Disusun Oleh :
PUTRA DWI UTOMO
NIM : PS.14.3.0185
M.ABDUL WAHAB
NIM : PS.14.3.0186
NIM : PS.14.3.0189
MUHAMAD IQBAL
NIM : PS.14.3.0209
INDRA WASKITO.P
NIM : PS.14.3.0210
ISLAMIRAHARJONO
NIM : PS.14.3.0192
MUCHAMMAD RIAN S.
NIM : PS.13.3.0161
ARIES PURWONO
NIM : PS.14.3.0196
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum
telah diperiksa oleh dosen Pembimbing Praktikum dan disahkan oleh Ketua
Jurusan Diploma Teknik Sipil Universitas Pandanaran Semarang.
Mengetahui
Disetujui
Soehartono, ST.MT
NPP.D 700.175
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan hidayah nya
sehingga laporan hasil Praktikum ini dapat kami susun. Laporan ini merupakan hasil dari
Praktikum Universitas Pandanaran Semarang.
yaitu: Praktik Hidrolika
Tak lupa pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1) Ibu Agustin Zulaidah S.T. M.T Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Pandanaran
Semarang.
2) Bpk Soehartono S.T.M.T Selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas
Pandanaran Semarang.
3) Arief Kusbiantoro, ST.MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan segala
arahan dan bimbingan selama penyusunan Laporan Praktikum.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan hasil Praktikum ini terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kami menerima saran dan kritik
yang membangun
Daftar Isi
Pendahuluan..................................................................................... 1
1.1.1. Bahan Bangunan ......................................................................1
1.1.2. Maksud Dan Tujuan Praktikum .................................................1
1.1.3. Lokasi Praktikum ......................................................................2
1.1.4. Metode Praktikum ....................................................................2
Material ............................................................................................ 4
2.2.
Agregat ............................................................................................ 4
2.3.
2.4.
Air..................................................................................................... 6
2.5.
Benda Uji........................................................................................... 6
2.6.
Pemeriksaan Material........................................................................8
3.2.
3.3.
4.2.
5.2.
6.2.
7.2.
12.1. Kesimpulan...................................................................................... 48
12.2. Saran................................................................................................ 48
Daftar Tabel
Tabel 110.1 Hasil Perhitungan Berat Volumenya Agregat Kasar ..........................................15
Tabel 10.1 Hasil Perhitungan Berat Volumenya Agregat Kasar.............................................17
Tabel 10.2 Hasil Perhitungan Berat Volumenya Agregat Halus.............................................19
Tabel 10.2 Hasil Perhitungan Kadar Air Agregat Kasar.........................................................21
Tabel 10.2 Hasil Perhitungan Kadar Lumpur Agregat Halus.................................................24
Tabel 10.2 Hasil Perhitungan Kadar Lumpur Agregat Kasar.................................................26
Tabel 10.2 Hasil Perhitungan Kadar Air Agregat Halus.........................................................29
Tabel 10.2 Hasil Perhitungan Kadar Air Agregat Halus.........................................................31
Tabel 8.1.5.1 Beban Maksimum Yang Diperoleh Beton Setelah Uji Tekan...........................34
Tabel 8.1.6.1 Hasil Contoh Analisa Data Kuat Tekan Benda Uji Silinder.............................36
Tabel 9.1.5.1 Dimensi Benda Uji (Balok)..............................................................................39
Tabel 9.1.6.1 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Lentur Benda Uji (Balok)................................40
Tabel 11.1.5 Beben Maksimum Yang Diperoleh Setelah Uji Tarik Belah............................46
Tabel 11.1.6.1 Beben Maksimum Yang Diperoleh Setelah Uji Tarik Belah.........................47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
PENDAHULUAN
1.1.1
BAHAN BANGUNAN
Dalam suatu konstruksi bangunan, beton merupakan bagian yang penting.
Bersadarkan hal ini maka analisa dan penelitian terhadap materi dan proses bentuknya
beton sangat dibutuhkan. Sebagai progarm wajib dalam Ilmu Bahan Bangunan, maka
penerapan dasar dan aplikasinya wajib dikuasai oleh setiap mahasiswa/i teknik sipil.
Hal ini diacukan agar kedepan seorang sarjana sipil dapat menguasai konsep dan
analisa kerja saat terjun ke dunia konstruksi.
Beton (concrete) sendiri adalah bahan bagunan / konstruksi berupa batubatuan (Artifisial Stone) yang homogen yang diperoleh dari campuran tiga bahan
dasar yaitu:
1.
Semen portland sebagai bahan pengikat hidrolis.
2. Air sebagai bahan pereaksi pengikatan, dan Batuan / agregat sebagai
bahan pengisi (filler) dan penguat (strengter) yang meliputi agregat
kasar (Coarse Agregate) dan agregat halus (Fine Agregat).
Dalam hal-hal tertentu campuran diberi bahan tambahan (additive) atau bahan
campuran (admixture) yang tidak menurunkan mutu beton sesuai dengan kebutuhan
konstruksi.
1.1.2
LOKASI PRAKTIKUM
Praktikum bahan bangunan ini diadakan didalam dan diluar gedung. Didalam
gedung, yaitu untuk bahan bangunan diadakan pada Laboratorium bahan di Fakultas
Teknik Universitas Islam Sultan Agung.
METODE PRAKTIKUM
Secara umum, metode pelaksanaan praktikum yang digunakan antara lain :
a. Peninjauan Lapangan
Praktikum dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran di lokasi
praktikum.
b. Wawancara
Dalam pelaksanaan praktikum, dilakukan Tanya jawab dengan pembimbing
praktikum untuk mendapat gambaran penjelasan sejelas-jelasnya mengenai halhal yang berhubungan dengan praktikum.
c. Kuliah
Sebagai acuan pelaksanaan praktikum adalah teori yang diperoleh dari mata
kuliah Mekanika Praktek bahan bangunan.
d. Studi Pustaka
Sebagai tambahan wawasan dalam pelaksanaan dan penguasaan laporan
praktikum, digunakan metode-metode pengetesan dan pemeriksaaan bahan
bangunan.
BAB II
MATERIAL
Material utama yang digunakan dalam pembentukan beton adalah agregat,
semen dan air. Agregat terdiri dari Coarse Agregate yang berupa kerikil denag butiran
> 5mm dan Fine Agregate berupa pasir kasar (Coarse sand).
Semen yang digunakan adalah portland cement tipe I ANDALAS. Air yang
digunakan adalah air bersih dengan kekentalan Ph 7 dan berasal dari PDAM yang
tersedia di lab. Konstruksi dan ilmu Bahan Bangunan Fakultas Tehnik Al-Muslim.
2.2
AGREGATE
Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati
bulat denag ukuran butiran antara 0.075 150 mm. Agregat yang digunakan adalah
agregat alam yang berupa coarse agregate (kerikil) dan coarse sand (pasir kasar).
Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat dan pengisi serta
menempati sekitar 75 % dari volume total beton.
Keutamaan agregat dalam peranannya didalam beton diantaranya:
Menghemat penggunaan semen Portland.
Menghasilkan kekuatan besar pada beton.
Mengurangi penyusutan pad pengerasan beton.
Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat.
2.2.1
Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa pasir batuan yang dihasilkan oleh alat pemecah
batu. Agregat ini berukuran 0.075 5 mm, dan meliputi pasir kasar (Coarse sand) dan
pasir halus (Fine sand).
Menurut PBI agregat halu harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal
artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperarur.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kerin). Bila lebih dari 5% harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak dan harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-HARDER denagn larutan NaOH
3% . Angka kehalusan (fineness Modulus) antara 2-3,2 .
Agregat Kasar
Agregat kasar bisa juga disebut kerikil sebagai hasil dari desintegrasi alami
dari batuan tau berupa dari batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu,
dengan butirannya berukuran antara 5 150 mm. Ketentuan agregat kasar antara lain:
Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir
pipihnya tidak melampaui 20% berat agreagat seluruhnya dan memiliki batas panjang
tertentu.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat
keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti
zat yang relatif alkali.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batuan pecah.
2.3
2.4
AIR
Air yang digunakan sebagai bahan pereaksi dalam campuran beton dan
perawatannya harus bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan
organis, bahan-bahan yang dapat merusak beton dan zat-zat reaktif lainnya (Ph 6,8
7). Dalam hal ini sebaiknya digunakan air yang dapat diminum. Jadi air yang
dipakai untuk membuat adonan / cetakan harus tepat dengan perbandingan berat tau
isi sesuai dengan yang telah direncanakan.
Pada percobaan ini, air yang digunakan adalah air bersih dengan ketentuan Ph
normal dan berasal dari PDAM yang tersedia di lab. Kontruksi Bahan Bangunan
Fakultas Teknik Almuslim.
2.5
BENDA UJI
Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda
uji beton. Benda uji beton dapat berbentuk kubus 15 x 15 x 15 cm 3 , 20 x 20 x 20 cm3
dan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Berdasarkan PBI 1971, benda uji
standar ialah kubus 15 x 15 x 15 cm3 sedangkan menurut ACI 211.71 adalah silinder
berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Pada percobaan ini mutu beton yang direncanakan adalah mutu beton dengan
FAS 0,58 dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm sebanyak 5 buah.
Slump dengan ketinggian 20 cm untuk menguji kekentalan campuran dengan
nilai slump yang diinginkan 7,5 10 cm.
2.6
METODE PENELITIAN
2.6.1
Pengukuran dilakukan dengan dua cara, yaitu penimbangan diluar dan didalam
air untuk kerikil; dan untuk pasir berdasarkan metode Thawlaws.
2.6.2
2.6.3
BAB III
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN MATERIAL,
PERHITUNGAN KOMPOSISI CAMPURAN DAN
PEMBUATAN BENDA UJI
3.1
PEMERIKSAAN MATERIAL
3.1.1
Langkah
1. Benda uji yang telah dikeringkan dalam oven dikeluarkan dan dibiarkan
dingin.
2. Kemudian gregat diisi kedalam container yang terdiri dari tiga lapisan.
3. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali tumbukan.
4. Terakhir diisi hingga penuh dan diratakan, lalu dihitung beratnya.
5. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.
3.1.2
Langkah
1. Benda uji diisi kedalam saringan yang berukuran; 31,5 mm; 19,0 mm; 9,52
mm; 4.75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; serta sisa.
Saringan digoyangkan dengan tangan beberapa menit.
2. Kemudian masing-masing fraksi benda uji yang tertahan diatas saringan
ditimbang beratnya.
3.1.3
Langkah
1. Benda uji direndam kedalam air selama 24 jam dan dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan hingga mencapai kondisi SSD (solid-state drive).
2. Kemudian dimasukkan kedalam cetakan kerucut pasir yang terdiri dari tiga
lapis (diisi sepertiga-sepertiga bagian cetakan), setiap lapisan ditusuk 25 kali
dengan tongkat pemadat.
3. Setelah permukaan diratakan, cetakan diangkat vertikal. Bila pasir yang di uji
itu tidak mengikuti bentuk cetakan berarti telah dalam keadaan SSD (solidstate drive).
4. Benda uji yang telah dalam keadaan SSD (solid-state drive) tersebut diisi
kedalam gelas beserta tutup plat kaca dan ditimbang beratnya.
5. Gelas diisi penuh dengan air guna untuk menghilangkan udara yang
dikandung benda uji, lalu ditimbang.
6. Benda uji diisi dalam container, dioven hingga kondisi OD (Oven Dry) dan
ditimbang beratnya.
3.1.4
Absorbsi (Absorbtion)
Tujuan
Langkah
186,760
= 316,54 Kg/m3
0,59
Coarse Aggregate dengan diameter max 31,5 cm denagn Dry Rodded Weight
1684 Kg/m3 . Jumlah CA yang dibutuhkan diperkirakan menggunakan tabel A 1.5.2.6
adalah 0,6708 m3 (On Dry Rodded Weight) dalam setiap m3 beton. Kebutuhan CA
(kering) adalah 0,6708 m3 x 1701 Kg/m3 = 1140,75 Kg.
berat 1 m3 beton diperkirakan 2395,6 Kg. Berat masing-masing bahan yang
telah dihitung:
Air
186,760 Kg
Semen
316,542 Kg
CA
1129,627 Kg
Jumlah
2395,600 Kg
Untuk mencampur pada 5 benda uji standar, maka komposisi campuran yang
dibutuhkan dapat dilihat pada table :
Tabel 3.2.1 Komposisi Campuran Beton
PENCAMPURAN DI LAB. untuk SILINDER
K-175
MATERIAL
volume 1 benda uji
3.3
0.0106
m
3
FAS : 0,59
- Air
5.933
7.911
9.889
kg
- Semen
9.702
12.936
16.170
kg
34.994
46.659
58.324
kg
- Pasir (Sand)
25.479
33.971
42.464
kg
Slump Test
: Menetukan kekentalan (konsistensi) adukan beton.
10
Langkah
Airmeter
Tujuan
Langkah
1. Campuran beton diisi kedalam Airmeter atas 3 lapisan dan setiap lapisan
ditumbuk 25 kali dengan tongkat pemadat.
2. Kemudian sekeliling dindingnya diketuk dengan mortil karet, agar butiran
udara muncul ke permukaan.
3. Ratakan permukaan adukan dan Airmeter ditutup serta dikunci. Airmeter +
benda uji ditimbang, untuk mengetahui berat volume udara.
4. Dengan menggunakan pompa pada airmeter, jarum skala pada manometer
digerakkan hingga terletak pada 0 (nol).
5. Tekan klepnya agar jarum menunuk pada angka tertentu.
6. Angka itu menyatakan kandungan udara dala 1 m beton.
Hasil :
Slumps Test
Berat beton
Suhu beton
Kadungan udara
: 7,5 10 cm
:: 29 C
:2%
11
3.3.2
Pengujian
Pengujian benda uji dilakukan pada umur 5 hari dengan lima buah benda uji.
Hasil pengujian dapat menentukan kuat tekan beton pada umur tersebut.
1. Langkah pertama, benda uji dikeluarkan dari bak perendaman dan
dibersihkan dengan kain lap, setelah itu dibirakan selama lebih kurang 3
jam untuk pengeringan.
2. Langkah terakhir dilakukan pengujian kuat tekan dengan menggunakan
penguji portable compressor denagan kapasitas 200 ton.
12
BAB IV
PEMERIKSAAN HASIL PENELITIAN BERAT VOLUME
4.1
4.1.1
Dasar Teori
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur
dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat
dengan volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat
agregat dalam keadaan padat dengan volume literan.
Menurut British Standar 812, berat volume agregat yang baik untuk material beton
mempunyai nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m. berat volume agregat dapat di
hitung dengan menggunakan rumus :
Berat Volume Agregat
Keterangan :
4.1.2
kg / m
=
Berat benda
=
Volume wadah
Lepas
Berat
Silinder
(Kg)
W1
10,4
Tusuk
10,4
Percobaa
n
4.1.3
=
D
A
Berat Silinder +
Agregat (KG)
W2
Berat
Agregat (Kg)
W3
19,3
8,9
9,8
20,2
Pengering (oven)
Wadah baja
Mistar perata
Skop / sendok pengisi agregat
Timbangan
Talam
Tongkat pemadat
13
1.
(110
5)0C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
a.
Penentuan berat volume gembur (berat volume dalam keadaan lepas) yang
pertama dilakukan adalah Wadah ditimbang dengan keadaan kosong,
Kemudian wadah diisi dengan benda uji dengan perlahan-lahan, Setelah
wadah di masukkan benda uji, ratakan permukaan atasnya dengan
menggunakan alat penumbuk kemudian Timbang benda uji yang telah
dimasukkan benda uji, selanjutnya Berat benda uji (D) dihitung dengan
rumus D = C B. Kemudian hitung volume wadah (A), dan tentukan
Penentuan berat volume padat (berat volume dalam keadaan mengalami
penusukan).
b. Prosedur kerjanya sama dengan berat volume gembur namun pada penentuan
berat volume padat pada saat wadah diisi dengan benda uji, sebelum
diratakan benda uji ditusuk-tusuk terlebih dahulu agar benda uji padat
sebanyak 25 kali tiap lapisnya.
Perhitungan :
volume pan ( tabung )
V
= r2 t
= 3,14 7,52 30
= 5298,75
W3
V
8,9
5298,75
= 1,679
berat pasir di tusuk
kg
m3
W3
V
9,8
5298,75
14
= 1,849
kg
m3
= 1,679 ( W4 )
= 1,849 ( W5 )
W 5+W 4
2
1,849 g+1,679 g
2
3,528 g
2
= 1,764
kg
m3
Percobaa
n
Berat
Silinder
(Kg)
W1
Berat Silinder +
Agregat (KG)
W2
Berat
Agregat (Kg)
W3
8,9
9,8
Lepas
10,4
19,3
Tusuk
10,4
20,2
4.1.4
Berat
Volume
Agregat
W3 / V
Wadah
1,679
1,849
Kesimpulan
Dengan demikian dari hasil pengujian data diatas bisa diketahui agregat kasar
kg
m3
4.2.1
Dasar Teori
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur
dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat
dengan volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat
agregat dalam keadaan padat dengan volume literan.
Menurut British Standar 812, berat volume agregat yang baik untuk material beton
mempunyai nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m. berat volume agregat dapat di
hitung dengan menggunakan rumus :
Berat Volume Agregat
kg / m
15
Keterangan :
4.2.2
4.2.3
D
A
=
=
Berat benda
Volume wadah
Percobaa
n
Berat
silinder
(Kg) W1
Berat silinder +
Agregat (KG)
W2 (berat isi
lepas)
Lepas
10,4
18,7
Tusuk
10,4
19,4
Berat Agregat
(kg) W3
8,3
9
Pengering (oven)
Wadah baja
Mistar perata
Skop / sendok pengisi agregat
Timbangan
Talam
Tongkat pemadat
(110
5)0C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
a.
Penentuan berat volume gembur (berat volume dalam keadaan lepas) yang
pertama dilakukan adalah Wadah ditimbang dengan keadaan kosong,
Kemudian wadah diisi dengan benda uji dengan perlahan-lahan, Setelah
wadah di masukkan benda uji, ratakan permukaan atasnya dengan
menggunakan alat penumbuk kemudian Timbang benda uji yang telah
dimasukkan benda uji, selanjutnya Berat benda uji (D) dihitung dengan
rumus D = C B. Kemudian hitung volume wadah (A), dan tentukan
Penentuan berat volume padat (berat volume dalam keadaan mengalami
penusukan).
16
b. Prosedur kerjanya sama dengan berat volume gembur namun pada penentuan
berat volume padat pada saat wadah diisi dengan benda uji, sebelum
diratakan benda uji ditusuk-tusuk terlebih dahulu agar benda uji padat
sebanyak 25 kali tiap lapisnya.
Perhitungan :
volume pan ( tabung )
V
= r2 t
= 3,14 7,52 30
= 5298,75
W3
V
8,3
5298,75
= 1,566
berat pasir di tusuk
W3
V
9
5298,75
= 1,698
kg
m3
kg
m3
= 1,566 ( W4 )
= 1,698 ( W5 )
W 5+W 4
2
1,849 g+1,679 g
2
3,528 g
2
17
= 1,632
kg
m3
Percobaan
Berat
Silinder
(Kg)
W1
Berat Silinder +
Agregat (KG)
W2 (Berat Isi
Lepas)
Lepas
10,4
18,7
Tusuk
10,4
19,4
4.2.4
Berat Agregat
(Kg) W3
8,3
9
Berat
Volume
Agregat
W3 / V
Wadah
1,566
1,698
Kesimpulan
Dengan demikian dari hasil pengujian data diatas bisa diketahui agregat kasar
kadar berat volumenya 1,632
kg
m3
BAB V
PEMERIKSAAN HASIL PENELITIAN KADAR AIR
5.1
5.1.1
Dasar Teori
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air dengan cara pengeringan.
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk
korelsi tekanan air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat
lapangan.
5.1.2
5.1.3
Percobaa
n
Berat C.
(A)
Berat C. +
Agregat Sebelum
Dioven
(B)
Berat C. +
Agregat Sesudah
Dioven (C)
no 1
35
317
312
no 3
34
340
336
18
/ kompor gas
3. Talam dari Porselin / Baja
4. Penaduk / Spatula
II. URUTAN KERJA
Bahan : berat conth minimum
Max. size ( mm )
4,75
0,5
9,5
1,5
12,5
2,0
19,1
3,0
25,4
4,0
37,5
6,0
4. Keringkan benda uji berikut talam dalam Oven selama 24 jam dengan Suhu
konstan ( 110 5 ) 0C dan dinginkan hingga berat tetap.
5. Timbang talam + benda uji ( W4 )
6. Hitung berat uji kering ( W ) Ws = W W
5
* Perhitungan :
Kadar Air Aggregat :
W 3W 5
X 100
W5
CATATAN:
1. Pemeriksaan kadar air dilakukan minimal 1 kali dalam sehari.
2. Hasil perhitungan dilaporkan dalam 2 desimal
VI. Perhitungan :
No 1
19
bc
X 100
ca
317 g312 g
X 100
312 g35 g
5g
277 g
= 1,805 %
No 3
bc
X 100
= ca
=
340 g336 g
X 100
336 g34 g
4g
302 g
= 1,325 %
Tabel 10.2 : Hasil Perhitungan Kadar Air Agregat Halus
Percobaa
n
Berat C.
(A)
Berat C. +
Agregat Sebelum
Dioven
(B)
Berat C. +
Agregat Sesudah
Dioven (C)
Kadar
Air (%)
no 1
35
317
312
1,805
no 3
34
340
336
1,325
Kadar
Air
Rata Rata
(%)
1,565
5.1.4
Kesimpulan
Dengan demikian dari hasil pengujian data diatas bisa diketahui agregat halus
kadar airnya 1,565 %.
5.2
5.2.1
Dasar Teori
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air dengan cara pengeringan.
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk
korelsi tekanan air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat
lapangan.
5.2.2
20
5.2.3
Percobaa
n
Berat C.
(A)
Berat C. +
Agregat Sebelum
Dioven
(B)
Berat C. +
Agregat Sesudah
Dioven (C)
no 2
29
210
192
no 4
27
170
167
4,75
0,5
9,5
1,5
12,5
2,0
19,1
3,0
25,4
4,0
37,5
6,0
1.
4. Keringkan benda uji berikut talam dalam Oven selama 24 jam dengan
Suhu konstan ( 110 5 ) 0C dan dinginkan hingga berat tetap.
5. Timbang talam + benda uji ( W4 )
6. Hitung berat uji kering ( W ) Ws = W W
5
* Perhitungan :
Kadar Air Aggregat :
W 3W 5
X 100
W5
21
CATATAN:
1. Pemeriksaan kadar air dilakukan minimal 1 kali dalam sehari.
2. Hasil perhitungan dilaporkan dalam 2 desimal
VI. Perhitungan :
No 2
=
bc
X 100
ca
210 g192 g
X 100
192 g29 g
8g
163 g
= 11,043 %
No 4
bc
X 100
= ca
=
170 g167 g
X 100
167 g27 g
3g
136 g
= 2,205 %
Tabel 10.2 : Hasil Perhitungan Kadar Air Agregat Kasar
5.2.4
Percobaa
n
Berat C.
(A)
Berat C. +
Agregat Sebelum
Dioven
(B)
Berat C. +
Agregat Sesudah
Dioven (C)
no 2
29
210
192
no 4
27
170
167
Kadar
Air (%)
Kadar
Air
Rata Rata
(%)
11,043
2,205
6,524
Kesimpulan
Dengan demikian dari hasil pengujian data diatas bisa diketahui agregat kasar
kadar airnya 6,624 %.
22
BAB VI
PEMERIKSAAN HASIL PENELITIAN KADAR LUMPUR
6.1
6.1.1
Dasar Teori
Sebuah bangunan akan tergolong kedalam kategori kualitas bagus dan awet
jika menggunakan material berkualitas tinggi, contohnya pada bangunan yang
23
menggunakan struktur beton bertulang akan menggunakan pasir atau disebut juga
dengan agregat halus sebagai material utama. salah satu pedoman dalam memilih
pasir bagus adalah bagaimana kandungan kadari lumpurnya, oleh karena itu
dilakukan tes terlebih dahulu sebelum digunakan, Contohnya Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan prosentase kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus.
Kandungan lumpur kurang dari 5% merupakan ketentuan dalam peraturan bagi
penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton. berikut ini cara melakukan tes
pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
6.1.2
6.1.3
Percobaan
Berat C.
(A)
Berat C. +
Agregat
Sebelum Dicuci
(B)
Pasir
65
649
Berat C. +
Agregat Sesudah
Dicuci (C)
639
W1
100 = C
W2
W1 = berat agregat sebelum di cuci = 1.000 gr (kering oven)
W2 = berat agregat sesudah di cuci
III. CATATAN:
Jika tidak ada sumber material (batu pecah) di daerah plant yang
24
bc
X 100
ca
649 g639 g
X 100
639 g65 g
10 g
574 g
= C 1,742 %
Tabel 10.2 : Hasil Perhitungan Kadar Lumpur Agregat Halus
Percobaan
Berat C.
(A)
Berat C. +
Agregat
Sebelum Dicuci
(B)
Pasir
65
649
Berat C. +
Agregat Sesudah
Dicuci (C)
Kadar
Lumpur
(%)
639
1,742
6.1.4
Kesimpulan
Dengan demikian dari hasil pengujian data diatas bisa diketahui agregat halus
kadar lumpurnya 1,742 %.
6.2
6.2.1
Dasar Teori
Sebuah bangunan akan tergolong kedalam kategori kualitas bagus dan awet
jika menggunakan material berkualitas tinggi, contohnya pada bangunan yang
menggunakan struktur beton bertulang akan menggunakan pasir atau disebut juga
dengan agregat halus sebagai material utama. salah satu pedoman dalam memilih
pasir bagus adalah bagaimana kandungan kadari lumpurnya, oleh karena itu
dilakukan tes terlebih dahulu sebelum digunakan, Contohnya Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan prosentase kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus.
Kandungan lumpur kurang dari 5% merupakan ketentuan dalam peraturan bagi
penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton. berikut ini cara melakukan tes
pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat kasar
6.2.2
25
6.2.3
Percobaan
Berat C.
(A)
Berat C. +
Agregat
Sebelum Dicuci
(B)
Berat C. +
Agregat Sesudah
Dicuci (C)
Kerikil
67
335
326
bc
X 100
ca
26
335 g326 g
X 100
326 g67 g
9g
259 g
= C 3,475 %
Tabel 10.2 : Hasil Perhitungan Kadar Lumpur Agregat kasar
6.2.4
Percobaan
Berat C.
(A)
Berat C. +
Agregat
Sebelum Dicuci
(B)
Kerikil
67
335
Berat C. +
Agregat Sesudah
Dicuci (C)
Kadar
Lumpur
(%)
326
3,475
Kesimpulan
Dengan demikian dari hasil pengujian data diatas bisa diketahui agregat kasar
kadar lumpurnya 3,475 %.
27
BAB VII
PEMERIKSAAN HASIL PENELITIAN ANALISA SARINGAN
7.1
7.1.1
7.1.2
Dasar Teori
Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis untuk mengetahui distribusi
ukuran agregat halus dengan menggunakan ukuran-ukuran saringan standard tertentu
yang ditunjukkan dengan lubang saringan (mm) dan untuk nilai apakah agregat halus
yangakan digunakan tersebut cocok untuk produksi beton.
Selain itu juga digunakan untuk mendapatkan prosentasi agregat halus dalam
camouran.Adapun modulus kehalusan yang disyaratkan untuk agregat halus yaitu 2.1
3.7.
Gradasi gabungan dari agregat halus untuk beton kelas II,mutu K-125 dan
mutu lebih tinggi harus ditentukan dengan cara analisis saringan dengan
menggunakan saringan standard ISO 63-31,5-16.
7.1.3
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
7.1.4
Ukuran
Saringan
Berat
Cawan
(Gr)
(A)
4.8
2.4
1.2
0.6
0,3
0.15
0,075
0,0375
Pan
Jumlah
39
37
48
48
48
48
48
48
48
412
: 500 gr
: 493 gr
: 7 gr
Berat
Cawan +
Agregat
(Gr)
(B)
40
49
88
49
210
163
158
82
66
905
II.
Timbangan
Talang
Sendok material
Satu set saringan
Mesin penggetar
Kuas,terbuat dari bulu dan kawat tembaga
Agregat halus (pasir alami)
LANGKAH KERJA
Agregat halus dikeringkan di dalam oven dengan suhu 110 C selama 24
jam.
Menimbang agregat halus sebanyak 2500 gram.
Menimbang saringan sebelum digunakan kemudian menyusun saringan sesuai
spesifikasi (dari tebesar ke terkecil).
Memasukkan material ke dalam saringan dengan menggunakan sendok
material.
Mengayak benda uji dengan menggunakan mesin penggetar selama 15
menit.
Mendiamkan benda uji sejenak dan menghilangkan debu yang beterbangan.
Menimbang agregat yang tertahan di atas tiap saringan dengan menggunakan
timbangan.
III.
ANALISA PERHITUNGAN
Berat tanah tertahan = (berat saringan + tanah tertahan) berat saringan.
Modulus kehalusan = kum. tertahan no.100 ke atas / 100
Persen tertahan
= (berat total tertahan/berat total tanah) x 100 %
Kumulatif tertahan = persen tanah tertahan untuk masing-masing
ukuran saringan secara kumulatif.
Persen lolos
= 100 % - kumulatif tertahan.
a. Contoh analisa perhitungan untuk saringan nomor 1
Berat tanah tertahan = (berat saringan + tanah tertahan) berat saringan
= 40 41
= 1 gram
29
Persen tertahan
berat agregat
X 100
berat total agregat
=
1g
X 100
493 g
= 0,202
Kesimpulan
Dari hasil percobaan analisa saringan yang telah dilakukan diperoleh modulus
kahalusan pasir sebesar 2,363 (dengan spesifikasi 4,8 0,0375) (memenuhi).
7.2
7.2.1
7.2.2
Dasar Teori
Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis untuk mengetahui distribusi
ukuran agregat halus dengan menggunakan ukuran-ukuran saringan standard tertentu
30
yang ditunjukkan dengan lubang saringan (mm) dan untuk nilai apakah agregat halus
yangakan digunakan tersebut cocok untuk produksi beton.
Selain itu juga digunakan untuk mendapatkan prosentasi agregat halus dalam
camouran.Adapun modulus kehalusan yang disyaratkan untuk agregat halus yaitu 2.1
3.7.
Gradasi gabungan dari agregat halus untuk beton kelas II,mutu K-125 dan
mutu lebih tinggi harus ditentukan dengan cara analisis saringan dengan
menggunakan saringan standard ISO 63-31,5-16.
7.2.3
7.2.4
: 2100 gr
: 2095gr
: 5 gr
No
1
2
3
4
5
6
7
I.
II.
Ukuran
Saringan
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
Pan
Jumlah
Berat
Cawan
(Gr) (A)
40
40
40
40
40
40
40
280
Berat
Cawan +
Agregat
(Gr) (B)
0
792
460
710
243
80
50
2335
31
ANALISA PERHITUNGAN
Berat tanah tertahan = (berat saringan + tanah tertahan) berat saringan.
Modulus kehalusan = kum. tertahan no.100 ke atas / 100
Persen tertahan
= (berat total tertahan/berat total tanah) x 100 %
Kumulatif tertahan = persen tanah tertahan untuk masing-masing
ukuran saringan secara kumulatif.
Persen lolos
= 100 % - kumulatif tertahan.
b. Contoh analisa perhitungan untuk saringan nomor 2
Berat tanah tertahan = (berat saringan + tanah tertahan) berat saringan
= 792 40
= 752 gram
Persen tertahan
berat agregat
X 100
berat total agregat
=
752 g
X 100
2095 g
= 35,894
32
No
1
2
3
4
5
6
7
7.2.5
Ukuran
Saringan
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
Berat
Cawan
(Gr) (A)
40
40
40
40
40
40
40
280
Pan
Jumlah
Berat
Cawan +
Agregat
(Gr) (B)
0
792
460
710
243
80
50
2335
Berat
Agregat
(Gr) (C)
Prosentase
Agregat
Tertinggal
Komulatif
Agregat
Tertinggal
Persen
t Finer
(%)
0
752
420
670
203
40
10
2095
0
35,894
20,047
31,980
9,689
1,909
0,477
100
0
35,894
55,942
87,923
97,613
99,522
100
476,897
100
64,105
44,057
12,076
2,3866
0,4773
0
223,1
Kesimpulan
Dari hasil percobaan analisa saringan yang telah dilakukan diperoleh modulus
kahalusan pasir sebesar 35,894 (dengan spesifikasi 9,5 0,3) (memenuhi).
BAB VIII
PEMERIKSAAN HASIL PENELITIAN KUAT TEKAN BETON
8.1
8.1.1
Tujuan Percobaan
Menentukan kekuatan tekan beton karakteristik benda uji beton berbentuk
silinder yang dibuat dilaboratorium.
8.1.2
dasar teori
Untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah mengeras yang telah
disyaratkan, dilakuakan pengujian kuat tekan beton. Prosedur pengujian kuat tekan
beton mengacu pada standart test menthod for compressive of cylinderical concrete.
Kuat tekan beton bergantung pada faktor air semen, gradasi batuan, bentuk datuan,
cara pengerjaan (campuran,pengangkutan, pemadatan dan perawatan) dan umur beton
(Tjokrodimuljo, 1996).
Beton dapat mencapai kuat tekan 80 Mpa atau lebih, bergantung pada
perbandingan air, semen dan tingkat kepadatannya. Disamping dipengaruhi oleh
perbandingan air dan semen, kuat tekan beton juga dipengaruhi oleh faktor lainnya,
33
yaitu jenis semen, kualitas agregat, efiensi perawatan, umur beton dan bahan
admixture (Murdock dan K.M. Broo, 1991).
Berikut persyaratan benda uji yang dirawat dilaboratorium sesuai dengan
standart nasional indonesia (SNI 03-2847-2002 pasal 7) adalah sebagai berikut :
1
2
contoh benda uji tekan harus diambil menurut SNI 03-2458-1991, metode
pengujian dan pengambilan contoh untuk campuran beton segar
benda uji silinder yang digunakan untuk kuat tekan harus dibentuk dan dirawat di
laboratorium menurut SNI 03-4810-1998, metode pembuatan dan perawatan
benda uji dilapangan dan diuji menurut SNI 03-1974-1990, metode pengujian
kuat tekan beton
kuat tekan suatu mutu beton dapat dikategorikan memenuhi syarat jika dua hal
tersebut dipenuhi :
a setiap nilai rata-rata dari minimal tiga uji kuat tekan yang brurutan mempunyai
nilai yang sama atau lebih besar dari rencana fc
b tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari dua
hasil uji contoh silinder yang mempunyai nilai dibawah f c melebihi dari 3,5
Mpa
jika salah satu persyaratan diatas tidak dipenuhi, maka harus diambil langkahlangkah untuk meningkatkan hasil uji kuat tekan rata-rata pada percobaan
berikutnya.
P
A
fc
mewakili jenis material, prosedur pengendalian mutu dan kondisi yang serupa
dengan yang diharapkan dan perubahan-perubahan pada material ataupun prporsi
campuran dalam data pengujian tidak perlu dibuat lebihketat dari yang digunakan
pada pekerjaan yang dilakukan
34
mewakili beton yang digunakan untuk memenuhi kekuatan yang disyaratkan atau
kuat tekan fc pada kisaran 7 Mpa dari yang ditentukan untuk pekerjaan yang akan
dilakukan
terdiri dari sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian berurutan atau dua kelompok
pengujian berurutan yang jumlahnya sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian.
Setelah deviasi standart ditetapkan, kuat tekan sebagai dasar pemilihan prporsi
campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan-persamaan
berikut :
cr
= c + 1,34 (s)
cr
dimana,
8.1.3
cr
= standart deviasi
8.1.4
cara kerja
A ambil benda uji dari tempat perawatan setelah menjalani kondisi SSD (Saturated
Surface Dry), kemudian timbang
B jalankan mesin tekan, tekanan harus dianaikan secara berangsur-angsur
C lakukan proses A, B, C sesuai dengan jumlah benda uji yang telah ditetapkan
kekuatan tekan
8.1.5
No.
1
2
35
8.1.6
1
d
4
A =
P
A
cr
c
0,83
(cm2)
(MPa)
(MPa)
Keterangan :
c
0,83
cr
23.000
176,625 x 0,65
= 200,33 kg/cm2
= 20,033 MPa
Konversi dari silinder ke bentuk kubus (cr)
c
cr
=
0,83
=
200,33
0,83
= 241,361 kg/cm2
= 24,1361 MPa
b
1
d
4
(cm2)
36
P
A
cr
c
0,83
(MPa)
(MPa)
Keterangan :
c
0,83
cr
43.000
176,625 x 0,65
= 375,544 kg/cm2
= 37,5544 MPa
Konversi dari silinder ke bentuk kubus (cr)
c
cr
=
0,83
=
375,544
0,83
= 451,258 kg/cm2
= 45,1258 MPa
B Standar Deviasi
s=
xix
Dimana :
s = standart deviasi
x = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)
n = jumlah benda uji silinder
37
s=
375,544308,452
= 67,092 kg/cm2
C Modulus Elastisitas
a
cr
Ec
cr
cr = 24,1361 MPa
Ec = 23.000 cr
= 23.000
24,1361
= 23.000 x 4,91
= 112995,56 MPZ
Benda uji Silinder I
Ec = 43.000
Dimana :
cr
Ec
cr
cr = 37,5544 MPa
Ec = 43.000 cr
= 43.000
37,5544
= 43.000 x 6,12
= 263511,07 MPZ
38
Tabel 8.1.6.1 : Hasil dari contoh analisa data kuat tekan benda uji silinder
No
1.
2.
8.1.7
Kesimpulan
Dari hasil percobaan kuat tekan beton umur 28 hari sesuai dengan peraturan
beton bertulang indonesia. 1971 (PBI. 1971/NI-2), mutu beton masuk dalam kuat
tekan beton Fc = 20,033 Mpa, Termasuk mutu K-250 dalam kelas kuat tekan beton
mutu tinggi dengan modulus elastisitas berkisar Ec = 112995,56 Mpa.
39
BAB IX
PEMERIKSAAN HASIL PENELITIAN KUAT TEKAN LENTUR
9.1
9.1.1
tujuan percobaan
Menentukan kuat tekan lentur beton. Benda uji beton berbentuk balok yang di
laboratorium.
9.1.2
Dasar teori
Berbagai penelitian dan percobaan yang dilakukan terhadap balok beton,
menunjukan indikasi bahwa kuat tarik yang diperoleh yaitu melalui splitting test.
Kuat lentur beton biasanya dinyatakan dalam modulus runtuh (fl) yaitu kuat
tarik maksimum beton dalam keadaan lentur. Uji beban dilakukan melalui ujin balok
berukuran ( 150 x 600 x 150 ) mm dangan panjang bentang perletakan sebesar 600
mm. Dan dibebani dengan2 beban terpusat hingga runtuh.
Uji balok dengan ukuran balok yang lebih kecil juga memungkinkan, yaitu
dengan dimensi (100 x 100 x 500 ) mm dengan panjang bentang 400 mm. Dari
berbagai pengujian, diperoleh nilai kolerasi antara modulus runtuh dengan kuat
tekannnya.
Fr
= 11% + 23% fc atau rata-rata
Fr
= 15% fc
Beberapa persamaan empiris dari modulus runtuh, dari perhiutungan lendutan :
CEB : fr
= 0,79 fc ( N/mm2 )
ACI
: fr
= 0,65
fc ( N/mm2 )
9.1.4
cara kerja
A. ambil benda uji dari tempat perawatan, timbang dan ukur dimensinya
B. letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
40
9.1.5
:beban maksimum
: panjang balok
: lebar balok
: tinggi balok
= 33 kN
= 50 kN
= 15 cm
= 15 cm
= PL/bh2
33 x 50
= 15 x 15 2
41
= 0,48888 kN/cm2
= 48,888 Mpa
Tabel 9.1.6.1 : hasil perhitungan kuat tekan lentur benda uji (balok)
Benda uji
Kekuatan
Lentur
(MOR)
(Mpa)
48,888
9.1.7
Kesimpulan
Dengan demikiandari hasil pengujian kuat tekan lentur untuk balok beton yang
mempunyai ukuran (15x15x60) cm dengan bentang antar tumpuan 50 cm proporsi 1:2:2
mempunyai kuat tekan lentur (MOR,Modulus of rapture) sebesar 48,888 Mpa.
42
BAB X
PEMERIKSAAN HASIL PENELITIAN
KUAT TARIK BAJA TULANGAN
10.1
Peregangan
minimum (MPa)
22
20
18
16
13
Modulus elastisitas
: E = 200.000 Mpa
2.
modulus geser
: G = 80.000 Mpa
3.
nisbah poisson
: = 0,3
4.
koefisien pemuaian
: = 12 x 10-6 / 0C
Laporan uji material baja di laboratorium yang disahkan oleh lembaga yang
berwenang dapat dianggap sebagai bukti yang cukup untuk memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam standar ini.
Baja yang tidak teridenfikasi boleh digunakan selama memenuhiketentuan
berikut ini :
43
1.
2.
sifat fisik material dan kemudahan nya nuntuk dilas tidak
kekuatan dan kemampuan layak srukturnya.
mengurangi
3.
tegangan
No
I
44
fu=
Dimana :
fu = Tegangan maksimum baja (ton). D = Diameter lingkarang (mm).
L = Luas Baja (cm2).
=
=
=
fy
=
=
=
fu
=
=
=
10,5 mm
1
D2
4
1
x 3,14 x 10,5 2
4
= 86,546 mm2
0,86546 cm2
Leleh beban tarik x 100
L
4,75 x 100
0,86546
= 548,841 kg/cm2
54,8841 MPa.
Maxs beban tarik I x 100
L
5 x 100
0,86546
= 577,727 kg/cm2
57,7727 MPa.
Hasil Tegangan Leleh Dan Maxs Dari Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Islam Sultan Agung Semarang (UNISSULA)
Semarang
45
N
o
Panjan
g
Benda
Uji
Teruku
r
Setelah
Diuji
(mm)
86
10,5
Terukur
Sebelu
m Diuji
(mm)
Rata
Rata
(mm
)
L
(mm2)
Beban
Tarik
(f
(f
y)
u)
(ton (ton
)
)
9,2
9,85
86,546
4,75
Tegangan
(fy)
(kg/cm2
)
(fu)
(kg/cm2
)
548,84
1
577,72
7
10.1.7 Kesimpulan
Dari analisa perhitungan yang telah didapat :
46
BAB XI
PEMERIKSAAN HASIL PENELITIAN
KUAT TARIK BELAH BETON
11.1
47
tersebut harus dipasangkan pada meja penekan bagian bawah maupun atas
dan harus terbuat dari baja yang mempunyai tingkat kerataan permuakaan
tidak boleh lebih dari 0,01 mm dengan ukuran panjang lebih panjang dari
benda uji, lebar tidak boleh kurang dari 50 mmdan ketebalannya tidak
boleh kurang dari tebal meja penekan.
3. Peralatan bantu penandaaan garis tengah kedua sisi benda uji digunakan
untuk menggambarkan tanda garis tengah pada keduan sisi benda uji yang
terletak pada suatu bidang datar yang melalui garis sumbu benda uji.
Kuat tarik dihitung berdasarkan formula Methot For Determination Of
Tensile Splitting, 1983 (British Standart Institution,1983) sebagaimana terlihat dalam
:
f1
Dimana,
2P
Ld
f1
48
Kode
19
Dimana,
f1
f1
2P
Ld
= 19.000 kg = 19 Ton
= 15 cm
= 30 cm
2P
=
Ld
2 x 19.000
3,14 x 30 x 15
38.000
1413
= 26,893 kg/cm2
Tabel 11.1.6.1 : Beban maksimum yang diperoleh setelah uji tarik belah
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Islam Sultan Agung Semarang (UNISSULA)
Semarang
No
Kode
Tegangan Belah
49
(kg)
(kg/cm2)
19
26,893
11.1.7 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dan menganalisa hasil percobaan di atas, maka
diperoleh hasil percobaan sebagai berikut :
Beton atau benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm,
diperoleh tegangan belah (f1) sebesar : 26,893 kg/cm2.
BAB XII
PENUTUP
12.1
KESIMPULAN
Setelah mengikuti Praktikum
SARAN
Dalam pelaksanaan praktikum ini penulis menyadari agak kurang teliti. Untuk
itu, masih banyak hal yang mesti diperbaiki dan ditingkatkan guna berhasilnya
pelaksanaan praktikum dimasa mendatang.
Perencanaan untuk menentukan kekuatan beton diperlukan ketelitian dan
kesungguhan yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan sikap saling membutuhkan
antara pembimbing dengan pelaksana praktikum unutk mendapatkan kuat tekan beton
seperti yang direncanakan.
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan praktikum, penulis
menghimbau untuk semua mahasiswa yang akan melaksanakan praktikum dimasa
50
LAMPIRAN LAMPIRAN
52
53
54
56
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK II
NAMA :
1. PUTRA DWI UTOMO
NIM : PS.14.3.0185
2. M.ABDUL WAHAB
NIM : PS.14.3.0186
NIM : PS.14.3.0189
4. MUHAMAD IQBAL
NIM : PS.14.3.0209
NIM : PS.14.3.0210
HARI/TGL
KETERANGAN
TANDA TANGAN
57
NO
HARI/TGL
KETERANGAN
TANDA TANGAN
58
59
60