Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pasien dengan insufisiensi adrenal (IA) yang dirawat diruangan intensif mulai
dari kerusakanmultiorgan yang ringan sampai spectrum penyakit yang mengancam
nyawa. Pengenalan IA akan lebih sulit pada pasien dengan kondisi kritis karena tidak
adanya riwayat penyakit yang dapat dipercaya, terlambatnya pelaporan hasil
laboratorium dan diagnosis definitif yang tidak jelas.
Insufisiensi adrenal secara keseluruhan kejadiannya jarang,2,3 dengan insiden
<0,01% pada populasi umum. Pada kelompok tertentu risiko untuk berkembangnya
IA cukup signifikan. Beberapa penelitian menunjukkan insiden IA pada pasien kritis
bervariasi mulai 0-77% tergantung pada populasi yang diperiksa dan kriteria
diagnosis yang dipakai3,4 Namun secara keseluruhan insiden IA pada pasien dengan
penyakit kritis sekitar 30%, dengan insiden setinggi 50-60% pada pasien dengan syok
septic.Insufisiensi adrenal belakangan ini mulai menjadi masalah penting pada
perawatan intensif. IA sering ditemukan pada pasien setelah trauma mayor dan
dikaitkan dengan skor injuri yang lebih berat, meningkatnya kebutuhan cairan dan
darah, meningkatnya kebutuhan inotropik serta meningkatnya mortalitas.Pada
sebagaian besar kasus masih sangat sulit untuk mengenal adanya IA. Dari penelitian
dilaporkan kejadian IA cukup sering terjadi pada pasien kritis. Dilaporkan insiden dari
IA pada pasien trauma dengan cedera kepala didapatkan bervariasi mulai 25- 100%
pada 10 hari pertama setelah cedera kepala. Penelitian yang dilakukan oleh Ricers
dkk2 mendapatkan insiden IA sebesar 32,7% pada pasien pasca operasi yang dirawat
diruagan intensif. Sedanglan Cermman dkk8 mendapatkan insiden IA pada pasien
hematologi dengan sakit kritis sebesar 60%.
Melihat besarnya masalah yang ditimbulkan oleh IA dan seringnya diagnosis
IA terlewatkan pada perawatan pasien kritis, maka berikut akan dibahas mengenai
bagaimana mendiagnosis IA dan memberikan penanganan kasus dengan IA
khususnya pada pasien kritis. Sehingga dengan demikian akan menambah
pemahaman dalam penangan pasien kriti

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Adalah sekresi yang inadekuat dari adrenokortikosteroid, dapat terjadi sebagai
hasil dari sekresi ACTH yang tidak cukup atau karena kerusakan dari kelenjar
adrenal dapat sebagian atau seluruhnya. Manifestasi yang terjadi dapat bermacam
macam , dapat terjadi tiba tiba dan mengancam jiwa atau dapat juga berkembang
secara bertahap dan perlahan lahan.
B. KLASIFIKASI
Insufisiensi adrenal dibagi menjadi 3 tipe, tergantung dari dimana terjadinya
masalah pada kelenjar hipothalamik pituitary-adrenal dan seberapa cepat turunnya
hormon hormon tersebut.
1. Chronic primary adrenal insufiiciency ( Addison disease)
2. Chronic secondary adrenal insufficiency
3. Acute adrenal insufficiency ( Adrenal Crisis )
1. Chronic primary adrenal insufisiency ( Addison disease )
Penyakit ini berhubungan dengan kerusakan secara lambat dari kelenjar
adrenal, dengan defisiensi kortisol, aldosterone, dan adrenal androgen dan
kelebihan dari ACTH dan CRH yang berhubungan dengan hilangnya feedback
negatif.
C. PATOFISIOLOGI :
Insufisiensi adrenal kronis terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk
mengeluarkan hormon dalam jumlah yang adekwat, untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis, walaupun ACTH keluar dari kelenjar pituitari.
D. ETIOLOGI
1. Autoimun ( kurang lebih 70-90 kasus)
2. Infeksi ( TBC, Histoplasmosis, HIV, Syphilis)
3. Keganasan ( metastase dari paru paru, mamae, carcinoma colon, melanoma,
lymphoma)

E. TANDA DAN GEJALA


1. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol :
Lemah badan, cepat lelah, anoreksia, mual mual, muntah, diare, hipoglikemi,
hipertensi ortostatik ringan, hiponatremi, eosinophilia.
2. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan aldosteron :
Hipertensi ortostatik, hiperkalemia, hiponatremia
3. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan androgen :
Kehilangan bulu bulu axilla dan pubis
4. Gejala yang berhubungan dengan kelebihan ACTH :
Hiperpigmentasi kulit dan permukaan mukosa

WOC

F. DIAGNOSIS
Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan ACTH, lalu dilakukan
cosyntropin (ACTH) stimulation test. Kadar kortisol biasanya rendah dan kadar
ACTH tinggi dan eksogen ACTH tidak meningkatkan kortisol karena kelenjar
adrenal tidak berfungsi. Pemeriksaan lebih lanjut tergantung dari kemungkinan
penyebab penyakit yaitu autoimun, infeksi dan keganasan.
G. PENANGANAN
a. Pemberian kortisol po 15 mg pagi hari dan hidrokortison po 10 mg sore hari
( dosis dikurangi secara bertahap, lalu gunakan dosis terendah yang masih
dapat ditoleransi ).

b. Gantikan aldosteron dengan fludrikortison 50-200mcg/hari, dosis titrasi sesuai


dengan tekanan darah dan kadar Kalium
c. Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan
penyakit penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau tiga
kali lipat dosis hidrokortison selama stres fisiologik.
2. Chronic Secondary Adrenal Insuficiency
Adalah penurunan kadar kortisol yang berlebihan, berhubungan dengan
kehilangan fungsi secara lambat dari hypothalamus dan pituitari. Kadar kortisol
dan ACTH keduanya menurun, tetapi kadar aldosteron dan adrenal androgen
biasanya normal karena keduanya diregulasi diluar jalur hipotalamus hipofise.
A. PATOFISIOLOGI
Insufisiensi adrenal kronis sekunder terjadi ketika steroid eksogen menekan
hypothalamus-pituitary-adrenal axis (HPA). Bila terjadi penurunan dari steroid
eksogen ini akan mencetuskan suatu krisis adrenal.atau stess yang akan
meningkatkan kebutuhan kortisol.
B. ETIOLOGI
1. Terapi glukokortikoid jangka lama ( mensupresi CRH )
2. Tumor pituitari atau hipotalamus
3. Radiasi pituitari
4. Penyakit infeksi dan infiltrasi dari kelenjar pituitari ( sarkoid,hystiosistosis,TB,
histoplasmosis)
C. GEJALA DAN TANDA TANDA
Yang berhubungan dengan kekurangan hormon kortisol adalah: lemah badan,
cepat lelah, anoreksia, mual-mual, muntah, diare, hipoglikemi, eosinophilia,
hipotensi ortostatik yang ringan.
D. DIAGNOSIS
Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan kadar ACTH, lalu dilakukan
test stimulasi cosyntropin (ACTH). Kadar kortisol dan ACTH biasanya rendah
eksogen ACTH meningkatkan kortisol pada kasus yang ringan atau onset baru
dari insufisiensi adrenal sekunder. Jika kelainan yang terjadi sudah sangat lama
maka cosyntropin test akan negatif karena berhubungan dengan kejadian adrenal
atropi. Pikirkan alternatif pemeriksaan endokrin yang lain seperti test insulin ,
metyrapone atau CRH stimulation test. Periksa lebih lanjut penyakit yang
mendasarinya contoh pituitary makro adenoma.

E. PENATALAKSANAAN
a. Berikan kortisol 15 mg pada pagi hari dengan hidrocortison 10 mg pada sore
hari ( dosis dapat di turunkan, gunakan dosis terendah yang masih dapat
ditoleransi.atau gunakan glukokortikoid dan kemudian lakukan tappering off.
b. Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan
penyakit penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau tiga
kali lipat dosis hydrokortison selama stres fisiologis.
3. Acute Adrenal Insuficiency ( Krisis Addison)
A. DEFINISI
Suatu keadaan gawat darurat yang berhubungan dengan menurunnya
ataukekurangan hormon yang relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler
dan biasanya gejala gejalanya non spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen.
B. PATOFISIOLOGI
Kortek adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon glukokortikoid
(kortisol), mineralokortikoid (aldosteron, 11-deoxycoticosterone) dan androgen
(dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam kejadian suatu
krisis adrenal adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat
sedikit. Kortisol meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat
melalui proteolisis, penghambat sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan
meningkatkan pengambilan asam amino di hati. Kortisol secara tidak langsung
meningkatkan sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi tetapi juga
menurunkan sensitivitas dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi
untuk mestabilkan lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat
produksi sitokin. Aktivitas fagositik dipertahankan tetapi sel mediated imunity
hilang

pada

keadaan

kekurangan

kortisol

dan

mensupresi

sintesis

adrenokortikotropik hormon ( ACTH). Aldosteron di keluarkan sebagai respon


terhadap stimulasi dari angiotensin II melalui system renin angiotensin,
hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis dopamin. Efek nya pada target organ
primer. Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari natrium dan sekresi dari kalium dan
hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas, peningkatan dari natrium dan kalium
mengaktivasi enzim adenosine triphosphatase ( Na/K ATPase) yang bertangung
jawab untuk trasportasi natrium dan juga meningkatkan aktivitas dari carbonic
anhidrase, efek nya adalah meningkatkan volume intravaskuler. System renin
angiotensin-aldosteron tidak dipengaruhi oleh glukokortikoid eksogen dan

kekurangan ACTH mempuyai efek yang sangat kecil untuk kadar aldosteron
kekurangan hormon adrenokortikal menyebabkan efek yang berlawanan dengan
hormon ini dan menyebabkan gejala klinis yang dapat ditemukan pada krisis
adrenal.
Berikut adalah bagan yang menggambarkan keadaan yang terjadi pada krisis
Addison

Gambar 1 , Dikutip dari Adddison crisis pathway, Widebertha`s MESSAGE


BOARD;
C. FAKTOR RESIKO
Penggunaan steroid , kurang lebih 20 mg sehari dari prednison atau
persamaannya sekurang kurangnya 5 hari pada 1 tahun terahir, penderita
menerima dosis yang mendekati kadar fisiologis yang dibutuhkan selama 1 bulan
untuk memulihkan fungsi dari kelenjar adrenal. Stres fisiologik yang berat seperti
sepsis, trauma, luka bakar, tindakan pembedahan. Berikut ini adalah keadaan yang
terjadi pada hipotalamik-pituitaryadrenal axis pada keadaan normal, keadaan
stress fisiologis yang berat dan dalakeadaan critical illness.

Gambar 2. Aktifitas dari hipotalamus-pituitary-adrenal axis pada


1. Keadaan normal
2. Respon terhadap stres
3. Dalam keadaan critically illnes ( dikutip dari Corticosteroid Insufficiency in
Acuttely ill patiet , N Eng J Med2003;348:727-34
Organisme yang berhubungan dengan krisis adrenal yaitu haemophilus
Influenza, staphilokokus aureus, streptokokus pneumonia, jamur. Selain itu
penggunaan obat inhalasi fluticasone, setelah injeksi steroid intra artikular, dan
pada pengguna obat-obatan ketokonazole, phenitoin, rifampisin.
D. GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang mendukung suatu diagnosis krisis adrenal adalah sebagai
berikut :
Syok yang sulit dijelaskan etiologinya biasanya tidak ada pengaruh dengan
pemberian resusitasi cairan atau vasopresor.

Hipotermia atau hipertermia

Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah badan,

anoreksia, mual mual dan muntah , diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi.


Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu hiperkalemia
dan hipotensi berat yang menetap.

Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas badan, nyeri
abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan kelenjar
adrenal.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data laboratorium memperlihatkan kadar glukosa darah yang rendah.
Biasanya kadar natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah 120 meq/L dan
kadar kalium adalah meningkat, tetapi jarang diatas 7 meq.L. Penderita biasanya
mengalami asidosis dengan kadar bikarbonat plasma antara 15-20 meq /L. Kadar
ureum juga meningkat. Kemungkinan diagnosa juga dapat di lihat dari adanya
eosinofilia dan limpositosis pada SADT, dan adanya gangguan kadar serum tiroid
Diagnosa paling spesifik yaitu dengan memeriksa kadar ACTH dan kortisol, jika
terdapat banyak waktu. Serum kotisol biasanya kadarnya kurang dari 20 mcg/dl
tetapi kita dapat menunggu untuk melakukan pemeriksaan ini bila pasien sudah
dapat distabilkan. Jika akan dilakukan test untuk menstimulasi ACTH setelah
memulai stess dose steroid, pastikanlah steroid sudah diganti ke dexametason
karena tidak akan mempengaruhi test.
Cara melakukan ACTH test adalah pertama tetapkan kadar kortisol plasma
baseline, kemudian berikan ACTH 250 mcg intavena yang diberi tekanan
kemudian pantau serum kortisol 30-60 menit setelah diberikan ACTH. Kenaikan
kurang dari 9 mcg dapat dipikirkan sebagai insuficiensi adrenal.
Pada foto thorax harus dicari tanda tanda tuberculosis, histoplasmosis,
keganasan, sarkoid dan lymphoma. Pada pemeriksaan CT scan abdomen
menggambarkan kelenjar adrenal mengalami perdarahan, atropi, gangguan
infiltrasi, penyakit metabolik. Perdarahan adrenal terlihat sebagai bayangan
hiperdens, dan terdapat pembesaran kelenjar adrenal yang bilateral.
Pada pemeriksaan EKG mempelihatkan adanya pemanjangan dari interval QT
yang dapat mengakibatkan ventikular aritmia, gelombang t inverted yang dalam
dapat terjadi pada akut adrenal krisis.
Pemeriksaan histologis tergantung dari penyebab kegagalan adrenal. Pada
kegagalan adrenokotikal yang primer, terlihat gambaran infeksi dan penyakit

infiltratif. Pada kegagalan adrenokotikal yang sekunder dapat menyebabkan atrofi


kelenjar adrenal. Gambaran dari perdarahan adrenal bilateral mungkin hanya
ditemukan gambaran darah saja.
F. PENATALAKSANAAN
1. Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan
2. garam.
3. Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%
4. Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg.
5. Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12
6. jam atau hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam.
7. Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat
8. diberikan antibiotik.
9. Untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin atau
norepineprin.
10. Terapi pengganti mineralokortikoid dengan fludricortisone
11. Penderita harus dikonsultasikan dengan endokrinologist, spesialis penyakit
Infeksi, ahli critical care, kardiologis, ahli bedah
G. PROGNOSA
Pada keadaan tidak didapatkan perdarahan adrenal bilateral, kemungkinan
hidup dari penderita dengan krisis adrenal akut yang didiagnosa secara cepat dan
ditangani secara baik, mendekati penderita tanpa krisis adrenal dengan tingkat
keparahan yang sama. Penderita yang penyakitnya berkembang menjadi
perdarahan sebelum dapat dilakukan pemeriksaan CT scan atau test hormonal
jarang yang dapat bertahan hidup. Karena insiden dari krisis adrenal dan
perdarahan adrenal sulit diketahui secara pasti maka mortalitas dan morbiditasnya
tidak diketahui dengan jelas

DAFTAR PUSTAKA
Hospital ; New York School of Medicie ; New York City, 2003
Joan Hoffman. 911 Adrenal crisis / Crisis Addison / Adrenal Insuficiency in :
Cushing`s Help and support ; June 2002.

WillacyH,

Bonsal

A.

Addisonian

Crisis

in

:Patient

Plus

original

by

doctoroline.nhs.uk,EMIS 2006
Oelkers W. Adrenal Insuficiency ; Review article ; N Engl J Med 1996; 335:1206-12
Addison`s Disease. Medic Alert Foundation International ; California
Corrigan EK . Addison`s Disease ; Family Health Guide; 2006
McPhee SJ. Disorders of the Adrenal Cortex. In: McPhee SJ,Linggapa
VR,Ganong WF.eds. Pathophisiology of Diseases. 4th Edition .New York: McGrawHill; 2003 : 597-61
McPhee SJ. Disorders of the Adrenal Cortex. In: McPhee SJ,Linggapa
VR,Ganong WF.eds. Pathophisiology of Diseases. 4th Edition .New York: McGrawHill; 2003 : 597-61
Mc Cance KL, Huether SE. The biologic basis for diseases in adult and children. 5th
Edition; 2005: 720-728
Cooper MS,Stewart PM ; Corticosteroid Insufficiency in Acute ill Patient, Review
Article; N Engl J Med 2003 ; 348:8 727-34
Nanda.2015-2017. Diagnose keperawatan. Edisi 5. Jakarta :EGC
Nic.2016. nursing intervention classification.6. Jakarta. EGC

ASUHAN KEPERAWATAN
INSUFISIENSI ADRENAL
Addison disease

A. PENGKAJIAN
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan muntah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah
pada gejala awal : kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun,
hipotensi dan hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang
berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan,
hipotensi arterial (TD : 80/50 mm/Hg)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami
penyakit yang sama / penyakit autoimun yang lain.
f. Pemeriksaan Fisik ( Body Of System)
1. Sistem Pernapasan
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot
bantu pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung
P : Terdapat pergesekan dada tinggi
P : Resonan
A : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi
2.

Sistem Cardiovaskuler
I : Ictus Cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra
P : Redup
A : Suara jantung melemah

3. Sistem Pencernaan
Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering

Abdomen :
I : Bentuk simetris
A : Bising usus meningkat
P : Nyeri tekan karena ada kram abdomen
P : Timpani
4. Sistem muskuluskeletal dan integumen
Ekstremitas atas : terdapat nyeri
Ekstremitas bawah : terdapat nyeri
Penurunan tonus otot
5. Sistem Endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab.
Diagnostik ACTH meningkat.
Integumen Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas
dingin, cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal
ekstremitas dan buku buku pad ajari, siku dan mebran mukosa
6. Sistem Eliminasi Urin
Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik
urin
7. Eliminasi BAB
Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen
8. Sistem Neurosensori
Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi
disorientasi waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah),
letargi, kelelahan mental, peka rangsangan, cemas, koma ( dalam
keadaan krisis)
g. Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen,
ekstremitas
h. Keamanan

Tidak toleran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam
yang diikuti hipotermi (keadaan krisis)
i. Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari, tidak
mampu beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada
aktivitas yang minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
j. Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda tanda seks
sekunder (berkurang rambut rambut pada tubuh terutama pada wanita)
hilangnya libido
k. Integritas Ego
Adanya riwayat riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit
fisik atau pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kekurangan Volume Cairan B.D Kegagalan Mekanisme Regulasi
Nanda 2015-2017, Domain 2,Nutrisi Kelas 5. Hidrasi Hal 193
b. Ketidak Seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh B.D Faktor
Biologis
Nanda 2015-2017, Domain 2,Nutrisi Kelas 1. Makan Hal 177
c. Resiko Ketidak Stabilan Kadar Glukosa Darah
Nanda 2015-2017, Domain 2. Nutrisi Kelas 4. Metabolisme Hal 187
NOC 2016, halaman 667
Dx 1. Kekurangan Volume Cairan B.D Kegagalan Mekanisme Regulasi
o Outcome untuk mengukur penyesaian dari diagnosis
- Keseimbangan cairan
- Hidrasi
o Outcome tambahan untuk mengukur batasan karakteristik
- Tingkat delirium
- Integritas jaringan : kulit dan membran mukosa
- Tanda tanda vital
- Berat badan : masa tubuh
o Outcome yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan atau outcame
menengah
- menengah
- Nafsu makan
- Keparahan mual muntah
NIC Volume cairan, kekurangan hal : 594
Intervensi keperawatan yang disarankan :

Manajemen elektrolit 2000 hal : 166


- Monitor nilai serum elektrolit abnormal

Monitor ketidak seimbangan elektrolit


Pertahankan kepatenan akses iv
Monitor kehilangan cairan
Ambil spesimen darah sesuai orderan untuk melakukan analisis level

elektrolit : urin, level serum


Berikan diet sesuai dengan kondisi ketidak seimbangan elekrolit :kaya

potasium, rendah zodium, dan makanan rendah karbonhidrat


Manajemen cairan 4120 hal : 157
Aktivitas
- Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
- Jaga intake asupan yang akurat dan catat output
- Masukan kateter urin
- Monitor status hidrasi
- Monitor hasil laboratorium
- Monitor tanda- tanda vital
- Monitor status gizi
- Berikan cairan dengan tepat
Monitor cairan 4130 hal : 229
Aktifitas
- Pemeriksaan turgor kulit
- Pemeriksaan CRT normal kurang dari 2 detik
- Monitor berat badan
- Monitor asupan dan pengeluaran
- Monitor kadar serum serum dan elektrolit urin
- Monitor kadar serum alanbumin protein normal
- Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan respon haus
- Berikan cairan yang tepat
NOC 2016, hal : 664
Dx 2 . Ketidak Seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh B.D Faktor
Biologis
Outcome untuk mengukur penyesaian dari diagnosis
- Status nutrisi
Outcome tambahan untuk mengukur batasan karakteristik
- Nafsu makan
- Eliminasi usus
- Status nutrisi : energi
- Status nutrisi : asupan makan dan cairan
- Perfusi jaringan : parifer
- Berat badan : masa tubuh
Outcome yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan
outcome menengah
- Perilaku patuh : diet yang sehat, diet yang disarankan
- Fungsi gastrointestinal
- Kepercayaan mengenai kesehatan
- Kepercayaan mengenai kesehatan : sumber sumber yang diterima
- Pengetahuan : manajemen kelainan makanan

Pengetahuan : diet yang disarankan


Pengtahuan : manajemen berat badan

NIC
Ketidak seimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh hal : 558
Intervensi keperawatan yang disanakan :
Manajemen nutrisi 1100 hal : 197
Aktifitas
- Tentukan status gizi pasien
- Identifikasi adanya alergi makanan
- Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien
- Tentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
- Atur diet yang diperlukan
- Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak saat makan
Bantuan peningkatan berat badan 1240: 78
Aktifitas
- Diskusikan kemungkinan berat badan penyebab berat badan kurang
- Monitor asupan kalori setiap hari
- Monitor nilai albumin, limfosit dan nilai elktrolit
- Berika istirahat yang cukup
- Kenali apakah penurunan berat badan yang dialami pasien merupakan
tanda penyakit terminal
Manajemen energi 0180 hal : 177
Aktifitas
- Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
- Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal
-

mengenai keterbatasan yang dialami


Monitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang
adekuat.

NOC 2016, hal : 682


Dx 3 . Resiko Ketidak Stabilan Kadar Glukosa Darah
Outcome untuk menilai dan mengukur kejadian aktual dari diagnosis
- Keparahan hiperglikemi
Outcome yang berhubungan dengan faktor resiko
- Perilaku patuh : diet yang disarankan
- Perilaku patuh : aktifitas yang disarankan
- Pengetahuan : manajemen diabetes
- Pengetahuan : manajemen pengobatan
- Pengetahuan : manajemen berat badan
- Manajemen diri : diabetes
NIC

intervensi keperawatan yang disankan


Manajemen hiperglikemi 6510 hal : 180
- Monitor kadar glukosa darah
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
- Berikan insulin sesuai resep
- Dorong asupan cairan oral
- Monitor status cairan
- Monitor akses IV
- Berikan cairan IV
- Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah
Manajemen hipoglikemi 4180 hal : 183
- Timbang berat badan
- Monitor status hemodinamik : nadi dan TD
- Monitor adanya kehilangan cairan
- Berikan cairan isotonik : RL,normal salin
- Berikan IV isotonik bolus jika diperlukan
Pengajaran : proses penyakit 5602 hal : 300
- Kaji tingkat pengetahuan pasien
- Jelaskan patofisiologi penyakit
- Riview pengetahuan pasien tetang penyakitnya
- Jelaskan tanda dan gejala umum dari penyakit
- Berikan informasi pada pasien mengenai kondisinya
Pengajaran : obat - obatan 5616 hal 297
- Instruksikan pasien untuk mengenali karakteristik obat sesuai kebutuhan
- Instruksikan pasien tentang tujuan dari penggunaan obat
- Instruksikan pasien mengenai dosis yang diberikan
- Kenali pengetahuan klien tetang obat- obatan
- Evaluasi kemampuan pasien

ENDOKRIN
ASUHAN KEPERAWATAN INSUFIENSI ADRENAL

DISUSU OLEH :
KULSUM SINDI PERTIWI
IMAM AGUS FAISAL
SEPTIAN W

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016

Anda mungkin juga menyukai