Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Latar belakang
Beton ringan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah penurunan
diferensial dan stabilitas timbunan oprit jembatan di atas tanah lunak.Beton ringan dibuat
dengan mencampurkan bahan cairan pembentuk busa(foam) untuk membentuk mortar
dengan berat isi yang rendah. Berat isi beton ringan dapat bervariasi antara 5-14 kN/m3
dengan kuat tekan bebas antara 300-3000 kPa (Handayani, 2007). Dengan karakteristik
beton ringan tersebut, tegangan vertikal yang diterima tanah lunak akan jauh lebih kecil
dibandingkan dengan timbunan biasa sehingga masalah penurunan diferensial dan
stabilitas akan teratasi.
Untuk mengetahui kinerja beton ringan, pada tahun 2009 dibangun uji coba skala
penuh beton ringan pada oprit jembatan Kedaton, Cirebon, Jawa Barat. Kinerja timbunan
beton ringan tersebut diukur dengan instrumen pengukur penurunan, tekanan air pori dan
deformasi lateral. Makalah ini menyajikan evaluasi kinerja jangka panjang dari timbunan
uji tersebut yang masih dimonitor sampai saat ini.
2. Deskripsi uji coba skala penuh timbunan beton ringan
Uji coba skala penuh beton ringan dibangun pada oprit Jembatan Kedaton arah ke
Indramayu (Gambar 1). Beton ringan terdiri dari dua lapis dengan berat isi 6kN/m3 dan 8
kN/m3 dengan kuat tekan bebas berturut-turut sebesar 600 kPa dan 2000 kPa.Dalam
laporan perencanaan (Febrijanto, 2008) tidak disebutkan latar belakang pengambilan nilai
berat isi dan kuat tekan bebas tesebut.
Setelah timbunan lama digali, beton ringan dicor secara segmental hingga mencapai
ketinggian rencana.Gambar 2 memperlihatkan skema pengecoran yang telah
dilaksankan.Instrumen yang dipasang pada timbunan uji terdiri dari pelat penurunan,
ekstensometer, vibrating wire piezometer dan inklinometer seperti terlihat pada Gambar 1.
9.5m
25m
2
= 2.3 1
; = 2.31 1
(1)
0
; = (1 )
0
2
;
=
(1+0 )
(2)
(3)
dimana:
Eoed
=Tegangan plastis kompresi primer
Eur
=Tegangan elastic unloading / reloading
Cc
= Koefisien kompresibilitas
Cs
= Koefisien kompresi sekunder
e0
= Angka pori awal
pref
= Tekanan aktual
*
= Indeks kompresi modifikasi (modified compression index)
*
= modified swelling index
Tabel 1 dan
ID
Name
8 KEDATON Soft clay
10 KEDATON Very Soft Clay
Type
UnDrained
UnDrained
g_unsat g_sat
k_x
[kN/m^3] [kN/m^3] [m/day]
15.7
16.7 0.001274
15
16 0.001274
k_y
[m/day]
0.001274
0.001274
lambda* kappa*
[-]
[-]
0.140536 0.02635
0.141747 0.027259
K0nc
c_ref
phi
[-]
[kN/m^2] [ ]
0.577382
10
0.609269
6
25
23
Tabel 2memperlihatkan parameter desain untuk tanah dasar, timbunan awal dan
beton ringan. Beton ringan dimodelkan sebagai material dengan modelMohr-Coulombnonporous. Perlu diketahui bahwa parameter kuat geser timbunan yang dipilih dinaikkan dari
parameter awalnya untuk mencegah terjadinya keruntuhan timbunan saat penggalian
yang akan menyebabkan terhentinyaperhitungan. Parameter dari timbunan dan timbunan
ringan diperlihatkan pada Tabel 3.
Untuk parameter Modulus Elastisitas, Ec, untuk timbunan ringan diestimasi dengan
menggunakan persamaan untuk beton ringan (ligthweigth concrete) dari AASHTO LRFD
Bridge Design and Spesifications, 2010 :
= 330001 1.5
Dimana:
K1 : faktor koreksi untuk jenis beton. Dapat diambil nilai 1 terkecuali telah ditentukan
secara uji fisik.
wc : berat isi beton (kcf)
fc : kuat tekan agregat (ksi) dalam hal ini dapat dipakai nilai UCS hasil dari uji beton
ringan
Name
8 KEDATON Soft clay
10 KEDATON Very Soft Clay
Type
UnDrained
UnDrained
g_unsat g_sat
k_x
[kN/m^3] [kN/m^3] [m/day]
15.7
16.7 0.001274
15
16 0.001274
k_y
[m/day]
0.001274
0.001274
lambda* kappa*
[-]
[-]
0.140536 0.02635
0.141747 0.027259
K0nc
c_ref
phi
[-]
[kN/m^2] [ ]
0.577382
10
0.609269
6
25
23
Eoedref Eurref
c_ref
phi
[kN/m^2] [kN/m^2] [kN/m^2] [ ]
578.8275
8316
10
597.5669
8038.8
6
25
23
Name
8 KEDATON Soft clay
10 KEDATON Very Soft Clay
Type
UnDrained
UnDrained
g_unsat g_sat
k_x
[kN/m^3] [kN/m^3] [m/day]
15.7
16.7 0.001274
15
16 0.001274
k_y
E50ref
[m/day] [kN/m^2]
0.001274 889.4531
0.001274 881.851
Name
Type
1 Selected Fill
2 Timb. Ringan 2000kPa
3 Timb. Ringan 800kPa
Drained
Non-porous
Non-porous
g_unsat g_sat
k_x
k_y
nu
[kN/m^3] [kN/m^3] [m/day] [m/day] [ - ]
19.6
20.6
0.86
0.86
8
8
0
0
6
6
0
0
E_ref
c_ref
phi
[kN/m^2] [kN/m^2] [ ]
0.33
10000
5
0.2 1411379
60
0.2 892634.5
60
R_inter
[-]
25
45
40
1
1
1
5. Analisis
Analisis pertama adalah mendapatkan hasil perhitungan sensitifitas antara model
soft soil dan model hardening soil.Tahapan perhitungan dalam program Plaxis
diperlihatkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Tahapan perhitungan dalam program Plaxis
Identifikasi
Initial phase
Gravity Loading
Kupas Aspal
Kupas Lap pondasi
Gali Timb. 1
Gali Timb. 2
Gali Timb. 3
Gali Timb. 4
Gali Timb. 5
Gali Timb. 6
Gali Timb. 7
Gali Timb. 8
Gali Timb. 9
Perhitungan
N/A
Plastic
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Input Pembebanan
N/A
Staged construction
Staged Construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Waktu
0 hari
1 hari
7 hari
14 hari
7 hari
7 hari
7 hari
7 hari
7 hari
7 hari
7 hari
7 hari
7 hari
Identifikasi
Gali Timb. 10
Idle
FM. 800kPa 30cm
FM. 800kPa 30cm
FM. 800kPa 40cm
FM. 800kPa 50cm
FM. 800kPa 50cm
FM. 800kPa 60cm
FM. 800kPa 40cm
FM. 800kPa 40cm
FM. 800kPa 40cm
FM. 2000kPa 40cm
Lap. Pondasi
Lap. Aspal
Konsol Ultimate
Perhitungan
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Consolidation
Input Pembebanan
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Staged construction
Minimum pore pressure
Waktu
7 hari
7 hari
6 hari
6 hari
6 hari
6 hari
5 hari
4 hari
3 hari
2 hari
3 hari
7 hari
7 hari
7 hari
-
Hasil analisis sensitifitas model tanah model soft soil dan model hardening
soildiperlihatkan pada Gambar 7. Kedua model tersebut memperlihatkan adanya
pengembangan (heaving) akibat penggalian timbunan eksisting sampai sekitar hari ke
100. Heaving model soft soil sekitar 0.1 m sedangkan model hardening soil sekitar 0.12 m.
Setelah cluster timbunan ringan diaktifkan (memodelkan pengecoran secara bertahap),
kedua model menunjukkan penurunan yang hampir sama yaitu sekitar 2.5 cm yang
merupakan penurunan segera. Setelah konstruksi selesai, kedua model menunjukkan
penurunan konsolidasi yang sangat kecil. Tekanan airpori model tanah Soft Soil (SS
Model) pada hari ke tujuh sampai hari ke sepuluh mengalami anomali fluktuasi tekanan
sebesar 0.01kPa sedangkan pada model tanah Hardening Soil tekanan relatif stabil,
sehingga permodelan untuk analisis selanjutnya diputuskan menggunakan model tanah
Hardening Soil (HS model)
Deformasi Vertikal
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
HS Model
0.04
SS Model
0.02
0
-0.02
0.1
10
100
Waktu (Hari)
1000
10000
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
-0.01
-0.02
-0.03
-0.04
-0.05
-0.06
HS Model
SS Model
0.1
10
100
Waktu (Hari)
1000
10000
Gambar 7. Analisis perhitungan sensitifitas model soft soil dan model hardening soil
Hasil dari kedua model tanah tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil
pengamatan instrumentasi Ekstenso Magnetik di lapangan. Hasil perbandingan antara
hasil pengamatan instrumentasi Ekstenso magnetik dibandingkan dengan hasil
perhitungan sensitifitas model soft soil dan hardening soil diperlihatkan pada Gambar 8.
Deformasi Vertikal
0.01
0.00
Measured
HS Model
SS Model
-0.01
-0.02
-0.03
100
Waktu (Hari)
1000
Gambar 8. Perbandingan perhitungan sensitifitas model Soft Soil dan Hardening Soil
dengan Pembacaan Instrumentasi Ekstensometer Magnetik.
Dari Gambar 8 terlihat bahwa terdapat perbedaan antara kedua model tanah
dengan hasil pengamatan instrumentasi. Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa hasil
pengamatan instrumentasi Ekstensometer Magnetik tidak begitu akurat dikarenakan ujung
bawah pipa extensometer tidak berada pada lapisan tanah keras, sehingga datum
Ekstensometer Magnetik yang seharusnya tetap dapat bergerak. Posisi masing masing
instrumentasi Ekstensometer Magnetik diperlihatkan pada Gambar 9.
(kN/m3)
UCS 2000kPa
(kN/m3)
Kombinasi
Perhitungan
Kombinasi 1
Kombinasi 2
Kombinasi 3
Kombinasi 4
Kombinasi 5
Kombinasi 6
Kombinasi 7
Kombinasi 8
Kombinasi 9
Kombinasi 10
Kombinasi 11
Kombinasi 12
Kombinasi 13
Kombinasi 14
Kombinasi 15
Kombinasi 16
(kN/m3)
6
8
10
12
6
8
10
12
6
8
10
12
6
8
10
12
UCS 2000kPa
(kN/m3)
6
6
6
6
8
8
8
8
10
10
10
10
12
12
12
12
Deformasi Vertikal
0
-0.01
-0.02
-0.03
-0.04
-0.05
-0.06
-0.07
-0.08
10
11
12
13
10
hingga untuk dapat memodelkan konstruksi bertahap.Dalam makalah ini digunakan model
soft soil (cam clay) dan model hardening soil (hiperbolik).Dari hasil pemodelan dapat
disimpulkan bahwa:
- Kedua model tanah tersebut dapat menangkap terjadinya heaving akibat penggalian
dengan model hiperbolik memberikan nilai heaving yang lebih besar.
- Model hardening soil memberikan respon tekanan pori akibat galian (pengangkatan
beban) dan timbunan (penambahan beban) yang lebih baik dibandingkan dengan
model soft soil.
- Kedua model mengindikasikan bahwa setelah timbunan beton ringan dipasang,
penurunan yang terjadi adalah penurunan segera sedangkan penurunan konsolidasi
sangat kecil.
- Dari hasil analisis sensitifitas berat isi beton ringan, peningkatan berat isi sampai
menjadi sebesar 12 kN/m3 menyebabkan terjadinya penurunan yang masih lebih kecil
dibandingkan heaving yang terjadi. Hal ini mengindikasikan bahwa penentuan berat isi
untuk timbunan beton ringan dalam desain disarankan perlu dibedakan untuk dua
kasus, yaitu kasus timbunan oprit baru dan kasus timbunan oprit yang digali kemudian
diganti beton ringan.
Dalam makalah ini tidak bisa dibandingkan antara hasil model elemen hingga dengan
data penurunan dari instrumen ekstensometer magnetik.Hal ini diakibatkandatum
ekstensometer tidak ditempatkan di lapisan tanah keras sehinggadatum ikut
bergerak.Oleh karena itu, penulis menyarankan bahwa instrumentasi harus didesain
dengan cermat karena merupakan hal yang sangat penting dalam uji coba skala penuh.
Daftar Pustaka
AASHTO. 2010. LRFD Bridge Design and Spesification, Fifth Edition. Washington DC,
United States of America.
Brinkgreve, R.B.J.1998.Finite Element Code for Soil and Rock Analyses Version 7, AA
Balkema, Plaxis.
Brinkgreve, R.B.J.& Broere 2008.2D Version 9.0 Manual, Delft university of Technology
& PLAXIS b. v., The Netherlands.
Febrijanto, Rudy. 2008. Penyusunan DED uji Coba Skala Penuh Timbunan Badan Jalan
Dengan Material Ringan. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan
dan Jembatan. Indonesia.
Handayani, Fasma. 2007. Timbunan Badan Jalan dengan Bahan Material Ringan.Laporan
Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. Indonesia.
11