Anda di halaman 1dari 2

Bioekologi P.

capsici
Jamur P. capsici berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual
membentuk sporangium. Pada keadaan lingkungan yang sesuai, lembab dan suhu berkisar antara
25oC, sporangium yang telah masak dapat langsung berkecambah membentuk tabung kecambah
atau membentuk zoospora yang berflagella sehingga dapat bergerak. Lama geraknya ditentukan
oleh suhu air; pada suhu 20-24oC zoospora dapat bergerak selama 9 jam, sedang pada suhu 28o
C dan 32oC masing-masing selama 5 jam dan 1 jam. Tiga puluh menit setelah zoospora berhenti
bergerak, akan terjadi perkecambahan bila lingkungan menguntungkan; sebaliknya apabila
keadaan lingkungan tidak menguntungkan, maka akan dibentuk struktur istirahat yaitu berbentuk
kista (Manohara, 1988). Miselia yang berasal dari perkecambahan zoospora dapat langsung
menginfeksi tanaman melalui luka, lubang alami (stomata misalnya) atau menginfeksi secara
langsung setelah meningkatkan potensial inokulumnya terlebih dahulu. Kemampuan patogen
bertahan hidup pada sisa tanaman lada yang ada di permukaan maupun di dalam tanah
mempunyai peranan penting sebagai sumber inokulum.
Propagul jamur P. capsici dapat bertahan hidup selama 20 minggu di dalam tanah dengan
kelengasan 100% kapasitas lapang, tanpa adanya tanaman inang. Di dalam jaringan tanaman
terinfeksi seperti daun dan batang, jamur tersebut dapat
bertahan hidup masing-masing selama 1113 minggu dan 810 minggu (Manohara, 1988). Oleh
sebab itu sebaiknya bagian tanaman sakit yang telah mati jangan dibiarkan di lapang, karena
dapat merupakan sumber inokulum.
Perkembang biakan secara seksual terjadi apabila terdapat dua jenis tipe jodoh yang
sesuai/serasi bertemu, yang selanjutnya akan menghasilkan oospora. Penelitian di laboratorium
membuktikan bahwa oospora dibentuk dalam keadaan gelap secara in vitro, pada kisaran suhu
160C 280C; dan secara in vivo, oospora dapat dibentuk pada batang, akar dan daun lada
(Wahyuno dan Manohara, 1995a). Struktur dinding sel oospora yang relatif tebal dan keras
memungkinkan oospora dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama. Oospora ditemukan pada
kotoran siput dan ternyata tetap hidup walaupun telah melalui sistem pencernaan siput (Kueh dan
Khew dalam Anandaraj, 2000). Dua jenis tipe jodoh telah ditemukan terdapat di Lampung, Jawa
Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur (Manohara et al., 1991,
Manohara dan Sato, 1992). Di daerah tersebut, kemungkinan sudah terjadi perkawinan yang

menghasilkan strain atau ras baru yang lebih ganas dari induknya, untuk itu diperlukan
pengamatan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Anandaraj, M., 2000. Diseases of black pepper. In Ravindran, P.N. (Ed.), black Pepper Piper
nigrum. Harwood Academic Publishers
Manohara, D., 1988. Ekologi Phytophthora palmivora (Butler) penyebab penyakit busuk pangkal
batang (Piper nigrum). Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana, IPB. Bogor.
Manohara, D., Shimanuki, T., Sato, N. and Oniki, M.,1991. Kemungkinan reproduksi seksual
antar isolate Phytophthora yang berasal dari tanaman lada. Pros. Kongres Nasional XI
dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Maros, Ujung Pandang 24-26
September 1991: 66-71.
Manohara, D. and Sato, N.,1992. Physiological observation on Phytophthora isolats from black
pepper. Indust Crops J. 4 (2): 14-19.
Wahyuno, D., dan Manohara, D.,1995a. Pembentukan oospora Phytophthora capsici pada
jaringan lada. Hayati. 2: 46-48.

Anda mungkin juga menyukai