Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
1.
TINJAUAN UMUM
1. Definisi Apotek
Ada beberapa definisi apotek antara lain :
1) Menurut
Keputusan
Menteri
No.1332/Menkes/SK/X/2002
Kesehatan
tentang
Republik
Perubahan
Indonesia
Atas
Peraturan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
menjelaskan
bahwa
apotek
adalah
sarana
pelayanan
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.184/Menkes/Per/II/1995.
3) Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
3. Peraturan Menteri Kesehatan antara lain:
1) Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
2) Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Kesehatan
Republik
Indonesia
Menteri
Kesehatan
No.1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang
Republik
Indonesia
Standar
Pelayanan
Republik
Indonesia
Kefarmasian di Apotek.
3) Keputusan
Menteri
Kesehatan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
2. Bangunan
Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Persyaratan
teknis bangunan apotek setidaknya terdiri dari penerimaan resep, ruang
pelayanan resep dan peracikan obat, ruang penyerahan obat, ruang
konseling, ruang tunggu pasien, ruang administrasi, ruang penyimpanan
obat, ruang tempat pencucian alat dan toilet.
Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi persyaratan kesehatan, penerangan yang cukup sehingga dapat
menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi Apotek, alat pemadam kebakaran
minimal dua buah yang masih berfungsi dengan baik, ventilasi dan
sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan hygiene, serta papan nama
apotek, yang memuat nama apotek, nama APA, nomor Surat Izin Apotek
(SIA), alamat apotek dan nomor telepon apotek.
3. Perlengkapan Apotek
Perlengkapan yang wajib dimiliki apotek sesuai berita acara :
1) Alat pembuatan pengolahan dan
timbangan,mortir,alu dan lain-lain.
peracikan
obat
seperti
10
dikeluarkan
oleh
pejabat
kesehatan
yang
berwenang
di
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
11
12
dikeluarkannya (3) :
1) Peringatan tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak 3 kali
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.
2) Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan
sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek.
13
inventarisasi
terhadap
seluruh
persediaan
narkotika,
psikotropika, obat keras tertentu dan obat lainnya dan seluruh resep yang
tersedia di apotek
2. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci
3. Apoteker pengelola apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi
wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventaris yang
dimaksud di atas.
7. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan
Kesehatan
apotek
berdasarkan
Keputusan
Menteri
14
menempatkan
diri
sebagai
pimpinan
dalam
situasi
15
1- Administrasi umum
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan
dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2- Administrasi pelayanan
Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien,
pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
8. Peran Dan Fungsi Apoteker Di Apotek
1. Peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek adalah sebagai
berikut (7):
1) Apoteker sebagai profesional
Apoteker harus memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap
masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh pasien (caring),
kompeten di bidang kefarmasian (competent) dan memiliki komitmen
(commitment). Selain itu, apoteker berkewajiban untuk menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan kefarmasian yang bermutu
baik dan keabsahannya terjamin kepada masyarakat.
2) Apoteker sebagai manager
Sebagai manager harus mampu mengelola apotek dengan baik
sehingga semua kegiatan di apotek berlangsung secara efektif dan
efisien. Apoteker harus mempunyai kemampuan menejerial yang baik,
yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu managemen,
yang meliputi :
1- Kepemimpinan
(leadership),
merupakan
kemampuan
untuk
16
Pengaturan
ini
dapat
dilakukan
dengan
17
2. Fungsi Apoteker
Fungsi apoteker secara umum yang digariskan oleh WHO yang semula
dikenal
dengan
Seven
Stars
of
Pharmacist,
kini
telah
lebih
pelayanan,
pada
apoteker
system
harus
pelayanan
mengintegrasikan
kesehatan
secara
berbagai
penelitian
guna
18
9. Penggolongan Obat
Obat digolongkan menjadi 5 kategori yaitu obat bebas, obat bebas terbatas,
obat keras serta obat narkotika dan psikotropika. Penggolongan ini
dimaksud untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan
pemakaian obat-obat tersebut.
a. Obat bebas
Obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Pada kemasan ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis
tepi berwarna hitam (8).Contoh obat bebas adalah paracetamol (dumin),
vitamin C (redoxon).
bebas
tanpa
resep
dokter,
dan
disertai
dengan
tanda
19
20
4. Obat Narkotika
Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,
dalam Bab I pasal 1 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan (10). Kemasan obat narkotika ditandai
dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang berwarna merah.
mempunyai
potensi
yang
sangat
tinggi
untuk
21
empat,
dimana
tiap
jenis
pemesanan
narkotika
yang
ditunjuk
dan
pegawai
lain
yang
dikuasakan.
3) Pelaporan Narkotika
Pelaporan narkotika dilakukan setiap 1 bulan paling lambat setiap
tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan Sistem Pelaporan dalam
bentuk software aplikasi yaitu Sistem Pelaporan narkotika dan
Psikotropika (SIPNAP) yang dapat diakses secara online melalui
22
disebutkan
bahwa
APA
dapat
23
Undang-Undang
Nomor
Tahun
1997
Tentang
aktivitas
mental
dan
perilaku
yang
mempunyai
potensi
amat
kuat
mengakibatkan
sindroma
ketergantungan,
potensi
mengakibatkan
sindroma
ketergantungan
24
ilmu
pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
ringan
25
3) Penyimpanan Psikotropika
Obat golongan psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat
lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci.
Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok
psikotropika.
4) Pemusnahan Psikotropika
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 pasal 53 tentang
Psikotropika,
pemusnahan
psikotropika
dilakukan
bila
26
27
oxiconazole,
pipazetate,
piratiasin
III
(Keputusan
Menteri
Kesehatan
28
3. penerimaan;
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
4. penyimpanan;
1) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurangkurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
4) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out)
5. pemusnahan;
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh
Apoteker
dan
disaksikan
oleh
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan
29
dengan
30
2-
31
32
33
4. konseling;
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami Obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:
TB, DM, AIDS, epilepsi).
3) Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4) Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat
untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga
termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang
diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
1) Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
2) Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui
Three Prime Questions, yaitu:
1-
34
35
3
6
APOTEK ROXY
1. Profil Apotek Roxy
Apotek Roxy group berdiri sejak tahun 1954 dengan jumlah karyawan 620
karyawan yang berkantor pusat di Jl.KH.Hasyim Ashari 48A- Jakarta Pusat
10130, dan dipimpin oleh direktur utama yang sekaligus pemilik yaitu
Bp.Thomas Hosean Ciovanlee telah memiliki 31 Apotek Roxy cabang yang
berada di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok. Apotek Roxy Group
hadir dengan konsep interior dan eksterior baru, yang secara total
mencerminkan budaya perusahaan yang baru.
Pengembangan brand dan image ini bertujuan untuk memberikan jaminan
kepada pasien atau masyarakat terhadap kualitas dan pelayanan serta
penambahan manfaat baru terhadap arti kesembuhan dan kesehatan bagi
pasien. Pengembangan konsep dan strategi marketing yang diketengahkan
adalah dengan memberikan penawaran harga produk yang kompetitif,
keramahan serta kesahajaan dari pelayanan pelanggan sebagai suatu nilai
tambah penting terhadap produk obat-obatan yang ditawarkan oleh apotek.
37
38
adanya
peningkatan
loyalitas
memastikan
adanya
pelanggan
dengan
3
9
: 1 orang
Apoteker Pendamping
: 1 orang
Asisten Apoteker
: 6 orang
Juru resep
: 2 orang
Kasir
: 5 orang
Admin
: 1 orang
Office Boy
: 1 orang
Security
: 2 orang
40
41
kayu
dikelompokkan
yang
di
dalamnya
berdasarkan
terdapat
penggolongan
obat-obat
obatnya,
yang
bentuk
42
43
44
45