Anda di halaman 1dari 48

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Manajemen Transportasi dan Distribusi


Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak
supplier kepada pihak konsumen dalam suatu supply chain. Distribusi merupakan
suatu kunci dari keuntungan yang akan diperoleh perusahaan karena distribusi
secara langsung akan mempengaruhi biaya dari supply chain dan kebutuhan
konsumen, Jaringan distribusi yang tepat dapat digunakan untuk mencapai
berbagai macam tujuan dari supply chain, mulai dari biaya yang rendah sampai
respons yang tinggi terhadap permintaan dari konsumen. (Chopra, 2010, p86).
Transportasi merupakan pergerakan suatu produk dari suatu lokasi ke
lokasi lain yang merepresentasikan awal dari suatu rangkaian supply chain sampai
kepada konsumen. Transportasi sangat penting karena suatu produk jarang
diproduksi dan digunakan dalam lokasi yang sama. (Copra, 2010, p380).
Menurut Nyoman (2005, p173), manajemen transportasi dan distribusi
merupakan pengelolaan terhadap kegiatan untuk pergerakan suatu produk dari
suatu lokasi ke lokasi lain dimana pergerakan tersebut biasanya membentuk atau
menghasilkan suatu jaringan. Pada kebanyakan produk, peran jaringan distribusi
dan transportasi sangatlah vital. Jaringan distribusi dan transportasi ini
memungkinkan produk pindah dari lokasi dimana mereka diproduksi ke lokasi
konsumen / pemakai yang sering kali dibatasi oleh jarak yang sangat jauh.
Kemampuan untuk mengirimkan produk ke konsumen secara tepat waktu, dalam
jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah

produk tersebut pada akhirnya akan kompetitif di pasar. Kemampuan untuk


mengelola jaringan distribusi dewasa ini merupakan satu komponen keunggulan
kompetitif yang sangat penting bagi kebanyakan industri.
Untuk menciptakan keunggulan berkompetisi, perusahaan tidak lagi bisa
mengandalkan cara-cara tradisional dalam mendistribusikan produk-produk
mereka. Perkembangan teknologi dan inovasi dalam manajemen distribusi
memungkinkan perusahaan untuk menciptakan kecepatan waktu kirim serta
efisiensi yang tinggi dalam jaringan distribusi mereka, sesuatu yang sangat
dipentingkan oleh konsumen dewasa ini.
Tekanan kompetisi serta kebutuhan konsumen yang tinggi memaksa
perusahaan-perusahaan untuk melakukan berbagai perbaikan dalam kegiatan
distribusi dan transportasi. Dewasa ini, jaringan distribusi tidak lagi dipandang
hanya sebagai serangkaian fasilitas yang mengerjakan fungsi-fungsi fisik seperti
pengangkutan dan penyimpanan, tetapi merupakan bagian integral dari kegiatan
supply chain secara holistik dan memiliki peran strategis sebagai titik penyalur
produk maupun informasi dan juga sebagai wahana untuk menciptakan nilai
tambah.
Menurut Copra (2010, p87-88), jaringan distribusi berkaitan dengan
pemenuhan dari kebutuhan konsumen dan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Oleh sebab itu, suatu perusahaan harus dapat mengestimasi
jumlah kebutuhan atau permintaan konsumen dalam suatu jaringan distribusi.
Karena pemenuhan akan kebutuhan konsumen akan mempengaruhi pendapatan
perusahaan lewat biaya yang ditimbulkan dari suatu jaringan pengiriman.

10

2.1.1. Fungsi Dasar Manajemen Distribusi dan Transportasi


Secara tradisional kita mengenal manajemen distribusi dan
transportasi dengan berbagai sebutan. Sebagian perusahaan menggunakan
istilah manajemen logistik, sebagian lagi menggunakan istilah distribusi
fisik (physical distribution). Apapun istilahnya, secara umum fungsi
distribusi dan transportasi pada dasarnya adalah mengantarkan produk dari
lokasi dimana produk tersebut diproduksi sampai dimana pelayanan kepada
konsumen. Pada prinsipnya, fungsi ini bertujuan untuk menciptakan
pelayanan yang tinggi ke konsumen yang bisa dilihat dari tingkat service
level yang dicapai, kecepatan pengiriman, kesempurnaan barang sampai ke
tangan konsumen, serta pelayanan purna jual yang memuaskan.
Kegiatan transportasi dan distribusi bisa dilakukan oleh perusahaan
manufaktur dengan membentuk bagian distribusi/transportasi tersendiri
atau diserahkan ke pihak ketiga. Dalam upayanya untuk memenuhi tujuantujuan diatas, siapapun yang melaksanakan (internal perusahaan atau mitra
pihak ketiga), manajemen distribusi dan transportasi pada umumnya
melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri dari :
1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level.
Segmentasi konsumen perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada
revenue perusahaan bisa sangat bervariasi dan karakteristik tiap
konsumen bisa sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Dari segi
revenue, sering kali hukum pareto 20/80 berlaku disini. Artinya, hanya
sekitar 20% dari konsumen atau area penjualan menyumbangkan
sejumlah 80% dari pendapatan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan

11

tidak bisa menomor-satukan semua konsumen. Dengan memahami


perbedaan karakteristik dan kontribusi tiap konsumen atau area
distribusi, perusahaan bisa mengoptimalkan alokasi persediaan maupun
kecepatan

pelayanan.

Misalnya,

konsumen

kelas

1,

yang

menyumbangkan pendapatan terbesar, memiliki target service level


yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsumen kelas 2 atau kelas 3
yang kontribusinya jauh lebih rendah.

2. Menentukan mode transportasi yang akan digunakan.


Tiap mode transportasi memiliki karakteristik yang berbeda dan
mempunyai keunggulan serta kelemahan yang berbeda juga. Sebagai
contoh, transportasi laut memiliki keunggulan dari segi biaya yang
lebih rendah, namun lebih lambat dibandingkan dengan transportasi
udara. Manajemen transportasi harus bisa menentukan mode apa yang
akan digunakan dalam mengirimkan produk-produk mereka ke
konsumen. Kombinasi dua atau lebih mode transportasi tentu bisa atau
bahkan harus dilakukan tergantung pada situasi yang dihadapi.

3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman.


Konsolidasi merupakan kata kunci yang sangat penting dewasa ini.
Tekanan untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi
pendorong utama perlunya melakukan konsolidasi informasi maupun
pengiriman. Salah satu contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi
data permintaan untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman.

12

Sedangkan konsolidasi pengiriman dilakukan misalnya dengan


menyatukan permintaan beberapa toko atau retail yang berbeda dalam
sebuah truk. Dengan cara ini, truk bisa berjalan lebih sering tanpa harus
membebankan biaya lebih kepada konsumen / klien yang mengirimkan
produk tersebut.

4. Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman.


Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleh gudang atau
distributor adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan
rute mana yang harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah
konsumen. Apabila jumlah konsumen sedikit, keputusan ini bisa
diambil dengan relatif mudah. Namun perusahaan yang memiliki ribuan
atau puluhan ribu toko atau tempat-tempat penjualan yang harus
dikunjungi, penjadwalan dan penentuan rute pengiriman adalah
pekerjaan yang sangat sulit dan kekurangtepatan dalam mengambil dua
keputusan tersebut bisa berimplikasi pada biaya pengiriman dan
penyimpanan yang tinggi.

5. Menyimpan persediaan.
Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penyimpanan produk baik
di suatu gudang pusat atau gudang regional, maupun di toko dimana
produk tersebut dipajang untuk dijual. Oleh karena itu manajemen
distribusi tidak bisa dilepaskan dari manajemen pergudangan.

13

2.2. Permintaan
Menurut Pujawan (2005, p85), permintaan terhadap barang atau jasa
adalah awal dari semua kegiatan supply chain. Kegiatan produksi, pengiriman,
perancangan produk dan pembelian material dilaksanakan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan atau permintaan terhadap barang atau jasa dari pihak
konsumen.
Pada hampir semua situasi riil, besar dan waktu permintaan terhadap
barang atau jasa tidak mudah diketahui sebelum terjadi. Di sisi lain, banyak
aktivitas yang sudah harus dikerjakan sebelum permintaan atau kebutuhan dari
konsumen teridentifikasi dengan pasti. Pada perusahaan yang berproduksi dengan
sistem make to stock, kegiatan produksi, pembelian material, dan pengiriman
produk ke toko atau tempat penjualan dilakukan sebelum perusahaan mengetahui
jumlah produk yang akan terjual di masing- masing toko atau tempat penjualan.
Pada sistem produksi make to order, beberapa aktivitas seperti perakitan akhir dan
pembuatan komponen memang bisa ditunda sampai ada permintaan definitif,
namun tetap sebagian aktivitas seperti penyediaan bahan baku dan kapasitas
dilakukan atas dasar perkiraan atau peramalan. Dengan demikian, boleh dikatakan
tidak ada perusahaan yang bisa menghindar dari kegiatan memperkirakan atau
meramalkan permintaan untuk keperluan perencanaan aktivitas-aktivitas yang
harus dilakukan sebelum permintaan definitif datang dari konsumen.

2.3. Peramalan
Menurut Heizer dan Render (2009, p162), peramalan (forecasting) adalah
seni dan ilmu untuk memperkirakan kerjadian di masa depan. Hal ini dapat

14

dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke


masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Hal tersebut juga
merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Atau dapat pula menggunakan
kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari
seorang manager.
Sedangkan menurut Hastarita (1984) pada Assauri (2008), Peramalan
merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu keputusan. Sebelum
melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya persoalan
dalam pengambilan keputusan itu. Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu
besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode
yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan
(guess), tetapi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, maka peramalan
menjadi lebih sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan perkiraan yang ilmiah
(educated guess). Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di
masa yang akan datang, maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan
keputusan tersebut.
Pujawan (2005, p87) menyatakan bahwa peramalan permintaan adalah
kegiatan untuk mengestimasi besarnya permintaan terhadap barang barang atau
jasa tertentu pada suatu periode dan wilayah pemasaran tertentu. Ramalan yang
tidak akurat bisa menimbulkan berbagai permasalahan pada supply chain.
Kelebihan pasokan produk ke satu wilayah sementara kekurangan di wilayah lain,
kelebihan di suatu periode tetapi kekurangan di periode lain, atau kelebihan di
produk A sementara kekurangan produk B, dan sebagainya membuat service level
yang rendah maupun ongkos-ongkos persediaan yang tinggi. Oleh karena itu untuk

15

meningkatkan efisiensi maupun efektifitas pada supply chain diperlukan cara-cara


yang tepat untuk meningkatkan akurasi peramalan permintaan. Peningkatan
akurasi bisa dilakukan dengan menggunakan metode peramalan yang lebih baik,
mencari data yang lebih komprehensif, melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak
lain pada supply chain, serta memilih tingkat agregasi yang tepat untuk tiga
dimensi, yaitu wilayah, waktu dan produk.
Kegiatan peramalan memiliki peran yang sangat kritis pada supply chain.
Hanya saja, walaupun ramalan dilakukan dengan baik dan hasilnya akurat, supply
chain tidak dijamin bisa memenuhinya dengan efektif dan efisien. Hal ini terutama
terjadi kalau permintaan memiliki pola yang fluktuatif. Walaupun fluktuasinya bisa
diprediksi dengan baik, biaya-biaya yang muncul pada supply chain bisa cukup
besar bila fluktuasinya tinggi. Oleh karena itu, disamping upaya untuk secara
reaktif meramalkan permintaan dan merespon hasil ramalan apapun polanya,
supply chain harus lebih proaktif mencoba membuat pola permintaan tersebut lebih
stabil sehingga mudah untuk dipenuhi.
Menurut Santoso (2009, p7) definisi peramalan sebenarnya beragam,
berikut beberapa definisi mengenai peramalan:

Perkiraan munculnya sebuah kejadian di masa depan, berdasarkan data yang


ada di masa lampau.

Proses menganalisis data historis dan data saat ini untuk menentukan trend di
masa mendatang.

Proses estimasi dalam situasi yang tidak diketahui.

Pernyataan yang dibuat tentang masa depan.

Penggunaan ilmu dan teknologi untuk memperkirakan situasi di masa depan.

16

Upaya sistematis untuk mengantisipasi kejadian atau kondisi di masa depan.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa peramalan


berkaitan dengan upaya memperkirakan apa yang terjadi di masa depan, berbasis
pada metode ilmiah (ilmu dan teknologi) serta dilakukan secara sistematis.
Walaupun demikian, kegiatan forecasting tidaklah semata-mata berdasarkan
prosedur ilmiah atau terorganisir, karena ada kegiatan peramalan yang
menggunakan intuisi (perasaan) atau lewat diskusi informal dalam sebuah grup.
Berikut beberapa ciri sebuah kegiatan peramalan, yaitu:
1. Berfokus pada data di masa lalu.
2. Bertujuan untuk menguji perkembangan saat ini dan relevansinya di masa
mendatang.
3. Metode yang digunakan adalah proyeksi berdasarkan ilmu statistik, diskusi,
dan review program.
4. Frekuensinya bersifat regular (teratur).
5. Hasil peramalan tidak sekedar akurasi, namun bersifat pembelajaran.

Dari kriteria diatas, terlihat bahwa peramalan adalah kegiatan yang


bersifat teratur, berupa memprediksi masa depan dengan menggunakan tidak hanya
metode ilmiah, namun juga mempertimbangkan hal-hal yang bersifat kualitatif,
seperti perasaan, pengalaman seseorang dan lainnya.

17

2.3.1. Meramalkan Horizon waktu


Heizer dan Render (2009, p163) mengatakan bahwa peramalan
biasanya diklarifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang
dilingkupinya. Horizon waktu terbagi menjadi beberapa kategori:
1. Peramalan Jangka Pendek
Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya
kurang dari tiga bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan
pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan
tingkat produksi.

2. Peramalan Jangka Menengah


Peramalan jangka menengah atau intermediate umumnya mencakup hitungan
bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini bermanfaat untuk merencanakan
penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta
menganalisis bermacam-macam rencana operasi.

3. Peramalan Jangka Panjang


Umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau lebih. Peramalan jangka
panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal,
lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan
(litbang).

2.3.2. Jenis Peramalan


Organisasi pada umumnya menggunakan tiga tipe peramalan yang
utama dalam perencanaan operasi di masa depan (Heizer, dan Render,
2009, p164):

18

1. Peramalan ekonomi (economis forecast) menjelaskan siklus bisnis


dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang
dibutuhkan untuk membangun perumahan dan indicator perencanaan
lainnya.
2. Peramalan teknologi (techonological forecast) memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang
menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan
untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga
peramalan penjualan, dimana mengendalikan produksi, kapasitas, serta
sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan,
pemasaran, dan sumber daya manusia.

2.3.3. Pendekatan Dalam Peramalan


Menurut Heizer dan Render (2009, p167), terdapat dua
pendekatan umum peramalan, yaitu:
1. Peramalan kuantitatif (quantitative forecast), adalah peramalan yang
menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu
dan variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan.
2. Peramalan subjektif atau kualitatif (qualitative forecast), adalah
peramalan yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi,
pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk
meramal.

19

2.3.4. Metode Peramalan Kuantitatif


Heizer dan Render (2009, p167), menguraikan metode peramalan
secara kuantitatif meliputi:

Dekomposisi

Pendekatan naif
Pendekatan naif merupakan metode peramalan yang paling sederhana,
dimana metode ini mengasumsikan bahwa permintaan pada periode
mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir.
Pendekatan ini sesuai untuk beberapa jenis produk dan merupakan
model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi
biaya. Pendekatan ini memberikan titik awal untuk perbandingan
dengan model lain yang lebih berkembang.

Rata-rata bergerak (Moving Average)


Metode ini sangat bermanfaat apabila kita dapat membuat asumsi
bahwa permintaan (demand) cenderung stabil sepanjang tahun. Rumus
metode rata-rata bergerak adalah:
permintaan data n peride sebelumnya

Dimana n adalah jumlah periode yang digunakan dalam metode ratarata bergerak.

20

Rata-Rata Bergerak Tertimbang (Weighted Moving Average)


Apabila terdapat pola atau tren maka bobot (timbangan) bisa digunakan
untuk menempatkan lebih banyak tekanan pada nilai baru. Hal tersebut
membuat teknik ini lebih responsif terhadap perubahan karena periode
yang lebih baru mungkin mendapatkan bobot yang lebih besar.
Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus
untuk menetapkannya. Oleh karena itu, pemutusan bobot mana yang
akan digunakan membutuhkan pengalaman. Jika bulan atau periode
terakhir diberi bobot yang terlalu berat, peramalan dapat mencerminkan
perubahan yang terlalu cepat dan yang tidak biasa pada permintaan atau
pola penjualan.
Rata-rata bergerak tertimbang ditunjukkan secara matematis dengan:

Bobot untuk periode n Permintaan dalam perode n

Bobot

Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)


Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata
bergerang

tertimbang

yang

canggih,

namun

relatif

mudah

dipergunakan. Metode ini tidak memerlukan input data yang sangat


banyak. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan
sebagai berikut:

21

dimana

adalah sebuah bobot, atau konstanta penghalusan (smoothing

constant) yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan untuk


metode penghalusan eksponensial dapat juga ditulis secara matematis
sebagai berikut :

dimana,
= peramalan periode mendatang
= peramalan periode sebelumnya
= konstanta penghalusan (0

1)

= permintaan aktual peride sebelumnya

Konstanta penghalusan ( ) umumnya antara 0,05 sampai 0,50 untuk


aplikasi bisnis. Konstanta penghalusan dapat diubah untuk memberikan
bobot yang lebih besar pada data sekarang (saat

tinggi) atau bobot

yang lebih pada data masa lalu (saat

rendah). Yang pasti, periode

masa lalu menurun dengan cepat ketika

meningkat.

Penghalusan Eksponensial dengan Penyesuaian Tren (Exponential


Smoothing Adjusted for Trend : Holts Method)
Medote peramalan ini merupakan pengembangan dari metode
penghalusan eksponensial, dimana metode ini dapat memberikan
respon terhadap tren yang terjadi. Rumus penghalusan eksponensial
dengan penyesuaian tren dapat ditunjukkan sebagai berikut:

22

Pada penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi ratarata maupun tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta
penghalusan,

untuk rata-rata data penghalusan eksponensial dan

untuk tren. Terdapat tiga langkah dalam menghitung peramalan dengan


penyesuaian tren, yaitu:
Langkah 1: menghitung

, peramalan eksponensial yang dihaluskan

untuk periode t.
Langkah 2: menghitung trens yang dihaluskan,

Langkah 3: menghitung peramalan dengan tren,

Persamaan yang digunakan untuk menghitung peramalan eksponensial


yang dihaluskan sebagai berikut:

atau
1

Persamaan yang digunakan untuk menghitung tren yang dihaluskan


adalah:

23

atau

1
dimana:

= peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri


pada periode t
= tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t
= permintaan aktual pada periode t
= konstanta penghalusan untuk rata-rata (0
= konstanta penghalusan untuk tren (0

1)

1)

Nilai konstanta penghalusan tren ( ) menyerupai konstanta , karena


yang tinggi lebih tanggap terhadap perubahan tren.

yang rendah

memberikan bobot yang rendah kepada tren terbaru dan cenderung


memperhalus tren sekarang. Nilai

dapat ditentukan dengan

pendekatan uji coba, dengan MAD digunakan sebagai ukuran


pembanding.
Penghalusan

eksponensial

sederhana

sering

disebut

sebagai

penghalusan tingkat pertama (first-order smoothing) dan penghalusan


dengan penyesuaian tren disebut sebagai penghalusan tingkat kedua
(second-order atau double smoothing).

24

Proyeksi tren (Trend Projection)

Regresi Linear (Linear Regression causal model)


Analisis regresi linier dapat diperoleh dengan menggunakan model
matematis pada metode kuadrat terkecil dari proyeksi tren. Variabel
terikat ( ) yang diramalkan tetap sama, dan variabel bebas ( ) yang
digunakan dapat berupa variabel lain selain waktu. Persamaan regresi
linier adalah:

dimana:
= nilai terhitungdari variabel yang akan diprediksi (disebut variabel
terikat)
= persilangan sumbu y
= kemiringan garis regresi (tingkat perubahan pada y untuk
perubahan yang terjadi di x)
= variabel bebas

Nilai

dan

untuk setiap garis regresi ditentukan dengan persamaan:

25

Keterangan :
= tanda penjumlahan total
= nilai variable bebas yang diketahui
= nilai variable terkait yang diketahui
= rata-rata nilai
= rata-rata nilai
n = jumlah data atau pengamatan

Metode peramalan kuantitatif terdiri dari peramalan deret waktu


(time series) dan peramalan sebab akibat/kausal (causal). Kedua metode
kuantitatif ini mendasarkan peramalannya adalah pada data masa lalu
dengan menggunakan prediktor untuk masa mendatang. Dengan mengelola
data masa lalu maka akan diperoleh suatu hasil peramalan. Metode
peramalan kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Peramalan deret waktu (time series)
Peramalan ini dilakukan berdasarkan data-data dari suatu produk yang
sudah ada sebelumnya, kemudian dianalisa pola datanya apakah
berpola trend atau musiman maupun berbentuk siklus. Metode-metode
yang dapat dipergunakan dalam hal ini dapat berupa rata-rata bergerak
(moving average), penghalusan eksponensial (exponential smoothing),
model matematika, dan metode Box-Jenkis.

26

b. Peramalan sebab-akibat / kausal (causal)


Peramalan ini dilakukan berdasarkan data yang sudah ada sebelumnya,
tetapi mempergunakan data dari variabel lain yang menentukan atau
mempengaruhinya pada masa depan, seperti penduduk, pendapatan, dan
kegiatan ekonomi.

2.3.5. Menghitung Kesalahan Peramalan


Menurut Heizer dan Render, terdapat beberapa perhitungan yang

biasa dipergunakan untuk menghitung kesalahan peramalan (forecast


error) total. Perhitungan ini dapat dipergunakan untuk membandingkan
model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan guna
memastikan peramalan berjalan dengan baik. Dua teknik perhitungan yang
paling terkenal adalah deviasi rata-rata absolut (mean absolute deviation
MAD) dan kesalahan rata-rata kuadrat (mean squared error MSE)
1. Deviasi Rata-rata Absolut (Mean Absolute Deviation MAD)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan
untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai
absolut dari kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data
(n).
|

27

2. Kesalahan Rata-rata Kuadrat (Mean Squared Error MSE)


MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan
keseluruhan. MSE merupakan rat-rata selisih kuadrat antara nilai yang
diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah
bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karen adanya
pengkuadratan.

Berdasarkan Nachrowi

dan Hardius (2004, p239), menyatakan

bahwa membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara


sederhana, apakah suatu teknik peramalan tersebut patut dipilih untuk
digunakan sebagai indicator apakah suatu teknik peramalan cocok
digunakan atau tidak. Dan teknik yang mempunyai MSE terkecil
merupakan ramalan yang terbaik.
Sedangkan

menurut

Gaspers

(2005,

p80)

dalam

bukunya

menyebutkan akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai


MAD dan MSE semakin kecil. Dan menurut Rangkuti (2005, p70)
menyatakan keharusan untuk membandingkan perhitungan yang
memiliki nilai MAD paling kecil, karena semakin kecil nilai MAD
berarti semakin kecil pula perbedaan antara hasil peramalan dan nilai
aktual.

28

2.3.6. Pengawasan dan Pengendalian Peramalan


Heizer dan Render (2006, p172) menyatakan bahwa salah satu cara
untuk mengawasi peramalan berjalan dengan baik adalah dengan
menggunakan sebuah sinyal penelusuran (tracking signal). Sinyal
penelusuran

adalah

sebuah

perhitungan

seberapa

baik

peramalan

mempresiksi nilai aktual. Sejalan dengan peramalan yang diperbarui setiap


minggu, bulan atau kuartal, data permintaan baru yang tersedia
dibandingkan dengan nilai peramalan.
Sinyal penelusuran dihitung sebagai running sum of the forecast
errors (RSFE) dibagi dengan mean absolute deviation (MAD):

dimana

Sinyal penelusuran positif menandakan permintaan lebih besar dari


peramalan. Sinyal penelusuran yang bagus adalah yang memiliki RSFE
rendah. Kecenderungan konsisten peramalan untuk bisa lebih besar atau
lebih kecul dari nilai aktual (yaitu, untuk RSFE tinggi) disebut sebagai
kesalahan bias. Bias artinya sebuah peramalan yang secara konsisten lebih
tinggi atau lebih rendah dari nilai aktual pada satu kurun waktu.
Sinyal penelusuran dihitung dan dibandingkan untuk menetapkan
batas kendali. Geoge Plossl dan Oliver Wight adalah pakar pengendali

29

persediaan, telah menyarankan menggunakan maksimum 4 MAD untuk


produk dengan persediaan tinggi, dan 8 MAD.

2.3.7. Karakteristik Peramalan


Menurut Nasution (2003, p28), peramalan yang baik mempunyai
beberapa kriteria yang penting, antara lain:
1. Akurasi
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan
konsistensi peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila
peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan
dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi.
2. Biaya
Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah
tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode
peramalan, dan metode peramalan yang digunakan.
3. Kemudahan
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudaha dibuat, dan
mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

2.3.8. Sifat Hasil Peramalan


Pada Nasution (2003, p23) mengungkapkan bahwa dalam membuat
peramalan atau menerapkan hasil suatu permalan, maka ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan, yaitu:

30

1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramalan hanya dapat


mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat
menghilangkan ketidakpastian tersebut.
2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran
kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan,
maka adalah penting bagi peramalan untuk menginformasikan seberapa
besar kesalahan yang mungkin terjadi.
3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka
panjang. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan pada peramalan jangka pendek relatif masih konstan,
sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar
pula

kemungkinan

terjadinya

perubahan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi permintaan.

2.4.

Optimalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, optimalisasi adalah proses atau
cara untuk menjadikan paling baik, paling tinggi, paling menguntungkan, dan
sebagainya. Hasil dari optimalisasi disebut hasil yang optimal. Dalam penelitian
ini, optimalisasi yang ingin dicapai adalah optimalisasi rute. Optimalisasi rute
adalah proses mencari rute yang paling baik dengan mempertimbangkan kapasitas
kendaraan dan jarak tempuh dari beberapa alternatif yang ada.

31

2.5. Penentuan Rute dan Jadwal Pengiriman


Menurut Pujawan (2005, p179) salah satu keputusan operasional yang
sangat penting dalam manajemen distribusi adalah penentuan jadwal serta rute
pengiriman dari satu lokasi ke beberapa lokasi tujuan. Keputusan seperti ini sangat
penting bagi mereka yang harus mengirimkan barang dari satu lokasi (misalnya
gudang regional) ke berbagai toko yang tersebar di sebuah kota. Keputusan jadwal
pengiriman serta rute yang akan ditempuh oleh tiap kendaraan akan sangat
berpengaruh terhadap biaya-biaya pengiriman.
Namun demikian, biaya bukanlah satu-satunya faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam proses pengiriman. Mungkin perusahaan juga memiliki
target bahwa tiap konsumen di sebuah tempat harus sudah mendapatkan
pesanannya selambat-lambatnya dalam batas waktu tertentu. Dengan kata lain, ada
constraint (kendala) waktu yang sering dinamakan time window. Di samping itu,
jadwal dan rute sering kali juga harus mempertimbangkan kendala lain seperti
kapasitas kendaraan atau armada pengangkutan.
Secara umum permasalahan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman
bisa memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan untuk
meminimumkan biaya pengiriman, meminimumkan waktu, atau meminimumkan
jarak tempuh. Dalam bahasa pemrograman matematis, salah satu dari tujuan
tersebut bisa menjadi fungsi tujuan (objective function) dan yang lainnya menjadi
kendala (constraint). Misalnya, fungsi tujuannya adalah meminimumkan biaya
pengiriman, namun ada kendala time window dan kendala maksimum jarak tempuh
tiap kendaraan, di samping kendala lain seperti kapasitas kendaraan atau kendala
lainnya.

32

Dalam penentuan rute pengiriman, pekerjaan pertama yang harus dilakukan


adalah menentukan alokasi kendaraan, sebagai contoh digunakan truk sebagai alat
pengiriman. Artinya, perlu diketahui truk mana yang akan mengunjungi toko yang
mana. Tahap kedua nantinya adalah menentukan rute perjalanan masing-masing
truk.

2.5.1

Metode untuk Penentuan Rute dan Jadwal Pengiriman


Menurut Maulity (2008), setelah mengetahui hasil ramalan
permintaan baru bisa menganalisis distribusi awalnya. Dalam menganalisis
diperlukan data-data. Data yang diperlukan untuk analisis pemecahan
masalah adalah dengan mengadakan survei langsung pada objeknya untuk
mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk menentukan distribusi
dan data parameternya dalam menghasilkan solusi optimal. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk pengolahan adalah savings matrix.
Metode savings matrix (Pujawan, 2005 p180) pada hakekatnya adalah
metode untuk meminimumkan jarak atau waktu atau ongkos dengan
mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. Digunakan jarak sebagai
fungsi tujuan apabila diketahui koordinat tujuan pengiriman, lalu jarak
yang akan ditempuh oleh semua kendaraan akan diminimumkan. Langkahlangkah yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut :
1.

Mengidentifikasi matrik jarak.


Pada langkah ini perlu diketahui jarak antara gudang
perusahaan ke masing-masing toko dan jarak antar toko. Dengan

33

mengetahui koordinat masing-masing lokasi maka jarak antar dua


lokasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus jarak standar.
Misalkan dua lokasi masing-masing diketahui dengan koordinat
dan

maka jarak antara dua lokasi tersebut adalah :

Dengan rumus tersebut dapat diketahui jarak antara gudang


perusahaan dengan masing-masing toko dan antara toko yang satu
dengan toko yang lainnya. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian
akan digunakan untuk menentukan matrik penghematan (savings
matrix) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya.

2.

Mengidentifikasi matrik penghematan (savings matrix)


Pada awal langkah ini diasumsikan bahwa setiap toko akan
dikunjungi oleh satu truk secara eksklusif. Maka akan ada
penghematan yang akan diperoleh jika dua atau lebih rute bila
digabungkan menjadi satu rute. Savings matrix merepresentasikan
penghematan yang bisa direalisasikan dengan menggabungkan dua
toko / konsumen ke dalam satu rute.
Apabila masing-masing toko 1 dan toko 2 dikunjungi secara
terpisah maka jarak yang dilalui adalah jarak dari gudang perusahaan
ke toko 1 dan dari toko 1 balik ke gudang perusahaan ditambah
dengan jarak dari gudang perusahaan ke toko 2 dan kemudian balik
ke gudang. Misalkan toko 1 dan toko 2 digabungkan ke dalam satu

34

rute maka jarak yang dikunjungi adalah dari gudang perusahaan ke


toko 1 kemudian ke toko 2 dan dari toko 2 balik ke gudang
perusahaan. Gambar 2.1 mengilustrasikan perubahan tersebut.

Gambar 2.1 Perubahan yang Terjadi Dengan Mengkonsolidasikan


Toko 1 dan Toko 2 ke Dalam Satu Rute
Sumber : Supply Chain Management, I Nyoman Pujawan
Melalui Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa perubahan jarak
(penghematan) adalah sebesar total jarak kiri dikurangi total jarak
kanan yang besarnya adalah :

Hasil ini diperoleh dengan asumsi bahwa jarak (x, y) sama


dengan jarak (y, x). Hasil di atas bisa digeneralisasikan sebagai
berikut : S(x,y) = J (G,x) + J(G,y) J(x,y), dimana S(x,y) adalah
penghematan jarak (savings) yang diperoleh dengan menggabungkan
rute x dan y menjadi satu. Dengan menggunakan formula tersebut
maka matrik penghematan jarak bisa dihitung untuk semua toko dan
hasilnya dapat dibuat dalam suatu tabel matrik penghematan jarak.

35

3.

Mengalokasikan konsumen dalam rute perjalanan kendaraan


Pada tahapan ini, dilakukan pembagian konsumen ke dalam
suatu

rute

perjalanan

kendaraan

dengan

mempertimbangkan

konsumen dan kapasitas kendaraan yang digunakan. Sebuah rute


dikatakan feasible apabila jumlah permintaan total dari semua
konsumen tidak melebihi kapasitas kendaraan dan jumlah permintaan
dari satu konsumen dapat ditampung secara keseluruhan oleh satu
kendaraan. Prosedur yang digunakan untuk pengelompokkan
konsumen yaitu berdasarkan nilai saving matriks terbesar. Jadi,
pertama-tama mengurutkan nilai saving matriks yang terbesar sampai
kapasitas kendaraan yang digunakan dapat menampung semua
permintaan. Apabila kapasitas sudah maksimal, maka prosedur
tersebut akan berulang sampai semua konsumen teralokasi dalam
suatu rute perjalanan.

4.

Mengurutkan toko (tujuan/konsumen) dalam rute yang sudah


terdefinisi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari metode saving matrix.
Tujuan dari tahapan ini adalah mengurutkan kunjungan dari
kendaraan ke setiap konsumen yang sudah dikelompokkan dalam
suatu rute perjalanan agar dapat diperoleh jarak yang minimal.
Berikut adalah beberapa cara yang digunakan untuk pengurutan
kunjungan:

36

a) Farthest Insert
Prosedur ini dilakukan dengan melakukan penambahan konsumen
dalam sebuah rute perjalanan. Prosedur ini dimulai dari penentuan
rute kendaraan ke konsumen yang memiliki jarak yang paling
jauh. Kemudian prosedur ini akan terus berulang hingga semua
konsumen masuk ke dalam rute perjalanan.
b) Nearest Insert
Prosedur ini merupakan kebalikan dari farthest insert dimana
prosedur ini dimulai dari penentuan rute kendaraan ke konsumen
yang memiliki jarak yang paling dekat. Kemudian prosedur ini
akan terus berulang hingga semua konsumen masuk ke dalam rute
perjalanan.
c) Nearest Neighbour
Prosedur ini memulai rute kendaraannya dari jarak yang paling
dekat dengan depot. Kemudian rute selanjutnya yaitu konsumen
yang paling

dekat dengan konsumen pertama yang sudah

dikunjungi. Prosedur ini akan terus berulang sampai semua


konsumen masuk ke dalam rute perjalanan.

2.6. Pengertian Sistem


Menurut McLeod (2001, p11), sistem merupakan sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Contoh suatu
organisasi atau bidang fungsional cocok untuk menggambarkan ini, dimana

37

organisasi terdiri dari bidang-bidang fungsional yang semuanya mengacu pada


tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut OBrien (2003,p8), sistem adalah sekelompok yang
terintegrasi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama dengan menerima
masukan (inputs) dan menghasilkan keluaran (outputs) dalam sebuah proses
transformasi yang terorganisir dengan baik.

2.7. Pengertian Informasi


McLeod (2001, p12) menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah
diproses atau data yang memiliki arti. Sedangkan OBrien (2004, p13) berpendapat
bahwa informasi adalah data yang telah dikonversikan menjadi konteks yang
berarti dan berguna bagi pemakai tertentu.
Terdapat empat dimensi informasi menurut McLeod (2001,p145), yaitu:
Ketepatan waktu
Informasi harus dapat tersedia untuk memecahkan masalah pada waktu yang
tepat sebelum situasi menjadi tidak terkendali atau kesempatan yang ada
menghilang.
Kelengkapan
Perusahaan harus dapat memperoleh informasi yang member gambaran lengkap
dari suatu permasalahan atau penyelesaian. Namun pemberian informasi yang
tidak berguna secara berlebihan harus dihindari.
Akurasi
Secara ideal, semua informasi harus akurat untuk menunjang terbentuknya
sistem yang akurat pula. Akurasi ini terutama diperlukan dalam aplikasi-aplikasi

38

tertentu seperti aplikasi yang melibatkan keuangan, semakin teliti informasi


yang diinginkan maka biaya pun semakin bertambah.
Relevansi
Informasi disebut relevan jika informasi tersebut berkaitan langsung dengan
masalah yang sedang dihadapi. Manajer harus mampu memilih informasi yang
diperlukan.

2.8. Pengetian Sistem Informasi


Menurut O,Brien (2002, p7), sistem informasi adalah kombinasi dari
sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan
sumber daya data yang mengubah, mengumpulkan, dan menyebarkan informasi
dalam sebuah organisasi. Pengertian lainnya dari sistem informasi adalah sebagai
suatu sistem yang menerima data sebagai input dan kemudian mengolahnya
menjadi informasi sebagai output.

2.9. Object-Oriented
Menurut Satzinger et al (2005, p60), pendekatan object oriented
merupakan sebuah pendekatan pengembangan sistem yang melihat sistem
informasi sebagai sekumpulan dari object-object yang saling berinteraksi yang
bekerja bersama untuk menyelesaikan suatu tugas.
Menurut Bennett et al. (2010, p90), object-orientation adalah pendekatan
untuk pengembangan sistem yang membantu menghindari berbagai masalah dan
perangkap. Di dalam program object-oriented, data di-enkapsulasi dengan
fungsi-fungsi yang bertindak di atasnya.

39

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan


object-oriented adalah pendekatan pengembangan sistem dengan melihat sistem
informasi sebagai sekumpulan object yang saling berinteraksi dan membantu
dalam menghindari berbagai masalah dan perangkap.

2.9.1.

Object-Oriented Analysis (OOA) dan Object-Oriented Design (OOD)


Karena pendekatan object oriented melihat suatu sistem sebagai
kumpulan dari object-object yang saling berinteraksi, maka ObjectOriented Analysis mendefinisikan semua tipe-tipe dari object yang
dibutuhkan user untuk bekerja dan menunjukan interaksi user yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Sedangkan Object-Oriented
Design mendefinisikan semua tipe-tipe tambahan dari object-object
penting untuk berkomunikasi dengan orang dan alat-alat dalam sistem,
menunjukan object-object berinteraksi untuk menyelesaikan tugas-tugas,
dan menyempurnakan definisi dari setiap tipe object sehingga dapat
diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan tertentu. (Satzinger et
al (2005, p60))

2.9.2.

Unified Modelling Language (UML)


Menurut Bennett et al. (2010, pp118-119), UML diagram
merupakan grafik yang terdiri dari berbagai jenis bentuk yang dikenal
dengan node, dihubungkan dengan garis yang dikenal sebagai path.
Menurut Satzinger et al. (2005, p48), Unified Modelling
Language (UML) menurut adalah serangkaian standar konstruksi model

40

dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan


object-oriented.
Jadi dapat disimpulkan bahwa UML merupakan grafik berupa
serangkaian standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan
secara khusus untuk pengembangan object-oriented.
2.9.3.

Activity Diagram
Satzinger et al. (2009, p141) menjelaskan sebuah activity diagram
sebagai workflow diagram sederhana yang menjelaskan berbagai
aktivitas-aktivitas user (atau sistem), orang yang melakukan setiap
kegiatan dan urutan aliran dari kegiatan mereka. Menurut Bennett et al.
(2010, p113), dalam Unified Process, activity diagram digunakan untuk
menggambarkan proses pengembangan. Activity diagram sangat berguna
untuk menggambarkan urutan dari proses-proses bisnis dalam sebuah
organisasi.
Bennett et al. (2010, p123) mengatakan activity diagram
digunakan untuk berbagai tujuan, yaitu:
a. Untuk menggambarkan proses atau tugas (misalnya dalam pemodelan
bisnis).
b. Untuk mendeskripsikan fungsi sistem yang digambarkan oleh sebuah
use case.
c.

Untuk menjelaskan logika dari sebuah operasi di dalam spesifikasispesifikasi operasi.

41

d. Dalam USDP (Unified Software Development Process), activity


diagram digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang membentuk
sebuah siklus hidup.
Gambar 2.2 menunjukan notasi-notasi dasar yang digunakan
untuk menggambarkan activity diagram.

Gambar 2.2 Notasi Activity Diagram


Sumber : Satzinger et al. (2009, p142)

2.9.4.

Use case Diagram


Menurut Bennett et al. (2010, p154), use case adalah penjelasan
fungsionalitas sistem dari sudut pandang user. Untuk menunjukkan
fungsionalitas bila sistem akan menyediakan dan menggambarkan user
mana yang berkomunikasi dengan sistem dalam cara menunjukkan
fungsionalitas tersebut digunakan use case diagram.
Menurut Satzinger et al. (2009, p242) use case diagram adalah
diagram yang dugunakan untuk menunjukan berbagai peran user dan

42

bagaimana peran-peran tersebut menggunakan sistem. Sedangkan usecase


merupakan aktivitas yang diselesaikan oleh sistem.
Dua jenis hubungan yang dapat ditunjukkan dari

use case

diagram, yaitu extend dan include. Extend digunakan ketika ingin


menunjukkan bila suatu use case menyediakan fungsionalitas tambahan
yang diperlukan oleh use case lain (Bennett et al., 2010, p148). Include
digunakan saat terdapat urutan perilaku yang sering digunakan pada
sejumlah use case, dimana satu use case meliputi aksi yang dijelaskan di
use case lain (Bennett et al., 2010, p149).

Gambar 2.3 Notasi dari use case diagram


Sumber : Bennett et al.(2010, p156)

Gambar 2.4 Use case diagram menunjukkan <<extend>>


Sumber : Bennett et al.(2010, p156)

43

Gambar 2.5 Use case diagram menunjukkan <<include>>


Sumber : Bennett et al.(2010, p158)

2.9.5.

Class Diagram
Bennett et al. (2010, p134), setiap use case analysis diuraikan
secara terpisah untuk memasukkan detil rancangan yang relevan. Modelmodel yang terpisah ini lalu diintegrasikan untuk menghasilkan
rancangan class diagram yang detil. Rancangan class memiliki atribut
dan operasi spesifik untuk menggantikan tanggung jawab yang tidak
terlalu spesifik yang telah diidentifikasikan dalam aktifitas analisis.
Bennett et al. (2010, p396), salah satu tugas pada rancangan yang
detil adalah menambahkan secara lebih detil ke dalam spesifikasi atribut
dan operasi pada class yang sudah diidentifikasikan pada analisis. Hal ini
termasuk:
1. Menentukan tipe data pada tiap atribut.
2. Menentukan bagaimana meng-handle atribut yang diturunkan.
3. Menambah operasi utama (primary operations).
4. Mendefinisikan tanda-tanda operasi termasuk tipe parameter.
5. Menentukan visibilitas dari atribut dan operasi

44

Tabel 2.1 Visibilitas

Sumber: Bennett et al. (2010, p 402)


Menurut Bennett et al. (2010, p420), rancangan class berfokus
dengan rancangan detil dari sistem dan dipimpin dalam kerangka kerja
arsitektur dan spesifikasi guideline rancangan. Proses detil rancangan
melibatkan penentuan tipe data dari atribut, penentuan bagaimana
mengimplementasikan atribut yang telah diturunkan, menambah primary
operation, dan menjelaskan operation signature. Asosiasi perlu
dirancang untuk mendukung pesan melewati persyaratan operasi. Ini
termasuk menentukan seberapa baik untuk menempatkan object
reference dalam class.

Gambar 2.6 Notasi dari class diagram


Sumber : Bennett et al.(2010, p185)

45

2.9.6.

Sequence Diagram
Sequence diagram adalah diagram yang menunjukkan interaksi
antar obyek yang diatur dalam sebuah urutan waktu. Aplikasi sequence
diagram yang paling umum adalah mewakili interaksi obyek yang terinci
dari satu use case untuk satu operasi (Bennett et al. (2010, p262)).
Menurut Satzinger (2009, p242), System Sequence Diagram
merupakan sebuah diagram menunjukkan urutan dari messages antara
ekternal actor dan sistem dalam usecase atau scenario. Dalam sequence
diagram, aliran informasi masuk dan keluar dari sistem disebut sebagai
message. Terdapat beberapa notasi yang digunakan untuk penggambaran
System Sequence Diagram seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.6.
a) Actor : merupakan orang (atau peran) yang berinteraksi dengan
sistem. Dalam usecase diagram, actor menggunakan sistem, namun
penekanan dalam system sequence diagram adalah bagaimana actor
berinteraksi dengan sistem dengam memasukkan input data dan
menerima output data.
b) Object : menunjukkan keseluruhan sistem terotomasi.
c) Lifeline atau object lifeline : merupakan garis vertikal dibawah sebuah
object dalam sequence diagram untuk menunjukkan garis kehidupan
dari object.

46

Gambar 2.7 Notasi dari sequence diagram


Sumber : Bennett et al. (2010, p638)

Menurut Bennett et al. (2010, p262), dalam sequence diagram


terdapat satu buah notasi yang disebut fragment. Fragment

yang

digunakan pada sequence diagram dimaksudkan untuk memperjelas


bagaimana sequence ini saling dikomunikasikan. Tipe interaksi operator
yang dapat digunakan dalam fragment dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Tipe Interaksi Operation
Interaction

Penjelasan dan Kegunaaan

Operator
alt

Alternatives mewakili alternatif behaviour, setiap


behaviour ditampilkan dalam operasi yang terpisah.

opt

Option merupakan pilihan tunggal atas operasi yang hanya


akan dieksekusi apabila batasan interaksi bernilai true.

break

Break mengindikasi bahwa dalam combined fragment


ditampilkan sementara oleh sisa dari interaction
fragment yang terlampir.

par

Paralel mengindikasi bahwa eksekusi operasi dalam


combined fragment dapat digabungkan dalam sequence
manapun.

seq

Weak Sequencing menghasilkan urutan dari tiap operasi


yang telah di-maintain tetapi terjadinya suatu event

47

berbeda operasinya dalam perbedaaan lifeline yang dapat


terjadi dalam urutan apapun.
strict

Strict Sequencing membuat sebuah strict sequence


berada dalam eksekusi sebuah operasi tetapi tidak
termasuk urutan dalam operasi.

neg

Negative menggambarkan sebuah operasi yang bersifat


invalid.

critical

Critical Region mengadakan sebuah batasan dalam


sebuah operasi yang tidak memiliki event yang terjadi
dalam lifeline.

ignore

Ignore menandakan tipe pesan, spesifikasi sebagai


parameter, yang seharusnya diabaikan dalam sebuah
interaksi.

consider

Consider merupakan keadaan dimana pesan-pesan


seharusnya dipertimbangkan dalam sebuah interaksi.

assert

Assertion merupakan keadaan bahwa sebuah sequence


dari pesanan dalam operasi hanya satu-satunya yang
memiliki lanjutan yang bersifat sah.

loop

Loop digunakan untuk mengindikasi sebuah operasi yang


diulang berkali-kali sampai batasan interaksi untuk
perulangan berakhir.
Sumber: Bennett et al. (2010, p279)

2.9.7.

User-interface
Bennett et al. (2010, p) mengemukakan interface adalah apa yang
dilihat oleh user sebagai sistem. User interface merupakan cara
berinteraksi user dengan suatu sistem informasi.

48

2.9.8. Navigation Diagram


Menurut Mathiassen et al.

(2000, p344), diagram navigasi

adalah statechart diagram khusus yang berfokus pada keseluruhan user


interface yang dinamis. Diagram ini menunjukkan window yang berkaitan
dan transisi di antara window-window tersebut. Notasi untuk Navigation
Diagram ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.8 Notasi Design Navigation Diagram


Sumber : Mathiassen et al. (2000, p343)

49

2.10. Kerangka Pikir


Kerangka pikir bertujuan untuk menggambarkan urutan atau tahapan dalam
melakukan penelitian dari awal hingga didapatnya suatu penyelesaian yang
dilakukan dalam melakukan pengamatan pada Tirta Bintaro.

Gambar 2.9 Kerangka Pikir

50

Gambar 2.10 Kerangka Pikir (lanjutan)

51

2.10.1. Penjelasan Kerangka Pikir


1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada Tirta Bintaro adalah
dengan melakukan observasi terhadap keseluruhan perusahaan dan
mempelajari gambaran perusahaan secara umum. Melalui penelitian
pendahuluan akan diketahui pula proses bisnis yang sedang berjalan di
Tirta Bintaro. Selain pengamatan langsung, dilakukan pula wawancara
terhadap pihak-pihak terkait untuk mengetahui sistem manajemen yang
dijalankan pada Tirta Bintaro. Dengan dilakukannya studi pendahuluan
diharapkan penelitian akan lebih jelas dengan informasi dan
pengalaman praktis yang didapatkan melalui tinjauan secara langsung,
serta memudahkan dalam mengidentifikasi masalah pada tahap
selanjutnya.

2. Definisi Permasalahan
Setelah observasi langsung dan wawancara dilakukan, maka akan
teridentifikasi beberapa masalah yang sedang dihadapi Tirta Bintaro.
Permasalahan tersebut akan dijadikan suatu identifikasi masalah yang
akan diselesaikan dalam penelitian ini. Setelah dilakukan identifikasi
atau perumusan masalah, maka akan ditentukan batasan masalah yang
akan menjadi ruang lingkup dari penelitian.

52

3. Studi Pustaka
Setelah melakukan pendefinisian masalah, akan dilakukan studi pustaka
terkait dengan permasalahan yang diambil sebagai topik penelitian.
Studi pustaka yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan bahan
perkuliahan, buku-buku literatur, jurnal, maupun internet. Studi pustaka
dilakukan dengan harapan dapat menjadi suatu landasan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada pada Tirta Bintaro.

4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan yang
ada. Pengumpulan data dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengumpulan data secara langsung dilakukan melalui wawancara
dengan pihak-pihak terkait dan observasi langsung terhadap aktivitas
bisnis yang terjadi di dalam perusahaan. Pengumpulan data secara tidak
langsung adalah dengan menggunakan data-data yang dicatat
perusahaan pada periode-periode sebelumnya. Data yang dikumpulkan
antara lain:
-

Data umum perusahaan yang meliputi sejarah singkat perusahaan,


visi dan misi perusahaan ke depan, struktur organisasi perusahaan,
sistem penjualan, pemesanan bahan baku dan distribusi Aqua Galon
yang berjalan di perusahaan, dan sebagainya.

Data penjualan setiap konsumen untuk produk Aqua Galon


berdasarkan pesanan selama 33 bulan, mulai dari Bulan Januari
2009 sampai dengan Bulan September 2011. Data penjualan

53

tersebut akan digunakan untuk membuat peramalan penjualan


produk Aqua Galon.
-

Data konsumen yang membeli produk Aqua Galon, berikut daerah


tujuan pengirimannya ke konsumen tersebut.

Data kendaraan yang digunakan perusahaan dan data mengenai


biaya operasional perusahaan untuk melakukan pendistribusian
barang.

5. Analisis Sistem yang Berjalan


Tahap ini merupakan awal dalam perancangan sistem informasi
pendistribusian yang akan diusulkan, karena pada tahap ini akan
dilakukan analisis proses bisnis yang sedang berjalan saat ini dengan
membuat

deskripsi

dan

activity

diagram

untuk

memudahkan

pemahaman terhadap alur kegiatan dan informasi yang ada. Analisis ini
bertujuan untuk memperoleh pemahaman mengenai kebutuhan user
terhadap informasi sehingga perancangan sistem informasi yang
diusulkan dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Setelah itu, akan
dilakukan pengolahan data yang untuk mengetahui metode yang tepat
dalam memecahkan masalah yang telah didefinisikan sebelumnya,
dimana metode ini juga akan diterapkan di dalam sistem yang akan
dirancang nantinya. Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah
supaya dapat dianalisis dan diperoleh penyelesaian masalah yang
diinginkan. Masalah utama perusahaan terletak pada sistem distribusi
yang kurang baik, untuk itu penyelesaian akan dilakukan dengan

54

menentukan metode sistem distribusi yang tepat bagi perusahaan.


Sedangkan untuk menentukan sistem distribusi harus dimulai dari
keadaan internal perusahaan bersangkutan, namun Tirta Bintaro belum
memiliki sistem perencanaan pengadaan barang yang tepat. Untuk itu,
berbagai metode yang digunakan untuk penyelesaian masalah dalam
penelitian ini antara lain peramalan permintaan dan manajemen
transportasi dan distribusi. Untuk mendapatkan suatu sistem distribusi
yang tepat pada periode-periode dimana perusahaan merasa kesulitan
dalam memenuhi pesanan konsumen, maka pertama-tama dilakukan
peramalan dalam memperkirakan permintaan untuk periode tersebut di
masa mendatang.
Metode peramalan yang digunakan disesuaikan dengan pola data yang
merupakan data penjualan time series, yaitu Metode Naif, Metode Ratarata Bergerak, Metode Rata-rata Bergerak Tertimbang, Metode
Penghalusan Eksponensial, Metode Penghalusan Eksponensial dengan
Tren, dan Metode Regresi Linier. Setelah itu, pengolahan data
dilanjutkan dengan metode manajemen transportasi dan distribusi, yaitu
savings matrix.
Setiap pengolahan data yang dilakukan, selanjutnya akan dilakukan
analisis lebih lanjut terhadap hasil dari pengolahan data yang telah
dilakukan tersebut. Analisis dilakukan dengan tujuan menentukan
metode peramalan permintaan dan pemilihan alternatif rute yang tepat
bagi perusahaan. Analisis dapat dilakukan dengan membandingkan
hasil perhitungan yang telah dilakukan.

55

6. Perancangan Sistem Informasi Berbasis Object-Oriented


Setelah mendapatkan metode yang tepat bagi perusahaan berdasarkan
analisis yang telah dilakukan dan informasi mengenai apa yang
dibutuhkan user, maka selanjutnya akan dilakukan perancangan sistem
informasi tersebut dengan menggunakan usecase diagram, usecase
description, class diagram, sequence diagram, dan navigation diagram.

7. Simpulan dan Saran


Simpulan dan saran merupakan bagian akhir dari penelitian, dimana
akan dilakukan pembahasan akhir yang selanjutnya akan diambil suatu
kesimpulan mengenai permasalahan yang ada. Simpulan yang dibuat
diharapkan dapat menjawab tujuan dari penelitian dan memberikan
usulan yang bermanfaat bagi perusahaan sebagai pemecahan terhadap
masalah. Solusi yang diperoleh dapat berguna sebagai saran kepada
perusahaan mengenai masalah yang ditemukan sehingga penelitian
dapat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi proses distribusi
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai