Anda di halaman 1dari 13

TUGAS I

PEMBENTUKAN KARAKTER

OLEH

KELOMPOK 3
Maulana Syah Putra M (12.2015.1.00272)
Muh. Andi Firmansyah (12.2013.00
Nooratama Rangga Putra (11.2013.00405)

MATA KULIAH : PENDIDIKAN KARAKTER

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA


2016

PEMBENTUKAN KARAKTER
Pengertian Karakter Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau
kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi , karakter adalah sebuah sistem
keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena
itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat
diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi
tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan
dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Pada dasarnya karakter merupakan akumulasi dari sifat, watak, dan juga
kepribadian seseorang. Selain pengertian ini, ada banyak sekali pengertian kata
karakter yang diungkapkan oleh para ahli seperti beberapa contohnya adalah
sebagai berikut :
Pengertian Karakter Menurut Para Ahli
1) Maxwell
Menurut Maxwell, karakter jauh lebih baik dari sekedar perkataan. Lebih
dari itu, karakter merupakan sebuah pilihan yang menentukan tingkat kesuksesan.
2) Wyne
Menurut Wyne, karakter menandai bagaimana cara atau pun teknis untuk
memfoukuskan penerapan nilai kebaikan ke dalam tindakan atau pun tingkah
laku.
3) Kamisa
Menurut Kamisa, pengertian karakter adalah sifat sifat kejiwaan, akhlak,
dan budi pekerti yang dapat membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain.
Berkarakter dapat diartikan memiliki watak dan juga kepribadian.
4) Doni Kusuma
Menurut Doni Kusuma, karakter merupakan ciri, gaya, sifat, atau pun
katakeristik diri seseorang yang berasal dari bentukan atau pun tempaan yang
didapatkan dari lingkungan sekitarnya.
5) W. B. Saunders
Menurut W. B. Saunders, karakter merupakan sifat nyata dan berbeda yang
ditunjukkan oleh individu. Karakter dapat dilihat dari berbagai macam atribut
yang ada dalam pola tingkah laku individu.
6) Gulo W.
Menurut Gulo W. Pengertian karakter adalah kepribadian yang dilihat dari
titik tolak etis atau pun moral (seperti contohnya kejujuran seseorang). Karakter
biasanya memiliki hubungan dengan sifat sifat yang relatif tetap.

7) Alwisol
Menurut Alwisol, karakter merupakan penggambaran tingkah laku yang
dilaksanakan dengan menonjolkan nilai (benar salah, baik buruk) secara
implisit atau pun ekspilisit. Karakter berbeda dengan kepribadian yang sama
sekali tidak menyangkut nilai nilai.
Proses Terbentuknya Karakter
Karakter yang dimiliki oleh seseorang pada dasarnya terbentuk melalui
proses pembelajaran yang cukup panjang. Karakter manusia bukanlah sesuatu
yang dibawa sejak lahir. Lebih dari itu, karakter merupakan bentukan atau pun
tempaan lingkungan dan juga orang orang yang ada di sekitar lingkungan
tersebut.
Karakter dibentuk melalui proses pembelajaran di beberapa tempat, seperti
di rumah, sekolah, dan di lingkungan sekitar tempat tinggal. Pihak pihak yang
berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang yaitu keluarga, guru, dan
teman sebaya.
Karakter seseorang biasanya akan sejalan dengan perilakunya. Bila
seseorang selalu melakukan aktivitas yang baik seperti sopan dalam berbicara,
suka menolong, atau pun menghargai sesama, maka kemungkinan besar karakter
orang tersebut juga baik, akan tetapi jika perilaku seseorang buruk seperti suka
mencela, suka berbohong, suka berkata yang tidak baik, maka kemungkinan besar
karakter orang tersebut juga buruk.
Teori Pembentukan Karakter Stephen Covey melalui bukunya 7 Kebiasaan
Manusia Yang Sangat Efektif, menyimpulkan bahwa sebenarnya ada tiga teori
utama yang mendasarinya, yaitu :

Determinisme Genetis, pada dasarnya mengatakan kakek-nenek kitalah


yang bebuat begitu kepada kita. Itulah sebabnya kita memiliki tabiat
seperti ini. Kakek-nenek kita mudah marah dan itu ada pada DNA kita.
Sifat ini diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya dan kita
mewarisinya. Lagipula, kita orang Indonesia, dan itu sifat orang Indonesia.

Determinisme Psikis, pada dasarnya orangtua kitalah yang berbuat begitu


kepada kita. Pegasuhan kita, pengalaman masa anak-anak kita pada
dasarnya membentuk kecenderungan pribadi dan susunan karakter kita.
Itulah sebabnya kita takut berdiri di depan banyak orang. Begitulah cara
orang tua kita membesarkan kita. Kita merasa sangat bersalah jika kita
membuat kesalahan karena kita ingat jauh di dalam hati tentang penulisan
naskah emosional kita ketika kita sangat rentan, lembek dan bergantung.
Kita ingat hukuman emosional, penolakan, pembandingan dengan orang
lain ketika kita tidak berprestasi seperti yang diharapkan.

Determinisme Lingkungan, pada dasarnya mengatakan bos kita berbuat


begitu kepada kita atau pasangan kita, atau anak remaja yang berkital itu,
atau situasi ekonomi kita, atau kebijakan nasional. Sesorang atau sesuatu
di lingkungan kita betanggungjawab atas situasi kita.

Metoda pembentukan karakter berkaitan langsung dengan tahapan


perkembangannya. Tahapan tersebut terbagi dalam tiga tahapan yaitu
tahapankarakter lahiriyah (karakter anak-anak), tahapan karakter berkesadaran
(karakter remaja) dan tahapan kontrol internal atas karakter (karakter dewasa).
Pada tahapan lahiriyah metoda yang digunakan adalah pengarahan, pembiasaan,
keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman) serta indoktrinasi.
Sedangkan pada tahapan perilaku berkesadaran, metoda yang digunakan adalah
penanaman nilai melalui dialog yang bertujuan meyakinkan, pembimbingan
bukan instruksi dan pelibatan bukan pemaksaan. Dan pada tahapan kontrol
internal atas karakter maka metoda yang diterapkan adalah perumusan visi dan
misi hidup pribadi, serta penguatan akan tanggungjawab langsung kepada Allah.
Tahapan diatas lebih didasarkan pada sifat daripada umur.
Proses Pembentukan Karakter

Karakter terbentuk setelah mengikuti proses sebagai berikut :

Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin


agama, ideology, pendidikan, temuan sendiri atau lainnya.

Nilai membentuk pola fikir seseorang yang secara keseluruhan keluar


dalam bentuk rumusan visinya.

Visi turun ke wilayah hati membentuk suasana jiwa yang


keseluruhan membentuk mentalitas.

Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan


yang secara keseluruhan disebut sikap.

Sikap-sikap yang dominan dalam diri seseorang yang secara keseluruhan


mencitrai dirinya adalah apa yang disebut sebagai kepribadian atau
karakter.

Proses pembentukan mental tersebut menunjukan keterkaitan antara


fikiran, perasaan dan tindakan. Dari akal terbentuk pola fikir, dari fisik
terbentuk menjadi perilaku. Cara berfikir menjadi visi, cara merasa
menjadi mental dan cara berprilaku menjadi karakter. Apabila hal ini
terjadi terus menerus akan menjadi sebuah kebiasaan.

secara

Akhlak atau karakter adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
tanpa melalui proses pemikiran. (Imam al-Ghozali)1
Jadi, proses pembentukan karakter itu menunjukkan keterkaitan yang erat antara
fikiran, perasaan dan tindakan. Dari wilayah akal terbentuk cara berfikir dan dari
wilayah fisik terbentuk cara berperilaku. Cara berfikir menjadi visi, cara merasa
menjadi mental dan cara berperilaku menjadi karakter. Apabila hal ini terjadi
pengulangan yang terus-menerus menjadi kebiasaan, maka sesuai dengan
pendapat Imam al-Ghozali yang mengatakan : Akhlak atau karakter adalah suatu
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui proses pemikiran.
A. PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER PADA MANUSIA (MELIPUTI
PROSES
MENGETAHUI,
MEMIKIRKAN,
MELAKUKAN,
MEMBIASAKAN)
Proses pembentukan karakter meliputi proses mengetahui, memikirkan,
melakukan, dan membiasakan. Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan
untuk menganalisis proses pembentukan karakter ini. Teori tersebut diantaranya:
1. Pendekatan Teori Psikologi Behavioristik
Pembentukan tingkah laku berdasakarkan pada pendekatan
behavioristik ini menekankan mengenai respon perilaku yang dapat diamati
dan merupakan penentu lingkungannya. Dengan kata lain, pendekatan ini
dapat diukur karena dapat dilihat dari perilaku atau interaksi dengan
lingkungannya.
Ganjaran dan hukuman menentukan perilaku. Menurut Skinner (dalam
Wibowo)2, individu melakukan hal-hal baik dan positif bukan karena motivasi
mendalam untuk menjadi seseorang yang kompeten, akan tetapi lebih kepada
kondisi lingkungan yang dialami. Dengan begitu, pendekatan ini menekankan
pentingnya lingkungan dalam pembentukan perilaku seorang individu yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi karakter individu itu sendiri.
2. Pendekatan Kognitif
Menurut para psikolog kognitif, otak menjadi tempat yang
mengandung pikiran di mana kemungkinan proses-proses mental individu
terjadi. Proses-proses tersebut diantaranya 1) mengingat, 2) mengambil
keputusan, 3) merencanakan, 4) menentukan tujuan, dan 5) kratif.
Pendekatan kognitif menekankan pada proses-proses mental yang
terlibat dalam mengetahui bagaimana kita mengarahkan perhatian,
mempersiapkan, mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah. Dalam

1 Al-Ghazali, Imam, and Ismail Yakub. Ihya Ulumiddin. Victory


Ajensi, 1988.
2 Skinner, Burrhus Frederic. About Behaviorism. Vintage, 1976.

pandangan pendekatan kognitif ini, proses mental individu merupakan


perilaku yang terkendali melalui ingatan, persepsi, citra, dan berpikir.
3. Pendekatan Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Teori belajar sosial atau social learning theory yang merupakan teori
miliki Albert Bandura ini mengemukakan bahwa 1) manusia dapat berfikir dan
mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata-mata budak
yang menjadi obyek pengaruh lingkungan. Sifat kausal atau sebab akibat
bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling
mempengaruhi. 2) Aspek-aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi orang
tersebut dengan orang lain. Sehingga, teori kepribadian harus
memperhitungkan konteks sosial dimana tingkahlaku itu diperoleh dan
dipelihara (Hertanti, 2013)3
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya
conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Pendekatan
belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari
perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan kognitif.
Faktor pembentukan perilaku berdasarkan pendekatan ini adalah
perhatian (attention process), representasi melalui ingatan (representation
process), peniruan tingkah laku model (behavior production process), motivasi
dan penguatan (motivation and reinforcement process).
Dari pendekatan beberapa teori di atas, jelas terlihat behwa sebenarnya
setiap pendekatan tidak dapat berdiri sendiri. Meskipun memang dalam teori
belajar sosial atau social learning theory sudah lebih lengkap jika
dibandingkan dengan teori atau pendekatan yang lain. Dalam pembentukan
perilaku individu, ia berproses melalui mengetahui tentang suatu perilaku atau
tindakan, yang kemudian difikirkan, dan dilakukan sehingga menjadi sebuah
kebiasaan. Jika perilaku yang menjadi kebiasaan ini bersifat positif, maka
akan menciptakan karakter yang baik dalam diri individu tersebut. Begitu juga
sebaliknya, jika perilaku yang menjadi kebiasaan tersebut bersifat negatif,
maka akan menciptakan karakter yang kurang baik bahkan buruk.
Contoh dari proses pembentukan perilaku dan kemudian menjadi
karakter melalui proses mengetahui, memikirkan, melakukan, dan
membiasakan berdasarkan pendekatan pada teori behavioristik, kognitif, dan
belajar sosial adalah sebagai berikut:
Si A lahir dalam keluarga yang berkecukupan. Di mana ayah dan ibunya
adalah seorang guru. Proses pembentukan karakter si A ini adalah dengan
pembiasaan kedua orang tuanya dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Jika lingkungannya selalu memberikan dukungan dan hadiah atas keberhasilan

3 Hertanti, Alfiramita. (2013). Teori Belajar Sosial Albert Bandura. diunduh pada hari
Sabtu, 05 April 2014

si A, maka ia akan menjadi pribadi yang akan terus melakukan hal positif
tersebut. Begitu pun jika ia melakukan kesalahan dan ia dihukum, maka ia
akan terus mengindari kesalahan untuk tidak dihukum. Jika ia sudah
membiasakan dengan hal-hal positif seperti ini, maka ia akan terus mengingat
kejadian tersebut, muncul sebuah persepsi dan citra pribadi yang kemudian si
A dapat berfikir bahwa ia dihukum karena salah, dan ia diberikan penghargaan
atau hadiah karena ia telah melakukan kebenaran atau kebaikan. Setelah mind
set si A terbentuk dan ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, maka ia hanya membutuhkan penguatan, dorongan, dan motivasi untuk
terus melakukan hal-hal baik tersebut. Penguatan, dorongan dan motivasi ini
dapat muncul dalam sebuah model. Si A dapat menjadikan ayah dan ibunya
sebagai model untuk bertingkah laku. Jika ayah dan ibunya tidak memberikan
contoh atau berperilaku baik sesuai yang diajarkan, maka ia akan merasa
bingung dan tidak mendapatkan penguatan akan tingkah laku baik. Serta, ayah
ibunya tidak dapat menjadi model yang baik untuk si A. Padahal, model juga
berpengaruh terhadap pembentukan perilaku atau karakter.
B. KETELANDANAN
Keteladanan berasal dari kata Teladan yang berarti sesuatu yang patut
ditiru atau baik untuk dicontoh (Alwi,2001:1160)4. Sedangkan dalam bahasa
Arab adalah Uswatun Hasanah. Mahmud Yunus mendefinisikan uswatun sama
dengan qudwah yang berarti ikutan (Yunus,1989:42)5. Sedangkan hasanah
diartikan perbuatan yang baik (Yunus: 1989:103)6. Jadi Uswatun Hasanah adalah
suatu perbuatan baik seseorang yang ditiru atau diikuti oleh orang lain.
Keteladanan merupakan perilaku seseorang yang sengaja ataupun tidak sengaja
dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang mengetahuinya atau melihatnya.
Sebutan keteladanan sering kali diberikan kepada seseorang yang mempunyai
kedudukan, pemimpin, guru,dosen atau profesi lainnya akan tetapi sebenarnya
setiap manusia haruslah mempunyai keteladanan. Adapun kriteria-kriteria
seseorang yang bisa disebut menjadi suri tauladan adalah sebagai berikut.
Kriteria-kriteria Keteladanan
Menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Zainuddin dkk, bahwa kriteria-kriteria
keteladanan antara lain :
1. Sabar
Sabar adalah suatu kekuatan jiwa yang diwujudkan melalui sikap dan
ketahanan untuk menderita sesuatu yang tidak diinginkan.

4 Shihab, Alwi. "Islam Sufistik." Bandung: Mizan (2001).


5 Yunus, Mahmud. "Arab-Indonesia." (1989).
6 Yunus, Mahmud. "Arab-Indonesia." (1989).

Merupakan daya tahan manusia untuk menguasai sikap destruktif


yang terdapat pada setiap manusia, yang disebut hawa nafsu. Dari
pengertian di atas menunjukkan bahwa sabar itu mengandung
ketabahan, keuletan, ketahanan dalam menghadapi tantangan,
ancaman, dan hambatan untuk mewujudkan apa yang kita inginkan.
2. Bersifat kasih dan tidak pilih kasih
Yaitu bersifat adil dengan tidak membeda-bedakan yang satu dengan
yang lainnya
3. Sikap dan pembicaraannya tidak main-main
Selalu serius dalam perkataan dan tidak main-main terhadap apa yang
di ucapkan. Selayaknya seorang yang patut di teladani adalah
perkataanya yang selalu bermanfaat
4. Menyatuni serta tidak membentak orang yang bodoh
Karakter tauladan yang tidak pernah mengatai orang dengan kasar
dan keras serta selalu mengayomi setiap orang yang memiliki
kekurangan
5. Membimbing dan mendidik murid-murid yang bodoh dengan sebaikbaiknya
6. Bersikap tawadu dan tidak takabbur
7. Menampilkan hujjah yang benar ( Zainuddin,1991:57)7

Urgensi Keteladanan
Dalam al-Quran surat ash-Shaff ayat 3 dijelaskan :

Artinya : Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat. (Qs.ash-Shaff : 3)
Dari ayat di atas jelas bahwa dalam memberikan pendidikan atau
mengarahkan seseorang itu hendaklah dimulai dari diri sendiri, sebelum kita
menyuruh orang lain berbuat baik, hendaklah terlebih dahulu kita mengerjakan
kebaikan tersebut.

Lingkungan pembentuk keteladanan

1. Pendidikan dalam Keluarga


Keteladanan haruslah dimiliki semua orang tua dengan berbagai
pengaruh langsung yang ditujukan kepada anak-anaknya, karena anak adalah

7 Ali, Zainuddin, Metode penelitian Hukum (Jakarta: Sinar


Grafika, 2009)

hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam tali perkawin antara suami
istri dalam suatu keluarga. Keluarga adalah satu elemen terkecil dalam
masyarakat yang merupakan institusi sosial terpenting dan merupakan unit
sosial yang utama melalui individu-individu disiapkan nilai hidup dan
kebudayaan yang utama. Orang tua harus memiliki tingkah laku dan
tindakannya yang mencerminkan keteladanan di mata anak-anaknya. Diantara
tindakan keteladanan orang tua antara lain:
a) Mendidik anak selalu berkata jujur dan selalu menepati janji. Islam
dengan kaidah-kaidah yang universal dan prinsip-prinsip yang abadi,
telah mencanangkan dasar dan sistem pembinaan anak dalam berbagai
segi: aqidah, fisik, akal, sosial masyaraka, dan sebaginya. Dasar dan
sistem ini merupakan prinsip yang jelas, sederhana, dan mudah
dilaksanakan. Seorang anak harus dididik dengan kejujuran, dan bila
berjanji itu harus ditepati, dan anak bisa mencontohnya.
b) Mendidik anak selalu berkata jujur dan selalu menepati janji. Islam
dengan kaidah-kaidah yang universal dan prinsip-prinsip yang abadi,
telah mencanangkan dasar dan sistem pembinaan anak dalam berbagai
segi: aqidah, fisik, akal, sosial masyaraka, dan sebaginya. Dasar dan
sistem ini merupakan prinsip yang jelas, sederhana, dan mudah
dilaksanakan. Seorang anak harus dididik dengan kejujuran, dan bila
berjanji itu harus ditepati, dan anak bisa mencontohnya.
c) Mendidik anak selalu berkata jujur dan selalu menepati janji. Islam
dengan kaidah-kaidah yang universal dan prinsip-prinsip yang abadi,
telah mencanangkan dasar dan sistem pembinaan anak dalam berbagai
segi: aqidah, fisik, akal, sosial masyaraka, dan sebaginya. Dasar dan
sistem ini merupakan prinsip yang jelas, sederhana, dan mudah
dilaksanakan. Seorang anak harus dididik dengan kejujuran, dan bila
berjanji itu harus ditepati, dan anak bisa mencontohnya.
d) Mendidik anak selalu berkata jujur dan selalu menepati janji. Islam
dengan kaidah-kaidah yang universal dan prinsip-prinsip yang abadi,
telah mencanangkan dasar dan sistem pembinaan anak dalam berbagai
segi: aqidah, fisik, akal, sosial masyaraka, dan sebaginya. Dasar dan
sistem ini merupakan prinsip yang jelas, sederhana, dan mudah
dilaksanakan. Seorang anak harus dididik dengan kejujuran, dan bila
berjanji itu harus ditepati, dan anak bisa mencontohnya.
2. Keteladanan dalam Sekolah
Jika dilingkungan rumah/ keluarga, anak dapat dikatakan menerima
apa adanya dalam menerapkan sesuatu perbuatan, maka dilingkungan
sekolah sesuatu hal menjadi mutlakadanya, sehingga kita sering mendengar
anak mengatakan pada orang tuanya Ma, Pa, kata Bu guru/Pak guru begini
bukan begitu Ini menunjukkan bahwa pengaruh sekolah sangat besar dalam
membentuk pola pikir dan karakter anak, namun hal ini pun bukanlah sesuatu

yang mudah tercapai tanpa ada usaha yang dilakukan. Untuk menjadi Bapak
dan Ibu guru seperti dalam ilustrasi diatas butuh keteladanan dan konsistensi
perilaku yang patut diteladani.
Peran sekolah sangatlah penting sebagai pendidikan in formal yang
diterima oleh para peserta didik, sekolah mengajarkan segala bentuk
pendidikan akademik maupun non akademik melalui guru. Disini peran guru
bukan sekadar mentransfer pelajaran kepada peserta didik. Tapi lebih dari itu
guru bertanggung jawab membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi
generasi yang cerdas, saleh, dan terampil dalam menjalani kehidupannya.
Inilah tugas guru yang amat strategis dan mulia.
Apalagi dewasa ini kehadiran guru sebagai pendidik semakin nyata
menggantikan sebagian besar peran orang tua yang notabene adalah
pengemban utama amanah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berbagai sebab dan
alasan, orang tua telah menyerahkan bulat-bulat tugas dan tanggung jawabnya
kepada guru di sekolah dengan berbagai keterbatasannya.
Guru sejatinya bukan sembarang pekerjaan, melainkan profesi yang
pelakunya memerlukan berbagai kelebihan, baik terkait dengan kepribadian,
akhlak, spiritual, pengetahuan dan keterampilan. Peran guru bukan sekadar
mentransfer pelajaran kepada peserta didik. Tapi lebih dari itu guru
bertanggungjawab membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi
generasi yang cerdas, saleh, dan terampil dalam menjalani kehidupannya.
Inilah tugas guru yang amat strategis dan mulia. Oleh karena itu kepribadian
seorang guru sangatlah penting terutama di dalam mempengaruhi kepribadian
siswa. Selain menjadi guru, dia adalah juga seorang pendidik. Pendidikan itu
sendiri memiliki arti menumbuhkan kesadaran kedewasaan. bahkan di dalam
Islam arti pendidikan itu sangat beragam, diantaranya adalah:

a. Kata at-Talim() , merupakan masdar dari kata Allama ( )yang


artinya pengajaran, yang bersifat pemberian atau penyampaian
pengertian dan keterampilan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :

Pengertian at-Talim disini hanya sebatas proses pentransferan


seperangkat nilai antar manusia. Ia dituntut untuk menguasai nilai yang
ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada
domain afektif. (Samsul Nizar: 2001)8

b. Kata at-Tarbiyah(), merupakan masdar dari kata rabba ( )yang


berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara. (Ibnu Manzur: 1992)9.

Sayyid Qutb menafsirkan istilah at-Tarbiyah sebagai upaya


pemeliharaan jasmaniyah peserta didik dan membantunya dalam rangka
menumbuhkan kematangan sikap mental sebagai pancaran akhlaqul karimah
pada diri peserta didik.

Dari pandangan tersebut, memberikan pengertian bahwa istilah atTarbiyah mencakup semua aspek pendidikan, yaitu: kognitif, afektif dan
psikomotorik baik yang mencakup aspek jasmaniah maupun rohaniah.

c. Kata At-Tadib(), merupakan masdar dari kata Addaba ()


yang berarti proses mendidik, yaitu lebih tertuju pada pembinaan dan
penyempurnaan akhlaq atau budi pekerti.

Orientasi kata at-Tadib lebih terfokus pada upaya pembentukan


pribadi yang berakhlaq mulia. Oleh karena itu konsep keteladanan hendaknya
dijadikan sebagai cermin dan model dalam pembentukan kepribadian /
karakter seorang.

8 Nizar, Samsul, Ramayulis, and Hasan Asari. Pengantar Dasardasar Pemikiran Pendidikan Islam. Penerbit Gaya Media Pratama,
2001.
9 Manzur, Ibnu, and Abu al-Fadhl Muhammad. "Qamus Lisan alArab." (1992).

10

3. Keteladanan dalam Kepemimpinan


Keteladanan merupakan perilaku yang membawa kepada kredibilitas
pimpinan. Hal yang diinginkan bawahan kepada pemimpin adalah
kejujuran/baik hati, kompetensi, kredibilitas, dan visi yang jelas, sebagai
teladan, seorang kepala sekolah/madrasah misalnya dapat menunjukkan
kejujuran, konsisten, komitmen dan kredibel didepan bawahannya maupun
tidak untuk dapat dipercaya.
Perilaku keteladanan para pimpinan dapat dilakukan dengan
memberikan contoh-contoh dan terlibat dalam perilaku simbolik, bawahan
akan mengikuti apa yang dilakukan pemimpinnya tanpa banyak cakap.
Sebaliknya jika pemimpin tidak memberikan contoh kongkrit yang langsung
dapat dirasakan bawahannya maka pemimpin ini tak akan diikuti bawahannya
namun justru akan menjadi bahan perbincangan negative bawahannya.
Keteladanan ini dapat ditampilan dalam disiplin waktu, kepatuhan terhadap
aturan, prosedur, tugas dan tanggung jawab sepenuhnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keteladanan adalah
perilaku pimpinan yang mencontohkan hal-hal yang baik dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya, maupun kredilitas dan integritas pribadinya
sebagai pimpinan yang berusaha mewujudkan visi, tujuan dan sasaran
sekolah/madrasah.
4. Keteladanan dalam Masyarakat
Masyarakat juga memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam
upaya pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang tidak dekat,
tidak dikenal, tidak memiliki ikatan family dengan anak tetapi saat itu ada
di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak. Orang orang
inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam
melakukan suatau perbuatan.
Contoh contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh masyarakat :
a) Membiasakan gotong royong, misalnya : membersihkan halaman
rumah masing masing, membersihkan saluran air, menanami
pekarangan rumah.
b) Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan ,
merusak atau mencoret coret fasilitas umum
c) Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.

11

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan karakter : konsep dan model / Muchlas Samani dan Hariyanto; Editor:
Adriyani Kamsyach
Abdulloh Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam : Kaidah-Kaidah Dasar,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992)
Sodiq, Kamus Istilah Agama, (Jakarta: CV. Sientarama, 1988)
W.J.S. Purwadarmintha, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1993)
Ibnu Manzhur, Lisan Al Arab Juz 9, (Mesir: Dar Al Misriyah, 1992)
Al-Quran Tarjamah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002)

(Tempo.com Kamis, 24 Januari 2013)


(Kompasianan.com, 5 April 2013)

https://id.scribd.com/doc/62551530/arti-teladan
http://www.slideshare.net/SyafrinaMaulaTsaniah/4-proses-pembentukan-karakterpada-manusia-berdasarkan-pendekatan-teori-psikologi-behavioristikkognitif-dan-social-learning?from_action=save
http://pengertiandefinisi.com/pengertian-karakter-menurut-pendapat-para-ahli/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/
http://bdksemarang.kemenag.go.id/model-keteladanan-dalam-pendidikankarakter-di-madrasah/

Anda mungkin juga menyukai