Anda di halaman 1dari 7

CAUDECTOMY

Nurul Sulfi Andini (Operator), Cristin Lupita L.D (As.operator 1), Raldy Palulungan (As.operator 2), Marhayani
(As.Operator 3), Abd. Adi Sultan (As.Operator 4), Muh. Reza Basri (Anest)

Kelompok I, Fachira Ulfa Makmur (Asisten Dosen Bedah)


Praktikum Ilmu Bedah Khusus Veteriner I
Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi Dan Patologi
Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin
Oleh :
Muhammad Reza Basri (O 111 11 004)
Abstrak
Caudectomy merupakan suatu tindakan amputasi atau pemotongan sebagian dari ekor hewan (anjing).
Tujuan caudectomy adalah sebagai terapi pada ekor hewan yang mengalami kelainan seperti
neoplasia, luka terbuka, ulcus coccygealis, paralisis ekor, dan menjadi bedah estetika untuk
memperbaiki bentuk dari ekor bila terdapat kelainan bentuk ekor. Pasien yang bernama Naomy Cry
diperoleh data bahwa anjing yang bernama Syahrul jenis kelamin jantan, warna rambut coklat,
memeiliki penyakit pada bagian ekornya berupa dermatitis yang bersifat kronis karena telah berjalan
pada waktu yang lama. Temperatur 390C, frekuensi, denyut jantung 130/menit, dan hasil pemeriksaan
klinis berupa pemeriksaan refleks pupil, mukosa mulut, dan CRT menunjukkan tanda normal. Diagnosa
dengan melakukan inspeksi secara visual didaerah perianal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
luka atau lesi yang parah yang hanya pada bagian caudalis atau ekor anjing ini. Terapi yang dilakukan
berupa tindakan dan pengobatan yang dilakukan adalah pengangkatan pada sebagian ekor anjing
tersebut (caudectomy) agar tidak terjadi infeksi lanjut pada daerah daerah yang dekat dari daerah
tersebut.
.
Kata kunci : hewan kasus, caudectomy, diagnose, terapi

Pendahuluan
Caudectomy atau docking, berarti suatu
tindakan bedah yang yang dilakukan dengan
tujuan untuk menghilangkan ekor hewan.
Tindakan ini dapat dilakukan pada semua
hewan, khususnya yang memiliki ekor, dapat
dilakukan untuk berapa jenis kasus pada ekor
antara lain ialah terapi kasus neoplasia, luka
terbuka, ulcus coccygealis, paralisis ekor, dan
sebagainya (Putra, 2010).
Tail docking adalah operasi kosmetik pada
anaka anjing dilakukan pada umur antara 3 dan
5 hari. Secara alami, anesthesia tidak harus

diberikan; bagaimanapun, harus diberikan


pengertian yang baik pada pemilik akibat dari
rasa sakit yang ditimbulkan dan itu adalah
ketentuan manajemen untuk dapat digunakan
anastesi local, dengan atau tanpa sedasi. Satu
obat/ jenis untuk memulai sedasi dan analgesia
dengan pemberian diazepan secara intranasal
(ke dalam hidung/ saluran pernapasan) (0,1
mg/100 g) diikuti 3 menit setelahnya diberikan
ketamin ( 1mg/ 100 g) secara intranasal dan lalu
5 menit kemudian berikan satu jenis obat
anastesi local secara ring block proximal pada
waktu mau melakukan incisi. Jika tail docking
tidak dilakukan selama satu minggu pertama
umurnya, maka pemotongan harus ditunda

sampai anak anjing berumur 8 sampai 12


minggu dan dapat dilakukan penggunaan
anastesi umum. Panjang ekor yang diinginkan
harus ditentukan berdasarkan yang ditunjuk
untuk bentuk standar jenis-jenis anjing dan
berikan nasehat dengan pemilik. Penyembuhan
setelah tail docking pada anak anjing biasanya
tanpa ada komplikasi. Anak anjing jarang
mengalami iritasi pada tempat yang dioperasi,
tetapi pada anjing betina akan dapat menjilat
sehingga melepaskan jahitan dalam beberapa
hari (Bojrab, 1975).
Caudectomy atau tail docking (pemotongan
sebagian ekor), dimana dilakukan untuk
mengikuti dengan bentuk standar hewan-hewan
atau tradisi, dimana secara etis dan koral masih
diperdebatkan. Indikasi dari tail docking atau
caudectomy dari hal pemeriksaan dan
pengobatan adalah jika terjadi perubahanperubahan akibat trauma, infeksi, tumor, dan
apabila terjadi fistula perianal. Ekor harus
dipotong dari 2 sampai 3 cm dari batas normal
dari jaringan jaringan ketika menghilangkan
tumor atau perubahan akibat dari trauma.
Pemotongan harus dilakukan dekat anus jika
ujung ekor terjadi pengeluaran darah secara
chronik akibat dari berulang kali mengalami
luka goresan/ luka lecet atau kerusakan yang
terus terjadi. Pemotongan didekat pangkal
dianjurkan untuk ekor avulsed (membengkok)
dan jika diperlukan untuk ekor melipat akibat
pyoderma dan fistula perianal (Fossum, 2007).
Selain untuk menangangi kasus penyakit,
caudectomi dapat pula dilakukan untuk tujuan
estetika. Beberapa pendapat menyatakan
ketidak setujuannya terhadapat tindakan
caudectomi ini hanya dengan tujuan estetika.
Apalagi bila akibat dari caudectomi ini dapat
membahayakan hewan tersebut. Oleh sebab itu,
dengan semakin berkembangnya kepedulian
manusia terhadap kesehatan dan kesejahteraan
hewan, terutama di negara maju, caudectomi
yang hanya bertujuan demi estetika atau
mengikuti trend saja sudah dilarang.

Caudectomi kini lebih diarahkan untuk terapi


penyakit sekaligus estetika. Dalam dunia
kedokteran hewan, istilah caudectomy yaitu,
pada docking tidak dilakukan penjahitan
(hanyadi tekan menggunakan kapas steril yang
dibasahi dengan yodium tincture), sedangkan
pada caudectomi perlu dilakukan penjahitan
pada kulit (Ibrahim, 2012).
Untuk mengangkat seekor anjing yang
cederanya belum dapat ditentukan, kita harus
menempatkan tangan kita dibawah badan
dengan telunjuk diantara kedua kaki depannya.
Jari-jari harus memegang dada. Kita
sedemikian rupa sehingga badannya bertumpu
pada pinggang kita dan ditahan dengan lengan
kanan. Tangan kiri diletakkan diatas pundak
anjing dan menahan leher agar hewan itu tidak
dapat menggigit (Soegiri, 2007).
Untuk memotong ekor bisa dilakukan tindakan
operasi bedah minor, yaitu dengan cara
memotong tendon di beberapa bagian dorsal
ekor hewan. Lurus dan melingkar atau
berkeloknya ekor anjing ditentukan oleh ruasruas tulang ekor, panjang/pendeknya tendon
dan simetris tidaknya tendon di bagian
ekor.Anatomi ekor anjing terdiri dari tulang
ekor atau os coccegealis yang beruas-ruas.
Tulang ekor dibungkus oleh otot-otot
pembentuknya yang terdiri atas muskulus
sakrokaudalis lateralis, muskulus sakrokaudalis
dorsali, muskulus sakrokaudalis ventralis,
muskulus interventralis (Getty, 1975).
Kasus
Anamnesa, pada kasus ini klien melaporkan
bahwa annjingnya bernama Syahrul sudah
lama menderita penyakit ini, luka pada bagian
ekornya. Awalnya pemilik berpikir luka ini
merupakan luka biasa akibat aktifitas
hewannya, namun lambat laun luka ini pun
semakin berat sehingga terjadi nekrosis pada
ekornya. Awalnya anjing ini sering menggaruk-

garuk tubuhnya dan lama kelamaan luka akibat


garukan itu pun meluas. Sebagaimana dapat
dilihat pada gambar 1. Signalemen dari hewan
ini adalah peka terhadap cahaya, rangsangan
sensorik dan motorik cepat (normal), aktifitas
eksremitas baik cara berjalan maupun berlari
normal,
sering
menggigiti
tubuhnya,
menggarukkan badannya, lesi pada bagian ekor.
Pemeriksaan fisik berupa frekuensi nafas,
jantung, suhu tubuh, berat badan diuraikan
dalam table 1.

Prognosa. Kemungkinan kesembuhan hewan


untuk pulih kembali sekitar 70% - 50%. Hal ini
didasarkan penyebaran luka atau lesi yang
parah yang hanya pada bagian caudalis atau
ekor anjing ini.
Terapi. Tindakan dan pengobatan yang
dilakukan adalah pengangkatan pada sebagian
ekor anjing tersebut (caudectomy) agar tidak
terjadi infeksi lanjut pada daerah daerah yang
dekat dari daerah tersebut. adapun prosedur
tindakan yaitu preparasi hewan, persiapan
operator dan as.operator, dan prosedur bedah.
Setelah dipersiapkan dan dianaesthesi, hewan
dibaringkan secara dorsal recumbency.
Kemudian dibersihkan dengan alkohol pada
ekor dan sekitarnya. Lalu diberi betadine dan
dilakukan insisi pada bagian yang akan
dilangkat. Setelah itu, ekor dipotong dan dijahit
pada bagian kulit.

Gambar 1. Foto hewan saat pemeriksaan fisik


Table 1 Hasil pemeriksaan fisik
Parameter

Hasil

Frekuensi nafas

Frekuensi jantung

130/menit

Suhu

390C

Berat badan

5.1 kg

Diagnose, arah diagnose yang dapat diambil


berdasarkan studi literatur dan gejala klinis
yang timbul diduga hewan ini menderita
penyakit dermatitis yang bersifat kronis karena
telah berjalan pada waktu yang lama. Lesi yang
timbul dan terbuka merupakan awal adanya
infeksi sekunder.

Gambar 2. Hewan dianastesi

Gambar 3. Hewan siap dioperasi

Hasil tindakan post operasi diperkirakan hewan


dapat sembuh setelah 7 hari tanpa infeksi
berkelanjutan.

Gambar 4. Pasca pemotongan ekor


V : Volume ( ml)
Diskusi

D : Dosis anjuran (ml/kg)

Tindakan bedah yang dilakukan kali ini adalah


caudectomy, yaitu pengangkatan pada ekor
(pemotongan). Pertama kali yang harus
dilakukan adalah preoperasi. Adapun hal yang
dilakukan adalah menulis sinyalemen dan
melakukan pemeriksaan umum meliputi
frekunsi nafas, pulsus, suhu, reflex terhadap
cahaya dari pasien. Dan diperoleh pulsus
130/menit. 390 C, peka terhadap cahaya
(normal), namun frekuensi nafas sulit dideteksi
karena anjing tersebut dalam keadaan stress.
Setelah itu dilakukanlah penimbangan atau
pengukuran berat badan pasien, hal ini
dilakukan untuk mengukur kadar dosis anastesi
yang akan diberikan. Setelah pengukuran berat
badan diperoleh beratnya 5.1 kg. Pasien
diistirahatkan agar tidak terlalu stress.
Dilanjutkan dengan pencukuran rambut dan
dibersihkan serta diberikan antiseptik disekitar
daerah yang akan dioperasi agar tidak terjadi
infeksi dan kontaminasi. Setelah dirasa cukup
anjing tersebut diberi preanastesi dengan
atropin sulfat untuk mencegah muntah saat
operasi. Setelah diberikan preanastesi maka
anastesi berupa ACP dan ketamine 10%.

BB : Berat badan (kg)

Obat premedikasi yang diberikan berupa


atropin, sedangkan obat anasteshinya adalah
ACP dan ketamine. Pemberiannya dilakukan
dengan rumus :
V=
Ket :

D X BB
.
[]

[ ] : konsentrasi (g/DL)

Volume atropin
0.02 x 5.1

= 0.408 ml

0.25
Volume ketamin
10 x 5.1

= 0.51 ml

100
Volume ACP
0.2 x 5.1

= 0.068 ml

15
Setelah dilakukan anastesi hewan di
baringkan secara dorsal recumbency, kemudian
di ikat menggunakan simpul Towel. Selain itu
ikat dengan karet pada ujung dan pangkal ekor.
Agar menghambat aliran darah ke daerah yang
akan diangkat. Setelah hewan teranastesi, insisi
dilakukan pada bagian ekor agak ke cranial
membentuk elips (membentuk huruf U dari
arah operator) pada bagian dorsal dan ventral
dari ekor. Hati- hati pada saat insisi karena

terdapat pembuluh darah pada bagian dexter


dan sinister (arteri lateralis caudalis) terkadang
juga terdapat arteri pada bagian medial.
Kuakkan agar mempermudah pemotongan ekor.
Setelah itu ligasi pembuluh darah agar tidak
terjadi bleeding pada saat pemotongan ekor.
Gunakan benang absorbable ukuran 2/0 atau
3/0 (chromic catgut, polyglactin 910,
polydioxyconate) untuk mengikat keduanya
Setelah masing masing pembuluh darah
diligasi dikuakkan potong ekor lebih kecranial
lagi agar ujung kulit yang diinsisi tadi dapat
menutup. Potong ekor diantara ruas ruas
os.caudalis. Setelah dipotong, sebaiknya buka
pengikat pada pangkal ekor agar memastikan
tidak terjadi bleeding lalu jahit kulit ekor hewan
tersebut. Namun pada praktikum ini pengikat
dibuka pada saat selesai penjahitan pada kulit
sehingga terjadi sedikit pendarahan namun
segera berhenti mungkin hal ini disebabkan
karena tumpukan darah dalam arteri tersebut.
Pada saat operasi terjadi hipersalivasi pada
anjing hal ini disebabkan karena efek samping
dari anastesi (ketamin). Kami menyimpulkan
hal tersebut karena berdasarkan Jones et al.,
1977 Obat anestetika yang umum digunakan
pada anjing adalah ketamin, akan tetapi obat ini
menimbulkan efek yang membahayakan yaitu
terjadinya takikardi, hipersalivasi, dapat
meningkatkan ketegangan otot, nyeri pada
tempat penyuntikan, dan pada dosis yang
berlebihan akan menyebabkan pemulihan ke
kondisi semula berjalan lamban dan bahkan
membahayakan. Namun hipesalivasi ini segera
berhenti seiring selesainya operasi caudectomi
ini. Setelah selesai penjahitan pada kulit
dilanjtkan dengan pemberian betadin pada
bekas operasi dan dibalut dengan kasa agar
tidak terkontaminasi.
Perawatan pasca operasi, kami melakukan
perawatan sepeerti biasa. Hewan dikandangkan
hanya sehari mencegah terjadinya stress pada
anjing tersebut. Lalu dilepaskan disekitar
rumah. Makanan yang diberikan berupa
makanan biasa atau lazim untuk hewan
tersebut. merawat dan mencegah terjadinya
kontaminasi dengan memperhatikan pembalut
lukanya agar tetap steril. Adapun rencana

pengobatannya jika terjadi infeksi sekunder


dengan memberi antibiotik yang sesuai dengan
kondisi anjing bersangkutan. Dan anjing
tersebut dinyatakan sembuh apabila lebih dari 7
hari pasca operasi tidak terjadi hal hal yang
dapat menggangu proses kesembuhannya.

Kesimpulan

Caudectomy merupakan suatu tindakan


amputasi atau pemotongan sebagian dari
ekor hewan (anjing). Dimana, tindakan ini
dilakukan sebagai terapi pada ekor hewan
yang mengalami kelainan seperti fistula
perianal, neoplasia, ulcus coccygealis, dan
paralisis ekor. Teknik caudectomy
dilakukan dengan cara insisi berbentuk
elips pada bagian dorsal dan ventral dari
ekor. Lalu dilakukan ligasi pada ketiga
pembuluh darah di ekor yaitu arteri
caudalis lateralis kiri dan kanan serta
arteri caudalis mediana. Selanjutnya
dilakukan pemotongan pada ekor dan
kulit yang tersisa dijahit dengan
menggunakan benang non-absorbable
secara simple interrupted suture. Untuk
prognosa pada kasus fistula perianal yaitu
fausta, artinya fistula perianal masih dapat
disembuhkan.

Tujuan caudectomy adalah untuk


mencegah terjadinya infeksi berkelanjutan
dari bagian ekor yang telah terinfeksi
melalui pengangkatan ekor yang telah
nekrosis.

Adapun teknik caudektomi yaitu :


Persiapan ruangan
Sterilisasi alat

Persiapan dan preparasi hewan

Prosedur bedah.

Persiapan operator dan asisten (jika ada)


Kasus dermatitis ini berprognosa fausta

Daftar Pustaka
Bojrab M. J. (1975). Current Techniques in
Small

Animal

Surgery.

Lea

and

Febriger, Philadepia.
Fossum, T. W. (2007). Small Animal Surgery.
Mosby inc, USA.
Getty, R. 1975 Sisson and Grossmans-The
Anatomy of the Domestic Animal,
volume 2, fifth edition. WB Saunders
London.

Putra

Alimansyah.

2010.

Caudectomy.

http://www.scribd.com/doc/45810068/caudecto
miIbrahim

Bin

Adil.

2012.

Caudectomy.

http://www.scribd.com/doc/97338215/adilz
Widodo S, Dkk. 2011. Diagnostik Klinik
Hewan Kecil Edisi 1. IPB Press: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai