Pengertian Spektrometri Serapan Atom
Pengertian Spektrometri Serapan Atom
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode
analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan
penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan
bebas (Skoog et al., 2000). Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi
rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode
spektroskopi emisi konvensional. Sebenarnya selain dengan metode serapan atom, unsurunsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi
fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala
memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS
memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm (Skoog et al., 2000).
Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS
memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS
merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala akan mengganggu proses
eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode
fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan natrium
menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya
pada gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat energi elektronik
suatu atom. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom
pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat
eksitasinya pun bermacam-macam. Misalnya unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai
konfigurasi elektron 1s1 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3s, artinya tidak
memiliki kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV
ataupun ke tingkat 4p dengan energy 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan panjang
gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini
yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum, yang
dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa pitapita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses
atomisasinya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan
diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas
logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:
Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium
yang mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
As4O10 (s)
2AsF3 (l)
2AsCl3 (l)
2AsBr3 (l)
2AsI3 (l)
: solid
: 6,697g/cm3
: 6,53 g/cm3
Titik lebur
Titik didih
: 903,78 K
: 1860 K
Kalor peleburan
Kalor penguapan
: 19,79 kJ/mol
: 193,43 kJ/mol
Kapasitas kalor
Sifat Kimia
: 25,23 J/mol K
Massa atom
Konfigurasi elektron
: 121,760
: [Kr] 4d10 5s2 5p3
Golongan
Periode
:VA
:5
: 2, 8, 18, 18, 5
: -3, +3, +5
Elektronegatifitas
Jari jari atom
: 1,9
: 145 pm
2.
Reaksi dengan udara
Ketika antimon dipanaskan akan bereaksi dengan oksigen di udara untuk membentuk
trioksida antimon (III).
4Sb (s) + 3O2 (g)
2Sb2O3 (s)
3.
Reaksi dengan halogen
Antimon bereaksi dalam kondisi yang terkendali dengan semua halogen untuk membentuk
antimon (III) dihalides.
2Sb (s) + 3F2 (g)
2SbF3 (s)
2SbCl3 (s)
2SbBr3 (s)
2SbI3 (s)
: 4,2,-4
: 2,33 (skala pauli)
Energi ionisasi 1
Energi ionisasi 2
: 715,6 kJ/mol
: 1450,5 kJ/mol
Energi ionisasi 3
Jari-jari atom
: 3081,5 kJ/mol
: 175 pm
: 146 pm
: 202 pm
: kubik berpusat muka
Sifat kemagnetan
Resistifitas termal
: diamagnetik
: 208 nohm.m
Konduktifitas termal
: 35,3 W/mK
Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi. Karena
sifat kereaktifannya maka Aluminium tidak ditemukan di alam dalam bentuk unsur melainkan
dalam bentuk senyawa baik dalam bentuk oksida Alumina maupun Silikon.
Sifat-sifat Aluminium yang lebih unggul bila dibandingkan dengan logam lain adalah
sebagai berikut:
o Ringan
Massa jenis Aluminium pada suhu kamar (29oC) sekitar 2,7 gr/cm3.
o Kuat
Aluminium memiliki daya renggang 8 kg/mm3, tetapi daya ini dapat berubah menjadi
lebih kuat dua kali lipat apabila Aluminium tersebut dikenakan proses pencairan atau roling.
Aluminium juga menjadi lebih kuat dengan ditambahkan unsur-unsur lain seperti Mg, Zn, Mn, Si.
Aluminium mengalami korosi dengan membentuk lapisan oksida yang tipis dimana
sangat keras dan pada lapisan ini dapat mencegah karat pada Aluminium yang berada di
bawahnya. Dengan demikian logam Aluminium adalah logam yang mempunyai daya tahan
korosi yang lebih baik dibandingkan dengan besi dan baja lainnya.
o Daya Hantar Listrik Yang Baik
Aluminium adalah logam yang paling ekonomis sebagai penghantar listrik karena massa
jenisnya dari massa jenis tembaga, dimana kapasitas arus dari Aluminium kira-kira dua kali lipat
dari kapasitas arus pada tembaga.
o Anti Magnetis
Aluminium adalah logam yang anti magnetis.
o Toksifitas
Aluminium adalah logam yang tidak beracun dan tidak berbau.
o Kemudahan dalam proses
Aluminium mempunyai sifat yang baik untuk proses mekanik dari kemampuan
perpanjangannya, hal ini dapat dilihat dari proses penuangan, pemotongan, pembengkokan,
ekstrusi dan penempaan Aluminium
o Sifat dapat dipakai kembali
Aluminium mempunyai titik lebur yang rendah, oleh karena itu kita dapat memperoleh
kembali logam Aluminium dari scrap.
Sifat Fisik Aluminum : (dibawah)