Anda di halaman 1dari 9
8 Forum Teknik Vol. 34, No. 1, Januai 2011 Rekayasa Material Akustik Ruang Dalam Desain Bangunan Studi Kasus: Rumah Tinggal Sekitar Bandara Adisutjipto Yogyakarta Kaharuddin', Arif Kusumawanto* ») Mahasiswa Program Magister Arsitektur, Jl. Grafika no.2 Yogyakarta; kaharadin83 ® Dosen Teknik Arsitektur dan Perencanaan FT-UGM, J Grafikano.2 Yogyakarta; arifk@gadjahmada.edu Abstract This research was conducted 10 determine ihe conditions and manipulate the acoustic material by the mathematical experiment method, the calculations was using a specific formula by replacing the value of the material acoustic sound coefficient. The focus of this research was analyzing the sound absorption and noise reductions of acoustic materials used in residential around Adisuijipto alrport of Yogyakarta then proceed with the analysis of sound absorption and noise reduction of coconut palm fiber designed acoustic materials based on building physical theory, The results showed that the low sound absorption and noise reduction of the acoustic material inside the sample chamber was die to the material used had a sound reflector characteristic, $0 10 optimize the noise reduction it was needed an additional layer of acoustic ‘material used in the fields. The high sound absorption and noise reduction of the coconut palm fiber designed materials caused by these materials had sound-absorbing properties. The addition of coconut palm fiber layer for acoustic material could optimize the noise reduction. In addition, the coconut paim fiber acoustic material could be used as an alternative sound dampening material at high frequencies that could potentially reduce the waste of nature. Keywords: residential, acoustical materials, coconut fibers, mathematical experiments. 1. Pendabuluan rata-rata yang terjadi diruang keluarga scbesar 92,1 BA, hal ini mengganggu kenyamanan penghuni dan juga mengakibatkan gangguan Kesehatan, Kebisingan tersebut jauh diatas ambang batas syarat baku tingkat kebisingan menurut Koenigsberger dalam Satwiko (2009), bahwa kebisingan yang diperbolehkan diruang keluarga, sebesar 40 éBA. Menurut Kusumawanto dan Nareswari (2006), pengurangen bising untuk rumah hunian Dukuh Karangbendo dapat diatasi dengan struktur desain bangunan yang mampu meredam atau mengurangi kebisingan sampai batas yang bisa ditcrima oleh Selah satu dampak kemajuan tcknologi discktor trensportasi yang bersifat negatif adalah Pencemaran suara atau kebisingan (Sarwono, 199). Menurat Mediastika (2009), dinegara berkembang, dengan tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat yang masih rendah, orang cenderung mengabaikan permasalahen kebi- singan. Schingga dibutuhkan pengendalian bu- nyi secara arsitektural yaitu pengurangan bising oelle, 1990) penelitian sebelumnya oleh Kusumawanto dan Nareswari (2006), kebisingan yang terjadi di permukiman sekitar Bandara Adisutjipto Yogyakarta, khususnya kebisingan penghuni rumah tinggal. Untuk itu, dalam proses perencanaan dan de- sain desain bengunan dibutubkan suatu rckayase material akustik ruang pada rumah tinggal yang Rekayasa Material Akustik Ruang dalam Desain Bangunan - Kaharuddin & Kusumawanto 9 dapat mereduksi kebisingan hingga memenuhi standar kenyamanan akustik secara arsitektural. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Begaimana kondisi material akustik rung di rumah tinggal sckitar bandara Adisutjipto Yogyakarta? 2. Bagaimana hasil material akustik ruang yang, ditekayasa untuk menciptakan kenyamanan audial di rumah tinggal sekitar Bandara Adisutjipto Yogyakarta? 2. Fundamental 2.1. Akustik Ruang Dalam Satwiko (2009), akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang suara atau bunyi. ‘Akustik dalam arsitektur sering dibagi menjadi akustika ruang (room acoustics) yang mena- ngani bunyi yang dikehndaki dan kontrol kebisingan (noise control) yang menangani bunyi yang tak dikchendaki. Menurut Ching (2009), kualitas suara dalam suatu ruang pada hakekatnya tergantung pada sifat-sifat penutup ruang. Sehingga penataan bunyi pada bangunan mempunyai dua tujuen, yaitu untuk Kesehatan (mutlak) dan untuk kenikmatan (diusahakan) (Satwiko, 2009). 2.2. Kebisingan Pesawat Terbang Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu (Satwiko, 2009). Kebisingan yang terjadi salah satunya dipengaruhi oleh faktor bangunan sebagai pene- rima, yang meliputi tingkat kerapatan elemen bangunan secara kescluruhan (Mediastika, 2005). Tingkat bunyi yang diperbolehkan adalah tingkat kebisingan yang diperkenankan terjadi disuatu ruangan agar aktifitas tidak terganggu. Monurut Koenigsterger dalam Satwiko (2009), tingkat kebisingan yang’ diperbolehkan dalam sebuah ruang keluarga yaitu 40 dBA. Schingga bila melampaui batas tersebut dan berlangsung terus menerus akan mengganggu selaput telinga, gelisah dan merusak lapisan yegctatif manusia, tergantung paparan kebisingan yang diterima. Kebisingan pesawat terbang menurut Long (2006), diakibatken oleh pembuangan gas dengan keccpaten tinggi dan juga karena Kondisi atmosfir yang dilalui pesawat. Intensitas bunyi pesawat terbang menurut Satwiko (2009) mencapai 10° wattim? atau 160 dB. 2.3. Strategi Pengendalian Bising Dalam Long (2006), akustik ruang arsitektur sebagai ilmu maupun sebagai seni tidak luput dari aspek penanganan kebisingan, getaran dan juga pengembangan bahan bangunan yang efektif. Menu- rut Rossing et al (2007), selah satu yang dapat dilakukan dalam mengurangi kebisingan _yaitu pemasangan bahen penycrap suara, yakni dapat mereduksi kebisingan hingga 10 dB. Sedangkan dalam referensi lainnya, menurut Cox dan D’Antonio (2009), dengan penambahan penyerapan tingkat gema akan berkurang dan paparan kebisingan menurun sampai 3-4 dBA. 2.4, Material Akustik Dalam Keng (2007), dijelaskan bahwa peredam suara berserat dapat ditandai dengan adanya pori Penyerapan suara dari bshan ini tergantung pada variabel ketebalan, kerapatan, dan oricntasi serat. Penyerap suara berpori dapat diproduksi salah satu- nya dengan memanfaetkan limbah serat alam men= jadi papan komposit, Menurut Satwiko (2009), pemilihan bentuk, orisntasi dan bahan permukaan uang akan menentukan kualitas dan kuantitas bunyi yang Kemudian juga akan menentukan Kkarakter bunyi, Cox dan D’Antonio (2009), menjelaskan bahwa penggunaan bahan penyerap suara terulama untuk mengatasi masalah akustik, pengurengan kebisingan dan kontrol gema ruang (reverberation time), 25. Rekayass Material Martin den Schinzinger (1994), rekayasa ade Jah penerapan ilmu pengetahuan dalam penggunaan sumber daya alam demi manfaat bagi masyarakat dan umat manusia, Rekayasa material merupakan salah satu usaha arsitek untuk mengetasi masalah akustik ruang seperti gema, kebisingan dan getaran. Dalam hal ini bahan berserat dapat memberikan 10 penycrapan sara yang lebih baik, untuk itu dibutuhkan kemampuan untuk menghitung koe- fisien penyerapan suara delam mendesain suaty material akustik (Cox dan D’Antonio, 2009) Disebutkan juga dalam Satwiko (2009), setiap penggadaan massa dinding, tingkat bunyi akan berkurang 5 dB. 2.6, Penyerapan Bunyi Serapan (absorption) adalah perbandingan antara energi yang tidak dipantulkan kembali dan energi keseluruhan yang datang, diukur dalam Sabine (1 m? Sabine = serapan bunyi seta- ra 1 m? jendela terbuka), Penyerapan bunyi (sound-absorbing), kemampuan suatu bahan untuk meredam bunyi yang datang, dihitung, dalam persen, atau pecahan bernilai 0

Anda mungkin juga menyukai