimer adalah dan viskositas pelarut murni
ialah o maka viskositas jenis SP.
Persamaannya :

Persamaan ini menggambarkan peningkatan viskositas yang disebabkan


oleh polimer. C adalah konsentrasi larutan polimer. Harga SP disebut
viskositas tereduksi dan diberi lambang [] untuk pelarutan terbatas.
Rumusnya :

Karena massa jenis berbagai larutan yang dipakai hampir sama dengan
massa jenis pelarut maka dapat diandaikan viskositas tiap larutan hasil
pengenceran berbanding lurus dengan waktu alirnya dan pesamaannya
adalah:

Jika dihitung harga h SP dan h SP/c kemudian diekstrapolasi ke konsentrasi


awal (Co) akan menghasilkan harga [h ].
Dengan demikian dapat dihitung massa molekul polimer dengan persamaan:


13

M = Massa molekul rata-rata polimer


K dan a untuk beberapa pelarut dan polimer tertentu yang nilainya diketahui
Kelebihan metode viskometri daripada metode lain adalah lebih cepat dan
mudah, alatnya murah dan perhitungannya lebih sederhana dan kekurangan
dari metode viskometri adalah bukan metode mutlak.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Polimer adalah molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia
yang kecil dan sederhana.
2. Proses polimerisasi dan menghitung nilai berat molekul polimer dapat mempengaruhi
terhadap kualitas bahan.
3. Berat molekul merupakan variabel yang penting sebab berhubungan langsung dengan
sifat kimia polimer.
4. Pengukuran berat molekul polimer dapat melalui berat molekul rata-rata jumlah dan
berat molekul rata-rata berat.
5. Untuk mengukur berat molekul dapat digunakan dengan beberapa metode
pengukuran yaitu sebagai berikut :
Osmometri
Analisis gugus ujung
Hamburan cahaya
Ultrasentrifugasi
Viskositas
3.2 Saran
Dalam sistem penulisan makalah ini Kami sebagai penulis belum dapat
mengakui bahwa makalah ini benar-benar sempurna sesuai yang diharapkan, namun
penulis membutuhkan saran dan kritikan untuk dapat memperbaiki karya ini, dan
muda-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kepada generasi
penerus bangsa secara global.

15

DAFTAR PUSTAKA
Syafitri,

Indah.

2015.

Penentuan

Berat

Molekul

Polimer.

https://www.scribd.com/document/292419357/penentuan-berat-molekul-polimer
Hariyanto,

Guruh.

2015.

Berat

Molekul

Polimer.

http://dokumen.tips/documents/berat-molekul-primer.html#
Syahfina,

Rizki.

2015.

Penentuan

Berat

Molekul

Polimer.

http://dokumen.tips/education/makalah-berat-molekul-polimer.html#
Anonim.

2014.

Berat

Molekul

dan

Larutan

Polimer.

https://id.wikipedia.org/wiki/Berat_Molekul_dan_Larutan_Polimer

16

Anda mungkin juga menyukai