Anda di halaman 1dari 27

Penipuan Dalam Jual Beli Online Dapat

Dihukum Penjara 12 Tahun


Posted by
Hesti Pratiwi
April 14, 2014
Fenomena e-commerce yang sedang booming saat ini dibarengi oleh maraknya sebuah ekses:
penipuan online. Dikhawatirkan, jika tidak segera diatasi, praktik penipuan online ini juga
akan berdampak buruk bagi kemajuan e-commerce Indonesia, karena bisa membuat para
pelanggan menjadi takut belanja online. Sekarang kita punya beberapa Undang-Undang yang
bisa menjerat para penipu online dengan hukuman penjara hingga 12 tahun serta denda
hingga 12 miliar rupiah.
Sektor bisnis e-commerce di Indonesia saat ini memang sedang menjadi primadona, seiring
dengan makin menguatnya penetrasi internet di Indonesia. Tetapi ada ekses negatif dari
ramainya belanja online ini, yakni para penipu yang mencoba mencari uang dari industri
belanja online ini.
Penipuan yang terjadi dalam ranah internet, tentu saja masuk dalam kategori cybercrime,
yakni kejahatan yang dilakukan dengan medium dunia maya atau ranah internet. Seperti kita
ketahui, ada beberapa jenis cybercrime yang membutuhkan kemampuan IT yang tinggi,
diantaranya cracking (pembobolan), phishing (mencuri data pribadi melalui situs palsu),
hacking, data forgery, spyware, carding, hijacking, atau penyebaran virus.
Nah, penipuan jual beli online ini sebenarnya tidak perlu kemampuan teknik yang tinggi.
Bisa dilakukan dengan cara semudah tidak memberikan barang yang sesuai pembelian atau
tidak memberikannya sama sekali. Yang paling parah tentu saja barang yang sudah dibeli
tidak dikirim. Atau bisa saja barangnya dikirim tetapi ternyata rusak, tidak sesuai spesifikasi,
barang palsu, dan lain-lain.
Pembeli yang sudah mengalami peristiwa penipuan ini bisa saja jadi kapok untuk belanja
online lagi. Ujung-ujungnya, industri e-commerce Indonesia yang serius dan berusaha secara
jujur, ikut dirugikan.
Tetapi sebenarnya Indonesia sudah punya senjata untuk memeranginya. Yang diperlukan
sekarang adalah penegakkan hukumnya, termasuk perangkat yang bisa menjalankan hukum
ini. Salah satunya, yang terbaru, sanksi pidana untuk kasus penipuan yang terjadi oleh
transaksi online telah diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014
Tentang Perdagangan (UU No 7 2014) seperti yang disebutkan oleh situs berita Merdeka
yang disindikasi oleh Yahoo ini.
Di aturan ini, pelaku e-commerce dapat dipidana 12 tahun penjara dan/atau denda Rp 12
miliar bila terbukti melakukan penipuan. Ini termasuk pelaku usaha electronic yang

diwajibkan untuk mencantumkan data atau informasi secara lengkap karena bila tidak akan
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha.
Ini cuplikan pasal 115 yang secara khusus mengatur hal ini:
Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan
sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
Sedangkan untuk data atau informasi yang dimaksud terdapat dalam pasal dalam pasal 65
ayat 1:
Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan
sistem elektronik wajib menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan benar,
mencakup identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen atau pelaku usaha
distribusi.
Sedangkan yang dimaksud dengan data dan informasi yang dimaksudkan pada pasal 65 ayat
satu dijelaskan dalam ayat 3, data dan informasi tersebut paling paling sedikit memuat
identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen atau pelaku usaha distribusi,
persyaratan teknis barang yang ditawarkan, persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa yang
ditawarkan, harga dan cara pembayaran Barang dan/atau Jasa, dan cara penyerahan Barang.
Untuk pelanggaran ini, pelaku bisnis dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan
izin ( Pasal 65 ayat 5).
Selain itu perlu diketahui bahwa sistem elektronik yang dimaksudkan wajib memenuhi
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Secara garis besar mengatur tentang informasi dan transaksi elektronik. Sistem elektronik di
atur dalam UU ITE pasal 16.
Khusus untuk sanksi penipuan dari transaksi elektronik terdapat pada pasal 28 ayat (1) yang
menyatakan: Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
Dalam UU ITE tersebut, siapa yang melanggar, bisa diancam pidana penjara paling lama
enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar.
Sedangkan untuk penyelesaikan kasus dapat dilakukan dapat dilakukan melalui pengadilan
maupun mekanisme penyelesaian sengketa lainnya.
Sekarang tinggal penegakkan hukumnya dan perangkat yang bisa menjalankan hukum itu.
Tetapi ada satu lagi yang tidak kalah penting, yakni peran serta dari konsumen sendiri. Sebab,
kasus penipuan adalah delik laporan. Faktanya, masih banyak juga konsumen yang enggan
melaporkan kasus ini kepada yang berwajib karena merasa jumlah uang sedikit dan tak mau
repot

Pasal untuk Menjerat Pelaku Penipuan dalam Jual Beli Online


Penipuan bermodus operandi jual beli online penyelesaian kasusnya bagaimana? Apakah
hanya dikenakan sanksi pidana dari KUHP atau dari UU ITE? Tolong bantuannya.
jojochip

Jawaban:
Adi Condro Bawono, S.H., M.H.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
ITE) tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana penipuan. Selama ini, tindak
pidana penipuan sendiri diatur dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), dengan rumusan pasal sebagai berikut:

Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum dengan menggunakan nama palsu atau martabat
(hoedaningheid) palsu; dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau
supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan,
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Walaupun UU ITE tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana penipuan, namun
terkait dengan timbulnya kerugian konsumen dalam transaksi elektronik terdapat ketentuan
Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang menyatakan:

Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam pidana penjara paling lama enam
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar, sesuai pengaturan Pasal 45 ayat (2) UU
ITE.

Jadi, dari rumusan-rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE dan Pasal 378 KUHP tersebut dapat
kita ketahui bahwa keduanya mengatur hal yang berbeda. Pasal 378 KUHP mengatur

penipuan (penjelasan mengenai unsur-unsur dalam Pasal 378 KUHP silakan simak artikel
Penipuan SMS Berhadiah), sementara Pasal 28 ayat (1) UU ITE mengatur mengenai
berita bohong yang menyebabkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik (penjelasan
mengenai unsur-unsur dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE silakan simak artikel Arti Berita
Bohong dan Menyesatkan dalam UU ITE).

Walaupun begitu, kedua tindak pidana tersebut memiliki suatu kesamaan, yaitu dapat
mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Tapi, rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE tidak
mensyaratkan adanya unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain sebagaimana
diatur dalam Pasal 378 KUHP tentang penipuan.

Pada akhirnya, dibutuhkan kejelian pihak penyidik kepolisian untuk menentukan kapan harus
menggunakan Pasal 378 KUHP dan kapan harus menggunakan ketentuan-ketentuan dalam
Pasal 28 ayat (1) UU ITE. Namun, pada praktiknya pihak kepolisian dapat mengenakan
pasal-pasal berlapis terhadap suatu tindak pidana yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
penipuan sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP dan memenuhi unsur-unsur tindak
pidana Pasal 28 ayat (1) UU ITE. Artinya, bila memang unsur-unsur tindak pidananya
terpenuhi, polisi dapat menggunakan kedua pasal tersebut.

Lepas dari itu, menurut praktisi hukum Iman Sjahputra, kasus penipuan yang menyebabkan
kerugian konsumen dari transaksi elektronik jumlahnya banyak. Di sisi lain, Iman dalam
artikel Iman Sjahputra: Konsumen Masih Dirugikan dalam Transaksi Elektronik juga
mengatakan bahwa seringkali kasus penipuan dalam transaksi elektronik tidak dilaporkan ke
pihak berwenang karena nilai transaksinya dianggap tidak terlalu besar. Menurut Iman, masih
banyaknya penipuan dalam transaksi elektronik karena hingga saat ini belum dibentuk
Lembaga Sertifikasi Keandalan yang diamanatkan Pasal 10 UU ITE.

Sekian jawaban dari kami, semoga membantu.

Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online"

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informasi telah


berkembang sangat pesat di era sekarang ini. Dengan meningkatnya
pengetahuan masyarakat dan rasa ingin tahu yang sangat besar mengenai
bidang ini, serta maraknya fasilitas yang ada sehingga masyarakat dapat dengan
mudah mempelajari teknologi komputer. Melalui internet, transaksi perdagangan
dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Perdagangan atau transaksi melalui
internet lebih dikenal dengan e-commerce. Internet selain memberi manfaat juga
menimbulkan efek negatif.
Kemajuan teknologi komputer, teknologi informasi, dan teknologi komunikasi
menimbulkan suatu tindak pidana baru yang memiliki karakteristik yang berbeda
dengan tindak pidana konvensional. Penyalahgunaan komputer sebagai salah
satu dampak dari ketiga perkembangan tersebut tidak terlepas dari sifatnya
yang khas sehingga membawa persoalan baru yang agak rumit untuk
dipecahkan, berkenaan dengan masalah. Kejahatan komputer berhubungan
dengan kode etik profesi karena masih dalam konteks profesi yaitu dalam hal ini
di bidang IT. Yang kemudian meningkat menjadi tindak kejahatan di dunia maya
atau dikenal sebagai cybercrime. Hal ini jelas juga mengganggu jalannya dunia
bisnis di cyberspace dimana banyak pengguna yang sangat dirugikan.
B.

Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi
Teknologi Informasi dan Komunikasi serta agar penulis dapat memahami dan
mengetahui tentang kejahatan-kejahatan di dalam dunia komputer dan cara
mengatasinya serta kebaikan yang ada di dunia komputer.
C.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pemikiran kami sendiri


berdasarkan studi pustaka dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS

A.

Pengertian E-commerce
Perdagangan elektronik atau e-commerce adalah penyebaran, pembelian,
penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet
atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat
melibatkan

transfer

dana

elektronik,

pertukaran

data

elektronik,

sistem

manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.


B.

Penipuan online
Salah satu jenis kejahatan e-commerce adalah penipuan online. Penipuan online
adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh beberapa orang yang tidak
bertanggung jawab untuk memberikan informasi palsu demi keuntungan pribadi.
Contoh kasus:
Seorang warga negara Indonesia diduga terlibat kasus penipuan terhadap
seorang warga negara Amerika Serikat melalui penjualan online. Kasus ini
terungkap setelah Markas Besar Kepolisian mendapat laporan dari Biro
Penyelidik Amerika Serikat.
"FBI menginformasikan tentang adanya penipuan terhadap seorang warga
negara Amerika yang berinisial JJ, yang diduga dilakukan oleh seorang yang
berasal dari Indonesia," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigjen Pol Boy
Rafli Amar, di Mabes Polri, Kamis 11 Oktober 2012.
Boy mengatakan seorang warga Indonesia itu menggunakan nama HB untuk
membeli sebuah alat elektronik melalui pembelian online. "Jadi ini transaksi
melalui online, tetapi lintas negara. Jadi transaksinya dengan pedagang yang
ada di luar negeri, khususnya Amerika," kata Boy.
Dalam kasus ini, kata Boy, Mabes Polri telah menetapkan satu tersangka
berinisial MWR. Dia memanfaatkan website www.audiogone.com yang memuat
iklan penjualan barang.
Kemudian, kata Boy, MWR menghubungi JJ melalui email untuk membeli barang
yang ditawarkan dalam website itu. "Selanjutnya kedua belah pihak sepakat
untuk melakukan transakasi jual beli online. Pembayaran dilakukan dengan cara
transfer dana menggunakan kartu kredit di salah satu bank Amerika," kata dia.

Setelah MWR mengirimkan barang bukti pembayaran melalui kartu kredit, maka
barang yang dipesan MWR dikirimkan oleh JJ ke Indonesia. Kemudian, pada saat
JJ melakukan klaim pembayaran di Citibank Amerika, tapi pihak bank tidak dapat
mencairkan pembayaran karena nomor kartu kredit yang digunakan tersangka
bukan milik MWR atau Haryo Brahmastyo.
"Jadi korban JJ merasa tertipu, dan dirugikan oleh tersangka MWR," kata Boy. Dari
hasil penyelidikan, MWR menggunakan identitas palsu yaitu menggunakan KTP
dan NPWP orang lain. Sementara barang bukti yang disita adalah laptop, PC,
lima handphone, KTP, NPWP, beberapa kartu kredit, paspor, alat scanner, dan
rekening salah satu bank atas nama MWRSD.
Atas perbuatannya, tersangka dikenai Pasal 378 atau Pasal 45 ayat 2, Pasal 28
Undang-Undang nomor 11 tentang Informasi Transaksi Elektronik. Dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Selain itu, Polri juga menerapkan Pasal 3 Undang-Undang nomor 8 tahun 2010
tentang Pencucian Uang. Selain itu, juga dikenakan pasal pemalsuan yaitu Pasal
378 dan beberapa pasal tambahan Pasal 4 ayat 5, dan pasal 5 UU no 8 tahun
2010.
Saat ini tersangka tengah menjalani proses hukum yang berlaku dan sudah
berstatus tahanan Negara Republik Indonesia.

BAB III
ANALISA UU ITE

Pada kasus yang terjadi dalam pembahasan BAB II hanya di jelaskan bahwa
pelaku telah menjadi tahanan NKRI dan terkena pasal berlapis, yaitu :
Pasal 378 atau Pasal 45 ayat 2, Pasal 28 Undang-Undang nomor 11 tentang
Informasi Transaksi Elektronik, yang berbunyi :

1.

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan

yang

mengakibatkan

kerugian

konsumen

dalam

Transaksi

Elektronik.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA).
Dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Polri juga menerapkan Pasal 3 Undang-Undang nomor 8 tahun 2010 tentang
Pencucian Uang. Selain itu, juga dikenakan pasal pemalsuan yaitu Pasal 378 dan
beberapa pasal tambahan Pasal 4 ayat 5, dan pasal 5 UU no 8 tahun 2010.
Perbandingan kasus antara realita dengan UU ITE No 11 tahun 2008 tidak di
ketahui kesesuaiannya dikarenakan kurangnya penjelasan dan informasi yang
ada.

BAB IV
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Dari kasus yang telah kami paparkan, kami dapat mengambil beberapa
kesimpulan antara lain:
1. Dengan adanya kasus seperti di atas, maka kita harus lebih berhati-hati
dalam semua hal yang kita ingin lakukan dan tidak mudah percaya
dengan orang lain. Supaya kejadian yang tidak diharapkan tidak terjadi
kepada kita.
2. Polisi harus menghukum pelaku kejahatan pencurian dan pelanggaran
etika, dengan hukuman yang sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.
Supaya pelaku tidak mengulangi perbuatannya tersebut dan tidak
merugikan orang lain.
B.

Saran

1. Agar ditingkatkan Sumber Daya Manusia para penegak hukum di


Indonesia, melalui pelatihan-pelatihan yang secara khusus membahas
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan teknologi informasi
khususnya bidang e-commerce.
2. Pemerintah agar mensosialisasikan Undang-Undang No. 11 tahun 2008
Tentang Internet dan Transaksi Elektronika dan segera mengeluarkan
Peraturan Pemerintah sebagai pedoman pelaksanaan Undang-Undang
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Viva

Media

Baru.

2012.

Polri

Ungkap

Penipuan

Jual

Online

Antarnegara. http://nasional.news.viva.co.id/news/read/358658-polri-ungkappenipuan-jual-beli-online-antarnegara. 23 April 2013.


Wikipedia.

Perdagangan

http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_elektronik. 23 April 2013

Elektronik.

Makalah Etika tentang uuite kasus penipuan jual beli onnnline melalui
kaskus
07.23

Gilang Widho

No comments

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

. Latar Belakang

Kebutuhan akan teknologi Jaringan Komputer semakin meningkat. Selain


sebagai media penyedia informasi, melalui Internet pula kegiatan komunitas
komersial menjadi bagian terbesar, dan terpesat pertumbuhannya serta
menembus berbagai batas negara. Bahkan melalui jaringan ini kegiatan pasar di
dunia bisa diketahui selama 24 jam. Melalui dunia internet atau disebut juga
cyberspace, apapun dapat dilakukan. Segi positif dari dunia maya ini tentu saja
menambah trend perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk
kreatifitas manusia. Namun dampak negatif pun tidak bisa dihindari. Takkala
pornografi marak di media Internet, masyarakat pun tak bisa berbuat banyak.
Seiring dengan perkembangan teknologi Internet, menyebabkan munculnya
kejahatan yang disebut dengan "Cybercrime" atau kejahatan melalui jaringan
Internet. Munculnya beberapa kasus "Cybercrime" di Indonesia, seperti
pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang
lain, misalnya email, penipuan jual beli barang secara online dan memanipulasi
data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki ke dalam
programmer komputer. Sehingga dalam kejahatan komputer dimungkinkan
adanya delik formil dan delik materil. Delik formil adalah perbuatan seseorang
yang memasuki komputer orang lain tanpa ijin, sedangkan delik materil adalah
perbuatan yang menimbulkan akibat kerugian bagi orang lain (berdasarkan

makalah Pengamanan Aplikasi Komputer Dalam Sistem Perbankan dan Aspek


Penyelidikan dan Tindak Pidana). Adanya Cybercrime telah menjadi ancaman
stabilitas, sehingga pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan yang
dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya jaringan internet dan intranet.
Oleh karena itu dengan adanya tindakan kejahatan di dunia maya maka di
indonesia telah dibuat undang-undang IT yang lebih sering dikenal dengan
Cyberlaw. Agar para pengguna internet di dunia maya (Cyber) tidak meyalah
gunakan kebebasan yang ada di dunia maya (Cyber).

1.2

. Maksud Dan Tujuan


Maksud dari penulisan Makalah ini adalah :
1. Agar dapat Mengetahui apa isi dari UU ITE.
2. Agar mengurangi kejahatan di bidang ITE.
3. Agar mengetahui manfaat apa sajakah yang di ambil dari ITE
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Profesi Teknologi informasi & Komunikasi dan mengenalkan tentang undangundang ITE yang berkenaan dengan masalah cyber crime(Kejahatan Komputer).

1.3
a.
b.

. Rumusan Masalah

Apa itu undang-undang ITE?


Apa pengertian cyber crime dan salah satu contoh kasus cyber crime.

1.4

Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan


dengan menitik beratkan pada UU ITE. Yaitu pengakuan informasi dan atau
dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah, pengakuan atas tanda
tangan elektronik, penyelenggaraan sertifikasi elektronik dan system elektronik,
hak kekayaan intelektual dan perlindungan hak pribadi, perbuatan yang dilarang
serta ketentuan pidananya.

1.5

Sistematika Penulisan
Sebelum membahas lebih lanjut, sebaiknya penulis menjelaskan dahulu

secara garis besar mengenai sistematika penulisan, sehingga memudahkan


pembaca memahami isi makalah ini. Dalam penjelasan sistematika penulisan
makalah ini adalah :
Bab I Pendahuluan
Berisikan tentang :
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5

Latar belakang
Maksud dan Tujuan
Rumusan Masalah
Ruang Lingkup
Sistematika Penulisan

Bab II Pembahasan
Berisikan tentang :
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7

Undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Eletronik)


Pengertian Cyber Law
Pengertian Cyber Crime
Pengertian Penipuan
Unsur - Unsur Penipuan

Modus Penipuan Jual Beli Barang Online di indonesia


Contoh Kasus Penipuan Via Internet

2.8

Tips Terhindar Dari Penipuan Jual Beli Barang Online

Bab III Penutup


Berisikan tentang :
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Undang-undang
Eletronik)

ITE

(Informasi

dan

Transaksi

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah ketentuan yang


berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia
maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah
hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan
kepentingan Indonesia.
Secara umum, materi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UUITE) dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu pengaturan mengenai informasi
dan transaksi elektronik dan pengaturan mengenai perbuatan yang dilarang.
Pengaturan mengenai informasi dan transaksi elektronik mengacu pada
beberapa instrumen internasional, seperti UNCITRAL Model Law on eCommerce
dan UNCITRAL Model Law on eSignature.Tepatnya pada tanggal 5 Septemeber
2005 telah disahkan menjadi UU oleh DPR. Dalam kenyataannya UU tersebut
tinggal menunggu waktu untuk dapat diberlakukan. UU ini dimaksudkan untuk
menjawab permasalahan hukum yang seringkali dihadapi diantaranya dalam
penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik,
khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum
yang dilaksanakan melalui sistem elektronik.
Undang-undang ITE pada pasal 1 memberikan pengertian tentang
informasi elektronik. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic
mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode
Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Melalui pengertian diatas, bahwa informasi elektronik memiliki cakupan
yang luas baik suara, gambar, tulisan, foto bahkan video dalam bentuk
elektronik. Tidak terbatas pada wujud dan bentuk dari informasi itu sendiri.
Di dalam pasal 1 UU ITE, tidak hanya dijelaskan mengenai pengertian
informasi elektronik, diantaranya pengertian transaksi elektronik, teknologi
informasi, dokumen elektronik, sistem elektronik, penyelenggaraan sistem
elektronik dan lain-lain. Memang sengaja dalam makalah ini tidak dijelaskan
lebih lanjut karena sudah terdapat pada UU ITE.
Dari definisi Informasi Transaksi Elektronik di atas memuat 3 makna :

1.
2.

Informasi Transaksi Elektronik adalah satu atau sekumpulan daa elektronik.


Informasi Transaksi Elektronik memiliki wujud diantaranya tulisan, suara,
gambar.
3.
Informasi Transaksi Elektronik memiliki arti atau dapat dipahami.Sedangkan
mengenai maksud dan tujuan dari UU ITE sudah terdapat pada Bab II Asas dan
Tujuan dalam pasal 3, dengan isi Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum,manfaat,kehatihatian,iktikad
baik,
dan
kebebasan
memilih
teknologi
atau
netral
teknologi.Mengenai tujuannya tertuang dalam pasal 51 :

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35


dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 12.000.000.000, 00 (dua belas miliar rupiah).

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36


dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 12.000.000.000, 00 (dua belas miliar rupiah).

2.2

Pengertian Cyber Crime


Cybercrime adalah tidak criminal yang dilakkukan dengan menggunakan

teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan


kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi computer khusunya
internet. Cybercrime didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang
memanfaatkan

teknologi

computer

yang

berbasasis

pada

kecanggihan

perkembangan teknologi internet.

2.3

pengerian cyber law

Menurut Indonesian Defense University Definisi cyberlaw adalah hukum terkait


dengan proses dan resiko teknologi pada cyber space. Dari perspektif teknologi,
cyber law digunakan untuk membedakan mana cyber aktivitas yang bersifat
legal dan mana yang tergolong tindak kejahatan dunia maya (cyber crime) atau
pelanggaran kebijakan (policy violation). Cyberlaw dibutuhkan karena dasar atau

fondasi dari hukum di banyak negara adalah "ruang dan waktu". Sementara itu,
Internet dan jaringan komputer mendobrak batas ruang dan waktu.

2.4

Pengertian Penipuan
Penipuan berasal dari kata tipu yang berarti perbuatan atau perkataan yang

tidak

jujur

atau

menyesatkan,

bohong,

mengakali

palsu
atau

dan

sebagainya

mencari

dengan

keuntungan.

maksud

Tindakan

untuk

penipuan

merupakan suatu tindakan yang merugikan orang lain sehingga termasuk


kedalam tindakan yang dapat dikenakan hukum pidana.
Pengertian penipuan di atas memberikan gambaran

bahwa

tindakan

penipuan memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan bohong atau berupa
perbuatan yang dengan maksud untuk mencari keuntungan sendiri dari orang
lain. Keuntungan yang dimaksud baik berupa keuntungan materil

maupun

keuntungan yang sifatnya abstrak, misalnya menjatuhkan seseorang dari


jabatannya.
Di dalam KUHP tepatnya pada pasal 378 KUHP ditetapkan kejahatan penipuan
(oplichthing) dalam bentuk umum, sedangkan yang tercantum dalam BAB XXV
Buku II KUHP, memuat berbagai bentuk penipuan terhadap harta benda yang
dirumuskan dalam 20 pasal, yang masing-masing pasal mempunyai nama-nama
khusus (penipuan dalam bentuk khusus). Keseluruhan pasal pada BAB XXV ini di
kenal dengan nama bedrog atau perbuatan curang. Dalam Pasal 378 KUHP yang
mengatur sebagai berikut:
Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu, baik dengan akal dan
tipu muslihat maupun dengan karangan-karangan perkataan bohong, membujuk
orang supaya memberikan suatu barang, membuat utang atau menghapiskan
piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya
empat tahun.

Berdasarkan unsur-unsur tindak pidana penipuan yang terkandung dalam


rumusan Pasal 378 KUHP di atas, maka R. Sugandhi (1980 : 396-397)

mengemukakan pengertian penipuan bahwa:


Penipuan adalah tindakan seseorang dengan
kebohongan,

tipu

muslihat,

rangkaian

nama palsu dan keadaan paslu dengan maksud menguntungkan

diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimatkalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu
yang seakan-akan benar.
Pengertian penipuan sesuai pendapat tersebut di atas tampak secara jelas
bahwa yang dimaksud dengan penipuan adalah tipu muslihat atau serangkaian
perkataan bohong sehingga seseorang merasa terpedaya karena omongan yang
seakan-akan benar.
Biasanya seseorang yang melakukan penipuan, adalah menerangkan
sesuatu yang seolah-olah betul atau terjadi, tetapi sesungguhnya perkataannya
itu adalah tidak sesuai dengan kenyataannya, karena tujuannya hanya untuk
meyakinkan orang yang menjadi sasaran agar diikuti keinginannya, sedangkan
menggunakan

nama

palsu

supaya

yang

bersangkutan

tidak

diketahui

identitasnya, begitu pula dengan menggunakan kedudukan palsu agar orang


yakin akan perkataannya.
Penipuan sendiri dikalangan masyarakat merupakan perbuatan yang
sangat tercela namun jarang dari pelaku tindak kejahatan tersebut tidak
dilaporkan kepada kepolisian. Penipuan yang bersifat kecil-kecilan dimana korban
tidak melaporkannya membuat pelaku penipuan terus mengembangkan aksinya
yang pada akhirnya pelaku penipuan tersebut menjadi pelaku penipuan yang
berskala besar.

2.5

Unsur-Unsur Penipuan
Menurut ahli hukum pidana Andi Zainal Abidin Farid (1961 : 135), bahwa

unsur-unsur tindak pidana penipiuan yang terkandung dalam Pasal 378 tesebut
yaitu :

1.

Membujuk (menggerakkan hati) orang lain untuk Menyerahkan (afgifte) suatu

barang atau supaya membuat suatu hutang atau menghapuskan suatu hutang
2.
Dengan menggunakan upaya-upaya atau cara-cara :
Memakai nama palsu
Memakai kedudukan palsu
Memakai tipu musliha
Memakai rangkaian kata-kata bohong
3.
Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hukum.
Sedangkan unsur-unsur tindak pidana penipuan menurut Moeljatno (2002:70)
adalah sebagai berikut :
1. Ada seseorang yang dibujuk atau digerakkan untuk menyerahkan suatu barang
atau membuat hutang atau menghapus piutang. Barang itu diserahkan oleh
yang punya dengan jalan tipu muslihat. Barang yang diserahkan itu tidak
selamanya harus kepunyaan sendiri, tetapi juga kepunyaan orang lain.
2. Penipu itu bermaksud untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain
tanpa hak. Dari maksud itu ternyata bahwa tujuannya adalah untuk merugikan
orang yang menyerahkan barang itu.
3. Yang menjadi korban penipuan itu harus digerakkan untuk menyerahkan barang
a.
b.

itu dengan jalan :


Penyerahan barang itu harus akibat dari tindakan tipu daya.
Sipenipu harus memperdaya sikorban dengan satu akal yang tersebut dalam
Pasal 378 KUHP.
Sebagai akal penipuan dalam Pasal 378 KUHP mengatur bahwa :

1.

Menggunakan akal palsu


Nama palsu adalah nama yang berlainan dengan nama yang sebenarnya,
meskipun perbedaaan itu tampak kecil, misalnya orang yang sebenarnya
bernama Ancis, padahal yang sebenarnya adalah orang lain, yang hendak
menipu itu mengetahui, bahwa hanya kepada orang yang bernama Ancis orang
akan percaya untuk memberikan suatu barang. Supaya ia mendapatkan barang
itu, maka ia memalsukan namanya dari Anci menjadi Ancis. Akan tetapi kalau

sipenipu itu menggunakan nama orang lain yang sama dengan namanya sendiri,
maka ia tidak dikatakan menggunakan nama palsu tetapi ia tetap dipersalahkan.
2. Menggunkan kedudukan palsu
Seseorang yang dapat dipersalahkan menipu dengan menggunakan kedudukan
palsu,

misalnya

menggunakan

kedudukan

sebagai

pengusaha

dari

perusahaan P, padahal ia sudah diberhentikan, kemudian mendatangi sebuah


toko untuk dipesan kepada toko tersebut, dengan mengatakan bahwa ia X
disuruh oleh majikannya untuk mengambil barang-barang itu. Jika toko itu
menyerahkan barang-barang itu kepada X yang dikenal sebagai kuasa dari
perusahaan P, sedangkan toko itu tidak mengetahuinya, bahwa X dapat
3.

dipersalahkan setelah menipu toko itu dengan menggunakan kedudukan palsu.


Menggunakan tipu muslihat
Yang dimaksud dengan tipu muslihat adalah perbuatan-perbuatan yang dapat
menimbulkan gambaran peristiwa yang sebenarnya dibuat-buat sedemikian rupa

sehingga kepalsuan itu dapat mengelabui orang yang biasanya hati-hati


.
4. Menggunakan susunan belit dusta
Kebohongan itu harus sedemikian rupa berbelit-belitnya sehingga merupakan
suatu atau seluruhnya yang nampaknya seperti benar dan tidak mudah
ditemukan di mana-mana.
Tipu muslihat yang digunakan oleh seorang penipu itu harus sedemikian
rupa, sehingga orang yang mempunyai taraf pengetahuan yang umum (wajar)
dapat dikelabui. Jadi selain kelicikan penipu, harus pula diperhatikan keadaan
orang yang kena tipu itu. Tiap-tiap kejahatan harus dipertimbangkan dan harus
dibuktikan, bahwa tipu muslihat yang digunakan adalah begitu menyerupai
kebenaran, sehingga dapat dimengerti bahwa orang yang ditipu sempat
percaya. Suatu kebohongan saja belum cukup untuk menetapkan adanya
penipuan. Bohong itu harus disertai tipu muslihat atau susunan belit dusta,
sehingga orang percaya kepada cerita bohong itu.

Unsur-unsur tindak pidana penipuan juga dikemukakan oleh Togat


(Moeljatno, 2002 : 72), sebagai berikut :
1.

Unsur menggerakkan orang lain ialah tindakan-tindakan, baik berupa

perbuatan-perbuatan mupun perkataan-perkataa yang bersifat menipu.


2.
Unsur menyerahkan suatu benda. Menyerahkan suatu benda tidaklah
harus dilakukan sendiri secara langsung oleh orang yang tertipu kepada orang
yang menipu. Dalam hal ini penyerahan juga dapat dilakukan oleh orang yang
tertipu itu kepada orang suruhan dari orang yang menipu. Hanya dalam hal ini,
oleh karena unsur kesengajaan maka ini berarti unsur penyerahan haruslah
merupakan akibat langsung dari adanya daya upaya yang dilakukan oleh si
penipu.
3.
Unsur memakai nama palsu. Pemakaian nama palsu ini akan terjadi
apabila seseorang menyebutkan sebagai nama suatu nama yang bukan
namanya, dengan demikian menerima barang yang harus diserahkan kepada
orang yang namanya disebutkan tadi.
4.
Unsur memakai martabat palsu. Dengan martabat palsu dimaksudkan
menyebutkan dirinya dalam suatu keadaan yang tidak benar dan yang
mengakibatkan si korban percaya kepadanya, dn berdasarkan kepercayaan itu ia
menyerahkan suatu barang atau memberi hutang atau menghapus piutang.
5.
Unsur memakai tipu muslihat dan unsur rangkaian kebohongan. Unsur tipu
muslihat adalah rangkaian kata-kata, melainkan dari suatu perbuatan yang
sedemikian

rupa,

sehingga

perbuatan

tersebut

menimbulkan

keprcayaan

terhadap orang lain.


Sedangkan rangkaian kebohongan adalah rangkaian kata-kata dusta atau
kata-kata yang bertentangan dengan kebenaran yang memberikan kesan seolaholah apa yang dikatakan itu adalah benar adanya.

Berdasarkan semua pendapat yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka


seseorang baru dapat dikatakan telah melakukan tindak pidana penipuan
sebagai mana dimaksud dalam Pasal 378 KUHP, apabila

unsur-unsur yang

disebut di dalam pasal tersebut telah terpenuhi, maka pelaku tindak pidana
penipuan tersebut dapat dijatuhi pidana sesuai perbutannya.

2.6

Modus

Penipuan

Jual

Beli

Barang

Online di

indonesia
Ada berbagai modus penipuan yang marak terjadi dalam bisnis jual beli secara
online. Berikut modus-modus penipuan jual beli online yang patut kita
waspadai :
1. Pelaku kriminal hanya mencantumkan nomer Hand Phone
(HP). Setelah berhasil meng-hack akun seseorang, lantas pelaku
kriminalitas akan melakukan promosi berbagai barang dengan harga
sangat murah. Pasti banyak yang tertarik sehingga pelaku selanjutnya
mengarahkan calon korban untuk memesan barang-barang tersebut
melalui inbox pada situs jejaring sosial (biasanya facebook). Dari sinilah
pelaku akan memberikan nomer HP yang bisa dihubungi. Jangan harap
anda akan mendapatkan nomer HP teman anda, karena akun tsb sudah
dikuasai hacker. Begitupun dengan yang memakai situs palsu.
Penggunaan nomer HP dipilih pelaku kriminalitas karena kartu perdana
sangat mudah didapatkan, dan bisa gonta ganti kapan saja, sehingga sulit
dilacak.
2. Pelaku akan memamerkan berbagai bukti pengiriman barang. Ini
adalah modus klasik para pelaku cyber crime. Pada situs palsu mereka
atau akun jejaring sosial mereka (baik mereka bikin sendiri maupun menghack akun orang lain), akan mengupload bukti-bukti pengiriman barang
dari berbagai jasa pengiriman. Ini dimaksudkan agar calon korban yakin
bahwa pelaku benar-benar sering mengirimkan barang ke beberapa
pembeli.
3. Sistem pembayaran melalui ATM atas nama berbagai nama. Ini
juga patut dicermati. Untuk memuluskan kriminalitas mereka, biasanya
pelaku akan menawarkan berbagai kemudahan pembayaran. Kita bisa
mentransfer harga barang yang kita beli ke berbagai rekening bank,
dengan nama berbeda-beda. Bahkan nama yang tercantum dalam
rekening yang dimaksud, tidak ada nama pegawai yang nomer HPnya bisa
kita hubungi.

2.7

Contoh Kasus Penipuan Via Internet

SOLO-HH remaja solo yang masih berusia 15 tahun ditangkap oleh jajaran
Polresta Solo, Rabu (17/4/2013) dini hari. HH ditangkap karena diduga telah
melakukan tindak pidana penipuan di situs jual beli online Kaskus. HH pun
ditahan di Mapolresta Solo. Bagaimana kondisi HH??
Kepolisian telah menetapkan HH sebagai tersangka.

Penetapan

ini

berdasarkan pemeriksaan dan pengakuan HH. Dalam pemeriksaan Rabu pagi itu,
HH, menurut Kasatreskrim Polresta Solo, Kompol Rudi Hartono, HH menawarkan
emas dan handphone kepada kaskuser. Begitu dipesan dan ditransfer dana,
barang tak dikirimkan kepada pemesanan. Dalam pengakuannya HH mengaku
tak sendiri dia hanya sebagai perantara, jelasnya,
Pujiana, 30, pendamping HH dari Yayasan Atma Solo, mengatakan HH hanya
sebagai perantara. Dia dibujuk oleh orang yang berinisial IM, katanya. Pujiana
pun menjelaskan kondisi HH selama ditahan. Menurutnya, HH dan kedua
orangtuanya shock berat. Kedua orangtua HH memang tinggal di kediamannya
di kawasan Joyosuran. Namun mereka juga shock tak percaya dengan kondisi
yang terjadi. Demikian pula HH dia juga shock tidak doyan makan, jelasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, HH diduga melakukan penipuan terhadap
kaskuser lainnya, tak hanya kaskuser Solo. Diperkirakan para korban HH tertipu
puluhan juta rupiah. Berdasarkan informasi yang dihimpun solopos.com, remaja
yang tinggal di Pasar Kliwon Solo ini ditangkap tanpa perlawanan. Kasatreskrim
Polresta Solo, Kompol Rudi Hartono, Rabu, membenarkan adanya penangkapan
itu. Rudi mengatakan HH ditangkap di kediaman kerabatnya yang berjarak
sekitar 200 meter dari kediaman HH. Pemeriksaan terhadap HH telah dilakukan
sejak Rabu pagi. HH didampingi kedua orangtuanya. Setelah diperiksa HH
mengaku perbuatannya. Dia ditetapkan sebagai tersangka dan langsung
ditahan, Dalam pemeriksaan tersebut HH mengaku telah menawarkan barang
berupa emas adan handphone di situs jual beli online Kaskus. Namun dia tidak
mengirimkan barang sudah dipesan oleh konsumen. Setelah ada pengakuan itu

HH ditetapkan sebagai tersangka. HH juga didampingi LSM pemerhati anak,


karena HH masih di bawah umur, Sebagaimana diberitakan sebelumnya,
pengguna forum jual-beli Kaskus (kaskuser) asal Solo diduga telah melakukan
penipuan sejumlah orang di berbagai daerah, hingga mengalami kerugian lebih
dari Rp. 23 juta. Mereka telah melaporkan kejadian itu ke Polresta Solo, Minggu
(14/4/2013). Informasi yang dihimpun Solopos.com, Senin (15/4), orang yang
mereka sebut telah menipu adalah pemilik akun HafidHassan (HH).
Terlapor diduga menipu dengan modus yang berbeda-beda,

seperti

menawarkan jual-beli emas dan ponsel. Jumlah kerugian yang diderita para
korban dari tawaran fiktif itu bervariasi, ada yang Rp1.050.000, Rp9 juta dan
bahkan ada yang merasa tertipu hingga Rp12,1 juta. Penipuan yang diduga
dilakukan HH terjadi sejak awal tahun ini. Salah satu korban adalah pemilik akun
rumahpolos atas nama Bagas Setyo Nugroho, 20, warga Nayu Utara RT 003/RW
013, Kadipiro, Banjarsari, Solo. Kepada solopos.com, Bagas mengaku telah ditipu
HH melalui penawaran ponsel, Minggu (3/4) lalu. Akibat kejadian itu ia
mengalami kerugian Rp1.050.000. Ia menceritakan, sehari sebelum kejadian ia
menawarkan satu unit Blackberry kepada HH. Pada saat yang sama ia juga
sedang

berniat

membeli

ponsel

Smartfren

Andromax

U.

Dalam

sebuah

perbincangan di blackberry messenger (BBM) rupanya HH mengaku mempunya


barang yang sedang dicari Bagas itu.
Hingga akhirnya kami negosiasi. Saya mendapat harga Rp 1 juta ditambah
ongkos kirim [ongkir] Rp50.000. Dia semula mengaku anak semarang. Saya
mengajaknya COD [Cash On Delivery] di Semarang. Dia enggak mau. Maunya
langsung ditransfer saja. Saya dikasih nomor rekening BCA atas nama Zkh,
Setelah mempertimbangkan segala sesuatu, akhirnya ia mentransfer uang pada
Minggu siang. Pada hari itu HH mengaku sudah mengirimkan barang yang
diinginkan Bagas. Bagas pun selanjutnya mengirimkan Rp300.000 sebagai tanda
jadi. Namun, HH tidak teriman. Ia meminta Bagas mengirimkan seluruh uang

seperti kesepakatan semula. Bahkan, HH sempat mengancam akan melaporkan


Bagas ke polisi karena dituding telah menipunya. Hingga akhirnya Bagas
mengirim Rp750.000 ke rekening Zkh tersebut. Setelah uang ditransfer HH
menjanjikan akan mengirim nomor resi pukul 18.00 WIB. Nomor itu berguna
untuk mengecek dan melacak keberadaan barang yang dipesan. Setelah saya
tunggu ternyata HH tidak kunjung mengirimkannya kepada saya. Lalu saya BBM
dia, tapi BBM saya gagal terkirim terus. Kemungkinan besar waktu itu dia
langsung menghapus kontak saya. Saya telepon, dia selalu me-reject [menolak].
Dari situ saya baru sadar telah tertipu,.
Sedangkan, jika dijerat menggunakan UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE), maka pasal yang dikenakan adalah Pasal 28
ayat (1), yang berbunyi sebagai berikut :
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan

yang

mengakibatkan

kerugian

konsumen

dalan

Transaksi

Elektronik. Ancaman pidana dari pasal tersebut adalah penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar (Pasal 45 ayat [2] UU
ITE).
Untuk pembuktiannya, APH bisa menggunakan bukti elektronik dan/atau hasil
cetaknya sebagai perluasan bukti sebagaimana Pasal 5 ayat (2) UU ITE,
disamping bukti konvensional lainnya sesuai dengan kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidan (KUHAP).

Bunyi Pasal 5 UU ITE :


1.

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik atau hasil cetaknya


merupakan alat bukti hukum yang sah.

2. Informasi Elektronik atau Dokumen Elektronik atau hasil cetaknya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai
dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

2.7 Tips Terhindar Dari Penipuan Jual Beli Barang Online


Untuk Penjual
1. Waspadai jika ada buyer yang mengatakan, Saya minta cepat barang di
antar hari ini dengan jumlah xxxx.. (agak banyak). Tak jarang ini hanya
untuk mendapatkan barang tanpa melakukan pembayaran.
2. Modus lainnya, Saya udah transfer tolong kirim cepat dan ternyata
transferan tidak pernah dilakukan. Namun, cara ini cenderung bisa
dihindari karena sebagian besar pemilik toko online sudah menggunakan
SMS atau internet banking sehingga bisa melakukan pengecekan
langsung.
3. Hindari transaksi Sabtu dan Minggu, karena pada hari tersebut mutasi
rekening internet banking ikut libur.
4. Jika anda menerima pembayaran COD (Cash on Delivery), maka sebaiknya
bawa teman untuk mengurangi tingkat penipuan (dihipnotis, di culik,
diperas dll) dan lakukan di tempat yang ramai

Untuk Pembeli
1. Pilihlah Website Yang jelas: Sebelum anda memutuskan bertransaksi di
sebuah website, pastikan website tersebut terkenal atau jelas seperti
Amazon (Baca: Cara Membeli Barang Di Amazon) dan pastikan website
tersebut mencatumkan alamat yang jelas dan nomor telpon yang bisa di
hubungi. Lakukan komunikasi dengan penjual secara intensif untuk
mengetahui style si penjual.
2. Lihat Gambar dan Harga: Check, website tersebut menampilkan barang
yang di jual apa tidak, jika tidak, sebaiknya hindari saja. Dan juga jangan
lupa mengenai harga yang di tawarkan, jika lebih murah (tidak masuk
akal), sebaiknya anda cari tempat yang lain.
3. Cara Pembayaran: Pilih website yang menggunakan pembayaran COD
(cash On delivery) atau REKBER (lihat gambar di atas), namun ini juga
memiliki permasalahan dan kerumitan sendiri, sebab kita harus
mengecheck lagi validasi atau kebenaran dari Rek Ber tersebut. Apabila si
penjual hanya menerima pembayaran transfer, maka lakukan komunikasi
secara intens, baik itu dengan sms, chatting atau yang lainnya.
4. Testimoni: Ini sebenarnya bukan jaminan, namun anda bisa menilai si
penjual dari testimony atau komen dari para pembelinya, jika tidak

terdapat testimony, maka anda bisa lakukan komunikasi seperti yang di


sebut di atas.
5. Monitor Website Secara Berkala: Lakukan monitor terhadap website
yang ingin anda jadikan sebagai tempat membeli barang, jika terjadi
perubahan yang signifikan seperti data alamat dan nomor yang di
hubungi, sebaiknya anda hindari saja.
6. Pelayanan Yang Bagus: Pilih penjual yang siap melayani anda kapan
pun (jam normal) dan dengan proses yang cepat, jika anda mendapatkan
penjual yang sangat lambat dan terkesan ogah-ogahan dalam menjual
barangnya, maka tinggalkan saja.
7. Tanya di Forum jual beli: Cobalah mulai aktif di forum jual beli online,
disana kita bisa berbagi pengetahuan dan saling info mengenai penjual
yang baik dan tidak.
8. Cari di Google: Terutama bagi anda yang senang berbisnis dengan situssitus luar negeri contoh caranya dengan mengetik scam atau kecewa lalu
ketik nama website atau data penjualnya (dari Nama, Nama pemilik
rekening, YM, dll) yang ingin anda bertransaksi apakah ada banyak
member/resellernya yang mengungkapkan kekecewaanya karena
bertaransaksi dengan website atau penjual tersebut? bila ada sebaiknya
anda tinggalkan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya dalam skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: Sistem jual beli benda maya yang ada dalam jual beli online ini
adalah tidak memenuhi rukun dan syarat yang telah ditetapkan. serta tidak
memenuhi aturan-aturan yang berlaku dalam suatu transaksi Proses awalnya
adalah adanya dua orang (penjual dan pembeli) yang bertransaksi dengan akad
jual beli atas barang yang terdapat dalam barang yang mau di beli. Di sana para
pemain dapat memanfaatkan fasilitas chatting untuk melakukan transaksi.
Melalui chatting, para pemain dapat memperbincangkan harga hingga lokasi
tempat dimana dapat bertemu (kopi darat) atau nomor rekening tabungan
sebagai tujuan transfer

uang

.
3.2

Saran
Saran dari pembahasan masalah ini : Sebelum memutuskan
untuk terjun dalam transaksi online, pelajarilah terlebih dahulu
mekanisme mekanisme yang terdapat dalam transaksi online
tersebut. Agar terhindar dari tindakan jahil para penipu penipu
di dunia maya.
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Pidana Bisa Jadi Perdata?


Bagaimana ketentuannya yang mengatakan bahwa suatu Tindak Pidana Penipuan atau
Penggelapan Uang dapat menjadi Hukum Perdata (Hutang Piutang) apabila ada pembayaran
walaupun belum seluruhnya?Apakah bisa, Pidana-nya hapus menjadi Perdata?Terima Kasih
lawfirm.wardana

Jawaban:
Bung Pokrol

Tindak pidana penipuan yang diatur dalam pasal 378 KUHP atau penggelapan yang
diatur dalam pasal 374 KUHP merupakan jenis delik biasa yang proses hukumnya tidak
bisa dihentikan meskipun para pihak telah bersepakat untuk melakukan perdamaian.
Dengan demikian, kasus penipuan atau penggelapan tersebut telah diadukan dan dalam
tahap persidangan sehingga pidananya tidak dapat hapus meskipun para pihak telah
melakukan pembayaran.
Lain halnya apabila tindak pidana yang temasuk dalam delik aduan, di mana para pihak
dapat mencabut tuntutannya apabila di antara mereka telah terjadi suatu perdamaian.
Delik aduan ini hanya bisa diproses apabila ada pengaduan atau laporan dari orang yang
menjadi korban tindak pidana. Misalnya pencurian dalam keluarga, pemerkosaan dan
lain-lain
Demikian sejauh yang kami ketahui. Semoga bermanfaat.
Peraturan perundang-undangan terkait :
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Anda mungkin juga menyukai