Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini
terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh
inti konstan pada 37C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus
akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu
dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga
suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu
mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat
penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan
kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah,
kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat
es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007).
Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat
dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan yang unik terhadap


mikrooganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastro intestinal sangat mudah di
masuki oleh mikroorganisme. Organisme pathogen dengan mudah menempel pada kulit,

di inhalasi ke paru atau di cerna dengan makanan. Setiap sistem organ memiliki
mekanisme pertahanan fisiologis di sesuaikan dengan struktur dan fungsinya. Kondisi
yang mempengaruhi pertahanan khusus organ meningkatkan kecenderungan terhadap
infeksi.

BAB II
PEMBAHASAN
REGULASI SUHU TUBUH DAN PROSES KONDUKSI
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom
penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur
dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur,
Fahrenheit dan Kelvin
Manusia dan binatang menyusui mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh
relative konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Kepentingan dipertahankan suhu
tubuh pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia didalam tubuh kita. Mis kenaikan
suhu 10 derajat Celcius bisa mempercepat proses biologis 2 - 3 kalinya. Suhu inti (core
temperature) manusia berfluktuasi + 1 derajat Celcius dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya
paling rendah adalah pada waktu pagi hari (jam 4 - 6 subuh) dan mencapai puncaknya pada sore
hari (jam 2 - 3 sore).
Kulit dan Homeostasis
1. Reseptor panas dan dingin terletak dalam kulit. Saat suhu tubuh meningkat,
hypothalamus mengirimkan sinyal saraf menuju kelenjar keringat dan menyebakan
pelepasan air sekitar 1-2 liter perjam untuk mendinginkan tubuh.

2. Hipothalamus juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah di kulit membuat lebih


banyak darah mengalir ke area tersebut dan menebabkan panas terlepa dri permukaan
kulit.
3. Saat suhu tubuh menurun, kelenjar keringat mengkerut dan produksi keringat berkurang.
Jika suhu tubuh terus menerus berkurang, tuuh akan menjaga thermiogenesis, dengan
cara meningkatkan laju metabolisme dan dengan menggigil.
4. Kehilangan air lewat kulit berlangsung dalam dua cara; a. penguapan dan b. berkeringat.

A. Kulit sebagai Pengatur Suhu


Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa
yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi
panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan
radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
Di samping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor berbagai macam sensasi, sati di
antaranya oleh termoreseptor. Bagaimana kulit berperan sebagai pengatur suhu, dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas
ke lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan
panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi
sangat di tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna. Bagian pusat
tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang di jaga tetap sekitar 37 derajat selsius.
Mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara
tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara kekonstanan suhu pusat tubuh,

kapasitas insulatif dan suhu kulit dapat di atur ke berbagai gradient suhu antara kulit dan
lingkungan eksterna, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.
Kapasitas insulatif kulit dapat di ibah-ubah dengan mengontrol jumlah darah yang
mengalir melalui kulit. Darah yang mengalir ke kulit melayani 2 fungsi. Pertama,
menyediakan pasok makanan ke kulit. Kedua, karena darah di pompa ke kulit dari jantung,
maka darah membawa panas dari pusat tubuh ke kulit. Aliran darah ke kulit terutama
berfungsi meregulasi suhu. Pada suhu kamar yang normal, 20-30 lebih darah mengalir
melaluikulit untuk keperluan nutrisi.
Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat berubah-ubah, dari 400 ml
sampaI 2.500 ml/menit. Lebih banyak darah mencapai kulit dari pusat tubuh yang panas,
maka suhu kulit lebih dekat ke suhu pusat. Pembuluh darah kutaneus menghadapi
keefektivan kulit sebagai suatu insulator dengan membawa panas ke permukaan, dimana
suhu ini dapat hilang dari tubuh melalui radiasi dan konduksi konveksi. Jadi, vasodilatasi
pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan peningkatan aliran darah panas ke
kulit, akan meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya vasokontriksi pembuluh darah kulit
mengurangi aliran darah ke kulit, dengan demikian menjaga suhu pusat tubuh
konstan,dimana darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan
panas.
Bagaimanapun, kulit bukan merupakan insulator yang sempurna, bahkan dengan
vasokonstriksi yang maksimum. Meskipun aliran darah ke kulit minimal, sebagian panas
tetap di transfer melalui konduksi dari organ lebih dalam ke permukaan kulit dan kemudian
di lepaskan dari kulit ke lingkungan.
Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur
system saraf simpatik. Aktifitas simpatik yang di tingkatkan ke pembuluh kutaneus
menghasilkan penghematan panas vasokonstiksi untuk merespon suhu dingin,sedangkan
penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah
kulit sebagai respon terhadap suhu panas.

Kulit sebagai orga pengatur panas. Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun
terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini dipertahankan karena penyusaian antara panas
yang hilang dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini
segera menyadari bila ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir
melalui medulla oblongata. Suhu normal ( sebelah dalam ) tubuh, yaiti suhu visera dan otak
adalah 36-37C. Suhu kulit sedikit lebih rendah.
Persyarafan vaso-motortik mengendalikan anterior kutan dengan 2 cara, yaitu vasodilatasi dan vaso-kontriksi. Pada vas -dilatasi anteriol memekar, kulit menjadi lebih panas,
dan kelebihan panas cepat terpancar dan hilang, dan juga hilang karena kelenjar keringat
bertambah aktif, dan karena itu terjadi penguapan cairan dari permukaan tubuh. Pada vasokontriksi pembuluh darah dalam kulit mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, keringat
hampir dihentikan, dan hilangnya panas dibatasi. Dengan pengendalian ini pelepasan panas
ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan tubuh. Kulit adalah organ utama yang berurusan
dengan.
Panas dilepas oleh kulit dengan berbagai cara yaitu:
1. Dengan penguapan, jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh darah kulit.
2. dengan pemancaran, panas yang dilepas ke udara sekitarnya.
3. dengan konduksi, panas dialihkan ke benda yang disentuh, seperti pakaian.
4. dengan konveksi ( pengaliran ) karena mengalirnya udara yang telah panas, maka udara
yang menyentuh permukaan tubuh diganti dengan udara yang lebih dingin.
Cara mendinginkan tubuh yang terlampau panas, baik dengan membiarkan udara
mengalir menyentuh kulit dengan cara mengipas, mengusap badan, atau merendam kedalam
air dingin.
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit

a. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang
gelombang 5 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala
penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit
(60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada
gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara
bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu
udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses
pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda
yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi
sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang
kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan
benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda
menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
c. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh.
Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas
tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme
evaporasi berlangsung sekitar 450 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas
terus menerus dengan kecepatan 12 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat
dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus
melalui kulit dan system pernafasan.
d. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada
waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akanmenjadi dipanaskan (dengan
melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin.
Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.

B. Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat merupakan kelenjar eksokrin yang eksresinya dikeluarkan melalui
pori- pori yang tersebar luas di seluruh permukaan kulit. Kelenjar keringat dibedakan
menjadi dua macam berdasarkan atas sekresinya, yaitu :
1. Kelenjar ekrin .
Kelenjar ekrin, tersebar di seluruh permukaan tubuh, memproduksi keringat jernih yang
terutamamengandung air,NaCl, dan urea.
2. Kelenjar apokrin
Kelenjar apokrin dijumpai terutama pada ketiak dan daerah genital. Disamping
mensekresikan air, NaCl, dan urea, kelenjar ini juga mensekresikan zat dari bahan dasar
protein bersusu yang merupakan medium ideal untuk mikroorganisme yang berada dalam
kulit.
Kelenjar keringat, berada di bawah pengendalian system saraf. Di samping sebagai
alat eksresi, kelenjar keringat merupakan bagian penting dari alat regulasi suhu tubuh. Bila
suhu lingkungan cukup panas, maka kelenjar keringat akan mensekresikan keringat
kepermukaan tubuh untuk kemudian di uapkan airnya. Penguapan ini menggunakan panas
tubuh, sehingga dengan demikian penguapan keringat berlaku sebagai system keadaan
darurat untuk membebaskan panas apabila system pendingin pembuluh darah tidak bekerja
dengan baik untuk memelihara homeostasis.Kehilangan panas dan penyimpanan panas di
atur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat.
C. Pengertian suhu tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dproduksi oleh proses tubuh
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.adapun tempat pengukuran suhu
tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan seperti rektum, membran timpani,
esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral.
Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor
dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor
ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam system syaraf pusat. Dengan pengukuran

waktju reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih cepat
dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan
cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu
kembali pada titik tetap.
Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun
subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
1. Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static ). Bila seseorang berendam di air hangat maka
mula-mula rasa hangat akan dialami oleh orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat
tidak lagi dirasakan dan kalau ia keluar dari air dan masuk kembali maka ia akan
merasakan hangat kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh
terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada uhu netral ( suhu
nyaman ). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36C dan rasa
dingin dirasakan pada suhu 17C.
2. Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik ). Pada pengindraan suhu kulit yang
berubah tiga parameter tertentu. Suhu awal kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit
yang terpapar tehadap rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat
tinggi sedangkan untuk rasa dingin rendah. Bila suhu meninkat ambang rasa hangat
menurun dan ambang rasa dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh
terhadap timbulnya rasa panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga
berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin.

3. Titik rasa dingin dan panas. Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap
rangsangan dingin dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa
suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih
banyak dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka
terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.

Sifat-sifat reseptor suhu:


a. Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan frekuensinya bergantung pada
suhu kulit itu sendiri.
b. Pada penurunan/peningkatan suhu akan terjadi perubahan frekuensi impuls
c. Tidak peka terhadap rangsangan lain.
d. Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu manusia terhadap rangsang suhu
dikulit.
e. Mempunyai daerah reseptif yang sempit, setiap serat eferen mensarafi satu atau beberapa
titik rasa suhu saja.
D. Macam macam suhu tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :

Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C

Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 37,5C

Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 40C

Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C


Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu

suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga
pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37C). selain itu, ada suhu
permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan
lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20C sampai 40C.
E. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1. Kecepatan metabolisme basal


Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada
uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis.
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100%
lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak
coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress
individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang
meningkatkan metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan.
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid.
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50100% diatas normal.
5. Hormone kelamin.
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 1015% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone
progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu
basal.
6. Demam ( peradangan ).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar
120% untuk tiap peningkatan suhu 10C.
7. Status gizi.
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%. Hal ini
terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami

penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal
cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang
cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar
komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C.
9. Gangguan organ.
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan
kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Suhu tubuh dihasilkan dari :
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat
menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain,
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan
simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri
terutama bila temperatur menurun.
F. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah

1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :


a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area
tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi
yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh
ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu
yang melewati batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar
1C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu
membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar.
Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat
melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls
di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit
tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat,
yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan
keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan
menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
b. Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel
rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang

tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap
lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi
tiroksin.

PROSES INFEKSI
Beratnya penyakit yang di alami oleh klien tergantung pada tingkat infeksi, patogenitas
mikroorganisme,dan kerentanan pejamu.
Infeksi terbagi menjadi 2, yaitu bisa bersifat lokal atau setempat dan bisa bersifat sistemik
atau mengenai seluruh tubuh dan dapat menjadi fatal.
Proses infeksi berdasarkan tahap adalah :
1. Periode Inkubasi
Adalah interval antara masuknya pathogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
2. Tahap Prodromal.
Adalah Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik ( malaise,demam ringan, keletihan )
sampai gejala yang spesifik. ( selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak
dan kien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
3. Tahap sakit.
Adalah interval saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap, jenis
infeksi ( misalnya : demam di manifestasikan dengan sakit tenggorokan, kongesti sinus,

rhinitis,

dan seperti mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi,

pembengkakan kelenjar paratiroid dan saliva )


4. Pemulihan .
Adalah Interval saat munculnya gejala akut infeksi ( lamanya penyembuhan bergantung pada
beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien, penyembuhan bisa berlangsung dalam
beberapa hari atau bahkan sampai bulanan.

Pertahanan terhadap infeksi.


Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi , melewati :
1. Flora normal yang tinggal di dalam dan di luar tubuh melindungi individu dari beberapa
pathogen.
2. Proses peradangan adalah reaksi protektif selular dan vascular yang menetralisir pathogen dan
memperbaiki sel tubuh.
3. Sistem pertahanan tubuh.
PERTAHANAN SISTEM TUBUH
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan yang unik terhadap mikrooganisme.
Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastro intestinal sangat mudah di masuki oleh
mikroorganisme. Organisme pathogen dengan mudah menempel pada kulit, di inhalasi ke paru
atau di cerna dengan makanan.
Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan fisiologis di sesuaikan dengan
struktur dan fungsinya. Kondisi yang mempengaruhi pertahanan khusus organ meningkatkan
kecenderungan terhadap infeksi.
INFLAMASI

Respon selular tubuh terhadap cedera atau infeksi adalah inflamasi. Inflamasi adalah
reaksi protektif vascular dengan menghancurkan cairan, produk darah dan nutrient ke jaringan
intertisial ke daerah cedera. Proses ini berguna untuk menetralisasi dan mengeliminasi pathogen
atau jaringan mati

( nekrotik ) dan memulai cara-cara perbaikan sel dan jaringan tubuh.

Tanda-tanda infeksi adalah bengkak, kemerahan, panas, nyeri atau nyeri tekan dan
hilangnya fungsi pada bagian yang terinflamasi. Jika inflamasi menjadi sistemik maka muncul
tanda dan gejala lain seperti demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan
pembesaran kelenjar limfe. Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi, atau
mikroorganisme. Pencetus agen fisik seperti trauma mekanis, suhu yang ekstrem, dan radiasi.
Sedangkan agen kimiawi termasuk iritan internal dan eksternal seperti racun keras atau asam
lambung.
Mikroorganisme dapat juga mencetuskan respon ini. Setelah jaringan cedera , maka
terjadi urutan kejadian yang dikoordinasi dengan baik .Respon inflamasi termasuk hal-hal
berikut :
1. Respon Vaskular dan Selular
2. Pembentukan eksudat inflamasi.
3. Perbaikan jaringan.
1. Respon Vaskular dan Selular.
Inflamasi akut adalah respon segera terhadap cedera selular.
Arteriol yang menyuplai daerah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi , hal ini
memungkinkan lebih banyak darah masuk ke sirkulasi lokal. Peningkatan aliran darah lokal
tersebut menghasilkan karakteristik kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal di hasilkan
dari volume darah yang lebih besar pada daerah inflamasi.
Vasodilatasi lokal menghantarkan darah dan sel darah putih ( SDP ) ke jaringan yang
cedera. Cedera menyebabkan nekrosis jaringan dan sebagai akibatnya tubuh mengeluarkan
histamine, bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi ini meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah kecil akibatnya cairan, protein dan sel memasuki ruang intertisial.
Cairan yang terakumulasi tampak sebagai pembengkakan lokal atau edema.

Sedangkan nyeri terjadi diakibatkan oleh adanya pembengkakan jaringan yang


terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung saraf .Substansi kimiawi seperti histamin
menstimulasi ujung saraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologis pada inflamasi,
bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara.
Respon selular dari inflamasi termasuk meningkatnya SDP pada daerah tersebut. Sel
darah putih ( SDP ) lewat melalui pembuluh darah dan masuk kedalam jaringan, melalui proses
Fagositosis. SDP tertentu disebut neutrofil dan monosit menelan dan menghancurkan
mikroorganisme atau partikel lainya.
Leukositosis atau peningkatan jumlah SDP yang bersirkulasi adalah respon tubuh
terhadap SDP yang keluar dari pembuluh darah.
Demam disebabkan oleh pelepasan fagositik oleh pirogen dan sel bakteri yang
menyebabkan peningkatan set point hipotalamus.
2. Eksudat inflamasi adalah akumulasi cairan dan sel mati jaringan serta SDP membentuk
eksudat pada daerah inflamasi.
Eksudat dapat berbentuk Serosa ( jernih sepertri plasma ), Sanguinosa ( mengandung
sel darah merah ) atau Purulen ( mengandung SDP dan Bakteri ).
Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma
seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk
mencegah penyebaranya.
3. Perbaikan jaringan. Jika terjadi cedera pada sel jaringan, penyembuhan termasuk tingkat
bertahan, rekonstruksi, dan maturatif.
Sel yang rusak akan diganti oleh sel yang baru yang sehat. Sel baru mengalami
maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama
dengan sel sebelumnya. Kerusakan jaringan dapat diisi dengan jaringan granulasi yang
mudah rusak. Jaringan granulasi tidak sekuat kolagen jaringan dan mengambil berbentuk
parut.
RESPON IMUN.

Saat mikroorganisme penginvasi memasuki tubuh, mikroorganisme tersebut diserang


pertama kali oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut kemudian memicu respon imun. Materi
asing yang tertinggal ( Antigen ) menyebabkan rentetan respon yang mengubah sususnan
biologis tubuh sehingga reaksi untuk paparan berikutnya berbeda dari reaksi pertama.
Respon yang berubah ini dikenal sebagai respon Imun, dalam respon imun normal ,
Antigen dinetralisasi, dihancurkan atau di musnahkan.
Antigen biasanya tersusun dari protein yang normalnya tidak ditemukan dalam tubuh
manusia. Seringkali adanya antigen sebagai bagian dari struktur bakteri atau virus.
Setelah antigen masuk kedalam tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan
memulai immunitas selular atau homoral.
Imunitas Selular.
Ada dua kelas limfosit :
1. Limfosit T ( CD4T )
2. Limfosit B ( Sel B ).
Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas selular .
Ada reseptor antigen pada membrane permukaan limfosit CD4T, bila antigen bertemu dengan sel
yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka terjadi ikatan.
Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel
yang peka.
Limfosit yang peka bergerak kedaerah inflamasi atau cedera, berikatan dengan antigen
dan melepaskan senyawa kimiawi yang disebut Limfokin.
Limfokin menarik dan menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen, akhirnya antigen
dimatikan .
Respon selular tersebut diubah oleh HIV yang menyebabkan AIDS.
Imunitas Humoral .
Stimulasi Sel B ( limfosit B ) memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesis
immunoglobulin atau antibodi yang membunuh antigen.
Setelah sel B berikatan dengan satu Antigen, akan menyebabakan pembentukan sel B plasma dan
memori.

Sel Plasma mensintesis dan mensekresi antibodi dalam jumlah besar, yang merupakan
protein yang normalnya ditemukan yang menyediakan imunitas menyeluruh.
Sel B memori mempersiapkan tubuh melawan invasi antigen nantinya.
Jika bila antigen masuk lagi kedalam tubuh, antibody terbentuk lebih cepat daripada saat
pertama terpapar, dan kadar immunoglubolin tetap tinggi untuk menyerang antigen.
Antibodi merupakan molekul protein besar, ada lima kelas antibodi immunoglubolin
yang diidentifikasi dengan huruf M, G, A, E dan D. Immunoglibolin M ( ig M ) adalah antibodi
awal pradominan dibentuk setelah kontak awal dengan Antigen disebut juga sebagai respon
imun Primer. Adanya IgM menandakan adanya infeksi baru terjadi.
Pembentukan antibody merupakan dasar dari immunisasi terhadap penyakit dan
merupakan kejadian Natural atau buatan.
Imunitas natural dihasilkan setelah terkena penyakit tertentu seperti campak, dan bertahan
selama hidup.
Imunitas buatan didapat setelah menerima vaksin, seperti polio, sedangkan Imunitas Pasif
biasanya berdurasi pendek dan merupakan jenis yang dapat diperoleh secara transplacenta.
Komplemen adalah senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah.
Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibody terikat bersama, setelah diaktifkan terjadi
perubahan yang cepat dari aktivitas katalitik mengubah bentuk sel antigenik bakteri.
Kemudian terjadi proses Sitolisis yaitu kemampuan komplemen membuat lobang melalui
membrane sel antigen, kemudian ion dan air masuk ke dalam sel, mengakibatkan sel
mengembang .
Interferon
Pada saat tertentu di invasi olehl virus, sel tersebut mensintesis interferon protein.
Interferon mengganggu kemampuan virus bermultiplikasi

dan melindungi sel tubuh dari

infeksi simultan virus lain dan menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel tomor.
INFEKSI NASOKOMIAL.
Diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan.
Unit Perawatan Intensip ( UPI ) merupakan salah satu area dalam rumah sakit yang beresiko
tinggi terkena infeksi nasokomial.

Infeksi Iatrogenik adalah jenis infeksi nasokomial yang diakibatkan oleh prosedur diagnostic
atau terapeutik.
Infeksi nasokomial dibagi menjadi dua yaitu : infeksi eksogen dan infeksi indogen.
Infeksi Eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan
merupakan flora normal.
Sedangkan Infeksi Endogen dapat terjadi bila sebagian dari flora normal klien berubah dan
terjadi pertumbuhan yang berlebihan.
Tempat dan Penyebab Infeksi Nasokomial.
1. Tr. Urinarius :
Pemasangan kateter urine.
Sistem drainase terbuka.
Kateter dan selang tidak tersambung.
Kantung drainase menyentuh p[ermukaan tanah yang terkontaminasi.
Tehnik penampunag yang tidak tepat.
Obstruksi atau gangguan pada drainase uirine.
Urine dalam selang masuk kembali kedalam kandung kemih ( refluk )
Teknik mencuci tangan yang tidak tepat.
2. Luka Bedah atau Traumatik.
Persiapan kulit ( mencukur dan membersihkan .yang tidak tepat sebelum pembedahan.
Teknik mencuci tangan yang tidak tepat.
Tidak membersihkan permukaan kulit dengan tepat,
*Tidak tepat menggunakan alat aseptic selama ganti balutan.
Menggunakan larutan aseptikyang sudah terkontaminasi.
3. Tr. Respiratorius.
Peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.
Tidak tepat menggunakan teknik aseptic saat pengisapan pada jalan nafas.
Pembuangan sekresi mukosa dengan cara yang tidak tepat.
Teknik mencuci tangan yang tidak tepat.

4. Aliran darah.
Kontaminasi cairan intravena melalui pergantian selang atau jarum.
Memasukan obat tambahan kecairan intravena.
Perawatan area tusukan yang tidak tepat.
Jarum atau kateter yangterkontaminasi.
Teknik yang tidak tepat selama pemberian bermacam produk darah..
Perawatan yang tidak tepat terhadap pirau peritoneal atau hemodialisa
Teknik mencuci tangan yang tidak tepat
PENCEGAHAN INFEKSI
Tindakan-tindakan

pencegahan

infeksi

dalam

pelayanan

asuhan

kesehatan

1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur).


2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis dan HIV/AIDS).
Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui :
1. Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui diskontinuitas
permukaan kulit (luka atau lecet kecil).
2. Luka tusuk akibat jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik saat prosedur
dilakukan atau saat memproses peralatan.
Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
1. Asepsis atau teknik aseptic
Asepsis
mencegah

teknik

masuknya

menyebabkan
jumlah

atau

aseptik

adalah

mikroorganisme

infeksi.

Caranya

mikroorganisme

pada

ke

adalah

semua

usaha

dalam

tubuh

menghilangkan

kulit,

jaringan

mencegah

infeksi

dan

yang

dilakukan

yang

mungkin

dan/atau

benda-benda

dalam
akan

menurunkan
mati

hingga

tingkat aman.
2. Antisepsis
Antisepsis
menghambat

adalah

usaha

pertumbuhan

mikroorganisme

dengan

pada

kulit

cara
atau

membunuh
jaringan

atau
tubuh

lainnya.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap
benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
4. Mencuci dan membilas
Mencuci

dan membilas

adalah

tindakan-tindakan

yang

dilakukan

untuk

menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)
dari kulit atau instrumen.
5. Disinfeks
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara
merebus atau cara kimiawi.
7. Sterilisasi
Sterilisasi

adalah

tindakan

yang dilakukan untuk

menghilangkan semua

mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri


pada benda-benda mati atau instrumen.
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa
gejala).
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dantelah
bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus dianggap terkontaminasi
sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.

4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan
benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga sekecil
mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten.
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan asepsis atau teknik aseptic
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara
benar.
Persalinan dan kelahiran bayi bisa terjadi di luar institusi, baik di rumah, klinik bersalin
swasta, polindes, atau puskesmas. Jika proses ini berlangsung di rumah, hati-hati agar
benda-benda yang terkontaminasi tidak menyentuh daerah yang telah dibersihkan dan
disiapkan untuk suatu prosedur.

Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ


A. SEL
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan alam arti
biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel
dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Semua
organisme selular terbagi ke dalam dua golongan besar berdasarkan arsitektur basal dari
selnya, yaitu organisme prokariota dan organisme eukariota. Organisme prokariota tidak
memiliki inti sel dan mempunyai organisasi internal sel yang relatif lebih sederhana.
Prokariota terbagi menjadi dua kelompok yang besar: eubakteria yang meliputi hampir
seluruh jenis bakteri, dan archaea, kelompok prokariota yang sangat mirip dengan bakteri
dan berkembang-biak di lingkungan yang ekstrim seperti sumber air panas yang bersifat
asam atau air yang mengandung kadar garam yang sangat tinggi. Genom prokariota
terdiri dari kromosom tunggal yang melingkar, tanpa organisasi DNA.
Organisme eukariota memiliki organisasi intraselular yang jauh lebih kompleks,
antara lain dengan membran internal, organel yang memiliki membran tersendiri seperti
inti sel dan sitoskeleton yang sangat terstruktur. Sel eukariota memiliki beberapa
kromosom linear di dalam nuklei, di dalamnya terdapat sederet molekul DNA yang
sangat panjang yang terbagi dalam paket-paket yang dipisahkan oleh histon dan protein
yang lain.
Bagian-bagian Sel
Bagian hidup(komponen protoplasma), terdiri atas inti dan sitoplasma termasuk
cairan dan struktur sel seperti : mitokondria, badan golgi, dll. Bagian mati (inklusio),
terdiri atas dinding sel dan isi vakuola
1. Dinding sel
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Dinding sel terdiri daripada
selulosa yang kuat yang dapat memberikan sokongan, perlindungan, dan untuk
mengekalkan bentuk sel. Terdapat liang pada dinding sel untuk membenarkan
pertukaran bahan di luar dengan bahan di dalam sel. Dinding sel juga berfungsi untuk

menyokong tumbuhan yang tidak berkayu. Dinding sel terdiri dari Selulosa (sebagian
besar), hemiselulosa, pektin, lignin, kitin, garam karbonat dan silikat dari Ca dan Mg.
2. Membran Plasma
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma.
Membran sel membungkus organel-organel dalam sel. Membran sel juga merupakan
alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan
dan tidak dibutuhkan oleh sel. Struktur membran ialah dua lapis lipid (lipid bilayer)
dan memiliki permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui
membran sel. Struktur membran sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan
oleh Singer dan Nicholson pada tahun 1972. Pada teori mozaik fluida membran
merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat
berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun
secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan membran
sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak
dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen Komponen
penyusun membran sel antara lain adalah phosfolipids, protein, oligosakarida,
glikolipid, dan kolesterol.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion
secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul
hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara
itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan
substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan
terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara,
yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran
tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan
mekanisme khusus.
Transpor pasif

Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien


konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi
terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal
yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran
yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi
O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah
perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke
hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat
terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa.
Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi
transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor
aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam
transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan
light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua
istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang
mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua
substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor
Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri.
Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada
Bakteriorhodopsin.
3. Mitokondria

Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup


berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk
menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan
demikian, mitokondria adalah pembangkit tenaga bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme
tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung.
Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria
berbentuk elips dengan diameter 0,5 m dan panjang 0,5 1,0 m. Struktur
mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam,
ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper,
2000].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama
serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel
terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini,
membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain
itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan
enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani ?oksidasi menghasilkan Asetil KoA. Membran dalam yang kurang permeabel
dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini
merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat
tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista
[Lodish, 2001].
Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga
meningkatkan

kemampuannya

dalam

memproduksi

ATP.

Membran

dalam

mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang
berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang
mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam. Ruang
antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs,

reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi ?-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks
mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria
(mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium,
kalsium dan kalium.
4. Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi
enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada
berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan
ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis
enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase,
fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi utama
lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui
mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel
kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut
dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa
ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan
enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5)
pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom.
Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel
sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum
endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu,
autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang
menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi
berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan
mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan
membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian,

fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang
menjadi lisosom (endosom lanjut).
5. Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom)
adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di
semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan
fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan
Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi
pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom. Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli
histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang bernama Camillo Golgi.
Beberapa fungsi badan golgi antara lain :
1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada selsel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti
membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari
membran plasma.
3.

Membentuk dinding sel tumbuhan

4. Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi
enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5. Tempat untuk memodifikasi protein
6. Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7.
B. JARINGAN

Untuk membentuk lisosom.

A. Pengertian Serta Arti Definisi Jaringan


Jaringan adalah gabungan dari beberapa atau banyak sel yang memiliki fungsi yang
sama dalam suatu ikatan.
B. Macam-Macam dan Jenis-Jenis Jaringan Pada Manusia dan Hewan
1. Jaringan Otot
Jaringan otot adalah jaringan yang memiliki fungsi untuk pergerakan anggota tubuh
agar dapat bergerak.
2. Jaringan Epitel
Jaringan epitel adalah jaringan yang berfungsi untuk melindungi permukaan organ
tubuh.
3. Jaringan Ikat
Jaringan ikat adalah jaringan yang memiliki fungsi dan tujuan untuk mengikat suatu
jaringan dengan jaringan yang lainnya.
4. Jaringan Tulang
Jaringan tulang berfungsi untuk menunjang anggota tubuh / badan serta untuk
memperlancar gerakan.
5. Jaringan Darah
Jaringan darah adalah jaringan yang berfungsi untuk membawa zat suplay makanan
dan suplai oksigen ke seluruh tubu

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus
arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan
menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan
demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke
lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan
panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi
sangat di tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna.
Tindakan pencegahan infeksi meliputi :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan asepsis atau teknik aseptic
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara
benar.
Persalinan dan kelahiran bayi bisa terjadi di luar institusi, baik di rumah, klinik
bersalin swasta, polindes, atau puskesmas. Jika proses ini berlangsung di rumah,
hati-hati agar benda-benda yang terkontaminasi tidak menyentuh daerah yang
telah dibersihkan dan disiapkan untuk suatu prosedur.

Sejumlah

sistem

organ

tubuh

memiliki

pertahanan

yang

unik

terhadap

mikrooganisme.
Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastro intestinal sangat mudah di masuki oleh
mikroorganisme. Organisme pathogen dengan mudah menempel pada kulit, di inhalasi ke
paru atau di cerna dengan makanan.
Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan fisiologis di sesuaikan dengan
struktur dan fungsinya. Kondisi yang mempengaruhi pertahanan khusus organ
meningkatkan kecenderungan terhadap infeksi.
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan alam arti
biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel
dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
B. SARAN
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah
Ilmu Dasar Keperawatan. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam
penyusunan makalah ini agar lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC
Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
http://www.membuatblog.web.id/2010/06/menjaga-suhu-tubuh.html
http://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh.

TUGAS

ILMU KEPERAWATAN DASAR I

PENGATURAN SUHU TUBUH, PROSES INFEKSI, PROSES


PENCEGAHAN INFEKSI, ORGANOLOGI SEL DAN
JARINGAN TUBUH PADA MANUSIA

OLEH :
LA ODE MUHAMMAD ZAINUL
NIM : 00801168

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES AMANAH MAKASSAR
2012

Anda mungkin juga menyukai